Anda di halaman 1dari 12

Unit

No Deskripsi/Fungsi Gambar Kriteria Design Literatur


Operasi/Proses
1 Kimia adalah istilah untuk proses penghancuran organisme Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
1. Desinfek penyebab penyakit, sementara itu sterilisasi adalah istilah dengan sumber literatur:
si untuk proses total penghancuran semua organisme. 1.Lucjan Pawlowski, “Physico-
Dalam proses disinfeksi pada pengolahan air limbah Chemical Methods for Water
terjadi pemaparan antara bahan penghancur dengan and Wastewater
organisme. Pada umumnya terjadi penghancuran virus, Treatment”, First Edition,
bakteri dan protozoa yang terdapat dalam air. Pergamon Press, New York,
1980.
2. Degremont, “Water
Treatment Handbook”, Sixth
Edition, Lavoisier Publishing,
Paris, 1991.
3. Mark J. Hammer, “ Water
and Wastewater Technology “,
Second Edition, John
Wiley & Sons, New York, 1986.
4. Tsukishima Kikai Co., Ltd.,
“A Guide to TSK Water & Waste
Water Treatment”,
Tokyo, 1996.
2.1 Khlorinas  Khlorinasi banyak digunakan pada pengolahan dan  Reaksi Kimia Zat Khlor
i penyediaan air domestik, Gambar 1. Chlorine Apabila khlor dalam bentuk gas ditambahkan ke
disamping itu sering pula digunakan pada air limbah Contact Chamber dalam air limbah, akan terjadi 2 reaksi yaitu
yang telah diolah. Zat khlor merupakan zat reaksi hidrolisa dan reaksi ionisasi. Pada reaksi
pengoksidasi,oleh karena itu jumlah khlor yang hidrolisa terbentuk hipokhlorit (HOCl) dan pada
dibutuhkan tergantung pada konsentrasi organik dan zat reaksi ionisasi terbentuk ion (OCl-). Reaksi
NH3-N dalam air yang diolah. Kebutuhan zat khlor keseimbangannya sebagai berikut:
untuk air limbah rata-rata 40 hingga 60 mgr/l. Pada Reaksi hidrolisa :
umumnya zat khlor dimasukkan ke dalam air dalam Cl2 + H2O → HOCl + H+ + Cl-
bentuk gas Cl2, khlor dioksida (ClO2), sodium Reaksi ionisasi :
hipokhlorit (NaOCl) dan calsium hipokhlorit Ca(OCl)2. HOCl → H+ + OCl-
Khlor bentuk calcium  Sisa Khlor Bebas
hipokhlorit lebih banyak digunakan dari pada bentuk gas, Sisa khlor didefinisikan sebagai jumlah (HOCl)
karena penanganannya dan OCl- , biasanya digunakan pula sebagai
lebih mudah. ukuran keefektifan khlor. Jumlah sisa khlor
sebagai standar pada sistem penyediaan air
adalah 0,5 – 1,0 gr/m3. Sisa khlor dapat
digunakan pula
sebagai ukuran jumlah khlor yang masih ada.
 Reaksi dengan Amonia
Reaksi hipokhlorit dengan amonia
menghasilkan senyawa khloramin dan gas
nitrogen (N2) serta oksida nitrogen (N2O).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
HOCl + NH3 → NH2Cl (monochloramine) +
H2O
HOCl + NH2Cl → NHCl2 (dichloramine) +
H2O
HOCl + NHCl2 → NCl3 (nitrogen trichloride)
+ H2O
Reaksi-reaksi tersebut sangat tergantung pada
pH, temperatur, waktu kontak dan rasio awal
antara chlorine dengan amonia. Pada umumnya
senyawa yang paling dominan adalah
monochloramine dan dichloramine. Chlorine
yang ada dalam senyawa-senyawa tersebut
disebut chlorine terikat yang tersedia.
Chloramine merupakan disinfektan juga, namun
kekuatannya lebih kecil dari pada hipokhlorit.
1.1.1 Breakpoint  Breakpoint khlorinasi adalah angka pada saat jumlah Reaksinya pada tahap 3 sebagai berikut :
Chlorination khlor cukup untuk menghasilkan sisa khlor bebas. NH2Cl + NHCl2 + HOCl → N2O + 4 HCl
Terdapat 4 tahap yang terlibat dalam hal ini, yaitu: 2 NH2Cl + HOCl → N2 + H2O + 3 HCl
_ Tahap 1 : zat-zat yang mudah teroksidasi, yaitu Fe2+,
H2S dan zat-zat organik bereaksi terlebih dahulu
menghasilkan khlorida.
