Anda di halaman 1dari 36

Laporan Pengelola Teknis Bidang

Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa


Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Nomor : 01/PT-PAPUGM/LB/V/2015 Yogyakarta, 22 Mei 2015

Kepada Yth.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Direktorat Jendral Cipta Karya
di -
Jakarta

Perihal : Laporan Pengelola Teknis Bidang Pengawasan (Mei 2015)

Dengan Hormat.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pengelola Teknis No.
W19.A3/109/PL.01/I/2015 tentang Penunjukkan dan Pengangkatan Pengelola
Teknis Pembangunan Asrama Mahasiswa Putri Santren Universitas Gadjah
Mada – Yogyakarta. Sebagai bukti pelaksanaan tugas dengan ini Pengelola
Teknis menyampaikan Laporan Bidang Pengawasan (Mei 2015) pada
Kegiatan Pengelolaan Teknis Pembangunan Asrama Mahasiswa Putri Santren
Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.
Laporan bidang pengawasan ini mempunyai batas akhir pelaporan
progress pada 22 Mei 2015 dimana pekerjaan Pembangunan Asrama
Mahasiswa Putri Santren Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta telah
mencapai progress fisik sebesar 77.32%.
Demikian pengantar kami. Atas perhatian dan kerjasama Bapak kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Hormat Kami: Pengelola


Teknis Kegiatan
Bidang Cipta Karya Dinas PU …………………

Kelompok Pengawasan:
1. Yoppy Soleman, S.T., M.T.
2. M. David Siregar
3. Sulih D.
4. Sutarno

1
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Kegiatan

Gedung Asrama Mahasiswa Putri Santren Universitas Gadjah Mada –


Yogyakarta mulai dikonstruksi pada tahun 20145 dan selesai pada 24 Juli
2015 dengan luas keseluruhan lantai 10.168 m2 dandibangun diatas area tanah
seluas ………. m2. Bahwa jumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta yang pada tahun 2015 berjumlah 59.600 orang perlu difasilitasi
dengan menyiapkan asrama sedemikian sehingga pembangunan asrama
putri ini akan meringankan biaya hidup bagi para mahasiswa di luar
Yogyakarta dan pada akhirnya dapat menunjang pelaksanaan kegiatan
pendidikan.

Gambar 1. Tampak Depan Gedung Aspuri Santren – UGM Yogyakarta

Bahwa daya tampung asrama yang ada pada saat ini masih jauh dari
kebutuhan mahasiswa dimana maksimal daya tampung sebesar 12.100
mahasiswa dari sejumlah 59.600 mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Sepanjang 40 hari kerja pada Tahun 2014 telah diselesaikan pekerjaan
pembongkaran bangunan lama, pekerjaan pondasi poer plat, pekerjaan
perbaikan tanah dasar bawah pondasi dan pekerjaan balok sloof. Sedangkan
pada Tahun Anggaran 2015 ini komponen konstruksi yang harus diselesaikan
hingga 24 Juli 2015 adalah pekerjaan kolom struktural lantai dasar beton
precast-in-place, pekerjaan kolom struktural lantai 2 s.d. lantai 5, pekerjaan
balok struktyral beton bertulang precast-in-place lantai 1 s.d. lantai 5,
pekerjaan dinding geser (shear-wall) arah Timur-Barat sebanyak 8 (delapan)
segmen, pekerjaan pelat lantai beton bertulang precast-in-place lantai 1 s.d.
lantai 5, pekerjaan pelat kantilever precast-in-place lantai 1 s.d. lantai 4,
pekerjaan dinding batako lantai 1 s.d. lantai 5, pekerjaan tangga beton
bertulang, pekerjaan balok lintel, pekerjaan lantai, pekerjaan finishing,
pekerjaan elektrikal, pekerjaan mekanikal . Kegiatan konstruksi harus dapat

2
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

diselesaikan hingga batas akhir rencana Serah Terima Pekerjaan Pertama


(SPTS, PHO) pada tanggal 24 Juli 2015.

Gbr. 2. Potongan 1-1-

Asrama M ahasiswa Putri UGM - Yo gyakarta


Jumlah Lantai : 5
Sistem Struktur : Portal Terbuka Beton Precast-In-Place +
Dinding Geser Beton Bertulang
Katagori Duktilitas Struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
dengan Duktilitas u=4.43 dan Faktor Reduksi
Gempa R = 7.26
Sistem Ketahanan Gempa : Dinding Geser (Shear Wall) pada Sumbu Y-Y
Iregularitas Vertikal : simetrik, tidak ada loncatan bid. muka
Iregularitas Horizontal : simetrik, sayap bangunan berbentuk persegi
Tipe Tanah Dasar Bangunan : Aluvium (soft soil)
Observasi Kualitatif Tanah Dasar : No Settlement/Liquafaction/Spreading/Retak
PGA Horizontal Dasar (Ground Motion) : 0.20g (Zonasi Gempa 4, SNI-1726-2002)

B. Alasan Pelaksanaan Kegiatan

Penyediaan fasilitas asrama mahasiswa adalah upaya untuk membantu


mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada pada tahun pertama kuliah, karena

3
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

biasanya para mahasiswa baru dari luar Yogyakarta mengalami kesulitan


pada masa orientasi tahun pertama memasuki kuliah di Universitas Gadjah
Mada.

Gedung dan Bangunan adalah salah satu aset yang dimiliki oleh pemerintah
yang digunakan dalam rangka untuk pelaksanaan pelayanan kepada stake
holders yang ada. Kondisi gedung dan bangunan akan mempengaruhi kinerja
aparat pemerintah berkaitan dengan kenyamanan para pihak yang
menggunakan bangunan tersebut. Oleh karena itu untuk mendapatkan
kualitas gedung dan bangunan yang baik diperlukan alokasi anggaran yang
memadai.

