Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian SDIDTK.
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun
pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh
kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal.

Jadawal atau waktu pendeteksian anak yaitu :


• Anak umur 0 – 1 tahun = 1 bulan sekali
• Anak umur > 1 – 3 tahun = 3 bulan sekali
• Anak umur > 3 – 6 tahun = 6 bulan sekali

1.1 DETEKSI PERTUMBUHAN BAYI

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang
perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill)
fungsi organ atau individu.kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu.n (s

A. Aspek pertumbuhan :
1. Timbang berat badannya(BB).
2. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK).
3. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada grafik.

1. Pengukuran Berat Badan (BB)

Ø Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus, kurus
sekali atau gemuk.

Ø Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita.
Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

Pengukuran BB :
a. Menggunakan timbangan bayi :

1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak
masih bisa berbaring atau duduk tenang
2. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang

3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka nol

4. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan

5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan

6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

8. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

b. Menggunakan timbangan injak :

1. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak

2. Lihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol

3. Anak sbaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam
tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu

4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

7. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara
gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

2. Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)


a. Cara mengukur dengan posisi berbaring :

1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang

2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar

3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka nol

4. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka
nol ( pembatas kepala)

5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke
telapak kaki
6. Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur
b. Cara mengukur dengan posisi berdiri :

1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu

2. Berdiri tegak menghadap ke depan

3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur

4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

5. Baca angka pada batas tersebut

3. Pengukuran lingkar kepala

Ø Tujuan pengukuran
Untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal

Ø Jadwal pengukuran
Disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Pada
ank yang lebih besar, umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. Pengukuran dan
penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih

Ø Cara mengukur lingkar kepala :

a. Pengukuran dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua
telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang

b. Baca angka pada pertemuan dngan angka nol

c. Tanyakan tanggal lahir bayi/ anak, hitung umur bayi atau anak

d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin anak

e. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang

Ø Lingkar Kepala, Berhubungan dengan perkembangan volume otak

1. Lingkar kepala lebih besar dari normal (makrosefali))

88% IQ normal,

5 % keterbelakangan mental ringan,

7 % keterbelakangan mental berat (Lober & Priestly, 1981)

2. Lingkar kepala lebih kecil dari normal (mikrosefali) keterbelakangan mental.


¥ Faktor penentu pertumbuhan anak :

a. Internal :

genetik : ayah, ibu, nenek, kakek, dst

proses selama kehamilan : nutrisi, penyakit, obat, polusi, dll

b. Eksternal: nutrisi, penyakit, polusi, aktivitas fisik sinkron pad setiap individu.

I. 2 DETEKSI PERKEMBANGAN BAYI DAN BALITA

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam bidang
motorik kasar, motorik halus, kemapuan berbahasa maupun sosialisasi dan kemandirian.

Ciri-ciri perkembangan adalah :


1. Perkembangan menimbulkan perubahan

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan maka setiap pertumbuhan


disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan intelengensia menyertai pertumbuhan otak dan
serabut syaraf.

2. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.

Seorang anak tidak akan bisa melewati suatu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Sebagai contoh : seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena
itu perkembangan awal merupakan masa kritis dan penentu.

3. Perkembangan memiliki pola yang tetap.


Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum tetap, yaitu :

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/ anggota
tubuh (pola sefalokaudal).

b. Perkembangan lebih dahulu terjadi di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke
bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerakan halus (pola proksimodistal).

4. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahapan perkembangan dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat gambar
kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

5. Perkembangan memiliki kecepatan yang berbeda.

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda,


baik dalam perkembangan fungsi organ maupun perkembangan pada masing-masing anak.

6. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan


Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembanganpun demikian, terjadi peningkatan
mental, ingat, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

a) Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining


Perkembangan (KPSP).

Ø Tujuan deteksi/skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal atau tidak.

Ø Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai
masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia
skrining terdekat yang lebih muda.

1. Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut kelompok umur. Formulir KPSP berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak, petugas
memeriksa/menanyakan kepada orang tua dan anak. Formulir KPSP tersedia untuk untuk setiap
kelompok umur anak dari 3 bulan hingga 72 bulan.

