Anda di halaman 1dari 21

Liabilitas Jangka Panjang

I. Pengertian Liabilitas Jangka Panjang


Utang jangka panjang menurut Kieso (2008 : 238) “terdiri dari pengorbanan manfaat
ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak
dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaaan. Menurut PSAK 1 (Revisi 2013)
Penyajian Laporan Keuangan, suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka
pendek jika:
 Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya;
 Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
 Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan
setalah periode pelaporan;
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Liabilitas yang tidak termasuk kelompok tersebut dikategorikan sebagai liabilitas jangka
panjang. Beberapa contoh liabilitas jangka panjang adalah utang obligasi, wesel bayar,
liabilitas sewa, liabilitas pensiun, dan liabilitas pajak tangguhan.

II. Utang Obligasi


Utang obligasi terjadi apabila perusahaan memenuhi kebutuhan tambahan modal kerja
dengan cara mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi adalah sebuah kontrak yang memuat
janji untuk membayar sejumlah uang pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan, dan
bunga periodik dengan tingkat tertentu dari nilai nominal. Harga jual obligasi tergantung
pada tarif bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga jual obligasi tersebut akan semakin
tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat bunga obligasi harga jualnya akan semakin
rendah.

Penerbitan Obligasi
Dwi Martani dkk. (2015:58) mengungkapkan bahwa harga wajar obligasi (harga jual)
dapat berbeda dari nilai nominalnya. Nilai nominal adalah nilai yang dijanjikan akan
dibayarkan oleh penerbit liabilitas pada saat jatuh tempo. Apabila harga jual lebih tinggi dari
nilai nominal maka liabilitas dijual dengan harga premium, sedangkan apabila harga jual
lebih rendah dari nilai nominal maka liabilitas dijual dengan harga diskon. Perbedaan tersebut
timbul apabila tingkat suku bunga efektif berbeda dengan tingkat suku bunga kupon.

Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT Gogo menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
Rp100.000.000 dan tingkat bunga kupon 10% yang dibayar semesteran tiap tanggal 1 Januari
dan 1 Juli. Tingkat bunga efektif adalah 8%. Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1
Januari 2021. PVIF (4%,10) anuitas = 8,1109 an PVIF (4%, 10) single sum = 0,6756.

Harga obligasi:
Nilai sekarang dari pokok utang: Rp100.000.000 x 0,6756

Nilai sekarang dari bunga: Rp67.560.000


(Rp100.000.000 x 10% x 6/12) x 8,1109 Rp40.554.000
Total Rp108.114.000

Obligasi dijual pada harga premium:


Kas 108.114.000
Utang obligasi 100.000.000
Premium obligasi 8.114.000

 Jenis dan Peringkat Obligasi


Kieso dalam bukunya “Akuntansi Intermediate Jilid 2” menyebutkan bahwa ada
beberapa jenis obligasi yang biasanya dijumpai, yaitu:
1. Obligasi Berjaminan dan Obligasi Tanpa Jaminan
Obligasi berjaminan didukung oleh janji dari beberapa orang penjamin. Obligasi hipotik
dijamin oleh klaim atas real estat. Sedangkan obligasi tidak berjamin adalah obligasi yang
tanpa didukung oleh jaminan, contohnya obligasi debenture.
2. Obligasi Berjangka, Obligasi Berseri, dan Obligasi yang Dapat Ditebus
Terbitam obligasi yang jatuh tempo pada satu tanggal disebut obligasi berjangka, sementara
terbitan yang jatuh tempo dengan serangkaian pembayaran angsuran disebut obligasi berseri.
Obligasi yang dapat ditebus memberikan kepada penerbitnya hak untuk menebus dan
menarik obligasi itu sebelum jatuh temponya.
3. Obligasi Konvertibel, Obligasi yang Didukung Komoditas, dan dengan Diskonto Besar
Jika obligasi dapat dikonversi jadi sekuritas lain milik korporasi dalam jangka waktu tertentu
setelah penerbitannya, maka obligasi ini disebut obligasi konvertibel. Obligasi yang didukung
oleh komoditas (disebut juga obligasi yang berkaitan dengan aktiva) dapat ditebus dalam
ukuran komoditas, seperti minyak dalam barel, an batu bara dalam ton. Sedangkan obligasi
dengan diskonto besar dijual pada diskonto yang memberikan total pembayaran harga pada
saat jatuh tempo kepada pembelinya.
4. Obligasi Terdaftar dan Obligasi Atas Unjuk
Obligasi terdaftar adalah obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik. Sedangkan obligasi
atas unjuk adalah obligasi yang tidak mencatat nama pemilik.
5. Obligasi Laba dan Obligasi Pendapatan
Obligasi laba tidak membayar bunga kecuali perusahaan mendapat laba, Disebut obligasi
pendapatan karena membayar bunga dari sumber pendapatan tertentu.