_ Tahap 2 :terbentuk senyawa chloramine dan
chloroorganik
_ Tahap 3 : penambahan khlor selanjutnya akan
mengoksidasi senyawa-senyawa di tahap 2,
menghasilkan N2O, khlorida, dan N2,
_ Tahap 4 : tahap breakpoint, semua chloramine dan
sebagian besar senyawa chloroorganik telah dioksidasi.
Penambahan khlor selanjutnya akan
menghasilkan sisa khlor bebas (HOCl) dan (OCl).
1.1.2 Ozonisasi  Ozon (O3) adalah suatu bentuk allotropik oksigen Gambar 2 Dengan cara melewatkan oksigen kering atau
yang diproduksi. Gambar 3 udara dalam suatu medan listrik (5000 – 20.000
Ozon bersifat tidak stabil, merupakan gas berwarna biru V; 50 – 500 Hz).
yang sangat toksik dengan bau seperti rumput kering.
Ozon adalah oksidator kuat
yang sangat efisien untuk disinfeksi. Sebagaimana
oksigen, kelarutan ozon dalam air cukup rendah dan
karena sifatnya yang tidak stabil maka disinfeksi dengan
ozon tidak memberikan residu (sisa). Pengolahan
disinfeksi dengan ozon jauh lebih mahal dari pada
disinfeksi
dengan khlor, namun ozon memberi keuntungan yaitu
dapat menghilangkan warna. Dalam hal ini pengolahan
air dengan filtrasi dan ozonisasi dapat menghasilkan
kualitas air yang setara dengan proses koagulasi,
sedimentasi, filtrasi dan khlorinasi. Oleh karena ozon
tidak memberikan sisa, maka dalam sistem distribusi
tidak akan
terdapat ozon sehingga akan timbul masalah dengan
adanya pertumbuhan kembali mikroorganisme yang
disertai masalah bau dan warna. Pertumbuhan
mikroorganisme
dalam sistem perpipaan dapat diatasi dengan
penambahan khlor dosis
rendah setelah proses ozonisasi. Pada pengolahan limbah
industri ozon dapat
digunakan untuk mengoksidasi zat-zat yang non-
biodegradable.
Terdapat dua macam ozonizer :
1. Tipe plate dengan elektroda datar dan isolator gelas
(glass dielectrics);
2. Tipe tabung dengan elektroda silinder koaksial
(cylindrical electrodes coaxial)
dan isolator gelas silinder.
1.1.3 Radiasi Berbagai bentuk radiasi dapat dijadikan disinfeksi yang Reaksi
Ultraviolet efektif. Radiasi ultra violet (UV) telah bertahun-tahun disinfeksi UV pada panjang gelombang sekitar
digunakan untuk pengolahan air skala kecil. Air yang 254 nm merupakan radiasi yang
akan didisinfeksi dialirkan diantara tab reflektor yang sangat kuat apabila organisme benar-benar
dilapisi metal dengan waktu pemaparan beberapa detik, terpapar oleh radiasi. Oleh karena itu
namun energi penting sekali untuk mencapai kekeruhan
yang diperlukan cukup tinggi yaitu sekitar 10 – 20 Gambar 4 serendah-rendahnya agar adsorpsi UV
watt/m3/jam. Keuntungan disinfeksi dengan UV antara oleh senyawa-senyawa organik yang terdapat
lain : pemeliharaan minimum, tidak menimbulkan dalam aliran dapat berlangsung
dampak bau dan rasa, tidak menimbulkan bahaya apabila merata.
terjadi overdosis. Sedangkan kelemahannya antara lain:
tidak memiliki residu disinfeksi, biaya mahal dan
memerlukan klarifikasi air lebih sempurna.
1.3 Presipitasi Presipitasi adalah Pemisahan zat anorganik terlarut Reaksi presipitasi/pengendapan beberapa zat
tertentu dapat dilakukan dengan penambahan suatu anorganik dan hasil-hasil
reagen yang sesuai untuk merubah anorganik terlarut terlarutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
menjadi presipitat/endapan, sehingga dapat dipisahkan Tabel 1. Reaksi Presipitasi Dan Harga
dengan cara pengendapan / sedimentasi. Tingkat Konstanta Kesetimbangannya.