2. Interpretasi hasil KPSP : bila jawaban "Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan anak SESUAI
dengan tahap perkembangannya, bila jawaban "Ya" berjumlah 7-8 berarti perkembangan anak
MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban "Ya" berjumlah 6 atau kurang berarti kemungkinan ada
PENYIMPANGAN perkembangan anak.

¥ Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:

1. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.

2. Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.

3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan
anak.

4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur
sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah memasuki usia
prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan kelompok bermain dan TK.

5. Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur kurang dari umur
24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan.

6. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

1. Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi,
setiap saat dan sesering mungkin.
2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.

3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang


menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.

4. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang


menyebabkan penyimpangan perkembangannya.

5. Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang
sesuai dengan umur anak.

6. Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpanga (P).

7. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb:


Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak
halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian)

b) Tes Daya Dengar (TDD)

Ø Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera
ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD setiap 3
bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas.

Ø Jadwal : setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan
ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.

1. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak, gambar-gambar binatang dan
manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan bola). Pada anak usia kurang dari 24 bulan,
semua pertanyaan dijawab oleh orang tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan,
pertanyaan berupa perintah-perintah kepada anak melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan
anak. Pemeriksa mengamati dengan teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah yang
diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya' bila anak dapat melakukan yang
diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak mau melakukan perintah.

2. Interpretasi hasil pemeriksaan : Bila ada satu atau lebih jawaban "Tidak" kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya: bila perlu pemeriksaan diulang 2 minggu
kemudian untuk meyakinkan bahwa ada gangguan pendengaran. Anak dirujuk ke Rumah Sakit bila
diduga mengalami gangguan pendengaran.

c) Tes Daya Lihat (TDL)

Ø Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya lihat anak sejak dini agar dapat segera
ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal
TDL setiap 6 bulan pada anak usia pra-sekolah (36-72 bulan).

Ø Jadwal : dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini oleh
tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
1. Alat yang diperlukan :

a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.

b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.

c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.

d. Alat penunjuk

2. Cara melakukan tes daya lihat :

a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.

b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.

c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke poster “E”.

d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.

e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu E
menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian
setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E”
dengan benar.

f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas

g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai garis pertama sampai
garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat.

h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E”
pada poster.

i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang sama.

j. Setiap kali anak mampu mencocokkan, berikan anak pujian.

3. Interpretasi hasil pemeriksaan :

Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai baris ketiga Poster E dengan kedua matanya maka
diduga anak mengalami gangguan daya lihat. Untuk itu lakukan intervensi: Minta kepada orang tua
agar membawa anaknya untuk memeriksa ulang 2 minggu kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2
minggu kemudian didapati hasil yang sama maka kemungkinan anak memang mengalami gangguan
daya lihat. Selanjutnya pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke Rumah Sakit dengan
membawa surat rujukan yang berisi keterangan mata yang mengalami gangguan (mata kiri, kanan
atau keduanya).

Ada 4 aspek yang dinilai dalam perkembangan:

 Gerakan motorik kasar :


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, terutama melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri, dll

 Gerakan motorik halus :

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.

 Bahasa :

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

 Sosialisasi dan kemandirian :

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersoialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya
I. 3 ASPEK MENTAL EMOSIONAL

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.

Ø Tujuan pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,
autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi.

Ø Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan, dilakukan untuk anak
yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan
perkembangan anak.

Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu :


a. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72 bulan
b. Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan.
c. Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH) Menggunakan
Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.

A. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan - 72 bulan

Ø Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental
emosional pada anak prasekolah.

Ø Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72
bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.

1. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem
mental emosional anak umur 36-72 bulan.

2. Cara melakukan:
Tanyakan setiap® pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis
pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.
Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”®

3. Interpretasi :
Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
Bila jawaban “ya” hanya 1 :
1. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang memdukung
Perkembangan Anak
2. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih : Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa atau tumbuh kembang anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah
mental emosional yang ditemukan.
B. Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi anak umur 18-36
bulan.

Ø Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak umur 18-36 bulan.

Ø Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas
PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c) Perilaku yang berulang-ulang.

1. Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu :
a. Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-
ragu atau takut menjawab.
b. Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT.