III. Metode Bunga Efektif


Menurut Kieso (2008:247) dalam metode bunga efektif:
1. Beban bunga obligasi dihitung pertama kali dengan mengalikan nilai buku obligasi pada
awal periode dengan suku bunga efektif
2. Amortisasi diskonto atau premi obligasi kemudian ditentukan dengan membandingkan beban
bunga obligasi terhadap bunga yang dibayarkan.

Obligasi Diterbitkan pada Premium


Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari 2015 PT Bimbim mengeluarkan obligasi nominal
Rp2.000.000 berjangka 5 tahun, dengan bunga 10% pertahun dibayar setiap tanggal 1 Januari
dan 1 Juli. Karena tingkat bunga efektif yang diinginkan oleh investor 8% (lebih rendah dari
bunga obligasi), untuk membeli obligasi tersebut mereka akan membayar sebesar
Rp2.162.210 sehingga akan menimbulkan premium sebesar Rp162.210 seperti perhitungan
berikut ini:

Harga jual obligasi dihitung sebagai berikut:


Nilai nominal obligasi saat jatuh tempo Rp2.000.000
Nilai tunai Rp2.000.000, 8%, 5 th Rp1.351.120
Nilai tunai bunga Rp100.000,
10 x tiap ½ th dengan tarif 8% 811.090
2.162.210

Rp162.210

Premium obligasi sebesar Rp162.210 diamortisasi selama umur obligasi dengan metode
bunga efektif nampak dalam tabel sebagai berikut:

TABEL PERHITUNGAN AMORTISASI PREMIUM


METODE BUNGA EFEKTIF
(1) (2) (3)
Kas Beban Bunga Amortisasi
Periode Premium Nilai Buku
(10% x 6/12 (8% x 6/12 x (1) - (2)
x nilai buku)
Rp2.000.000)
1 Jan 2015 Rp2.162.210
1 Juli 2015 Rp100.000 Rp86.488 Rp13.512 2.148.698
1 Jan 2016 100.000 85.948 14.052 2.134.646
1 Juli 2016 100.000 85.386 14.614 2.120.032
1 Jan 2017 100.000 84.801 15.199 2.104.833
1 Juli 2017 100.000 84.193 15.807 2.089.026
1 Jan 2018 100.000 83.561 16.439 2.072.587
1 Juli 2018 100.000 82.904 17.096 2.055.491
1 Jan 2019 100.000 82.220 17.780 2.037.711
1 Juli 2019 100.000 81.508 18.492 2.019.219
1 Jan 2020 100.000 80.770 19.219 2.000.000
Rp1.000.000 Rp837.779 Rp162.210

 Jurnal yang dibuat untuk mencatat pengeluaran obligasi dengan premium pada 1
Januari 2015:
Kas 2.162.210
Premium obligasi 162.210
Utang obligasi 2.000.000
 Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pertama pada tanggal 1 Juli 2015 dan
amortisasi premium adalah:
Biaya bunga obligasi 86.488
Premium obligasi 13.512
Kas 100.000
 Jurnal untuk mencatat pengakuan bunga tanggal 31 Desember 2015 (akhir tahun) dan
amortisasi premium adalah:
Biaya bunga obligasi 85.948
Premium utang obligasi 14.052
Utang bunga 100.000
Obligasi Diterbikan pada Diskonto
Pada tanggal 1 Januari 2009 PT Suka Maju mengeluarkan obligasi nominal Rp1.000.000
tingkat bunga 8% berjangka 5 tahun. Bunga dibayar setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli.
Apabila investor menginginkan tingkat bunga efektif 10% (lebih tinggi dari bunga nominal),
maka mereka hanya akan membayar Rp922.780 untuk membeli obligasi tersebut sehingga
akan menimbulkan diskonto Rp77.220 seperti perhitungan berikut:
Nilai obligasi saat jatuh tempo Rp1.000.000
Nilai tunai nominal:
Rp1.000.000, 5th, 10%
(Rp1.000.000 x 0,61391) Rp 613.910
Nilai tunai bunga:
Rp40.000 tiap ½ th, 5 th
pada tingkat bunga 10%
(Rp40.000 x 7,72173) 308.870 +
Penerimaan dari penjualan obligasi 922.780 -
Diskonto obligasi Rp77.220

 Diskonto obligasi yang timbul akan diamortisasi selama umur obligasi dengan
menggunakan metode bunga efektif seperti beikut:

TABEL AMORTISASI DISKONTO OBLIGASI


Tahun Kas (Kredit) Biaya Bunga Amortisasi Nilai Buku
(Debit) Diskonto
1 Jan 2009 Rp922.780
1 Juli 2009 Rp40.000 Rp46.140 Rp6.140 928.920
1 Jan 2010 40.000 46.450 6.450 935.370
1 Juli 2010 40.000 46.770 6.770 942.140
1 Jan 2011 40.000 47.110 7.110 949.250
1 Juli 2011 40.000 47.460 7.460 956.710
1 Jan 2012 40.000 47.830 7.830 964.540
1 Juli 2012 40.000 48.230 8.230 972.770
1 Jan 2013 40.000 48.640 8.640 981.410
1 Juli 2013 40.000 49.070 9.070 990.480
1 Jan 2014 40.000 49.520 9.520 1.000.000
Rp400.000 Rp477.220 Rp77.220
Rp40.000 = Rp1.000.000 x 8% x 6/12
Rp46.140 = Rp922.780 x 10% x 6/12
Rp6.140 = Rp46.140 – Rp40.000
Rp928.920 = Rp922.780 + Rp6.140

METODE BUNGA EFEKTIF

 Jurnal untuk mencatat penjualan obligasi oleh PT Suka Maju tanggal 1 Januari 2009
adalah:
Kas 922.780
Diskonto obligasi 77.220
Utang obligasi 1.000.000
 Jurnal untuk mencatat pembayaran pertama tanggal 1 Juli 2009 dan amortisasi
diskonto:
Biaya bunga obligasi 46.140
Diskonto obligasi 6.140
Kas 40.000

 Jurnal untuk mengakui biaya bunga yang timbul pada tanggal 31 Desember 2009 dan
amortisasi diskonto:
Biaya bunga obligasi 46.450
Utang bunga 40.000
Diskonto obligasi 6.450

Contoh Soal Penerbitan Obligasi – di Antara Tanggal Pembayaran Bunga


Pada tanggal 1 Maret 2016, PT Akbar menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
Rp10.000.000. Obligasi tersebut tertanggal 1 Januari 2016 dan jatuh tempo 1 Januari 2025.
Tingkat suku bunga kupon obligasi adalah 6%, dengan bunga terutang tiap tanggal 1 Januari
dan 1 Juli. Tingkat suku bunga efektif adalah 6%.

Bagian bunga dari tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal penerbitan
liabilitas adalah 6% x Rp10.000.000 x 4/12 = Rp 200.000
Kas 10.200.000
Utang obligasi 10.000.000
Beban bunga 200.000

Beban bunga yang diakui pada tanggal 1 Juli 2016 adalah sebesar 6% x Rp10.000.000 x
6/12 = Rp300.000
Beban bunga 300.000
Kas 300.000

 Klasifikasi Diskonto dan Premi


Diskonto utang obligasi bukan merupakan aktiva karena tidak memberikan manfaat
ekonomi di masa mendatang. Secara konseptual diskonto utang obligasi merupakan akun
penilaian kewajiban, yaitu pengurangan dari jumlah nominal atau jatuh tempo kewajiban
yang berhubungan. Akun ini disebut akun kontra.
Premi utang obligasi tidak memiliki eksistensi yang terpisah dari utang yang berkaitan.
Secara konseptual premi utang obligasi merupakan akun penilaian kewajiban yakni
penambahan pada jumlah nominal atau jatuh tempo kewajiban yang berhubungan. Akun ini
disebut akun ajun atau akun pengimbang. Akibatnya perusahaan melaporkan diskonto
obligasi dan premi obligasi sebagai pengurang langsung dari jumlah nominal obligasi.(Kieso:
250)

 Biaya Penerbitan Obligasi


Penerbitan obligasi melibatkan biaya mendesain dan mencetak, biaya hukum dan
akuntansikomisi biaya promosi, serta bebanserupa lainnya. Perusahaan diisyaratkan untuk
membebankan biaya-biaya ini ke akun aktiva yang seringkali disebut sebagai biaya
penerbitan obligasi yang belum diamortisasi. Perusahaan kemudian mengalokasikan biaya
penerbitan obligasi yang belum diamortisasi selama umur utang itu dengan cara yang sama
seperti yang digunakan untuk diskonto obligasi.
 Obligasi Treasuri
Bambang Suripto (Akuntansi Keuangan Menengah 2: 39) menyebutkan bahwa obligasi
treasuri adalah obligasi yang dibeli kembali dari peredaran oleh perusahaan yang
menerbitkan dengan maksud untuk dijual kembali di masa yang akan datang. Menurut Kieso
(2008: 251) Utang obligasi yang telah diakuisisi kembali oleh perusahaan yang
menerbitkannya atau agen atau perwaliannya dan belum dibatalkan disebut sebagai obligasi
treasuri. Obligasi ini harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurangan dari utang obligasi.
Apabila obligasi itu dibatalkan, maka akun obligasi treasuri harus di kredit.