pemisahan yang dapat dicapai tergantung pada nilai pKsp
kelarutan senyawa yang dihasilkan dan hal ini biasanya REAKSI pada
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH dan 25oC
temperatur. Proses presipitasi banyak diterapkan dalam Al(OH)3
pengolahan limbah industri, misalnya untuk memisahkan 31,2
→ Al+3 +
metal-metal yang tidak dikehendaki, misalnya 3 OH-
penghilangan kesadahan dan penghilangan phosphat
AlPO4 → 22,0
Al+3 +
PO4
-3
CaCO3 →
Ca+2 + 8,4
CO3
-2
Ca(OH)2
→ Ca+2 + 5,4
2 (OH)-
Ca3(PO4)
2→3
Ca+2 + 2 26,0
PO4
-3
CaSO4 →
Ca+2 +
4,6
SO4
-2
FeCO3 →
Fe+2 +
10,4
CO3
-2
Fe(OH)2
→ Fe+2 + 14,5
2 (OH)-
Fe(OH)3
→ Fe+3 + 38,0
3 (OH)-
FePO4 →
Fe+3 +
21,9
PO4
-3
MgCO3
→ Mg+2
4,9
+ CO3
-2
Mg(OH)2
→ Mg+2 9,2
+ 2 (OH)-
1.3.1 Penghilangan Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air yang Kesadahan air dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu
Kesadahan mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan sementara (temporer) dan kesadahan tetap
kesadahan disebabkan oleh adanya logamlogam (permanen). Kesadahan sementara disebabkan oleh
atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, garam-garam karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO3-)
Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah dari kalsium dan magnesium, kesadahan ini dapat
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan
Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk pembubuhan kapur soda. Kesadahan tetap disebabkan
penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan oleh adanya garam-garam khlorida (Cl-) dan sulfat
industri. Bagi air rumah tangga tingkat (SO42-) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan ini
kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun disebut juga kesadahan non karbonat yang tidak dapat
lebih banyak karena sabun dihilangkan dengan cara pemanasan.
jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul
sabun diikat oleh unsur Ca/Mg. Bagi air industri unsur
Ca dapat menyebabkan kerak pada dinding peralatan
sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan industri,
dan disamping itu dapat menghambat proses pemanasan.
Kesadahan dapat
dihilangkan dengan dua cara yaitu melalui proses
presipitasi dengan kapur dan soda abu ( Na2CO3) atau
disebut juga proses kapur soda, dan melalui sistem ion
exchange.
1.3.2 Proses Kapur Pada proses ini tujuannya adalah untuk membentuk  Untuk menghilangkan kesadahan sementara
Soda garam-garam kalsium kalsium, ditambahkan kapur.
dan magnesium menjadi bentuk garam-garam yang tidak Reaksi yang terjadi :
larut, sehingga dapat diendapkan dan dapat dipisahkan Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 ⇄ 2 CaCO3 ↓ + 2 H2O
dari air. Bentuk garam kalsium dan magnesium yang  Untuk menghilangkan kesadahan tetap kalsium,
tidak larut dalam air adalah : ditambahkan soda abu.
- Kalsium Karbonat (CaCO3) Reaksi yang terjadi :
- Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2) CaSO4 + Na2CO3 ⇄ CaCO3 ↓ + Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3 ⇄ CaCO3 ↓ + 2 NaCl
 Untuk menghilangkan kesadahan magnesium
sementara, ditambahkan kapur.
Tahap 1 :
Gambar 5 Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 ⇄ MgCO3 + CaCO3 ↓ + 2 H2O
Gambar 6 Tahap 2 :
MgCO3 + Ca(OH)2 ⇄ Mg(OH)2 ↓ + CaCO3 ↓
 Untuk menghilangkan kesadahan magnesium
tetap ditambahkan kapur + soda abu
Tahap 1 :
MgCl2 CaCl2
+ Ca(OH)2 ⇄ Mg(OH)2 ↓ +
MgSO4 CaSO4
Tahap 2 :
CaCl2 NaCl
+ Na2CO3 ⇄ CaCO3 ↓ +
CaSO4 Na2SO4
1.3.3 Penghilangan Pada tahun 1960 - an alkyl benzene sulfonate (ABS) Pengendapan dengan alum adalah sebagai
Phospat yang nonbiodegradable berikut :
telah digantikan dengan linear alkyl sulfonate (LAS) Al2(SO4)3 + 2 PO4-3 ⇄ 2 AlPO4 ↓ + 3 SO4-2
yang biodegradable. Namun kekurangannya bagian Pengendapan dengan kapur adalah sebagai
hidrophilik dari LAS mengandung grup phosphat, berikut :
sehingga 5 Ca+2 + 4 OH- + 3 HPO4
proses biodegradasi mengeluarkan phosphat ke dalam -2 ⇄ Ca5(OH)(PO4)3 ↓ + 3 H2O
larutan yang dapat
menimbulkan proses eutrophication. Oleh karena itu
phosphat dihilangkan dengan
Fe+3, Al+3 atau Ca+2. Proses penghilangan phosphat
sama dengan proses
pelunakan. Pemilihan ion pengendap tergantung pada pH
air limbah.