2. Cara menggunakan CHAT


a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada
CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c. Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan
anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

3. Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk
pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan 3.

4.
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

C. Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH) Menggunakan
Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.

Ø Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan
ke atas.

Ø Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
orang tua atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB,
petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif

1. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan
yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa.

2. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :

· Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada
formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu
atau takut menjawab.

· Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini
GPPH.

· Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika di
rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat dan ketika anak denngan siapa saja.

· Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

3. Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan jumlahkan nilai
masing-masing jawaban menjadi nilai total.
• Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
• Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
• Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
• Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH

4. Intervensi :
a. anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/
tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan
kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak
Jenis deteksi dini yang harus dilakukan berdasarkan umur anak
Jenis deteksi dini tumbuh kembang yang harus menurut kelompok umur anak dapat dilihat pada
bagan di bawah ini.
. Pengertian SDIDTK.
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun
pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh
kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal.

B. Kegiatan SDIDTK yang meliputi:


• Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan gerak,
bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara optimal sesuai usia anak.
• Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining atau
mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak balita.
• Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk
memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar pertumbuhan dan
perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya tidak menjadi lebih berat.
• Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah penyimpangan
tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan intervensi dini.
C. Umur anak dalam pendeteksian (SDIDTK)
Tidak semua umur anak bisa dilakukan pendeteksian. Anak bisa dideteksi ketika menginjak umur 0
bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 15 bulan, 18 bulan, 21 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36 bulan,
42 bulan, 48 bulan, 54 bulan, 60 bulan, 66 bulan, dan 72 bulan. Usia ini adalah standar usia yang
telah ditetapkan.
Jadawal atau waktu pendeteksian anak yaitu :
• Anak umur 0 – 1 tahun = 1 bulan sekali
• Anak umur > 1 – 3 tahun = 3 bulan sekali
• Anak umur > 3 – 6 tahun = 6 bulan sekali
Jika umur si anak belum menginjak usia standar pemeriksaan maka jangan dilakukan pendeteksian,
namun tunggu si anak mencapai usia yang ditentukan. Misal jika si anak lahir tanggal 12 Agustus
2009, maka waktu yang tepat untuk pendeteksiannya adalah :
• Hitung umur si anak saat ini, dalam contoh anak lahir tanggal 12 Agustus 2009 maka saat ini (12
Juni 2013) usia si anak adalah 46 bulan. Dalam standar usia pendeteksian, 46 bulan tidak termasuk
standar usia pendeteksian, sedangkan menurut standar usia adalah 48 bulan. Maka si anak baru bisa
di deteksi 2 bulan kedepan atau 60 hari kedepan yaitu pada tanggal 11 atau 12 Agustus 2013.
• Satu bulan dihitung 30 hari.
• Toleransi kelebihan usia anak pada saat pendeteksian dari usia standar adalah 29 hari kedepan.
Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak
Stimulasi dini adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak
mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Anak usia 0-6 tahun perlu
mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya
stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-kembang yang bahkan dapat menyebabkan
gangguan yang menetap. Stimulasi kepada anak hendaknya bervariasi dan ditujukan terhadap
kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan
bicara dan bahasa, kemampuan sosialisasi dan kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan
moral-spiritual.
Siapa yang melakukan stimulasi?
Stimulasi perlu dilakukan menurut aturan yang benar seperti anjuran para ahli, stimulasi yang salah
dapat menyebabkan pembentukan anak yang menyimpang. Oleh karena itu stimulasi sebaiknya
dilakukan oleh orang-orang terdekat dengan anak yang telah mendapat pengertian tentang cara
memberi stimulasi yang benar, misal: ayah, ibu, pengasuh, anggota keluarga lain, petugas kesehatan
dan kelompok masyarakat tertentu, misal kader kesehatan atau kader pendidikan.
Prinsip-prinsip dasar dalam menstimulasi anak
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan para pendidik, pengasuh dan orang tua, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan yang
menangani bidang tumbuh kembang anak.
2. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
3. Selalu menunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-orang
terdekat dengannya.
4. Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.
5. Dunia anak dunia bermain, oleh karena itu lakukanlah stimulasi dengan cara mengajak anak
bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman.
6. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
7. Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
8. Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.
Jenis Skrining / Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang
Jenis kegiatan deteksi atau disebut juga skrining, dalam SDIDTK adalah sebagai berikut :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan
(TB) dan Lingkar Kepala (LK).
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi
• Pendeteksian menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
• Tes Daya Lihat (TDL)
• Tes Daya Dengar (TDD)
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :
• Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
• Check List for Autism in Toddlers (CHAT) atau Cek lis Deteksi Dini Autis
• Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Untuk lebih jelasnya hubungan antara umur anak dan jenis skrining/pendeteksian dini dari
penyimpangan tumbuh kembang dapat dilihat pada gambar berikut :
Pengertian SDIDTK.
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun
pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh
kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal.