Alokasi anggaran untuk keperluan gedung dan bangunan dituangkan


berdasarkan pada substansi pekerjaan yang terkait dengan gedung dan
bangunan. Dalam struktur APBN, komponen belanja pemerintah pusat
diantaranya terdiri dari belanja modal. Belanja modal adalah pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah
aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Berdasarkan Sistem Akuntasi
Pemerintah, Belanja modal salah satunya adalah Belanja Modal Gedung dan
bangunan. Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk
pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan
pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai
gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

A. Ruang Lingkup Bangunan Gedung Negara

Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas


yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti: gedung kantor,
gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara, dan
diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN,
dan/atau perolehan lainnya yang sah. Berdasarkan tingkat kompleksitas,
bangunan gedung negara diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Bangunan Sederhana

Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara


dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi
sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama
10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana,
antara lain:

1. gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan


gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai
dengan 500 m2;
2. bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
3. gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;

4
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

4. gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah


lantai s.d. 2 lantai.

b. Bangunan tidak sederhana

Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara


dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau
teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya
adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:


1. gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung
kantor dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor
bertingkat lebih dari 2 lantai;
2. bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E
yang bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk
rumah susun;
3. gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
4. gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung
pendidikan dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.

c. Bangunan Khusus

Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang


memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam
perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi
khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10
(sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara
lain:
1. Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden;
2. wisma negara;
3. gedung instalasi nuklir;
4. gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan
dan persyaratan khusus;
5. gedung laboratorium;
6. gedung terminal udara/laut/darat;
7. stasiun kereta api;
8. stadion olah raga;
9. rumah tahanan;
10. gudang benda berbahaya;
11. gedung bersifat monumental; dan
12. gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.

B. Kontruksi/Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Proses Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang


diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi
dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan

5
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan


bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan
bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi,
renovasi, restorasi). Berdasarkan definisi tersebut, pembangunan mencakup
seluruh tahapan dari perencanaan sampai dengan berfungsinya suatu
gedung. Dalam pekerjaan pembangunan juga meliputi pekerjaan perawatan
gedung bangunan negara.

Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi agar


bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Perawatan
bangunan dapat digolongkan sesuai dengan tingkat kerusakan pada
bangunan yaitu:

1) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan;


2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang;
3) Perawatan untuk tingkat kerusakan berat.

Tingkat Kerusakan Bangunan

Yang dimaksud dengan Kerusakan bangunan adalah tidak


berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat
penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau
perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa
bumi, atau sebab lain yang sejenis. Intensitas kerusakan bangunan
dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:

a. Kerusakan ringan, Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama


pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langitlangit,
penutup lantai dan dinding pengisi.
b. Kerusakan sedang, Kerusakan sedang adalah kerusakan pada
sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural
seperti struktur atap, lantai, dll.
c. Kerusakan berat, Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian
besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural
yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana mestinya.

Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi dengan


Instansi Teknis setempat yang bertanggung jawab terhadap pembinaan
bangunan gedung.

Pemeliharaan Bangunan

Dalam proses pemeliharaan bangunan, terdapat tiga kategori yaitu :

1. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian


dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang
tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap
dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.

6
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

2. Renovasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak berat


sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang
dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas
bangunannya
3. Restorasi, yaitu memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang
dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur
bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat
berubah.

Kegagalan Bangunan

Hasil proses pekerjaan kontruksi yang telah diserahkan, karena


kualitas atau hal lainnya, bisa terjadi kegagalan bangunan. Kegagalan
bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan
oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi
baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa. Masa kegagalan bangunan
adalah sepuluh tahun. Apabila hasil pekerjaan kontruksi yang telah
diserahkan oleh penyedia jasa kontruksi terjadi penyimpangan yang
disebabkan karena kesalahan pihak penyedia, maka penyedia jasa
kontruksi harus bertanggung jawab terhadap akibat yang disebabkan
kegagalan bangunan tersebut.

C. Dasar Hukum dan Standar Teknis Bangunan Gedung Negara

Pemeriksaan terhadap bangunan perlu dilakukan terutama sekali pada


bangunan gedung negara/pemerintah yang berfungsi untuk melayani
kepentingan umum (fungsi pemerintahan, sosial budaya dan keagamaan).
Dasar hukum untuk mempraktekkan hal ini sudah cukup jelas yaitu substansi
pasal-pasal dan ayat dari peraturan perundangan berikut ini:

1. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;


2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung;
3. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara;
4. Peraturan Menteri PU No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri PU No. 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli
Bangunan Gedung;
6. Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
7. Peraturan Menteri PU No. 24 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

Salah satu prinsip pembangunan gedung menurut peraturan bangunan di


Indonesia adalah harus memenuhi persyaratan keandalan, dan sebagai
bagian terpenting dari keterandalan bangunan gedung adalah keandalan

7
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

secara struktural. Keandalan struktural didefinisikan sebagai kapasitas


elemen struktural bangunan gedung secara keseluruhan maupun secara
parsial (pondasi, sloof, kolom, balok, plat, dinding, rangka atap dan elemen
struktural lainnya) untuk memikul pembebanan maksimum selama umur
rencana atau masa pakai bangunan tanpa mengalami kegagalan atau
keruntuhan secara tiba-tiba, baik yang bersifat lokal di titik-titik tertentu
maupun keruntuhan total keseluruhan bangunan. Hal ini bertujuan untuk
menjamin keselamatan penghuni atau pemakai bangunan. Perlu ditekankan
disini bahwa standar perencanaan konstruksi yang dirujuk dalam peraturan
perundangan di atas tidak mengharuskan adanya sejarah/riwayat korban
jiwa (ada korban jiwa dulu sebelum implementasi), melainkan merujuk
kepada SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu peraturan zonasi dalam SNI-
03-1726-2002, peraturan perencanaan struktur beton dalam SNI-03-2847-
2002, peraturan pembebanan gedung dalam PPTIUG 83 dan PMI 1970. Maka
dalam keandalan struktural tersebut akan terdapat 4 komponen utama yang
perlu dinilai yaitu stabilitas, kekuatan, kekakuan dan duktilitas.

