PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kayu putih ( Melalauca leucadendron Linn.) merupakan salah
satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi industri minyak atsiri
di Indonesia. Daun kayu putih mengandung senyawa kimia, antara lain: sineol,
melaleucin, minyak atsiri yang terdiri dari terpineol, cineol dan lignin (Agustina,
2010). Minyak kayu putih ini memiliki manfaat yang cukup besar, baik bagi
perekonomian sebagai obat-obatan, bahan insektisida, dan bahan wangi-
wangian. Minyak ini juga memiliki bau dan khasiat yang khas. Khasiat utama
dari minyak kayu putih adalah untuk melancarkan peredaran darah dengan
melebarkan pori-pori kulit sehingga badan menjadi lebih hangat dan tidak akan
mengganggu pernafasan kulit karena adanya sifat dari minyak kayu putih yang
mudah menguap (Agoes, 2010).
Industri Penyulingan Minyak kayu putih dapat kita jumpai di
beberapa daerah di Indonesia, salah satunya berada di Daerah Istimewa
Yogyakarta tepatnya di Sendangmole Playen Gunungkidul. Industri ini
di bawah pengolahan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY. Dalam
proses produksi pembuatan minyak kayu putih ini sering dijumpai
bahan baku yang memiliki kualitas kurang baik. Bahan baku berupa
daun kayu putih dengan kualitas kurang baik ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain: penangan pasca panen yang kurang baik atau
proses pemanenan yang salah sehingga kualitas dari daun tersebut
kurang baik. Sering terjadi adanya bahan baku daun kayu putih dengan
batang yang terlalu besar atau lebih dari 0,5cm. Hal tersebut sangat
mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan, dimana batang yang
terlalu besar akan membuat rendemen minyak menjadi rendah.
Dengan adanya batang yang terlalu besar ini akan memakan ruang
dalam bak pemasakan yang seharusnya dapat terisi oleh daun kayu
putih. Karena dalam proses penyulingan ini yang di suling adalah daun
bukanlah batang. Menanggapi permasalahan ini perlu diadakanya
evaluasi penanganan pasca panen Pokok bahasan yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu tentang pasca panen primer maupun sekunder dari tanaman
kayu putih proses penyulingan minyak kayu putih yang merupakan salah satu
bagian penting dalam proses produksi. Proses penyulingan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran dan keberhasilan proses produksi minyak kayu putih. Proses
penyulingan yang efisien akan menghasilkan minyak kayu putih yang
berkualitas dengan rendemen tinggi. Kualitas dan kuantitas hasil penyulingan
bisa di pengaruhi oleh mutu bahan baku,
persiapan ketel daun, cara pengisian daun kayu putih ke dalam ketel daun, suhu
dan tekanan steam yang di gunakan pada saat proses penyulingan serta proses
kondensasi pada saat proses penyulingan.
PEMANENAN DAN PROSESSING/ PENYULINGAN
a. Pemanenan
- Daun kayu putih siap untuk dipanen / dipungut daunnya setelah tanaman berumur 4
tahun
- Periode panen kayu putih adalah setiap 8 bulan
- Cabang dan tunas berukuran 1 cm di panen menggunakan parang/ atau sabit
- Cabang/ ranting tunas yang telah di tebas dikumpulkan, ditumbuk sejajar dan
bersilangan antas cabang agar menjadi tumpukan rapi dan diikat menjadi satu
menjadi ikatan cabang.
- Selanjutnya ikatan cabang/ ranting dan daun kayu putih diangkut ke pabrik dengan
menggunakan truk / pick up. Dalam kegiatan panen daun kayu putih biasanya
dihasilkan 1 – 1,3 Kg daun / pohon/ tahun