Jadawal atau waktu pendeteksian anak yaitu :


• Anak umur 0 – 1 tahun = 1 bulan sekali
• Anak umur > 1 – 3 tahun = 3 bulan sekali
• Anak umur > 3 – 6 tahun = 6 bulan sekali

Konsep DDTK
.1 Pengertian
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Deteksi Dini Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2 Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
b. Deteksi dini perkembangan
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
3 Alat Yang Diperlukan
- Lembar formulir DDTK
- Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan test dan penilaian.
4 Prosedur DDTK terdiri dari 2 tahap :
a. Tahap Pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a) 3 – 6 bulan
b) 9 – 12 bulan
c) 18 – 24 bulan
d) 3 tahun
e) 4 tahun
f) 5 tahun
b. Tahap Kedua
Dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan perkembangan kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi diagnostik lengkap.

.5 Instrumen Tumbuh Kembang Anak


a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
- Jadwal :
3, 6, 9....24, 30....72 bulan
- Pelaksana :
Tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih.
- Alat / Instrumen :
1. Formulir
2. Alat Bantu
- Cara :
1. Tentukan umur
2. Pilih formulir sesuai umur bayi
3. Beritahukan pada ibu agar tidak ragu–ragu dalam menjawab pertanyaan
- Interpretasi :
1. Hitung berapa jumlah jawaban “YA”
2. Jawaban “TIDAK” Perlu dirinci
- Intervensi :
1. S (YA = 9 – 10)
2. M (YA = 7 – 8)
3. P (YA = < 6)

b. Tes Daya Dengar (TDD)


- Tujuan :
Menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk
tingkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
- Jadwal :
1. Tiap 3 bulan pada bayi umur < 12 bulan
2. Tiap 6 bulan umur 12 bulan ke atas
- Pelaksana :
1. Tenaga Kesehatan
2. Guru TK
3. PADU (Pusat Pendidikan Anak Dini Usia)
4. Petugas Terlatih
- Cara :
1. Tentukan Umur
2. Pilih formulir yang sesuai
3. Anak < 24 bulan ditanyakan pada orang tua jika jawaban “YA” bila bisa melakukan 1
bulan terakhir, jawaban “TIDAK” bila anak tidak bisa melakukan 1 bulan terakhir.
Anak > 24 bulan pertanyaan yang ditujukan pada orang tua untuk dikerjakan anak
- Interpretasi :
Mengalami kemungkinan gangguan pendengaran (ada 1 atau > jawaban tidak) cacat
- Intervensi :
Tindak lanjut sesuai buku paduan, rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

c. Tes Daya Lihat (TDL)