D. Ruang Lingkup Pengelola Teknis

Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Pengelola Teknis Bidang Cipta
Karya adalah berpedoman pada Permen PU No. 45 Tahun 2007. Menurut
Permen Pu No. 45 Tahun 2007, tugas utama Pengelola Teknis Bidang Cipta
Karya adalah melakukan Pembinaan Teknis kepada pihak Konsultan dan
Kontraktor. Apabila dikehendaki maka Pengelola Teknis juga dapat berfungsi
sebagai Konsultan Pemerintah (Konsultan Internal), yaitu dengan
memperhitungkan situasi dan kondisi kebutuhan teknis di lapangan
pekerjaan. Dalam hal ini pengelola teknis atau tim teknis merupakan
pengawas teknis internal. Secara garis besar lingkup pekerjaan pengawas
internal/konsultan internal menyerupai Konsultan Pengawas dan meliputi hal-
hal sebagai berikut :

a. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi


yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
b. Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,
serta mengawasi ketepatan waktu, biaya pekerjaan konstruksi
c. Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan fisik
d. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan
memasukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan
bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh konsultan pengawas
dan Pemborong/kontraktor.
e. Menyusun berita acara kemajuan pekerjaan, pemeliharaan pekerjaan,
serah terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi
f. Memeriksa gembar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) yang
diajukan oleh pemborong.
g. Memeriksa gambar-gambar yang telah sesuai dengan pelaksanaan
(As-Built Drawing) sebelum serah terima pertama
h. Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima pertama,
mengawasi perbaikan pada masa pemeliharaan, dan laporan akhir
pekerjaan pengawasan

8
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

i. Membantu pihak proyek dalam masalah teknis dan administrasi yang


meliputi:
1. Menyusun berita Acara Perubahan Pekerjaan (Addendum) apabila
Terjadi perubahan lingkup pekerjaan ataupun volume yang
terealisasi
2. Menyusun berita Acara kemajuan pekerjaan untuk pembayaran
Angsuran (Terjmin)

E. Data Umum Pelaksanaan Pekerjaan

I. Pemilik Proyek
1. Nama PA : Ir. Batako, M.Eng.
(Kuasa Pengguna Anggaran [KPA]
Direktorat Jendral Cipta Karya Pusat)
2. Nama PPK : Maxmilian Togi Parulian, S.T., M.M.
(Pejabat Pembuat Komitmen [PPK]
Pengembangan Permukiman Perkotaan
Strategis 1 pada Satker Pengembangan
Permukiman Perkotaan Strategis)
3. Lokasi Proyek : Jl. Gambir, Pedukuhan Karangasem,
Desa Catur Tunggal, Kecamatan
Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran 2014, dalam


Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Pengembangan Permukiman
Perkotaan Strategis:
DIPA-005.0.2.307292/2014, tanggal
10 Agustus 2014

II. Kontraktor Pelaksana


1. Nama Kontraktor : PT. Margusta Bangun Perkasa
2. Nomor Kontrak : W.19-A3/359/PL.01/IX/2014
3. Tanggal Kontrak : 16 Nopember 2014
4. Nomor SPMK : W.19.A3/361/PL.01/IX/2014
5. Tanggal SPMK : 18 Nopember 2014
6. Nilai Kontrak : Rp. 27.900.000.000,-
7. Waktu Pelaksanaan : 240 (dua ratus empat puluh) hari
kalender.

III. Konsultan Perencana


1. Nama Konsultan : PT. Deta Decon - Bekasi
2. Nomor Kontrak : W.19.A3/357/PL.01/IX/2014
3. Tanggal Kontrak : 16 Nopember 2014

9
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

4. Nomor SPMK : W.19.A3/358/PL.01/IX/2014


5. Tanggal SPMK : 18 Nopember 2014
6. Nilai Kontrak : Rp. 941.234.400,-
7. Waktu Pelaksanaan : 240 (dua ratus empat puluh) hari
kalender.

IV. Konsultan Manajemen Konstruksi


1. Nama Konsultan : PT. Nusagala Sarana
2. Nomor Kontrak : W.19.A3/362/PL.01/IX/2014
3. Tanggal Kontrak : 16 Nopember 2014
4. Nomor SPMK : W.19.A3/363/PL.01/IX/2014
5. Tanggal SPMK : 18 Nopember 2014
6. Nilai Kontrak : Rp. 770.843.520,-
7. Waktu Pelaksanaan : 240 (dua ratus empat puluh) hari
kalender.
V. Konsultan Manajemen Konstruksi (Wilayah)
1. Nama Konsultan : PT. Saranabudi Prakarsaripta
2. Nomor Kontrak : W.19.A3/364/PL.01/IX/2014
3. Tanggal Kontrak : 16 Nopember 2014
4. Nomor SPMK : W.19.A3/365/PL.01/IX/2014
5. Tanggal SPMK : 18 Nopember 2014
6. Nilai Kontrak : Rp. 570.641.400,-
7. Waktu Pelaksanaan : 240 (dua ratus empat puluh) hari
kalender.

