Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Protaper terhadap Perawatan Nekrosis Pulpa disertai Lesi

Periapikal pada Gigi Insisif Sentral – Laporan Kasus

Pendahuluan

Preparasi kemomekanik pada saluran akar yang efektif meliputi

instrumentasi mekanis dan irigasi antibakteri sangat penting untuk mencapai

tujuan biologis dan mekanis perawatan saluran akar. Tujuannya adalah untuk

membentuk sistem saluran akar dengan mengeliminasi seluruh jaringan nekrotik

pulpa, jaringan dentin yang rusak, dan mikroorganisme, sehingga saluran akar

menjadi steril untuk dilakukan pengisian saluran akar yang adekuat (Torabinejad

et al., 2014).

Instrumen ProTaper merupakan alat yang didesain untuk mempertinggi

efisiensi pembersihan dentin dan telah digunakan secara umum dalam perawatan

endodontik karena kemampuannya membentuk saluran akar dengan prosedur

komplikasi yang minimal. Protaper memiliki desain konveks triangular cross-

sectional dengan desain cutting-blades dengan kombinasi taper bermacam-

macam (Shen et al., 2006 ; Ruddle, 2001).

Laporan Kasus

Seorang wanita berusia 20 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Unpad, Bandung dengan keluhan utama terdapat benjolan berisi nanah di gusi

bagian depan atas pada gigi depan kanan tanpa disertai rasa sakit sejak 8 bulan

yang lalu. Gigi tersebut pernah ditambal sekitar 7 tahun yang lalu (Gambar 1).
Gambar 1. Gambaran fistula pada gusi regio gigi 11

Pada pemeriksaan ekstra oral, tidak terdapat kelainan yang ditemukan.

Pada pemeriksaan intraoral terdapat fistula pada gusi region gigi 11 (Gambar 1)

dan tambalan pada bagian mesial gigi insisivus sentral kanan disertai sakit saat

diperkusi. Foto radiografi bagian mahkota terdapat gambaran radioopak pada

bagian mesial dari email hingga mendekati kamar pulpa menyerupai bahan

tumpatan dan bagian periapikal menunjukkan adanya radiolusen berbatas tidak

jelas dan tidak tegas dengan diameter sekitar 1 cm (Gambar 2). Diagnosis klinis

yaitu nekrosis pulpa disertai lesi periapikal gigi 11.

Gambar 2. Gambaran radiografi kunjungan awal

Pada kunjungan awal dilakukan pembukaan akses kavum dengan

menggunakan bur akses endo pada handpiece berkecepatan tinggi. Pengukuran


panjang kerja dilakukan menggunakan apex locator dan didapatkan 23 mm

menggunakan k file nomer 15. Setelah itu, dilakukan ekstirpasi, reaming, dan

filing (ERF) dengan teknik crown down menggunakan protaper. Pada kunjungan

awal protaper akhir yang digunakan yaitu F3. Saluran akar diirigasi dengan 2,5%

NaOCl, aquabidest, EDTA, aquabidest, dan klorhexidin (CHX) secara berurutan

dan dalam jumlah banyak. Saluran akar dikeringkan dengan paper point dan

diberikan medikamen kalsium hidroksida (CaOH) hingga ke ujung apikal, lalu

orifis ditutup dengan cotton pellet dan tambalan sementara. Pasien diinstruksikan

untuk kontrol 14 hari kemudian.

Pada kunjungan kedua setelah 14 hari, pasien kembali dan mengaku

benjolan tidak membaik dan masih terasa sakit saat diperkusi (Gambar 3). Pada

kunjungan kedua ini dilakukan ERF menggunakan protaper yang lebih besar yaitu

ukuran F4 hingga F5. Prosedur tambahan ini dilakukan dengan pertimbangan

fistula yang tidak membaik. Setelah itu, dilakukan irigasi yang banyak, keringkan,

dan diberikan medikamen CaOH yang ditutup dengan cotton pellet dan tambalan

sementara.

Gambar 3. Gambaran klinis pada kunjungan kedua


Pada kunjungan ketiga, pasien mengaku terdapat perbaikan yg signifikan

pada benjolan tersebut namun masih terasa sedikit saat diperkusi (Gambar 4).

Setelah tiga bulan perawatan, pasien mengaku tidak ada keluhan, gigi tidak

berubah warna, fistula telah hilang, tes perkusi negatif (Gambar 5),dan gambaran

radiografi menunjukkan perbaikan yang signifikan pada lesi periapikal. Setelah

keluhan telah hilang dan terdapat perbaikan pada lesi periapikal dilakukan

pengisian dengan gutap percha protaper F5 (Gambar 5).