- Tujuan :
Deteksi dini kelainan daya lihat agar dapat segera ditanggulangi sehingga kesempatan
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih.
- Jadwal :
Tiap 6 bulan (3 – 6 tahun)
- Pelaksana :
1. Tenaga Kesehatan
2. Guru TK
3. PADU
4. Petugas Terlatih
- Alat :
1. Ruangan yang bersih
2. 2 kursi
3. Poster “E”
4. Alat penunjuk
- Cara :
1. Pilih ruangan bersih, tenang, penyinaran baik
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
3. Letakkan kursi sejauh 3 meter
4. Letakkan kursi untuk pemeriksa
5. Tunjukkan huruf “E” yang ada di poster, perintahkan anak untuk mengarahkan kartu “E”
yang dipegangnya sesuai dengan kartu “E” yang ada pada poster.
6. Tutup mata bergantian
7. Beri pujian
8. Tulis baris “E” terkecil yang bisa dilihat
- Interpretasi :
Kemungkinan mengalami gangguan penglihatan bila tidak bisa melihat baris ke 3 pada kartu
“E”
- Intervensi :
Minta anak datang lagi
Bila tetap rujuk
d. KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
- Tujuan :
Deteksi dini penyimpangan masalah mental emosional pada anak pra sekolah
- Jadwal :
Tiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan
- Alat :
KMME
- Cara :
1. Tanyakan secara jelas, satu persatu pada orang tua
2. Catat jumlah jawaban “YA”
- Interpretasi :
Bila ada jawaban “YA” → kemungkinan +
- Intervensi :
1. Bila ada jawaban “YA” beri konseling pada orang tua dengan buku pedoman pola asuh anak
yang mendukung perkembangan. Lakukan evaluasi 3 bulan → tetap → rujuk.
2. Bila jawaban “YA” 2 / > → rujuk
e. CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
- Tujuan :
Deteksi dini autis pada anak umur 18 – 36 bulan
- Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua/pengasuh/guru TK mengenai :
1. Keterlambatan bicara
2. Gangguan komunikasi / interaksi sosial
3. Perilaku berulang–ulang
- Alat :
CHAT CARDS
- Cara :
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, dan jelas pada orang tua
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak
3. Catat
- Interpretasi :
1. Resiko tinggi menderita autis → tidak pada A3, A7, B2, B3, B4
2. Resiko rendah menderita autis → tidak A7 dan B4
3. Kemungkinan gangguan pendengaran → “TIDAK” jumlahnya 3 pada A1 – A4, A6, A8, A9,
B1, B5
4. Anak dalam batas normal, bila tidak dalam kategori 1, 2, 3
- Intervensi :
Bila anak resiko menderita autis dan kemungkinan ada gangguan perkembangan → rujuk ke
RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak
f. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
- Tujuan :
Deteksi Dini anak adanya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
- Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua / pengasuh / guru TK mengenai :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak / impulsif
- Alat :
Formulir GPPH
- Cara :
1. Ajukan pertanyaan
2. Lakukan pengamatan
3. Keadaan diamati pada anak dimanapun dia berada
4. Catat
- Interpretasi :
Beri nilai
0 → tidak ditemukan
1→ kadang – kadang
2 → sering ditemukan
3 → selalu ada
- Intervensi :
Bila total 13 → uji ulang 1 bulan lagi
Anak dengan GPPH → perlu dirujuk ke RS
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Selasa, 24 oktobber 2017

Jam : 09.30 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata Anak

Nama anak : An. “Afifa”

Tempat & tanggal lahir : Bandar jaya 28 september 2013

Usia : 48 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Anak ke : II

2. Orang Tua

Nama ibu : Ny. “N” Nama ayah : Tn. “E”

Umur : 33 tahun Umur : 41 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMEA Pendidikan pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Sumber rejo. Kec Tumi jajar, TB barat

2. Alasan datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang anaknya


3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular maupun menurun. Ibu
mengatakan anaknya tidak pernah sakit parah sampai opname. Ibu mengatakan anaknya pernah
sakit pilek, batuk dan panas. Bila anak sakit ibu segera memeriksakan ke puskesmas dan sembuh
setelah minum obat dari puskesmas.

5. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan saat ini anaknya sehat, tidak sakit apapun.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti penyakit kuning, TBC, dan penyakit typoid. Serta dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing manis, jantung dan tidak ada riwayat kembar.

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

a. Prenatal

Selama hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu mengalami mual muntah tapi
mulai menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu mendapat vitamin, tambah darah dan
kalk secara teratur dari Bidan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya kebidan.

b. Natal

Ibu mengatakan melahirkan secara normal di bidan

c. Post Natal

Selama nifas tidak ada keluhan, ibu tidak demam. Ibu tidak mengalami perdarahan. Ibu
mengeluarkan darah nifas selama 40 hari. Bekas jahitan operasi baik, tidak ada infeksi.

d. Neonatal

Ibu mengatakan dalam waktu beberapa jam melahirkan, bayinya sudah bisa berak dan kencing. Tali
pusat baik dan tidak terjadi perdarahan.

8. Riwayat Imunisasi

Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap.