 Pelunasan Utang Obligasi


Pelunasan utang obligasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pada saat jatuh
tempo, dan (2) pelunasan sebelum jatuh tempo (penebusan obligasi). Jika obligasi dilunasi
pada tanggal jatuh tempo, jumlah yang dibayar adalah sebesar nilai nominalnya. Pada tanggal
jatuh tempo, premium atau diskonto yang timbul pada saat pengeluaran telah habis
diamortisasi, sehingga tidak akan timbul rugi atau laba perusahaan. Sedangkan pelunasan
obligasi sebelum jatuh tempo dapat dilakukan dengan cara melunasi langsung kepada
kreditur atau membelinya dari bursa. Apabila obligasi dapat dilunasi sebelum jatuh tempo,
biasanya tanggal pelunasannya ditentukan pada tanggal pembayaran bunga. (Bambang
Suripto: Akuntansi Menengah Keuangan 2)

IV. Penerbitan Wesel Bayar


Perlakuan akuntansi untuk utang obligasi dan wesel bayar relatif sama, yaitu wesel bayar
dinilai sebesar nilai kini dari arus kas pembayaran di masa depan (baik pokok maupun
bunga).

a) Penerbitan Secara Tunai


Dwi Martani dkk.(2015:59) menyebutkan bahwa nilai kini dari wesel bayar yang
diterbitkan secara tunai diasumsikan sama dengan jumlah kas yang diterima entitas. Tingkat
bunga yang digunakan untuk perhitungan amortisasi adalah tingkat bunga yang menyebabkan
nilai kini dari pembayaran kas di masa depan sama dengan kas yang diterima saat ini.

Contoh:
PT Doha menerbitkan wesel bayar dengan nilai nominal Rp100.000.000, yang akan jatuh
tempo 3 tahun yang akan datang. PT Doha menerima Rp86.383.760.
Rp100.000.000 / (I + i) = Rp86.383.760
I = 5%
Tingkat bunga sebesar 5% akan digunakan untuk mengamortisasi diskonto yang timbul.

b) Penerbitan Secara Non-Tunai


Entitas dapat menerima barang atau jasa dari penerbitan wesel bayar. Wesel bayar dicatat
sebesar nilai wajar barang atau jasa tersebut atau nilai kini dari wesel bayar yang
menggunakan tingkat bunga pasar, mana yang lebih andal digunakan. Jika nilai tersebut
berbeda dengan nilai nominal wesel bayar, maka entitas mencatat diskonto atau premium.

Contoh:
PT ABC membeli mesin yang mempunyai nilai pasar Rp126.000.000 dan menerbitkan
wesel bayar atas pembelian tersebut. Wesel bayar tersebut mempunyai nilai nominal
Rp150.000.000 tanpa bunga dan jangka waktu 3 tahun.

Mesin 126.000.000
Diskonto wesel bayar 24.000.000
Wesel bayar 150.000.000

c) Wesel Bayar Hipotik


Menurut Kieso (2008: 259), wesel bayar hipotik adalah wesel promes yang dijamin
dengan suatu dokumen yang disebut hipotik yang menggadaikan hak atas properti sebagai
jaminan pinjaman. Wesel bayar hipotik lebih sering digunakan oleh perusahaan perorangan
debandingkan dengan korporasi.
Hipotek dapat dibayarkan dalam jumlah penuh saat jatuh tempo atau secara angsuran
selama umur pinjaman. Jika dibayarkan pada saat jatuh tempo, maka utang hipotik akan
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang di neraca sampai waktu mendekati tanggal
jatuh tempo yang kemudian harus disajikan sebagai kewajiban lancar. Jika dibayar secara
angsuran, maka angsuran jangka pendek yang harus dibayar ditunjukkan sebagi kewajiban
lancar, sementara sisanya ditunjukkan sebagai kewajiban jangka panjang.

V. Pelaporan dan Analisis Utang Jangka Panjang


Pelaporan utang jangka panjang merupakan salah satu bidang yang paling kontroversial
dalam pelaporan keuangan. Karena utang jangka panjang mempunyai dampak yang
signifikan terhadap arus kas perusahaan, maka persyaratan pelaporan harus substantif dan
informatif.
 Pembiayaan Di Luar Neraca
Pembiayaan di luar neraca merupakan suatu upaya untuk meminjam uang dengan cara
sedemikian rupa sehingga kewajibannya tidak tercatat.
Ada 3 bentuk pembiayaan di luar neraca :
1. Anak perusahaan yang tidak terkonsolidasi
Perusahaan induk tidak perlu melaporkan aktiva dan kewajiban anak perusahaannya. Yang
dilaporkan perusahaan dalam neraca hanyalah investasi dalam anak perushaan.
2. Perusahaan dengan tujuan khusus ini biasanya merupakan perusahaan Entitas dengan Tujuan
Khusus atau Special Purpose Entity
yang menjalankan sebuah proyek.
3. Lease Operasi
Cara lain agar perusahaan tidak perlu mencantumkan hutang di neraca adalah dengan leasing.
Daripada memiliki sebuah aktiva, perusahaan lebih memilih untuk menyewanya.