Gambar 4. Gambaran klinis pada kunjungan ketiga

Gambar 5. Gambaran klinis setelah 3 bulan perawatan

Gambar 6. Gambaran radiografi gigi insisif sentral kanan setelah dilakukan pengisian
Pasien di-follow up dengan penambalan kelas 1 komposit (Gambar 7)

dengan pertimbangan masih banyaknya struktur gigi yang sehat dan tidak adanya

perubahan warna. Setelah itu, pasien dilakukan observasi selama satu bulan untuk

melihat perbaikan pada periapikal gigi tersebut. Pada gambaran radiografi

menunjukkan sudah tidak adanya lesi pada periapikal dan tidak ada rasa sakit saat

dites perkusi (Gambar 8).

a b

Gambar 7. Follow up penambalan komposit kelas 1. (a) Preparasi, (b) Penambalan

Gambar 8. Gambaran radiografi gigi insisif sentral kanan setelah satu bulan observasi

Diskusi

Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut

diagnosis serta perawatan penyakit pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal.

Tindakan perawatan saluran akar terdiri atas tiga bagian yang disebut triad

endodontic, yakni preparasi akses, preparasi saluran akar (cleaning dan shaping),

serta pengisian saluran akar. Menurut Grossman, 1970 (dalam Baugh dan

Walllace, 2005) preparasi saluran akar merupakan salah satu tahap penting dalam

perawatan saluran akar. Schilder (2004) menyatakan bahwa tujuan umum

preparasi saluran akar adalah untuk membersihkan sisa-sisa zat organic dan
membentuk saluran akar sedemikian rupa sehingga dapat diisi secara hermetis

dalam tiga dimensi. Prinsip preparasi saluran akar yang saat ini diterima adalah

preparasi biomekanis yaitu menghilangkan jaringan pulpa dengan

mempertahankan foramen apical sekecil mungkin membentuk saluran akar

menjadi corong dari arah mahkota ke apeks, dengan menggunakan instrument

endodontic yang dikombinasikan dengan bahan irigasi kimiawi (Torabinejad et

al., 2014 ; Bueklein et al., 2012).

Salah satu kriteria keberhasilan preparasi adalah kebersihan saluran akar

yang dapat ditentukan dengan terpreparasinya seluruh dinding saluran akar.

Anatomi atau morfologi saluran akar mempengaruhi kebersihan preparasi saluran

akar, terutama sepertiga apeks. Insrumentasi sangat berperan dalam keberhasilan

preparasi saluran akar. Instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar

harus sesuai dengan indikasinya, sehingga memungkinkan dilakukan irigasi dan

pengisian saluran akar secara optimal (Torabinejad et al., 2014 ; Kojima et al.,

2004).

Instrumen protaper digunakan untuk preparasi saluran akar pada gigi

dengan saluran akar yang biasanya lurus. Instrumen ini paling sering digunakan

pada gigi insisif yang memiliki saluran akar tunggal dan lurus (Torabinejad et al.,

2014). Protaper memiliki beberapa karakteristik yaitu persentase taper yang

bervariasi pada cutting-blades-nya sehingga protaper ini bersifat fleksibel dan

mengurangi beban putar yang berlebihan. Pembentukan sudut helical dan pitch

yang seimbang membuat efisiensi pemotong dan pembersih menjadi lebih besar,

dan mencegah instrumen terpelintir. Penampang melintang berbentuk segitiga


cembung dapat mengurangi daerah kontak diantara file dengan dentin yang

berlebihan. Pemodifikasian pada ujung tip yang terarah supaya mengikuti saluran

akar dan dapat mengeliminasi jaringan lunak tanpa merusak dinding saluran akar.

Diameter pada ujung yang berbeda-beda yaitu seperti S1 berdiameter 0,17 mm,

SX berdiameter 0,19 mm, S2 berdiameter 0,20 mm, F1 berdiameter 0,20 mm, F2

berdiameter 0,25 mm, F3 berdiameter 0,30 mm, F4 berdiameter 0,35mm, dan F5

berdiameter 0,40 mm (Ruddle, 2001).

Alat ini digunakan pada teknik preparasi crown down. Teknik ini

dilakukan dengan preparasi saluran akar dimulai dari arah koronal dan preparasi

berkembang ke arah apikal menggunakan instrumen yang berukuran semakin

kecil dan akan berakhir pada apical stop. Teknik ini mengurangi kecelakaan

prosedur seperti stripping perforations dan transportasi apical (Torabinejad et al.,

2014; Salehrabi dan Rostein, 2004 ; Ruddle, 2001).

Mekanisme kerjanya terdiri atas 2 sistem file yaitu Sx, S1, S2, yang

berfungsi sebagai file pembentuk yang dapat membesarkan korona saluran akar

dan F1, F2, F3 yang berfungsi sebagai finishing file. Protaper pembentuk (Sx, S1,

S2) digerakan dengan gerakan menyikat arah watch winding yang bertujuan

memperbesar duapertiga korona. Setelah itu, daerah sepertiga apeks terlebih

dahulu ditelusuri dengan menggunakan file inisial kurang lebih K-file #15 untuk

mendapatkan panjang kerja. Ketika file inisial ini dapat masuk ke sepanjang

ukuran kerja secara pasif maka preparasi dapat dilanjutkan dengan finishing file

(Torabinejad et al., 2014 ; Peters et al., 2003).