VI. Pengelola Teknis


1. Nama : Peserta Diklat Pengelola Teknis
Pembangunan BGN pada BPU Wil. VIII
Yogyakarta untuk Bidang Pengawasan:

1. Yoppy Soleman, S.T., M.T.


2. M. David Siregar
3. Sulih D.
4. Sutarno

2. No. Surat Tugas Dinas : 870/111/BPUVIII-2015, tgl. 21 Mei 2015


3. Nomor SK Pengelola T. : W19.A3/109/PL.01/V/2015,

F. Tujuan

Tujuan laporan ini adalah untuk memonitor, mengawasi/supervisi kinerja


Konsultan Pengawasan/Konsultan Supervisi atau pun Konsultan Manajemen
Konstruksi pada kontruksi pada Pembangunan Gedung Asrama Putri
Sintren Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang meliputi Pekerjaan
Persiapan hingga Pekerjaan Perkerasan di Jalan Masuk Entrance, dengan
perincian komponen pekerjaan, sbb:

10
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

I PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN 2 TWIN BLOK
II PEKERJAAN STANDARD
2.1 PEKERJAAN STRUKTUR STANDARD
A. PEKERJAAN LANTAI DASAR
A.1. PONDASI, PILE CAP & TIE BEAM
A.2. LANTAI DASAR
B. PEKERJAAN LANTAI 2 ELV. + 3.15 M
C. PEKERJAAN LANTAI 3 ELV. + 5.95 M

D. PEKERJAAN LANTAI 4 ELV. + 8.75 M


E. PEKERJAAN LANTAI 5 ELV. + 11.55 M
F. PEKERJAAN LANTAI ATAP ELV. + 14.27 M
G. PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN
2.1.2 PEKERJAAN ARSITEKTUR STANDARD
A. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
B. PEKERJAAN LANTAI
C. PEKERJAAN KUSEN PINTU / JENDELA + ASSESORIES
D. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
E. PEKERJAAN SANITAIR
F. PEKERJAAN PLAFOND
G. PEKERJAAN PENGECATAN
H. PEKERJAAN ENTRANCE
2.3. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
A. INSTALASI PLAMBING
B. PEKERJAAN INSTALASI ELEKTRIKAL
4.1. PEKERJAAN NON STANDARD
PEKERJAAN STRUKTUR NON STANDARD
A. PEKERJAAN PONDASI BANGUNAN
B. PEKERJAAN GROUND TANK DAN RUMAH POMPA
C. PEKERJAAN SEPTIC TANK BIOTECH 2 BUAH
D. PEKERJAAN SUMUR RESAPAN 2 BUAH
PEKERJAAN ARSITEKTUR NON STANDARD
A. PEKERJAAN CEROBONG SAMPAH
B. PEK. PERKERASAN DI DALAM & KELILING BAGIAN LUAR BANG.

11
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

C. PEKERJAAN DRAINASE DI DALAM & KELILING BAGIAN LUAR


BANG. (*)
D. PEKERJAAN GROUND TANK DAN R. POMPA DI LUAR
BANGUNAN
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL NON STANDARD
A. PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN
B. PEKERJAAN INSTALASI ELEKTRONIK
C. PEKERJAAN LUAR BANGUNAN
III PEK. PERKERASAN DI JALAN MASUK KE ENTRANCE

Komponen-komponen pekerjaan tersebut akan dimonitor terhadap aspek


Kualitas secara pemenuhan standar teknis dan Kuantitas terhadap hasil
yang dalam hal pencapaiaan sasaran pelaksanaan pekerjaan.

Selanjutnya aspek aspek yang yang dievaluasi dan monitoring adalah :


Aspek Teknis yang menyakut kuantitas dan kualitas hasil fisik pekerjan
serta proggres pelaksanaan yang telah dicapai terhadap target waktu
pelaksanaan pekerjaan (Time Schedule).
Aspek Administrasi menyangkut laporan Pelaksanaan pekerjaan, yang
sangat erat kaitannya dengan laporan Pertanggung Jawaban dan Sistem
pengelolah dana dalam hal ini pemeriksaan Tentang Pengadaan
laporan Pengunaan Bahan serta Jumlah Tenaga Kerja, laporan
pelaksanaan pekerjaan, laporan peralatan yang digunakan yang tersaji
dalam laporan harian dan mingguan,serta hal-hal menyangkut
Pelaksanaan Pekerjaan tersebut.

G. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan Teknis


Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Poso Tahap II (Finishing)
adalah sebagai berikut :
a. Mengikuti Pengarahan Penugasan serta rencana kerja dari hasil rapat
pada Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), yang menyangkut Prosedur
Pelaksanaan Pengawasan.
b. Mengikuti Persiapan Rencana Kerja melalui Rapat Kecil yang dipimpin
oleh Ketua Tim Pengawasan (Site Engineering) yang menyangkut

12
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

aspek-aspek yang akan di evaluasi dan monitoring serta mempelajari


dan memahami sasaran yang akan dicapai melalui Kerangka Acuan
Kerja (KAK)
c. Persiapan Pelaksanaan Pengawasan yang menyangkut persiapan
sarana pendukung kegiatan,transportasi, akomodasi, serta jadwal
waktu pelaksanaan pekerjaan.
d. Melakukan pembinaan teknis kepada pihak Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas, agar sasaran yang dicapai nantinya sesuai
dengan standardisasi dan mutu kualitas dan sasaran pembangunan
dapat dicapai.
e. Melakukan kunjungan evaluasi dan monitoring kelokasi sasaran guna
dapat memecahkan permasalahan yang timbul dilapangan guna
pengamanan serta kelancaran pelaksanaan pekerjaan, baik dalam
mutu bagian pekerjaan, kerusakan, kecelakaan, penyimpangan
pekerjaan, maupun perselisihan.