1.3.4 Proses Proses presipitasi digunakan pula pada pengendapan Reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
Presipitasi Lainnya logam-logam, disamping itu pada pengendapan sulfat SO42- + Ca2+ + 2 H2O ⇄ CaSO4.2H2O ↓
dan fluor. Pengendapan sulfat dilakukan dengan sistem Untuk pengendapan zat fluor ditambahkan
presipitasi dingin gypsum CaSO4.2H2O. CaCl2, reaksi kimianya adalah
sebagai berikut :
Gambar 7 2 F- + Ca2+ ⇄ CaF2 ↓
Pada pengendapan logam biasanya dalam
bentuk hidroksida, dengan cara
menetralkan efluent yang bersifat asam. Kondisi
pH yang optimum untuk presipitasi
logam berkisar antara 7 – 10,5 .
1.4 Koagulasi Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid
dengan cara
penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan.
Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya tarik
menarik antara partikel lebih kecil dari pada gaya tolak
menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil ini
penggumpalan partikel tidak terjadi dan gerakan Brown
menyebabkan partikel tetap berada sebagai suspensi.
Melalui proses koagulasi terjadi destabilisasi, sehingga
partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi besar.
Dengan demikian partikel-partikel koloid yang pada
awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses
koagulasi akan menjadi kumpulan partikel yang lebih
besar sehingga mudah dipisahkan dengan cara
sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang
lebih mudah. Bahan kimia yang sering digunakan untuk
proses koagulasi umumnya diklasifikasikan menjadi tiga
golongan, yakni Zat Koagulan, Zat Alkali dan Zat
Pembantu Koagulan. Zat koagulan digunakan untuk
menggumpalkan partikel-partikel padat tersuspensi, zat
warna, koloid dan lain-lain agar membentuk gumpalan
partikel yang besar (flok). Sedangkan zat alkali dan zat
pembantu koagulan berfungsi untuk
mengatur pH agar kondisi air baku dapat menunjang
proses flokulasi, serta membantu agar pembentukan flok
dapat berjalan dengan lebih cepat dan baik.

Gambar 8
1.4.1 Koagulan Pemilihan zat koagulan harus berdasarkan pertimbangan,
antara lain jumlah dan kualitas air yang akan diolah,
kekeruhan air baku, metode filtrasi serta sistem
pembuangan lumpur endapan. Koagulan yang sering
dipakai antara lain Aluminium
Sulfat (alum), Ferry Chloride dan Poly Aluminium
Chloride (PAC). Di samping itu ada senyawa polimer
tertentu yang dapat dipakai bersama-sama dengan
senyawa koagulan lainnya.
1.4.1.1 Aluminium Alum merupakan bahan koagulan yang banyak dipakai Aluminium sulfat atau alum, diproduksi dalam
Sulfat (Alum), untuk pengolahan air karena harganya murah, flok yang bentuk padatan atau dalam
Al2(SO4)3 .18 dihasilkan stabil serta cara pengerjaannya mudah. bentuk cair. Alum ini banyak dipakai karena
H2O Garam aluminium Sulfat jika ditambahkan kedalam air harganya relatip murah dan efektif untuk
dengan mudah akan larut dan bereaksi dengan HCO3- air baku dengan kekeruhan yang tinggi serta
menghasilkan aluminium hidroksida yang mempunyai sangat baik untuk dipakai bersamasama
muatan positip. Sementara itu partikel-parikel koloidal dengan zat koagulan pembantu. Dibandingkan
yang terdapat dalam air baku biasanya bermuatan negatip dengan koagulan dari garam
dan sukar mengendap karena adanya gaya tolak menolak besi, alum tidak menimbulkan pengotoran yang
antar partikel koloid tersebut. Dengan adanya hidroksida serius pada dinding bak. Salah satu
aluminium yang bermuatan positip maka akan terjadi kekurangannya yakni flok yang terjadi lebih
tarik menarik antara partikel koloid yang bermuatan ringan dari pada flok yang dihasilkan
negatip dengan partikel aluminium hidroksida yang koagulan garam besi dan selang pH operasi
bermuatan positip sehingga terbentuk gumpalan partikel lebih sempit yakni 5,5 - 8,5. Alum padat
yang makin lama makin besar dan berat dan cepat Gambar 9 mempunyai berat jenis sekitar 1,62 dan dalam
mengendap. Selain partikel-partikel koloid juga partikel bentuk butiran kasar mempunyai
zat organik tersuspensi, zat anorganik, bakteri dan berat jenis semu (apparent density) + 0,5.