Penggunaan finishing file digerakan dengan arah watch winding ke dalam

saluran akar sampai sepanjang kerja yang telah ditetapkan. Penggunaan finishing

file diawali dengan file F1 hingga panjang kerja tercapai. Penyelesaian preparasi

saluran diketahui dengan memeriksa tepat atau longgarnya file terakhir pada

saluran akar. Jika terasa tepat berarti seluruh saluran akar sepanjang kerja telah

terpreparasi dan siap untuk dilakukan pengisian saluran akar. Sedangkan jika

masih dirasakan longgar maka dapat digunakan file F2 dan jika didapatkan hasil

tepat dan sepanjang kerja maka dapat dilakukan pengisian. Jika sudah terasa tepat

tapi belum didapat sepanjang kerja, maka dapat lanjutkan dengan penggunaan F3

jika perlu sampai F4 dan F5 (Siquiera dan Lopes, 2011 ; Peters et al., 2003).

Desain file berperan penting dalam saluran akar. Suatu desain instrumen

endodontik bertujuan untuk mencegah kesalahan prosedur, meningkatkan efisiensi

dan kualitas preparasi saluran akar. Pada beberapa pasien, diameter saluran akar

apeks lebih besar dari ukuran file terbesar yg digunakan dalam pengukuran

panjang kerja, sehingga desain banyak disesuaikan untuk dapat mempreparasi

saluran akar semaksimal mungkin (Ruddle, 2001).

Kesimpulan

Pada kasus ini, gigi nekrosis insisif kanan dilakukan perawatan saluran

akar satu kunjungan dengan instrumen protaper dengan teknik preparasi crown

`down dan restorasi kelas I komposit.

Preparasi saluran akar bertujuan untuk mengeliminasi jumlah bakteri yang

terdapat pada dinding saluran akar. Protaper digunakan dalam preparasi saluran
akar gigi dengan teknik crown down. Instrumen tersebut dibagi atas 2 jenis

berdasarkan jenisnya yaitu shaping file (SX, S1, S2) dan finishing file (F1, F2, F3

dan F4, F5) dengan bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Pemilihan ukuran

protaper yang tepat disesuaikan dengan anatomi saluran akar yang akan

dipreparasi.

Setiap desain instrumen menentukan cara kerja file terhadap saluran akar

yang akan dipreparasi. Memahaminya akan membuat operator lebih memahami

cara kerja instrumen dan mampu menggunakannnya secara efektif, efisien, dan

tepat sasaran. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan efektivitas alat dalam

pengeliminasian bakteri yang terdapat pada dinding saluran akar.

Daftar Pustaka

Bürklein, S., K. Hinschitza, T. Dammaschke, and E. Schäfer. "Shaping ability and


cleaning effectiveness of two single‐file systems in severely curved root canals of
extracted teeth: Reciproc and WaveOne versus Mtwo and
ProTaper." International endodontic journal 45, no. 5 (2012): 449-461.

Kojima, Koko, Kyoko Inamoto, Kumiko Nagamatsu, Akiko Hara, Kazuhiko


Nakata, Ichizo Morita, Haruo Nakagaki, and Hiroshi Nakamura. "Success rate of
endodontic treatment of teeth with vital and nonvital pulps. A meta-
analysis." Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and
Endodontology 97, no. 1 (2004): 95-99.

Peters, O.A., Peters, C.I., Schonenberger, K. and Barbakow, F., 2003. ProTaper
rotary root canal preparation: assessment of torque and force in relation to canal
anatomy.

Ruddle, C.J., 2001. The ProTaper endodontic system: geometries, features, and
guidelines for use. Dent today, 20, pp.60-67.

Salehrabi, R. and Rotstein, I., 2004. Endodontic treatment outcomes in a large


patient population in the USA: an epidemiological study. Journal of
endodontics, 30(12), pp.846-850.
Shen, Y., Cheung, G.S.P., Bian, Z. and Peng, B., 2006. Comparison of defects in
ProFile and ProTaper systems after clinical use. Journal of Endodontics, 32(1),
pp.61-65.

Siqueira, J.F. and Lopes, H.P., 2011. Treatment of endodontic infections. London:
Quintessence.

Torabinejad, M., Fouad, A. and Walton, R.E., 2014. Endodontics-e-book:


Principles and practice. Elsevier Health Sciences.

Wallace, Schoeffel, J., W. Sbeih, "Efficacy of a new endodontic irrigation method


using negative pressure." In Abstract, vol. 1593, pp. 9-12. 2005.

Anda mungkin juga menyukai