H. Sasaran

Sasaran yang dicapai dalam Pembinaan dan Pengelolaan Teknis


Administratif Pembangunan Asrama Mahasiswa Putri Sintren Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta adalah sebagai berikut :
a. Memantau jalannya pelaksanaan pekerjaan untuk mengetahui kualitas
secara fisik, kuantitas secara pelaksanaan pekerjaan.
b. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan dalam penyajian
laporan pertanggung jawaban dalam hal ini memberikan pembinaan,
evaluasi serta memberikan pemahaman tentang gambar kerja, rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS), Volume Pekerjaan, dan mekanisme
c. Memberikan pemecahan dan permasalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan secara pengawasan yang kontinyu.
d. Mengontrol terhadap kelancaran pekerjaan maupun hasil pekerjaan
yang telah dituangkan dalam dokumen kontrak.
e. Terlaksananya hasil pekerjaan konstruksi tersebut mencapai sasaran
dari segi kualitas, kuantitas serta laju pencapaian volume yang
diisyaratkan.
f. Untuk membantu pengelola proyek, yaitu PA dan PPK didalam
kelancaran tugas hingga terlaksananya pekerjaan konstruksi secara
maksimal.

13
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

BAB II
GAMBARAN LOKASI PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA

A. Lokasi Pekerjaan

Lokasi Kegiatan Renovasi/Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan


Agama Poso berada di jalan Pulau Kalimantan No. 30, Kelurahan
Gebangrejo Barat, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso.

LOKASI PEKERJAAN

Gambar 2.1.a-b. Peta Lokasi Pekerjaan Pembangunan Gedung Asrama


Mahasiswa Puteri Santren, Jalan Gambir, Pedukuhan Karangasem, Desa
Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta

14
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

B. Metodologi

Dalam Pembinaan Teknis Pekerjaan Pembangunan Asrama mahasiswa


Putri S sesuai dengan standar, peraturan, kebijakan dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrntren ak dan SPMK

C. Fungsi Teknis Pengelola

Pada dasarnya jenis layanan yang harus dipersiapkan oleh Pengelola/Tim


Teknis Pembangunan Asrama Mahasiswa Putri Sintren Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta adalah membantu Pengguna Anggaran (PA) dan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dalam hal Pembinaan dan Pengelolaan Teknis
dan Administratif. Dalam hal ini kewenangan yang dilimpahkan kepada
Team Pengelola Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum c.q. Direktorat
Jendral Cipta Karya Pusat bersifat memfasilitasi penanganan masalah-
masalah teknis dan administrasi.

D. Tujuan Proyek

Metodologi pendekatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Sasaran
Sasaran awal dilakukan adalah melakukan bersama-sama konsultan
manajemen konstruksi PT. Nusagala Sarana melakukan survey pada
lokasi mengenai struktur data baik primer ataupun sekunder terutama
mengenai karakteristik lahan pada daerah setempat, mempelajari
dokumen-dokumen pendukung serta informasi yang berkenaan
dengan pengawasan teknis.
2. Lingkup Kajian
Lingkup kajian Kegiatan meliputi pemahaman terhadap spesifikasi
teknis, ketentuan dan standar – standar yang berlaku serta informasi
keluaran, melakukan koordinasi ataupun konsultasi terhadap keinginan
pemberi tugas terhadap orientasi ke lokasi/lapangan pekerjaan,
pengamatan menyeluruh terhadap kondisi yang ada berupa
kemungkinan– kemungkinan, estimasi terhadap ketidak sesuaian
antara keadaan lapangan dengan desain perencanaan utamanya
Pekerjaan tersebut diatasyang dibuat dan tertuang dalam spesifikasi

15
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

teknis yang ada serta tenaga kerja yang memadai dalam proses
pelaksanaan nantinya.
3. Metode
Data dan dokumen pendukung pelaksanaan pekerjaan yang meliputi :
a) Hasil Survey Lapangan baik secara visual maupun informasi
setempat.
b) Pedoman, peraturan serta standard mengenai penyelengaraan
Pembangunan sarana konstruksi
c) Informasi Teknis dan Non Teknis dari pihak Pengguna Barang/Jasa,
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas, yang akan
diformulasikan dalam rencana kerja sebagai langkah awal untuk
memantapkan strategis persiapan pelaksanaan pekerjaan
d) Penyiapan dan penempatan tenaga/personil dalam mengamati dan
meneliti hasil evaluasi data serta tanggung jawab terhadap masing-
masing pekerjaan, serta koordinasi dengan pemerintah setempat.

E. Keluaran

Keluaran diatas akan diproses dan dievaluasi serta disusun dalam bentuk
dokumen Pelaporan, dokumentasi serta hasil – hasil
pembinaan/pengelolaan teknis.

F. Rencana Kerja

1. Pihak Pengelola Teknis Menyusun Rencana Program Kegiatan


Pengelolaan yang meliputi antara lain:
a) Mempelajari dan Memeriksa Dokumen Pelaksanaan Bangunan
seperti gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan
b) Mempelajari dan memeriksa Gambar Shoft Drawing yang diajukan
oleh Konsultan Perencanaan dan Kontraktor Plaksana apabila
terdapat detail yang tidak ada pada gambar kerja (Bestek).
Membuat Laporan kemajuan pekerjaan (progress fisik) setiap
bulanan terhadap pekembangan bobot progres pekerjaan.
c) Memeriksa Laporan harian dan mingguan, bulanan yang dibuat
selama pelaksanaan konstruksi fisik dari konsultan pengawas dan
kontraktor pelaksana yang disesuaikan dengan progres mingguan

16
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

dan bulanan yang telah dibuat dan dinilai berdasarkan progres


pekerjaan dilapangan oleh konsultan Pengawas
d) Berita - berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah
kurang serah terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan serta berita
acara-berita acara yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
konstruksi fisik.
e) Membuat dokumentasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik yang
diambil tiap bagian tahapan perkembangan pelaksanaan
pekerjaan.
f) Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang
disusun oleh pemborong yang meliputi program pencapaian
sasaran konstruksi, penyediaaan dan pengunaan tenaga kerja,
peralatan dan perlengkapan bahan bangunan .