 Penyajian Utang Jangka Panjang


Perusahaan yang mempunyai banyak terbitan utang jangka panjang dalam jumlah besar
sering kali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar
dalam catatan yang menyertainya. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun
harus dilaporkan sebagai utang lancar, kecuali kalau penarikan itu dipenuhi dengan aktiva
selain aktiva lancar. Jika hutang itu didanai kembali, dikonversi menjadi saham, atau ditarik
dari dana pelunasan obligasi, maka hal itu harus terus dilaporkan sebagai pos tidak lancar.
Pengungkapan catatan umumnya berisi sifat dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku
bunga, provisi penarikan, konversi, pembatasan yang dikenakan oleh kreditor dan aktiva
yang disepakati sebagai jaminan.

 Analisis Utang Jangka Panjang


Pemegang saham dan kreditor jangka panjang berkepentingan dengan solvensi jangka
panjang perusahaan terutama kemampuannya membayar bunga yang akan jatuh tempo dan
melunasi nilai nominal hutangnya saat jatuh tempo.
Rasio hutang terhadap total aktiva, mengukur persentase total aktiva yang disediakan oleh
kreditor
Total utang
Utang terhadap total aktiva =
Total aktiva

Rasio berapa kali bunga dihasilkan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
bunga ketika jatuh tempo.
Laba sebelum PPh dan Beban Bunga
Utang terhadap total aktiva=
Beban Bunga

Liabilitas Jangka Pendek


“Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan
dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka
pendek yang baru”. Jadi utang jangka pendek adalah kewajiban yang harus dilunasi dengan
menggunakan sumber – sumber aktiva lancar dalam waktu satu tahun sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu.

I. Macam – macam Utang Jangka Pendek


Utang jangka pendekdapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Utang jangka pendek yang sudah pasti. Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti bila
memenuhi dua syarat:

1. Kewajiban untuk membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang
menimbulkan kewajiban membayar.

2. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti.

 Jenis – jenis utang yang termasuk dalam utang jangka pendek yang sudah pasti:

 Utang Dagang dan Utang Wesel.


Utang dagang yaitu utang yang timbul dari pembelian barang – barang dagangan atau jasa.
Utang wesel yaitu utang – utang yang memakai bukti – bukti tertulis berupa kesanggupan untuk
membayar pada tanggal tertentu. Dalam menentukan jumlah utang jangka pendek perlu
diperhitungkan utang atas barang – barang yang dibeli yang masih dalam perjalanan. Pencatatan utang
atas pembelian barang yang masih dalam perjalanan harus mempertimbangkan syarat pengirimannya.
Contoh:

1) Pada tanggal 21 Juni 2006 PD Nusa Lestari membeli barang dagangan pada PD Rinjani seharga Rp.
8.200.000,00 faktur no 411 syarat pembayaran 2/10,n/30. Transaksi ini akan dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:

2006 Juni 21 Pembelian Rp. 8.200.000,00

Utang dagang Rp. 8.200.000,00

2) Pada tanggal 1 Juli 2006, Ny Anita memberikan wesel sebesar Rp. 1.000.000,00 kepada PT Sekawan.
Jangka waktu wesel 2 bulan, tidak berbunga. Wesel ini oleh Ny Anita dimaksudkan untuk
memperpanjang utangnya pada PT Sekawan. Jurnal yang dibuat:

2006 Juli 1 Utang dagang Rp. 1.000.000,00

Utang wesel Rp. 1.000.000,00

 Utang Jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu.

Seluruh atau sebagian dari utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang akan
dilunasi dengan menggunakan sumber – sumber aktiva lancar kurang dari satu tahun dilaporkan
sebagai utang jangka pendek.

Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode tersebut tetap diakui sebagai utang
jangka panjang apabila akan dilunasi dengan dana pelunasan atau dari uang penjualan obligasi baru
atau akan ditukar dengan saham.

Contoh:Obligasi yang jatuh tempo pada tanggal 1 November 2010 sebesar Rp. 2.000.000,00
tidak dilakukan pelunasan. Maka pada saat jatuh tempo rekening utang obligasi ditutup dan
dipindahkan pada rekening obligasi yang sudah jatuh tempo dan dilaporkan pada kelompok utang
lancar. Maka utang yang dibuat adalah:

2010 Nov 1 Utang obligasi Rp. 2.000.000,00

Obligasi yang sudah jatuh Rp. 2.000.000,00


tempo
 Utang Dividen
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah
lembar saham yang dimilikinya. Utang dividen yang termasuk dalam utang jangka pendek adalah:

1. Dividen yang dibagikan dalam bentuk kas atau aktiva (jika belum dibayar) yang segera akan
dilunasi

2. Utang dividen skrip yang segera akan dilunasi

Dividen untuk saham prioritas, walaupun jumlahnya sudah pasti, tetapi sebelum tanggal
pengumuman belum merupakan utang.Dividen yang dibagi dalm bentuk saham merupakan
elemen modal

Contoh:

PT Nusa Lestari pada tanggal 22 Desember 2007 mengumumkan pembagian dividen sebesar
Rp. 1.000,00 untuk setiap lembar saham biasa dan akan dibayar tanggak 26 Januari 2008. Saham
biasa yang beredar sebanyak 2500 lembar.