mikroorgaisme yang lain dapat bersama-sama Sedangkan untuk butiran halus
membentuk gumpalan partikel (flok) yang akan mempunyai berat jenis semu 0,6 - 0,7. Alum
mengendap bersama-sama. Jika alkalinitas air baku tidak padat umumnya dipakai dalam bentuk
cukup untuk dapat bereaksi dengan alum, maka dapat larutan dengan konsentrasi 5 - 10 % untuk skala
ditambahkan kapur (lime) atau soda abu agar reaksi dapat kecil dan untuk skala besar 20 - 30
berjalan dengan baik. %.Tetapi pada suhu yang rendah dan
konsentrasi
yang tinggi akan terjadi pengkristalan Al2O3
yang menyebabkan penyumbatan pada
perpipaan. Oleh karena itu, untuk pemakaian
alum cair, konsentrasi Al2O3 harus diatur pada
konsentrasi tertentu, biasanya sekitar 8 - 8,2 %.
1.4.1.2 Ammonia Merupakan garam rangkap Amonium Aluminium Sulfat. Gambar 10 Penggunaanya biasanya terbatas untuk instalasi
Alum, Kelarutan dalam air kecil dan untuk air baku dengan kekeruhan yang
(NH4)2(SO4). memerlukan waktu lebih lama dari pada Alum dan daya tidak begitu tinggi. Misalnya untuk kolam
Al2(SO4)3.24H2O koagulasinya lebih rendah. renang, industri kecil dan lainnya.
Pembubuhannya dapat dilakukan dengan cara
sederhana yakni dengan alat bubuh tipe pot (pot
type feeder). Amonia Alum diletakkan dalam
suatu bejana, lalu air dilewatkan kedalam bejana
tesebut sehingga sebagian alum larut.
Selanjutnya larutan yang terjadi diinjeksikan ke
air baku.
1.4.1.3 Sodium Sodium Aluminat dibuat dengan melarutkan Al2O3 ke Sering digunakan untuk pengolahan air
Aluminat, NaAlO2 dalam larutan NaOH. boiler dan jarang digunakan untuk pengolahan
Daya koagulasinya tidak begitu kuat. Dapat bersifat air minum. Biasanya digunakan
sebagai koagulan dan zat alkali bersama-sama dengan alum karena dapat
serta efektif untuk menghilangkan zat warna. membentuk flok dengan cepat. Reaksi
kimia antara Sodium Aluminat dengan alum dan
Gambar 11
karbon dioksida adalah sebagai
berikut :
6 NaAlO2 + Al2(SO4)3.18H2O → 8 Al(OH)3 +
3 Na2SO4 + 18 H2O + 6 H2O
2 NaAlO2 + CO2 + 3 H2O → 2 Al(OH)3 + 3
Na2CO3
1.4.1.4 Ferrous Secara komersial Ferro sulfat diproduksi dalam bentuk Biasanya digunakan bersama-sama
Sulfat (Copperas) kristal berwarna hijau dengan kapur (lime) untuk menaikkan pH,
atau butiran (granular) untuk pembubuhan kering dengan sehingga ion ferro terendapkan dalam
kandungan Fe(S04) kirakira bentuk ferri hidroksida, Fe(OH)3 . Ferrous
55 %. Ferro Sulfat bereaksi dengan alkalinitas alami Sulfate ini kurang sesuai untuk
tetapi dibanding reaksi menghilangkan warna, akan tetapi sangat baik
antara alum dengan HCO3 untuk pengolahan air yang
- Gambar 12 mempunyai alkalinitas, kekeruhan dan DO yang
, lebih lambat. tinggi. Kondisi pH yang sesuai yakni
Proses ini biasanya lebih murah dibandingkan dengan antara 9,0 - 11,0. Reaksinya adalah sebagai
alum, tetapi penggunaan dua berikut :
macam bahan mengakibatkan prosesnya lebih sulit. 2 Fe(SO4).7 H2O + 2 Ca(HCO3)2 + 1/2 O2 →
Disamping itu pengolahan air 2 Fe(OH)3 + 4 CO2 + 2 Ca(SO4) + 13 H2O
dengan menggunakan ferro sulfat dan kapur dapat 2 Fe(SO4).7 H2O + 2 Ca(OH)2 + 1/2 H2O → 2