2. Dalam hal mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik ,


seperti membantu kuasa pengguna anggaran didalam pengawasan
pengedalian sumber daya , pengendalian biaya, pengendalian waktu,
pengendalaian sasaran fisik (kualitas dan kuantitas) hasil pekerjaan
konstruksi. pengendalian perubahan pekerjaan,pengendalian
administrasi
3. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan
manajerial yang timbul, usulan koreksi program, serta melakukan
koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.
4. Mengadakan pengawasan selama pelaksanaan konstruksi fisik dan
melaksanakan kegiatan seperti :
a) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan kontruksi
yang dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan kontruksi
fisik.Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode
pelaksanaan serta mengawasi program kerja terhadap ketepatan
waktu dan biaya pelaksanaan fisik.
b) Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pelaksanaan kontruksi fisik.
c) Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan
bila ada perubahan.
d) Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul
selama masa pelaksanaan konstruksi.

17
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

e) Memberikan saran-saran, pertimbangan dan rekomendasi tentang


penggunaan bahan.
f) Menyelenggarakan rapat–rapat dilapangan secara berkala,
membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan
dengan masukan – masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan
harian, mingguan dan bulanan yang diajukan oleh konsultan
pengawas dan kontraktor pelaksana.
g) Melakukan Kordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan kontruksi fisik.

18
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

BAB III
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN BULANAN

Laporan Kemajuan Pekerjaan

Laporan tanggal 22 Mei 2015 merupakan Bulan ke-7 dari 8 (delapan)


laporan bulanan pekerjaan Pengawasan Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Sintren UGM - Yogyakarta hingga batas rencana Serah Terima Pekerjaan
Pertama/STPS (PHO) 24 Juli 2015. Dalam evaluasi pelaksanaan pekerjaan
bulan ini, terlihat bahwa kontraktor pelaksana sudah berusaha untuk
melakukan percepatan ekstra terhadap durasi pekerjaan yang
keterlambatannya telah sangat signifikan/kritis pada bulan April yaitu
sebesar – 12.30% (dan telah dilakukan rapat pembuktian atau SCM/Show
Case Meeting), sedemikian sehingga percepatan pekerjaan tersebut berhasil
menekan deviasi negatif pekerjaan menjadi – 4.32%. Keterlambatan
khususnya dalam bagian pekerjaan beton bertulang precast-in-place
(prosentase bagian pekerjaan = 13.501%), dan pekerjaan dinding
(prosentase bagian pekerjaan = 5.533%). Realisasi/pelaksanaan pekerjaan
penutup lantai dan dinding baru mencapai 1.615%, sedangkan realisasi
bagian pekerjaan interior baru mencapai 0.097%. Dengan keterlambatan
pada dua bagian pekerjaan besar tersebut dan ditambahkan dengan
prosentase bagian pekerjaan lainnya yang belum selesai maka diperoleh
deviasi negative atau keterlambatan progress pekerjaan sebesar - 4.32%.

Laporan Progres kemajuan pada Bulan Ketujuh (s.d. 14Mei 2015) adalah:
Bobot Realisasi : 77.32 %
Bobot Rencana : 81.60 %
Deviasi : - 4.32 %
Adapun lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana terlampir dalam laporan
ini.

19
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

BAB IV
P E N UT UP

a. Permasalahan

Dalam Pelaksanaan Pekerjaan di lapangan selama 15 April s.d. 14 Mei


2014 tetap terjadi keterlambatan durasi progress pekerjaan yang kritis di
lapangan/konstruksi, yaitu :
1. Sebagai efek akumulatif keterlambatan durasi progress pekerjaan.
Keterlambatan yang berasal dari bulan Maret – April sebesar -
12.30%, sedangkan akselerasi progress bulan April - Mei sebesar
+ 7.98%. Total deviasi negatif progress pekerjaan (keterlambatan)
sebesar -4.32%;
2. Ketidakmampuan sumberdaya kontraktor pelaksana PT. Margusta
Bangun Perkasa untuk melakukan percepatan pelaksanaan
pekerjaan sebagai akibat dari :
Bertambahnya kompleksitas pekerjaan
Bertambahnya kebutuhan akan pekerja dengan tingkat keahlian
tertentu
Jumlah tenaga kerja tidak cukup (untuk melakukan percepatan
pelaksanaan pekerjaan)
Konflik-konfik tenaga kerja yang timbul di lapangan sebagai
akibat dari perebutan bagian atau sub bagian pekerjaan.
3. Kekurangmampuan Konsultan Supervisi/Pengawas PT. Nusagala
Sarana untuk menerapkan manajemen percepatan pelaksanaaan
pekerjaan;
4. Terjadi perubahan lingkup pekerjaan pada beberapa item dalam
kontrak awal yang tidak mengubah nilai kontraknya. Dalam rapat
evaluasi pekerjaan kritis atau rapat pembuktian/SCM (Show Case
Meeting), April 2014, pihak penyedia jasa (kontraktor) telah
menyatakan ketidakmampuannya untuk mencapai penyelesaian
100% sampai batas waktu rencana Serah Terima Pekerjaan
Pertama/PHO tanggal 24 Juli 2015, dan karena itu mengajukan
permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan selama 25
hari.