Tanggal pengumuman (22 Des 2007)

Besar laba tidak dibagi 2500 lembar @ Rp. 1.000,00 = Rp. 2.500.000,00

Jurnal:

2007 Des 22 Laba tidak dibagi Rp. 2.500.000,00

Utang Deviden Rp. 2.500.000,00

 Uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali


Uang muka yang merupakan utang jangka pendek adalah pembayaran dimuka atas penjualan
barang sebelum barang- barang tersebut di serahkan pada pembeli. Jaminan yang diminta dari
langganan merupakan utang jangka pendek jika jaminan itu dapat ditarik kembali sewaktu – waktu.
Tetapi jika jaminan disimpan dalam jangka waktu lama maka termasuk utang jangka panjang.

Contoh:

Pada tanggal 26 Desember 2006 PT Nusa Lestari menerima uang sebesar Rp. 2.250.000,00 dari
seorang langganan untuk uang muka pesanan yang akan dikirimkan tahun berikutnya. Maka jurnal
yang dibuat adalah:
2006 Des 26 Kas Rp. 2.250.000,00

Uang muka Rp. 2.250.000,00


penjualan

 Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga


Terkadang perusahaan menjadi pihak yang mengumpulkan uang dari langganan/pegawai
yang nantinya diserahkan kepada pihak lain. Pengumpulan dana ini dapat dilakukan dengan cara
pemotongan upah pegawai atau membebani pembeli dengan jumlah tertentu.

Contoh:

1. Setiap membayargaji pegawai dipotong 158% untuk pajak penghasilan pegawai yang nantinya
disetor ke kas Negara. Apabila gaji pegawai bulan November 2006 sebesar Rp. 1.500.000,00 maka
PPh akan dihitung sebagai berikut:

PPh 15% x Rp. 1.500.000,00 = Rp. 225.000,00

Jurnal:

Gaji dan Upah Rp. 1.500.000,00

Utang PPh Rp. 225.000,00

Kas Rp. 1.275.000,00

Pada saat menyetorkan utang PPh tersebut ke kas negara, dibuat jurnal sebagai berikut:

Utang PPh Rp. 225.000,00

Kas Rp. 225.000,00

2. Penjualan PT Nusa Lestari bulan Agustus 2006 sebesar Rp. 33.000.000,00 termasuk PPN 10%.

Perhitungan:

PPN : 10/110 x Rp. 33.000.000,00 = Rp. 3.000.000,00

Jurnal:

Kas Rp. 33.000.000,00


Penjualan Rp. 30.000.000,00

Utang PPN Rp. 3.000.000,00

Pada saat menyetorkan utang PPN tersebut ke kas negara, dibuat jurnal sebagai berikut:

Utang PPN Rp. 3.000.000,00

Kas Rp. 3.000.000,00

 Utang Biaya ( Biaya yang masih harus dibayar )


Merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum dibayar, seperti utang yang timbul dari gaji dan upah, bonus, dan biaya sewa.

 Utang Bonus
Bonus yang diberikan kepada karyawan dapat dihitung berdasarkan:

1. Penjualan atau laba, dapat dengan cara:

a. bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPh

b. bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi bonus

c. bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh.

2. Perjanjian, misalnya kelebihan penjualan di atas jumlah tertentu.

Contoh:

PT Nusa Lestari memberikan bonus untuk manager pemasaran sebesar 5% dari laba. Tahun 2006
perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 2.000.000,00 dan PPh 15%.

Misal: Bonus = B

Pajak = P

 Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPh.

B = 5%x Rp. 2.000.000,00

B = Rp. 100.000,00

PPh = 15% x (Rp. 2.000.000,00 – Rp. 100.000,00)


PPh = Rp. 285.000,00

 Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi bonus.