memperbesar kesadahan air. Fe(OH)3 + 2 Ca(SO4) + 13 H2O
1.4.1.5 Cara ini merupakan metode lain dari penggunaan ferro Secara teoritis 1,0 lb khlorine dapat
Chlorinated sulfat sebagai koagulan. Dalam proses ini khlorine mengoksidasi 7,8 lb copperas. Tetapi untuk
Copperas ditambahkan untuk mengoksidasi ferro sulfat menjadi mendapatkan hasil yang baik pembubuhan
ferri sulfat. khlorine biasanya sedikit berlebih dari
kebutuhan teoritis. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
3 Fe(SO4) + 1,5 Cl2 → Fe2(SO4)3 + FeCl3 +
13 H2O
1.4.1.6 Ferri Ferri khlorida dan ferri sulfat merupakan bahan koagulan Gambar 13 Keuntungan dari koagulan garam ferric antara
Khlorida, FeCl3 . dengan nama dagang bermacam-macam. Dapat bereaksi lain, yakni proses koagulasi
H2O dengan bikarbonat (alkalinitas) atau dapat dilakukan pada selang pH yang lebih
kapur. besar, biasanya antara pH 4 - 9. Flok yang
terjadi lebih berat sehingga cepat mengendap,
serta efektif untuk menghilangkan warna, bau
dan rasa. Reaksinya adalah sebagai berikut :
2FeCl3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + CaCl2
+ 21 H2O2 FeCl3 + 3 Ca(OH)2 → 2 Fe(OH)3 +
3 CaCl2
1.4.1.7 Poly Poly Aluminium Chloride (PAC) merupakan bentuk Dibandingkan dengan Aluminium Sulfat, PAC
Aluminium polimerisasi kondensasi dari garam aluminium, mempunyai beberapa kelebihan
Chloride (PAC) berbentuk cair dan merupakan koagulan yang sangat yakni kecepatan pembentukan floknya cepat
baik. dan flok yang dihasilkan mempunyai
Mempunyai dosis yang bervariasi dan sedikit kecepatan pengendapan yang besar yakni 3 - 4,5
menurunkan alkalinitas. Daya cm/menit, dan dapat menghasilkan
koagulasinya lebih besar dari pada alum dan dapat Gambar 14 flok yang baik meskipun pada suhu rendah.
menghasilkan flok yang stabil walaupun pada suhu yang Dari segi teknik dan ekonomi, alum
rendah serta pengerjaannyapun mudah. biasanya dipakai pada saat kondisi air baku
yang normal, sedangkan poly aluminium
chloride dipakai pada saat temperatur rendah
atau pada saat kekeruhan air baku
yang sangat tinggi.
1.4.2 Zat Pemilihan jenis zat koagulan pembantu harus dapat Sebagai bahan koagulan pembantu
Koagulan menghasilkan flok yang yang sering dipakai, yakni silika aktif (activated
Pembantu baik / stabil dan tidak berbahaya ditinjau dari segi silic acid) dan sodium alginat (sodium
kesehatan. Disamping itu juga alginic acid). Pada keadaan biasa/normal dosis
harus ekonomis serta pengerjaannya mudah. silika aktif yakni 1 - 5 ppm sebagai
SiO2 dan untuk sodium alginat yakni antara 0,2
- 2 ppm.
1.4.3 Bak Partikel-partikel pengotor dalam air baku yang Proses koagulasi dibagi menjadi dua tahap.
Koagulan mempunyai ukuran dengan diameter 10-2 mm dapat Pertama yaitu koagulasi partikel-partikel
dipisahkan dengan cara pengendapan biasa tanpa bahan kotoran menjadi flok-flok yang masih
kimia. Tetapi untuk partikel yang sangat halus dengan halus/kecil dengan cara pengadukan
ukuran lebih kecil 10-2 mm dan juga partikel-partikel cepat segera setelah koagulan dibubuhkan.