20
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

b. Solusi

Mengadakan Rapat Evaluasi Kemajuan Pekerjaan yang meliputi


pihak Pemilik Kegiatan (Pemilik Proyek), pihak Konsultan
Pengawas, Pihak Kontraktor dan Pengelola Teknis Bangunan
Gedung Negara:
1. PPK menyampaikan beberapa regulasi yang berkaitan dengan
kondisi kontrak/pekerjaan kritis, sbb:
i. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 jo Perpres No. 54
Tahun 2010;
ii. Permen PU No. 7 Tahun 2011
iii. Permen Keuangan (PMK) No. 25/PMK.05 Tahun 2012;
2. PPK menyampaikan besaran denda keterlambatan sebagai
sanksi apabila terjadi keterlambatan yang non-compensable
sesuai regulasi yang berlaku;
3. PPK menyampaikan bahwa permohonan penyedia (kontraktor
pelaksana) untuk melakukan addendum batas waktu
pelaksanaaan pekerjaan tidak dapat diakomodasi, namun
penyedia jasa (kontraktor) dapat diberikan tambahan waktu
penyelesaian pekerjaan sampai 25 (dua puluh limA) hari
kalender dimulai dari batas waktu kontrak/rencana STPS (sesuai
regulasi yang berlaku);
Mendesak pihak perusahaan PT. Margusta Bangun Perkasa untuk
mengoptimasi/memaksimumkan jumlah dan waktu pekerjaan,
termasuk optimasi jam pekerjaan lembur untuk percepatan durasi
pelaksanaan pekerjaan yang telah mengalami keadaan sangat kritis;
Meminta Konsultan Pengawas untuk meningkatkan kontrol dan
pengawasan atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan/konstruksi
dan mencari upaya-upaya alternatif penanggulangan
keterlambatan durasi progress pekerjaan;
Tetap Mendesak pihak perusahaan penyedia jasa konstruksi untuk
penambahan jumlah tenaga kerja di lapangan/konstruksi, baik
tenaga buruh maupun tenaga kerja dengan keahlian tertentu;

21
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Mendesak pihak perusahaan PT. Margusta Bangun Perkasa untuk


tetap menjamin suplai material konstruksi dan kelancaran
pembayaran upah pekerja.
Untuk usulan perubahan lingkup pekerjaan/Contract Change Order
(CCO), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Konsultan Pengawas,
Kontraktor Pelaksana dan Pengelola Teknis melakukan
peninjauan/verifikasi lapangan sebelum Pembuatan Berita Acara
Persetujuan Perubahan Lingkup Pekerjaan/Contract Change Order
(CCO). Realisasi perhitungan pekerjaan tambah/baru dan
pekerjaan kurang akan diberikan mulai Juli 2015.

22
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

LAPORAN INSPEKSI BANGUNAN


Terhadap
PEMENUHAN STANDAR DAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
GEDUNG BERTINGKAT BANYAK PADA ZONASI GEMPA III

1.a. Perubahan Kekakuan Sistem Struktural akibat Pengaruh Kekakuan


Dinding Geser tidak diperhitungkan

Gbr. 1.a-b. Sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) menurut SNI-
1726-2002 dapat mempunyai suatu tingkat duktilitas sebesar = 5.2 dan
faktor reduksi gempa R = 8.5. Untuk Sistem struktur portal/rangka
precast in-place dalam konstruksi Aspuri UGM ini diperoleh = 4.43
dan R = 7.26 (berdasarkan pengujian Puslitbangkim – Bandung), tetapi
akibat penggunaan dinding geser (shear-wall) pada sisi tangga (sumbu
lemah/sumbu pendek bangunan) maka duktilitas struktur akan
berkurang oleh karena terjadi peningkatan kekakuan) pada sumbu
Y-Y bangunan.

23
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

1.b. Sistem Penahan Lateral/Gempa Dinding Geser (Shear Wall) untuk


meningkatkan kekuatan struktural.

Gbr. 2.a-b. Pengggunaan dinding geser menurut SNI-1726-2002 akan meningkatkan


kekakuan lateral, tetapi sekaligus akan mengurangi keliatan/duktilitas
struktur. Direkomendasikan kepada Konsultan Perencana untuk meng-
hitung kembali faktor duktilitas dan faktor reduksi gempa R.

24
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Inspeksi No. 1
Kesimpulan Inspeksi No. 1:
Pengaruh peningkatan kekakuan struktur akibat dinding geser (shear wall)
belum diperhitungkan dalam tes kinerja struktural sedemikian sehingga
faktor duktilitas = 4.43 dan faktor reduksi gempa R = 7.26 mungkin tidak akan
bisa dicapai dalam suatu kejadian gempa yang real.

Rekomendasi Inspeksi No. 1:


Konsultan melakukan perhitungan kembali (analisis struktur) terhadap
pengaruh dinding geser pada faktor duktilitas struktural bangunan.

25
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

2. Segregasi Beton akibat Pelaksanaan Pengecoran yang Kurang Baik

Gbr. 3. Tampak suatu balok grid dengan arah sumbu panjang X-X yang mengalami
segregasi campuran beton. Hal ini diakibatkan oleh proses pengecoran yang
kurang baik. Solusi: Menutup ronngga-rongga/lubang dengan campuran beton
silika untuk bahan grouting atau dengan menggunakan campuran beton normal
setelah sebelumnya permukaan beton dilumuri alcabond (bahan perekat).

Inspeksi No. 2 (lihat Gbr. 3)


Catatan: Definisi
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
2. Segregasi Beton Bertulang Precast-in-Place
Lantai II, Balok Grid

Kesimpulan Inspeksi No. 2:


Mutu coran balok beton bertulang precast lantai 2 (join balok-grid) tidak
memenuhi persyaratan mutu minimum beton bertulang dalam SNI-03-1726-
2002 dan SNI-03-2847-2002.

Rekomendasi Inspeksi No. 2:


Perbaikan lubang/rongga dengan bahan pengisi dari semen grouting sika
dan alcabond

26
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

3. Retak Vertikal Dinding Pengisi Batako

Gambar 4. a - c. Retak vertikal dinding bata Ruang Kamar. Penjalaran


retak dimulai dari sisi atas dinding.

27
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Inspeksi No. 3
Catatan: Definisi
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
1. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara: Pasangan Batako
komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.

Retak vertikal tak-beraturan yang dimulai pada sisi atas dinding (pertemuan
dengan balok) ke arah bawah bangunan pada zona pertemuan balok precast dan
susunan batako dengan lebar retak < 1.0 mm akibat kombinasi 4 hal:
1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar di bawah (tumpuan) dan balok ring di atas
dinding akibat creep (rangkak);
3. Celah ekspansi (untuk pemuaian, pergerakan, pergeseran) pada bidang sentuh
balok atap (ring balk) dan sisi atas dinding kurang memadai;
4. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan horizontal
karena tidak ada perkuatan rangka pengaku berupa balok latei (lintel) horizontal
pada bidang dinding dengan luas > 9 m2
Celah ekspansi, baik horizontal maupun vertikal dapat digunakan untuk
mengakomodasi pergerakan akibat deformasi elastik, rangkak (creep), susut
(shrinkage) dan mencegah retak, khususnya untuk dinding bata dengan lebar
lebih dari 5 meter. Untuk dinding bata sisip (brick infill) dengan bentangan lebih dari
pada kerangka struktur beton bertulang disarankan untuk menempatkan celah
ekspansi horizontal minimum ¼ inci (=6.4 mm) diantara struktur dan sisi atas
dinding. Celah ekspansi dapat diisi dengan mortar lentur atau styrofoam.

Celah di

Balok Struktur

Dinding non-struktur

Bukaan Pintu

Kolom Struktur

Gbr. 5. Join (pertemuan) balok struktur dan sisi atas dinding dengan
bukaan dan celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-

28
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

4. Pemilihan Titik Perlubangan yang tepat pada Balok


Konsol/Kantilever

Gambar 6. a -b. Tampak Balok-balok Konsol/kantilever yang dilubangi untuk


Melalukan pipa suplai air bersih diameter 2 inci. Lokasi lubang sudah
sangat tepat sebab nilai kapasitas momen penampang minimum

29
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

5. Penggunaan Balok Latei/Lintel untuk Perkuatan Dinding pada


daerah buka-bukaan pintu dan jendela

Gbr. 7.a-b. Confined Brick Wall Construction (Konstruksi Dinding Bata Tercekat).
Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal
(latei) terutama untuk perkuatan (retrofit) guna mencegah kegagalan geser
dinding tembok. Konstruksi ini juga akan mencegah penjalaran keretakan

30
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

6. Posisi titik-titik pengankatan balok beton precast yang tidak simetris

Gbr. 8.a-b. Posisi titik-titik pengangkatan balok beton precast tidak simetris dan
berisiko lebih besar untuk lepas dan membahayakan

31
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

7. Retak Diagonal Sudut Dinding Batako

Gbr. 9. Retak diagonal dinding sudut

32
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Inspeksi No. 4
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
4. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara Ruang Sidang
Biasa: Pasangan Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 :
5 (semen, pasir) dengan acian.

Retak Dinding diagonal, lebar ≈ 1.2 mm akibat kombinasi 3 hal:


1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar bawah dinding akibat creep (rangkak);
3. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan
horizontal

33
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

----- KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENANGANAN ------

Kesimpulan:
1. Keretakan dinding batako pada 2 titik pada konstruksi bangunan
gedung Asrama Mahasiswa Putri Santren sangat berkaitan dengan
struktur pendukung atau penyokong bangunan yaitu sistem kolom-
balok-pelat lantai precast-in-place non monolitik.
2. Pola-pola keretakan dinding berhubungan dengan mekanisme gaya
tarik (tensile force) dan tarik-lentur (flexural-tensile force).
3. Penyebab Utama keretakan dinding ada tiga, yaitu:
- Defleksi beton pelat lantai-balok precast-in-place pendukung
dinding akibat proses rangkak (creep);
- Transfer beban mati dari berat balok ring-pelat precast atas
dinding, dan,
- Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai akibat peningkatan
beban mati lantai.
4. Penyebab Minor dalam keretakan dinding adalah susut volume atau
susut pengeringan (shrinkage) spesi semen atau mortar.

Rekomendasi Penanganan/Teknik Perbaikan:


1. Untuk menjamin keamanan dan keselamatan struktur selama umur
rencana pemakaian 25 tahun maka harus dilakukan perkuatan
(retrofitting) dinding susunan batu bata yang mengalami retak-retak
dengan menggunakan cara penanganan yang sesuai standar
konstruksi bangunan gedung ( lihat Gbr. 10.a-c dan 11.a-c )

2. Untuk retak dengan lebar kurang dari 0.4 mm boleh tidak


menggunakan metoda pengupasan dengan kawat anyam tetapi harus
menggunakan mortar khusus perbaikan dinding/beton, sejenis
Sikatop 121/Mortar Acian Putih TR30.

34
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Indikasi terjadinya Retak Dinding

Gambar 10. a - c. Suatu retak vertikal –horiizontal selebar ≈ 1 mm


pada

35
Laporan Pengelola Teknis Bidang
Pengawasan – Pembangunan Asrama Mahasiswa
Putri Santren Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei
2015

Cara Penanganan/Teknik Perkuatan

Gambar 11. a - d. Cara penanganan retak dinding: 1. Pengupasan selebar 5 cm seluruh lapis
plester pada jalur retak hingga mencapai sisi samping batu bata; 2. Area
yang dikupas dibersihkan dari kotoran/debu sehingga garis-garis retak dapat
terlihat dengan jelas; 3. Pasangkan kawat anyam 10mm x 10mm atau
12mmx12mm dengan cara dipaku pada beton spesi/bata; 4. Sesudah area
kupasan dilembabkan/dibasahi dan didiamkan selama beberapa menit,
plester kembali jalur kupasan retak beton dengan campuran mortar 1 PC:
4 Ps; 5. Biarkan plesteran mengering selama min. 7 hari sebelum
diaci/plamir, aplikasi cat dasar dan cat finishing.

Yogyakarta, 22 Mei 2015


Pengelola Teknis Bid. Pengawasan
Dinas PU …………………..

36

Anda mungkin juga menyukai