B = 0,05 (Rp. 2.000.000,00 – P)

P = 0,15 (Rp. 2.000.000,00 – B)

Perhitung:

B = 0,05 (Rp. 2.000.000,00 – 0,15 (Rp. 2.000.000,00 – B )

B = 0,05 (Rp. 2.000.000,00 – Rp. 300.000,00 + 0,15B)

B = Rp. 100.000,00 – Rp. 15.000,00 + 0,0075B

B – 0,0075B = Rp. 85.000,00

0,9925B = Rp. 85.000,00

B = Rp. 85.642,32

P = 0,15 (Rp. 2.000.000,00 – Rp. 85.642,32)

P = 0,15 x Rp. 1.914.357,68

P = Rp. 287.153,65

 Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh

B = 0,05 (Rp. 2.000.000,00 – B – P)

P = 0,15 (Rp. 2.000.000,00 – B)

Perhitungan:

B =` 0,05(Rp. 2.000.000,00 – B – 0,15(Rp. 2.000.000,00 – B)

B = 0,05 (Rp. 2.000.000,00 – B – Rp. 300.000,00 + 0,15B

B = Rp. 100.000,00 – 0,05B – Rp. 15.000 + 0,0075B


B+0,05B–0,0075B = Rp. 85.000,00

1,0425B = Rp. 85.000,00

B = Rp. 81.534,77

P = 0,15 (Rp. 2.000.000,00 – Rp. 81.534,77)

P = 0,15 x Rp. 1.918.465,23

P = Rp. 287.769,78

 Jurnal yang dibuat bila digunakan perhitungan Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi
bonus dan PPh.

Bonus pegawai Rp. 100.000,00

Utang Bonus Rp. 100.000,00

 Utang Gaji dan Upah


Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan
lainnya berdasarkan waktu terjadinya biaya tersebut.

Contoh:

Gaji pegawai dibayar setiap yanggal 2 bulan berikutnya. Gaji dan upah pegawai bulan
Desember 2006 sebesar Rp. 1.500.000,00. Maka pada tanggal 31 Desember dilakukan penyesuaian
sebagai berikut:

2006 Des 31 Gaji dan Upah Rp. 1.500.000,00

Utang gaji dan upah Rp. 1.500.000,00

 Pendapatan yang diterima di muka.


Merupakan jumlah yang diterima dari pembeli untuk barang dan jasa yang akan diserahkan
dalam periode yang akan datang.

Contoh:

Pada tanggal 5 Maret 2006 salon Beauty menerima pembayaran sebesar Rp. 500.000,00 untuk
pekerjaan yang akan dikerjakan tanggal 12 Maret 2006.
Jurnal yang dibuat:

2006 Maret 5 Kas Rp. 500.000,00

Pendapatan diterima di Rp. 500.000,00


muka

Penerimaan ini merupakan pendapatan diterima di muka hingga pekerjaan atas pembayaran
dikerjakan.

a. Taksiran Utang
Biasanya jumlah kewajiban dari utang sudah dapat ditentukan dari kontrak atau dari
perhitungan dengan dasar tarif tertentu. Terkadang jumlah kewajiban belum jelas tetapi sudah jelas
harus dibayar, maka pada tanggal neraca dilakukan perhitungan jumlah kewajiban dengan cara
taksiran.Taksiran utang dapat dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau utang jangka panjang,
tergantung saat pelunasannya.

Jenis taksiran utang jangka pendek yang Nampak dalam neraca adalah :

 Taksiran utang pajak penghasilan


Pada akhir periode, perlu dilakukan taksiran pajak penghasilan dari laba yang diperoleh. Pajak
penghasilan akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Besar pajak ditaksir dengan cara
mengalikan tarif pajak yang berlaku dengan jumlah laba.

Contoh :

Pada akhir bulan Desember 2006, taksiran pajak penghasilan sebesar Rp. 3.200.000,00.

Jurnal yang dibuat:

2006 Des 31 PPh Rp. 3.200.000,00

Utang PPh Rp. 3.200.000,00

 Taksiran utang Hadiah yang beredar.


Hadiah atas pembelian barang tertentu merupakan biaya untuk periode di mana penjualan
barang tersebut terjadi.

 Bila hadiah tersebut habis waktunya pada akhir periode, makatidak perlu membuat jurnal
penyesuaian
 Bila jangka waktu pengambilan hadiah melampaui suatu periode akuntansi, maka pada
akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian:

Biaya Hadiah Penjualan Rp. xxx

Utang Hadiah yang Beredar Rp. xxx

Jumlah utang hadiah yang beredar dihitung dengan cara taksiran dari jumlah penjualan

 Taksiran utang garansi


Jika barang terjual disertai garansi untuk perbaikan, maka pada akhir periode dihitung
taksiran jumlah biaya yang akan terjadi dan dicatat.

Contoh:

PT Nusa Lestari adalah perusahaan yang menghasilkan mesin cuci. Garansi untuk setiap
mesin cuci sebesar Rp. 40.000,00. Harga jual setiap set mesin cuci sebesar Rp. 1.200.000,00.
Penjualan selama tahun 2006 adalah sebanyak 1000 set mesin cuci. Selama tahun 2007 biaya
perbaikan sesungguhnya untuk mesin cuci yang masih dalam masa garansi sebesar Rp. 16.500.000,00
terdiri dari suku cadang Rp. 15.000.000,00 dan tenaga kerja Rp. 1.500.000,00.