koloid sulit untuk dipisahkan dengan pengendapan tanpa Tahap ini disebut dengan pencampuran
bahan kimia serta masih tetap lolos jika disaring dengan cepat dan prosesnya dilakukan pada bak
saringan pasir cepat. Oleh karena itu di dalam sistem Gambar 15 pencampur cepat (mixing basin). Tahap
pengolahan air dengan saringan pasir cepat, proses selanjutnya adalah proses pertumbuhan flok
koagulasi sangat penting agar partikel koloid yang sulit agar menjadi besar dan stabil, yaitu dengan cara
mengendap tadi dapat digumpalkan sehingga membentuk pengadukan lambat pada bak flokulator. Proses
grup partikel yang lebih besar dan berat yang dengan tersebut dinamakan flokulasi. Dengan demikian
cepat dapat diendapkan atau disaring. Untuk itu perlu bak untuk proses koagulasi-flokulasi diperlukan dua
koagulasi untuk mendapatkan proses koagulasi yang buah bak yakni untuk bak pencampur cepat dan
efektif. bak flokulator.
1.4.4 Bak Bak pencampur cepat harus dilengkapi dengan alat
Pencampur Cepat pengaduk cepat agar bahan kimia (koagulan) yang
dibubuhkan dapat bercampur dengan air baku secara
cepat dan merata. Oleh karena kecepatan hidrolisa
koagulan dalam air besar, maka
diperlukan pembentukan flok-flok halus dari koloid
hidroksida yang merata dan
secepat mungkin sehingga dapat bereaksi dengan
partikel-partikel kotoran
membentuk flok yang lebih besar dan stabil. Untuk itu
diperlukan pengadukan yang
cepat. Ada dua cara pengadukan yang dapat dipakai,
yaitu pengadukan dengan energi yang ada dalam air itu
sendiri dan pengadukan dengan energi yang didapat
dari luar.
1.4.4.1 Dapat dilakukan dengan cara aliran dalam bak/kolam bak/kolam dengan sekat horizontal
Berdasarkan dengan sekat horizontal maupun vertikal (baffled flow type) dengan
energi dari air itu maupun vertikal (baffled flow type). Atau dapat juga membuat aliran turbulen dalam sistem
sendiri dengan membuat aliran turbulen perpipaan dengan kecepatan aliran di atas 1,5
Gambar 16
dalam sistem perpipaan dengan kecepatan aliran di atas m/detik. dapat juga dilakukan dengan Parshall
Gambar 17
1,5 m/detik. Selain cara flume ataupun dengan cara
tersebut di atas dapat juga dilakukan dengan Parshall menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil
flume ataupun dengan cara (nozzle).
menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil (nozzle).
1.4.4.2 Cara yang paling umum dipakai yaitu dengan flush mixer yaitu dengan flush mixer yang berupa motor
Berdasarkan yang berupa motor dengan alat pengaduk berupa baling-baling
Energi Mekanik dengan alat pengaduk berupa baling-baling (propeler) (propeler) maupun paddle, dengan
Dari Luar maupun paddle, dengan kecepatan rotasi lebih kecil 1,5 m/detik. Waktu
kecepatan rotasi lebih kecil 1,5 m/detik. Waktu Gambar 18 pengadukan standar antara 1 - 5
pengadukan standar antara 1 - 5 menit atau dengan mendifusikan koagulan ke
menit. Cara yang lain yaitu dengan mendifusikan dalam air baku dengan
koagulan ke dalam air baku dengan pompa difusi (diffusion pump).
pompa difusi (diffusion pump).
1.5 Oksidasi Bahan kimia oksidant seperti oksigen, Khlorine, Metode yang umum dipakai adalah oksidasi
Kimia permanganat, ozon dan hidrogen peroksida digunakan dengan Cl2 atau NaOCl. Apabila
sebagai zat pengoksidasi pada proses pengolahan air digunakan Cl2, perlu ditambahkan NaOH,
limbah. Oksidasi dengan khlor telah dibahas pada reaksinya adalah sebagai berikut :
pembahasan khlorinasi, tiga CN- + 2 NaOH + Cl2 → CNO- + 2 NaCl +
proses reaksi oksidasi penting lainnya adalah H2O
penghilangan besi, mangan dan sianida. Reaksi oksidasi CN- dengan NaOCl adalah
Pada pengolahan air limbah industri, sering dijumpai sebagai berikut :
kandungan sianida yang biasanya terdapat pada buangan CN- + NaOCl → CNO- + NaCl Reaksi diatas
industri ekstraksi emas dan perak atau pada berlangsung pada keadaan pH alkali yaitu antara
industri pelapisan logam. Ion sianida (CN-) bersifat 8,5 dan 11. Apabila pH lebih kecil dari 7,
racun, oleh karena itu harus dihilangkan terlebih dahulu cyanate terhidrolisa sebagai berikut :
sebelum buangan dialirkan ke perairan terbuka atau CNO- + 2 H+ + H2O → NH4+ + CO2
badan air. Penambahan Cl2 pada pH sedikit basa terjadi
oksidasi CNO- menjadi N2 dan CO2, reaksinya
sebagai berikut :
2 CNO- + 3 Cl2 + 4 NaOH → N2 + 2 Cl- + 4
NaCl + 2 H2O + 2 CO2
1.6 Penukar Ion Proses ion exchange dilakukan untuk menghilangkan Gambar 19 Reaksi penukar ion untuk zeolit dan resin
(Ion Exchange) ion-ion yang tidak Gambar 20 adalah sebagai berikut:
diinginkan seperti Ca+2, Mg+2, Fe+2 dan NH4 Untuk zeolit alam (Z) :
+ . Media penukar adalah fasa padat Ca+2 Ca+2 Na2 Z + Mg+2 → Mg+2 Z + 2 Na+
terbuat dari bahan mineral atau resin sintetik yang terdiri Fe+2 Fe+2
dari ion bergerak yang Untuk resin sintetis (R):
menempel pada grup fungsional tetap, yang dapat - Penukar kation asam kuat :
bersifat asam atau basa. Pada RSO3H + Na+ → RSO3Na + H+2 RSO3Na +
proses penukaran, ion bergerak ditukar dengan ion Ca+2 → (RSO3)2Ca + 2 Na+
terlarut yang terdapat dalam air. Sebagai contoh Ca+2 - Penukar kation asam lemah :
ditukar dengan Na+ atau SO4 RCOOOH + Na+ → RCOONa + H+
-2 ditukar dengan Cl-. Bahan penukar ion pada awalnya RCOONa + Ca+ → (RCOONa)2Ca + 2 Na+2
menggunakan bahan yang berasal dari - Penukar anion basa kuat :
alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit. Zeolit RR’3NOH + Cl- → RR’3NCl + OH-2 RR’3NCl
biasa digunakan untuk + SO4-2 → (RR3N)2SO4 + 2 Cl-
menghilangkan kesadahan dan menghilangkan ion - Penukar anion basa lemah :
amonium. Zeolit yang digunakan RNH3OH + Cl- → RNH3Cl + OH-2 RNH3Cl +
untuk pelunakan adalah aluminosilicates komplek SO4-2 → (RNH3)2SO4 + 2 Cl-
dengan ion bergeraknya ion sodium. Untuk penghilangan
amonium digunakan zeolit clinoptilolite, disamping itu
terdapat pula zeolit sintetis.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut sudah diganti dengan
bahan yang lebih
efektif yang disebut resin penukar ion. Resin penukar ion
umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene.
Sistem penukar ion biasanya diterapkan pada proses
pelunakan air dan proses demineralisasi.
1.6.1 Regenerasi Setelah proses penukar ion beroperasi beberapa waktu, Contoh reaksi regenerasi dengan garam dapur :
akan terjadi Ca Ca
kejenuhan dan pada kondisi seperti ini tercapai R + 2 NaCl → Na2R + Cl2
keseimbangan dengan air baku. Mg Mg
Untuk itu perlu dilakukan regenerasi. Pada proses
regenerasi senyawa asli garam
yang berperan sebagai ion bergerak (mobile ion) Gambar 21
dikontakkan dengan resin yang telah jenuh, maka
keseimbangan akan cenderung bergeser ke kondisi asli.
Pada
proses pelunakan air dan proses penukar kation lainnya,
regenerasi biasanya
menggunakan garam dapur (NaCl).
1.6.2 Kapasitas Kemampuan resin dalam menghilangkan kesadahan Pada umumnya kapasitas penukar resin berkisar
Penukaran disebut sebagai kapasitas penukaran. Angka kapasitas antara 2 sampai 10 eq/kg
dapat ditetapkan melalui pengukuran jumlah resin. Kapasitas penukar zeolit berkisar antara
kesadahan yang dapat dihilangkan oleh satuan volume 0,05 sampai 0,1 eq/kg zeolit.
resin atau satuan berat resin, Pengukuran lain adalah jumlah garam yang
misalnya 1 kg CaCO3 per 1 m3 resin. Angka kapasitas diperlukan untuk regenerasi per
dapat pula sebagai jumlah kesadahan yang dapat dihilangkan, misalnya 11
ekivalen kation atau anion yang dapat ditukar per unit gr NaCl per 100 gr CaCO3.
berat penukar ion.

Anda mungkin juga menyukai