Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Osmosis adalah peristiwa perpindahan masa dari lokasi dengan potensi solvent tinggi,
menuju lokasi berpotensi solvent rendah melalui membran semi permeable, umumnya yang
disebut solvent disini adalah air dapat dikatakan bahwa peristiwa osmosis adalah transfer solvent
(dan bukan salut) sedangkan transfer salut dikenal sebagai dialysis (arah aliran dari titik
berpotensi solut tinggi menuju ke rendah (Roza, 2013).
Menurut Svendsen dan Anthony (1974), osmosis ialah perpindahan molekul pelarut
melewati membran menuju ke daerah yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi untuk
membran yang tidak dapat ditembus. Perpindahan ini dapat dihalangi dengan pemindahan
tekanan yang lebih pada zat pelarut Osmosis adalah peristiwa perpindahan masa dari lokasi
dengan potensi solvent tinggi, menuju lokasi berpotensi solvent rendah melalui membran semi
permeable, umumnya yang disebut solvent disini adalah air dapat dikatakan bahwa peristiwa
osmosis adalah transfer solvent (dan bukan salut) sedangkan transfer salut dikenal sebagai
dialysis (arah aliran dari titik berpotensi solut tinggi menuju ke rendah (Svendsen dan Anthony
(1974).

Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat
(tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa
melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang
bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati
membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik
ke hipertonik (Anasta, 2013).
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika
terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya
akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-
hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat
isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut
akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas
tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak
kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada
hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan
pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi (Kimball. 1983).
Membran biologis merupakan contoh sempurna dari struktur supramolekul-banyak
molekul yang disusun ke dalam tingkat organisasi yang lebih tinggi dengan sifat-sifat yang baru
muncul melebihi sifat-sifat molekul individunya. Kemampuan untuk mengatur transport
melintasi batas seluler, suatu fungsi yang mendasar untuk keberadaan sel sebagai sistem terbuka.
Model mosaik fluida membantu menjelaskan bagaimana membran mengatur lalu-lintas molekul
sel.
Suatu lalu lintas yang tunak dari molekul dan ion kecil bergerak melintasi membran
plasma dalam dua arah. Perhatikan pertukaran kimiawi antara sel otot dan fluida ekstraseluler
yang membasahinya, gula, asam amino, dan nutrien lain memasuki sel, dan produk limbah
metabolisme meninggalkan sel. Sel menyerap oksigen untuk respirasi seluler dan mengeluarkan
karbondioksida..
Inti hidrofobik membran menghalangi transport ion dan molekul polar, yang bersifat
hidrofilik. Molekul hidrofobik, seperti hidrokarbon, karbondioksida, dan oksigen, dapat larut
dalam membran dan melintasinya dengan mudah. Molekul yang sangat kecil polar tetpi tidak
bermuatan juga dapat lewat melalui membran dengan cepat. Contoh-contohnya ialah air dan
etanol, yang cukup kecil untuk dapat lewat diantara lipid-lipid membran. Bilayer lipid tidak
sangat permeabel terhadap molekul polar, tak bermuatan yang lebih besar, seperti glukosa dan
gula lain.
Bilayer ini juga relatif tidak permeable terhadap semua ion, sekalipun ion itu kecil seperti
H+ dan Na+. Atom atau molekul bermuatan dan lapisan airnya sulit menembus lapisan
hidrofobik membran. Akan tetapi, bilayer lipid hanyalah salah satu bagian cerita tentang
permeabilitas selektif membran. Protein yang ada di dalam membran memainkan peran penting
dalam pengaturan transpor (Campbell. 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Anasta, Natalia. 2013. Analisis Premasi Air Pada Dehidrasi Osmosis Pepaya (Carica papaya).
Agritech. Vol 3 No 3

Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Terj. dari Biology; oleh Lestari, R.
dkk. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm.

John W. Kimball. 1983.Biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga

Roza, Mella., Gusnedi, Ratnawulan. 2013. Kajian Sifat Konduktansi Membran Kitosan Pada
Berbagai Variasi Waktu Perendaman Dalam Larutan Pb. Pillar of physcsi. Vol 1; 60-
66
Svenclsen and Anthony MC. 1984. An Introduction to Animal. Phsycology. MTP Press. Limited
USA.

Anda mungkin juga menyukai