9. Pola Kebiasaan Sehari–Hari

a. Nurtisi
Setiap hari makan 3-4 x sehari dengan komposisi nasi ± ½ centong dengan sayur dimakan habis dan
lauk pauk. Anak masih minum ASI ± 4-5 x sehari.

b. Eliminasi

BAB : 1 x/hari

BAK : 5-7 x/hari

c. Istirahat

Anak tidur siang ± 2-3 jam. Tidur malam ± 8-9 jam.

d. Aktivitas

Anak suka bermain dengan temannya dan dengan saudaranya didalam rumah. Siang hari kadang
anak bermain tapi kadang tidak.

e. Personal Hygiene

Anak mandi 2 x/hari, ganti baju tiap kali habis mandi, ganti celana dalam tiap kali kotor/basah.

10. Riwayat Psikososial dan Budaya

a. Psikologi

Ibu tampak senang menerima kelahiran anaknya. Anak diasuh oleh ibu dan ayah.

b. Sosial

Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik juga dengan
petugas kesehatan juga terjalin dengan baik.

c. Budaya

Dalam keluarga masih melakukan selamatan 7 bulanan, tidak ada budaya pantang makanan, tidak
pernah minum jamu, jika keluarga sakit selalu dibawa ke petugas kesehatan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : composmentis

Nadi : 100 x / menit

Pernafasan : 34 x /menit

Suhu : 36,6oC

BB : 19 kg LK : 45cm
TB : 112 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, bersih

Muka : Simetris, tidak pucat, tidak kuning.

Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.

Hidung : Bersih, tidak ada sekret

Gigi dan Mulut : Bersih, tumbuh gigi susu, gigi tidak ada karies, lidah bersih

Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, maupun
vena jugularis.

Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dada

Abdomen : Bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar

Genetalia : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret

Ekstremitas Atas : simetris, gerak aktif , tidak ada polidaktil dan sidaktil

Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan sidaktil

b. Palpasi

Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal

Leher : tidak teraba pembekakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun vena jugularis.

Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.

Ekstremitas : Atas : tidak oedem

Bawah : tidak oedem

c. Auskultasi

Abdomen : Bising usus (+)

d. Perkusi

Abdomen : tidak kembung

e. Perhitungan Umur anak

Tanggal Test : 24 oktober 2017

Tanggal Lahir : 28 september 2017


Perhitungan umur sebagai berikut : 2017 – 10 – 24

2013 – 09 – 28 _

4- 26

Jadi An “Afifa” berumur 4 Tahun 26 hari

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak Halus Ya Tidak


dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai
dan tutup panci tidak ikut dinilai

2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?

3. Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi & Ya Tidak
atau melambai-lambai? Jawab tidak jika ia membutuhkan kemandirian
bantuan

4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia Bicara & Ya Tidak


memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya

5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak


selama kira-kira 5 detik

6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak


selama kira-kira 30 detik atau lebih

7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak


anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai
dan kemudian berdiri kembali

8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi  Ya Tidak


diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab YA Kemandirian
bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan

9. Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan tanpa Gerak Kasar Ya Tidak
jatuh atau terhuyung-huyung?

10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH

TES DAYA DENGAR ( TDD)

Untuk umur lebih dari 3 tahun

1. Perlihatkan benda benda yang ada di sekeliling Ya Tidak


anak seperti sendok,cangkir, bola, bunga dsb. Suruh
anak menyebutkan benda benda tersebut.
Apakah anak dapat menyebutkan nama nama
benda tersebut dengan benar?

2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam 3 meter di Ya Tidak


depan anak, suruh anak mengulangi angka angka
yang telah anda ucapkan ; “empat” “satu “
Delapan” atau menirukan dengan jari tangannya.
Kemudian tutup mulut anda dengan buku, ucapkan
4 kata yang berlainan, apakah anak dapat
mengulangi atau menirukan ucapan dengan jari
tangan nya?

TES DAYA LIHAT

Pemeriksaan mmenggunakan kartu E Pada anak,

Hasil Pemeriksaan : Mata kanan dan kiri anak tidak mengalami kesuliatan melihat sampai baris ke
tiga Poster “ E”.

Anda mungkin juga menyukai