Jurnal yang dibuay adalah sebagai berikut:

Januari – Desember 2006

Penjualan 1000 set @ Rp. 1.200.000,00

Jurnal:

Piutang Rp. 1.200.000.000,00

Penjualan Rp. 1.200.000.000,00

31 Desember 2006

Taksiran biaya garansi 1000 x Rp. 40.000,00 = Rp. 40.000.000,00

Jurnal;

Biaya Garansi Rp. 40.000.000,00


Taksiran utang garansi Rp. 40.000.000,00

Selama tahun 2007

Biaya perbaikan sesungguhnya sebesar Rp. 16.500.000,00 terdiri dari suku cadang Rp.
15.000.000,00 dan tenaga kerja Rp. 1.500.000,00.

Jurnal:

Taksiran utang garansi Rp. 16.500.000,00

Kas Rp. 1.500.000,00

Suku cadang Rp. 15.000.000,00

 Taksiran utang Pensiun


Biaya pensiun yang dibayarkan selama masa hidup karyawan akan dibebankan sebagai biaya
ke periode di mana karyawan tersebut bekerja. Jumlah pensiun yang dibayarkan ditaksir berdasarkan
jumlah karyawan, umur, dan jangka waktu pembayaran pensiun kemudian dibagi dengan
taksiran jangka waktu bekerja karyawan tersebut. Setiap periode jumlah taksiran tersebut dicatat:

Biaya Gaji dan Upah xxx

Utang Pensiun xxx

atau

Biaya Produksi Tidak Langsung xxx

Utang Pensiun xxx

Pada saat pembayaran pensiun, dicatat sebagai berikut:

Utang Pensiun xxx

Kas xxx
II. Utang – utang bersyarat
Merupakan utang-utang yang sampai pada tanggal neraca masih belum pasti apakah akan menjadi
kewajiban atau tidak

 Jika kewajiban membayar utang pasti timbul (walau jumlah belum pasti), maka utang ini
termasuk taksiran utang
 Jika kewajiban membayar utang belum pasti (jumlah sudah pasti atau belum pasti), maka
utang ini termasuk utang-utang bersyarat

Perbedaan antara taksiran utang dan utang-utang bersyarat adalah kepastian timbulnya
kewajiban membayar

Yang termasuk utang-utang bersyarat adalah

1. Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan

2. Endorsemen bersyarat atas wesel-wesel

3. Sengketa hukum

4. Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya

5. Jaminan terhadap utang anak perusahaan

6. Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual

Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan dalam judul
tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang – utang yang lain.

SAHAM

1. PENGERTIAN SAHAM

Saham sering diartikan sebagai:

 Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
(Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6).
 Suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan
hukum terhadap perusahaan penerbit saham (Darmadji dan Fakhruddin,2001: 5).
2. JENIS-JENIS SAHAM

Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis (Fakhruddin dan
Hadianto, 2001: 12), yaitu:
Saham Biasa (common stocks) - Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling
yunior dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaantersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling banyakdikenal
dan diperdagangkan di pasar. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasanya
memiliki hak yaitu:

 Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi.
Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja
yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak
kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan
pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang
saham.

 Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik perusahaan, pemegang


saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua
laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan
sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk
dividen.

 Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak untuk mendapatkan
persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar
saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan
lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun.
Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli
tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.

Saham Preferen (preferred stocks) - Saham ini mempunyai karakteristik gabungan


antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi
bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua hal
penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan
ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham
tersebut dan membayar dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak
pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku dari
saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa.
Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut:

1) Preferen terhadap dividen

 Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan pemegang saham biasa.

 Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
2) Preferen pada waktu liquidasi ,Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas
aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi
likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk
semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif.

3. PENGERTIAN HARGA SAHAM


Harga saham (Hartono, 1998: 69) adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga
saham dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan.
Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah pengaruh dividen dengan harga saham,
dimana harga saham dianggapsebagai nilai sekarang dari seluruh dividen yang diharapkan
dimasa,mendatang.

4. NILAI - NILAI SAHAM


Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan harga saham
(Husnan, 1996: 315) yaitu:

 Analisis Fundamental - Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah


makhluk rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara harga
saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih
perusahaan itu.

 Analisis Teknikal - Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan


menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan informasi
yang timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap perusahaan dari
pada informasi intern perusahaan.

5. TIGA JENIS PENILAIAN SAHAM


A.NILAI BUKU

Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika
dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva
bersih untuk saham yang dimiliki investor.

Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku (Hartono, 2000: 80-82):

 Nilai nominal, ialah nilai yang ditetapkan oleh emiten.


 Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang dibayarkan investor kepada
emiten dikurangi harga nominalnya.
 Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan
emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham.
 Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan
diinvestasikan kembali ke perusahaan dan merupakan sumber dana internal.

B. NILAI PASAR

Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di
pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi
dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang
sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.

C.NILAI INTRINSIK
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham
tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal.
Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa
mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002).
Daftar Pustaka

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai