Perencananaan
Tiga hal mengapa auditor perlu merencanakan penugasan auidit dengan tepat : 1) untuk
memungkinkan auditor mendpatakan bukti yang tepat dan mencukupi pada situasi yang
dihadapkan, 2) membantu menjaga biaya audit tetap yang wajar, dan 3) untuk menghindarkan
kesalahpahaman dengan klien.
Resiko yang dapat diterima adalah ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan
keungan akan salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan. Resiko inherenadalah ukuran auditor atas kemungkinan adanya
salah saji yang material dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan
pengendalian internal.
Prosedur Perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit:
Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal.
Memahami bisnis dan industri klien.
Menilai resiko bisnis klien.
Melaksanakan prosedur analitis pandahuluan.
Menetapkan materialitas dan menilai resiko audit yang dapat diterima serta serta resiko inheren.
Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian internal
Mengumpulkan informasi untuk menilai resiko kecurangan
Engembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan.
Klien berlanjut, setia tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang ada guna
menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit.
Memahami kebutuhan akan spesialis dari luar, auditor harus memiliki pemahaman yang memadai
atas bisnis klien untuk mengetahui apakah spesialis memang dibutuhkan. Auditor perlu
mengevaluasi kualifikasi profesional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup
pekerjaannya.
Setelah menilai resiko bisnis klien dapat mengevaluasi resiko bisnis klien, kemdian auditor dapat
menilai resiko salah saji yang material dalam laporan keunagan, dan kemudian menerapkan model
resiko audit untuk menentukan luas bukti audit yang tepat.
Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama penugasan:
Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat, luas, dan
penetapan waktu prosedur audit.
Prosedur analitis sering kali dikakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian substansi
untuk mendukung saldo akun.
Prosedur analitis yang diwajibkan selama tahap penyelesaian audit. Pengujian semacam ini
berfungsi sebagai riview akhir salah saji yang material.
Lima jenis prosedur analitis:
Data industri
Data periode sebelumnya yang serupa
Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor
Hasil yang digarapkan dengan menggunakan data non keuangan.
Rasio Probabiltas
Laba per saham = laba bersih / rata-rat saham biasa yang beredar
Presentase laba kotor = penjualan bersih – hpp / penjualan bersih
Margin laba = laba operasi / penjualan bersih
Pengembalian atas aktiva = laba sebelum pajak / aktiva total rata-rata
Pengembalian atas ekuitas saham biasa = laba sebelum pajak – dividen saham preferen / akuitas
pemegang saham rata-rata
TUGAS PENGAUDITAN I
AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT SECTION 404 DAN RISIKO
PENGENDALIAN
OLEH :
1. RESVY DERIZA 1410532030
2. MARDHATILLAH
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT SECTION 404 DAN RISIKO
PENGENDALIAN
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai
tujuan dansasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian,secara kolektif
membentuk pengendalian internal.
2. Keterbatasan inheren
Pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100% ,tanpa menghiraukan
kecermatan yang diterapkan dalam perancangan dan implementasinya. Meskipun
personil yang menangani system itu sanggup merancang sebuah system yang
ideal,keefektifannya tergantung pada kompetensi dan orang-orang yang
menggunakannya.
Manajemen juga harus mengidentifikasi kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan pengendalian internal. Penilaian manajemen mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan terdiri dari dua komponen utama:
2. Penilaian Resiko
Penilaian resiko oleh manajemen berbeda dengan auditor. Manajemen menilai
resiko sebagai bagian perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal untuk
meminimalkan kekeliruan sertakecurangan,sedangkan auditor menilai resiko untuk
memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit.jika manajemen secara efektif menilai dan
merespon resiko,biasanya auditor akan menumpulkan bukti lebih sedikit ketimbang jika
amanjemen gagal mengidentifikasi respon yang signifikan.
3. Aktivitas Pengendalian
Adalah kebijakan dan prosedur,selain yang sudah termasuk dalam kemepat
komponen lainnya,yang membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah
diambil untuk menangani resiko guna mencapai tujuan entitas.
Ada 5 aktivitas pengendalian :
5. Pemantauan
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat
di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha
manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara
mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh
sistem akuntansi.
1. Naratif.
Naratif adalah uraian tertulis tentang pengendalian internal klien. Suatu naratif yang
baik mengenai sistem akuntansi dan pengendalian yang terkait terdapat empat hal :
Asal-usul setiap dokumen dan catatan dalam sistem
sebagai contoh, uraian harus menyatakan darimana pesanan pelanggan berasal dan
bagaimana faktur penjualan dibuat.
Semua pemrosesan yang berlangsung
sebagai contoh, jika jumlah penjualan ditentukan oleh program komputer yang mengalikan
kuantitas yang dikirim dengan harga standar yang tercantum dalam file induk harga, prose
situ harus diuraikan.
Disposisi setiap dokumen dan catatan dalam sistem
Contoh pengarsipan dokumen, pengiriman dokumen ke pelanggan atau penghancuran
dokumen
Petunjuk tentang pengendalian yang relevan dengan penilaian risiko pengendalian.
Hal ini mencakup pemisahan tugas, otorisasi dan persetujuan dan verifikasi internal.
2. Bagan arus.
Suatu bagan arus pengendalian internal adalah diagram yang menunjukkan dokumen
klien dan aliran urutannya dalam organisasi.
Bagan arus yang disiapkan dengan baik sangat bermanfaat karena memberikan gambaran
menyeluruh mengenai sistem klien, yang membantu auditor mengidentifikasi pengendalian dan
defenisi sistem klien. Bagan arus mempunyai dua keunggulan dibandingkan naratif yaitu mudah
dibaca dan mudah diperbaharui.
Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak diterapkan dalam perancangan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan sebagai bagian dari mengevaluasi risiko
pengendalian dan kemungkinan salah saji laporan keuangan. Standar auditing mendefenisikan tiga
tingkat tidak diterapkannya pengendalian internal :
a. Defisiensi pengendalian.
Terjadi jika perancangan atau pelaksanaan tidak memungkinkan karyawan perusahaan
mencegah atau mendeteksi salah saji secara tepat waktu. Defisiensi perancangan terjadi jika
pengendalian yang diperlukan tidak ada atau tidak dirancang dengan baik. Defisiensi operasi
terjadi jika pengendalian tidak berjalan seperti yang dirancang, atau jika orang yang
melaksanakan pengendalian tidak memiliki kualifikasi atau kewenangan yang memadai.
E. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Auditor menggunakan penilaian risiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian untuk
menentukan risiko deteksi yang direncanakan serta pengujian subtantif terkait untuk audit atas
laporan keuangan. Auditor melakukannya dengan menghubungkan penilaian risiko pengendalian
dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi
utama, serta dengan empat tujuan audit penyajian dan pengungkapan. Tingkat risiko audit yang
tepat untuk setiap tujuan audit yang berhubungan dengan saldo kemudian diputuskan dengan
menggunakan model risiko audit.
Laporan auditor mengenai pengendalian internal harus mencakup dua pendapat auditor :
Bagian berikut akan mengidentifikasi dan membahas perbedaan paling penting dalam
mengevaluasi, melaporkan, dan menguji pengendalian internal untuk perusahaan nonpublik:
1. Persyaratan pelaporan.
Dalam audit atas perusahaan nonpublik, tidak ada persyaratan untuk mengaudit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Jenis Peristiwa
Berikut adalah dua jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 :
1. Peristiwa Kemudian Jenis 1
Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan
mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan. Peristiwa
jenis 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan.
2. Peristiwa Kemudian Jenis 2
Memberikan bukti berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul
setelah tanggal tersebut. Peristiwa jenis 2 tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan,
atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data pro-forma pada laporan keuangan.
Jenis 1 Jenis 2
- Realisasi aktiva akhir tahun yang - Penerbitan obligasi jangka
dicatat, seperti piutang usaha dan panjang atau saham preferen atau
persediaan, pada jumlah yang saham biasa.
berbeda dari yang dicatat. - Pembelian suatu perusahaan.
- Penyelesaian estimasi kewajiban - Kerugian dari bencana akibat
akhir tahun yang dicatat, seperti kebakaran.
perkara pengadilan atau litigasi
dan jaminan produk pada jumlah
yang berbeda dari yang dicatat.
Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh peristiwa kemudian terhadap laporan keuangan, berikut daftar
contoh peristiwa kemudian yang diklasifikasikan menurut akun yang terpengaruh penyajiannya
Akun yang terpengaruh Peristiwa Kemudian
Kas Bank klien bangkrut
Keputusan pengadilan yang menyita
dana klien
Perampokan, pencurian dan
penggelapan kas yang jumlahnya
melebihi ganti rugi yang diterima dari
perusahaan asuransi
Piutang usaha Kegagalan penagihan piutang usaha
kepada sebagian besar pelanggan yang
tidak diperkirakan sebelumnya
Investasi Penurunan drastis harga pasar surat
berharga
Kesulitan keuangan yang dialami oleh
perusahaan yang mengeluarkan surat
berharga yang dimiliki oleh klien
sebagai investasi
Kegagalan pembayaran bunga dan
pokok pinjaman oleh perusahaan yang
mengeluarkan obligasi
Penjualan surat berharga pada harga
yang jauh di atas atau di bawah kosnya
Persediaan Kerugian karena kebakaran atau
bencana alam yang lain, yang tidak
diasuransikan
Kenaikan atau penurunan drastis harga
pasar persediaan
Perubahan metode penentuan harga
persediaan
Pengggunaan persediaan yang bersifat
luar biasa sebagai jaminan penarikan
kredit
Aktiva tetap Kerugian karena kebakaran atau
bencana alam yang lain, tidak
diasuransikan
Rencana perluasan usaha atau
pengurangan dana
Penilaian aktiva tetap
Keuangan aktiva tetap karena perubahan
yang mendadak pada permintaan atau
produk yang dihasilkan
Utang lancer Komitmen pembelian yang bersifat luar
biasa, yang disertai dengan penurunan
harga jual barang dagangan
Pembatalan kontrak pembelian
Kegagalan dalam pembayaran utang
wesel
Utang jangka panjang Kenaikan yang besar dalam utang
jangka panjang
Kegagalam dalam membayar bunga dan
pokok pinjaman
Modal saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar
saham yang beredar
Transakasi pembelian saham sebagai
treasury stock yang bersifat luar biasa
Reorganisasi struktur modal saham
Pengubahan utang obligasi menjadi
saham biasa
Perubahan bentuk badan usaha,
misalnya dari badan usaha berbentuk
persekutuan (CV/Firma) menjadi
perseroan terbatas (PT) atau sebaliknya
Laba ditahan Pembagian dividen yang bersifat luar
biasa, yang menganggu modal kerja
Penyisihan laba yang ditahan yang
bersifat luar biasa
Laba/rugi yang jumlahnya material,
yang dikreditkan atau didebitkan
langsung ke dalam akun Saldo Laba
Unsur lain Perubahan pinjaman puncak
Perubahan kebijakan manajemen
Perubahan undang-undang
Tambahan pengenaan pajak atau
penerimaan penggantian pajak (tax
refund) yang bersifat luar biasa
Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar
modal
Pertimbangan Audit
SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti-bukti tentang:
a. Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan ketidakpastian mengenai
kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas dari litigasi, klaim, dan penilaian (LCA).
b. Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi.
c. Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
d. Jumlah atau rentang kerugian yang potensial.
B. Mengevaluasi Temuan
Terdapat dua tujuan auditor dalam mengevaluasi temuan-temuan, yaitu:
1. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan
2. Menentukan apakah GAAS telah dipenuhi dalam audit
Review yang dilakukan partner atas kertas kerja dirancang untuk mendapatkan kepastian
bahwa:
Pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan adalah akurat dan lengkap.
Pertimbangan yang dilakukan oleh bawahan adalah layak dan tepat pada situasi bersangkutan.
Penugasan audit telah diselesaikan sesuai dengan kondisi dan syarat yang ditetapkan dalam surat
penugasan.
Semua pertanyaan tentang akuntansi, auditing, dan pelaporan signifikan yang timbul selama
audit telah diselesaikan dengan tepat.
Kertas kerja mendukung pendapat auditor.
GAAS dan kebijakan serta prosedur pengendalian mutu kantor akuntan telah dipenuhi.
1. Peristiwa Kemudian Yang Terjadi Antara Tanggal Dan Penerbitan Laporan Auditor
SAS 1 (AU 530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk
mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini
guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat menggunakan tanggal ganda
dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang paling umum karena member tanggal
kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan di
luar penyelesaian pekerjaan lapangan.
Tahap penyelesaian audit merupakan tahap yang penting untuk memastikan audit yang
berkualitas. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penyelesaian perkerjaan lapangan
mencakup:
1. Melakukan review atas peristiwa kemudian
2. Membaca notulen rapat
3. Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim dan penilaian
4. Mendapatkan surat representasi klien
5. Melakukan prosedur analitis
Langkah-langkah yang terlibat dalam mengevaluasi temuan auditor mencakup:
1. Melakukan penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit
2. Mengevaluasi keraguan yang substansial mengenai kelanjutan usaha
3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan
4. Merumuskan pendapat dan menulis naskah laporan audit
5. Melakukan review akhir atas kertas kerja
Auditor diwajibkan untuk berkomunikasi dengan klien mengenai kondisi-kondisi yang dapat
dilaporkan berkaitan dengan:
1. Pengendalian internal
2. Pelaksanaan audit
3. Rekomendasi mengenai efisiensi dan efektivitas operasi klien dalam surat manajemen.
Auditor mempunyai tanggung jawab tertentu setelah audit mencakup pertimbangan atas:
1. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor.
2. Penemuan faktor yang ada
3. Penemuan prosedur yang dihilangkan
Tugas Resume Auditing
ISA 315 dan ISA 330
Disusun Oleh
Stefi Yunia Suwarlan / 125020300111109
Tania Yolandia L. K / 125020307111061
I Dewa Made Gede B. B / 125020307111011
Faisal Afiff E / 125020307111065
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Maret 2015
PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO SALAH SAJI MATERIAL
MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA
ISA 315
A. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut :
(a) Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang menurut
pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu dalam
mengidentifikasi risiko salah saji material karena kecurangan atau kesalahan (Ref: Para. A6)
(b) Prosedur Analitis. (Ref: Para. A7–A10)
(c) Observasi dan inspeksi. (Ref: Para. A11)
Pemahaman menetapkan suatu kerangka acuan yang didalamnya auditor merencanakan audit
dan melaksanakan keputusan professional sepanjang audit, sebagai contoh, ketika :
• Penilaian risiko salah saji material laporan keuangan.
• Penentuan materialitas berdasarkan SPA 320;3
• Pertimbangan ketepatan pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan kecukupan
pengungkapan laporan keuangan;
• Pengidentifikasian bidang-bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan khusus,
sebagai contoh, transaksi pihak yang berelasi, ketepatan manajemen dalam menggunakan
asumsi kelangsungan hidup, atau pertimbangan atas tujuan bisnis transaksi;
• Pengembangan ekspektasi untuk digunakan ketika melakukan prosedur analitis;
• Respon terhadap penilaian risiko salah saji material, termasuk perancangan dan
pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat; dan
• Pengevaluasian atas kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh, seperti
ketepatan asumsi dan representasi tertulis maupun tidak tertulis dari manajemen.
a. Permintaan Keterangan dari Manajemen dan Personel Lain dalam Entitas
Banyak informasi yang didapat dari permintaan keterangan oleh auditor diperoleh dari
manajemen dan personel yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan. Namun,
auditor dapat juga memperoleh informasi, atau suatu perspektif yang berbeda dalam
mengidentifikasi risiko salah saji material, melalui keterangan dari personel lain dalam
entitas dan karyawan lain dari berbagai tingkat wewenang.
b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat mencakup
baik informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan, sebagai contoh, hubungan
antara penjualan dengan luas tempat penjualan atau dengan kuantitas barang yang dijual.
c. Observasi and Inspeksi
d. Informasi yang Diperoleh dalamPeriode
e. Pembahasan di Antara Tim Perikatan
Jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman
sebelumnya dengan entitas tersebut dan dari prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit
sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut relevan dengan audit kini.
Rekan perikatan dan anggota kunci tim perikatan harus mendiskusikan kerentanan laporan
keuangan entitas terhadap salah saji material, dan penerapan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku terhadap fakta dan keadaan entitas tersebut. Rekan perikatan harus menentukan
hal mana yang dikomunikasikan kepada anggota tim perikatan yang tidak terlibat dalam
diskusi.
B. Pemahaman yang Diharuskan atas Entitas dan Lingkungannya, Termasuk
Pengendalian Internal Entitas
Entitas dan Lingkungannya
a. Faktor-faktor industry, peraturan, dan eksternal lain termasuk kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
b. Sifat entitas, termasuk:
(i) Operasinya;
(ii) Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
(iii) Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh
entitas, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus; dan
(iv) Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas dibelanjai untuk
memampukan auditor memahami golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapannya yang diharapkan ada dalam laporan keuangan. (Ref:
Para. A23–A27)
c. Pemilih dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk alasan
perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah
tepat untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam industry yang relevan. (Ref:
Para. A28)
d. Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis yang terkait yang dapat menimbulkan
risiko salah saji material. (Ref: Para. A29–A35)
e. Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas. (Ref: Para. A36-A41)
c. Komponen Pengendalian Internal (Sistem Informasi, Termasuk Proses Bisnis yang Terkait,
Pelaporan Keuangan yang Relevan, dan Komunikasi)
d. Proses Bisnis yang Berkaitan
e. Pemantauan Pengendalian
Risiko ketika Prosedur Subtantif Semata Tidak Menyediakan Bukti Audit yang Cukup dan
Tepat
Sehubungan dengan beberapa risiko, auditor dapat memutuskan bahwa adalah tidak mungkin
atau tidak praktis untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat hanya dari prosedur
subtantif. Risiko seperti itu dapat berkaitan dengan pencatatan yang tidak akurat atau tidak
lengkap atas golongan transaksi atau saldo akun yang rutin dan signifikan, yaitu yang
karakteristiknya sering memperbolehkan pengolahan dengan otomatisasi yang tinggi dengan
sedikit atau tanpa intervensi manual. Dalam kasus tersebut, pengendalian entitas atas risiko
tersebut adalah relevan dengan audit, dan auditor harus memperoleh suatu pemahaman
tentang hal tersebut.
D. Dokumentasi
Auditor harus memasukkan ke dalam dokumen audit:
(a) Diskusi di antara tim perikatan, dan keputusan signifikan yang harus dicapai;
(b) Unsur kunci atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan
lingkungannya dan setiap komponen pengendalian internal; sumber informasi yang dari situ
pemahaman tersebut diperoleh; dan prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan;
(c) Diidentifikasi dan dinilai pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi; dan
(d) Risiko yang teridentifikas, dan pengendalian yang berkaitan yang atasnya auditor telah
memperoleh suatu pemahaman.
Ruanglingkup ISA ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor untuk merancang dan
menerapkan respons terhadap risiko salahsaji material yang diidentifikasi dan dinilai oleh auditor
berdasarkan ISA 315d alamsuatu audit atas laporan keuangan.
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan dengan
penilaian risiko salah saji material, melalui pendesainan dan penerapan respons yang tepat terhadap
risiko tersebut
Prosedur yang digunakan yaitu:
(a)Prosedur substantive —Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi salah saji
material pada tingkat asersi. Prosedur substantive terdiri dari:
(i)Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan).
(ii)Prosedur analitis substantive.
(b)Pengujian pengendalian— Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mengevaluasi efektivitas
operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengkoreksi, salah saji material
pada tingkat asersi.
Prosedur Audit Sebagai Repons terhadap Risiko Salah Saji Material yang Telah Dinilai pada
Tingkat Asersi
Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang sifat, saat,
dan luasnya didasarkan pada dan merupakanrespons terhadap risiko salah saji material yang telah
dinilai pada tingkat asersi.
Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, auditor harus:
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko salah saji material pada tingkat
asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
(b) Memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan bila auditor menilai risiko yang lebih tinggi.
PengujianPengendalian
Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendalian yang relevan jika penilaian
auditor terhadap risiko salah saji material pada tingkat asersi mencakup suatu harapan bahwa
pengendalian beroperasi secara efektifatau. Prosedur substantive tidak dapat memberikan bukti
audit yang cukup dan tepat pada tingkat asersi.Dalam merancang dan melaksanakan pengujian
pengendalian, auditor harus memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkanbila auditor ingin lebih
mengandalkan efektivitas pengendalian.
ProsedurSubstantif
Prosedur substantif yang dilakukan auditor harus mencakup prosedur audit berikut yang
Berkaitan dengan proses tutup buku laporan keuangan:
(a) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
melandasinya; dan
(b) Memeriksa entri jurnal yang material dan penyesuaian lainnya yang dibuat selam apenyusunan
laporan keuangan (Ref: Para. A52)
ProsedurSubstantifSebagaiResponsterhadapRisikoSignifikan
Jika auditor telah menentukan bahwa risiko salah saji material yang telah ditentukan pada
tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan prosedur substantif yang
secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Bila pendekatan terhadap risiko signifikanhanya
terdiri dari prosedur substantif, prosedur tersebut harus mencakup pengujian rinci. (Ref: Para.A53)
Jika prosedur substantive dilaksan akan pada tanggal interim, auditor harus mengecek setelah
periode interim sampai dengan tanggal neraca dengan melaksanakan:
(a)Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan pengujian pengendalian dalam periode
tersebut.
(b)Hanya prosedur substantif yang menghasilkan dasa rmemadai untuk memperlu assimpulan audit
dari tanggal interim sampai dengan tanggal neraca, jika auditor menentukan bahwa hal tersebut
sudah cukup. (Ref: Para. A55-A57).
Auditor harus melaksanakan prosedur audit untuk menilai apakah penyajian menyeluruh laporan
keuangan, termasuk pengungkapan yang bersangkutan, adalah sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit
Berdasarkan atas prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh, auditor harus
mengevaluasi sebelum menyimpulkan suatu audit, apakah penilaian risiko salah saji material pada
tingka tasersi tetap relevan.
Dokumentasi
Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi audit:
(a)Respons keseluruhan untuk menanggapirisi kesalah saji material yang telah dinilai padatingkat
laporan keuangan, dan sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut yang dilaksanakan.
(b)Hubungan antara prosedur audit dengan risiko yang telah dinilai pada tingkat asersi.
(c)Hasil prosedur audit, termasuk kesimpulan bila prosedur audit belum memberikan hasil yang
jelas.(Ref: Para. A63)
Jika auditor merencanakan untuk menggunakan bukti audit yang berkaitan dengan efektivitas
operasi pengendalian yang diperoleh dari audit sebelumnya, auditor harus memasukkan dalam
dokumentasi audit kesimpulan yang dicapai tentang peletakkan kepercayaan pada pengendalian
tersebut yang telah diuji dalam audit sebelumnya. Dokumentasi auditor harus menunjukkan bahwa
laporan keuangan telah cocok atau telah direkonsiliasi dengan catatan akuntansi yang
mendasarinya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 180
Dunia bisnis dan ekonomi pada era globalisasi ini berkembang dengan pesat.Hal ini mengakibatkan
para pelaku bisnis mendapatkan tantangan yang semakin banyak. Salah satu tantangan yang akan
dihadapi adalah munculnya perusahaan baru/asing. Bukan hanya di sektor bisnis, namun tantangan
ini juga dialami oleh perusahaan di sektor publik. Jalan keluar dalam mengahadapi tantangan ini
dengan cara meningkatkan kesadaran setiap perusahaan untuk melaksanakan prinsip GCG terlebih
pada prinsip Transparansi dan Akuntabilitas.
Penerapan prinsip transparansi dan akuntabilutas ini dipengaruhi oleh peran auditor internal.
Auditor internal adalah seorang yang memiliki kemampuan di bidang keuangan, karena nantinya
seorang auditor internal akan lebih mengawasi kegiatan manajemen. Peran auditor internal
dianggap penting dalam melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas, dimana anggota audit
internal dipastikan tidak memiliki saham dan tidak memiliki hubungan khusus terhadap para
stakeholder atau pemegang saham. Peran auditor internal yang independen dapat membantu
manajemen dalam mengawasi jalannya penerapan prinsip-prinsip GCG.
Menurut effendi, GCG adalah hubungan antara para pemegang saham dengan pihak lain yang
mempunyai kepentingan terkait pencapaian tujuan perusahaan. Terdapat 5 prinsip dasar dalam
GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran, serta
indepedensi.Prinsip transparansi dan akuntabilitas termasuk salah satu prinsip yang paling
mendasar dan mempunyai hubungan erat.Prinsip transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan
informasi perusahaan, sedangkan prinsip akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, dan pertanggung
jawaban setiap departemen dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tanpa transparansi tidak akan ada akuntabilitas, dan sebaliknya, tanpa
akuntabilitas, prinsip transparansi tidak akan mempunyai arti. Hal ini menunjukkan bahwa
transparansi adalah syarat bagi terlaksananya prinsip akuntabilitas.Selain itu, pengawasan dapat
tercipta jika transparansi terwujud sehingga setiap pemangku kepentingan mempunyai informasi
yang cukup.Penerapan prinsip ini sebaiknya dilaksanakan oleh setiap perusahaan terlebih BUMN.
PT Pindad (Persero) Turen-Malang merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang amunisi dan
telah mendapatkan kebijakan untuk melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas.Seiring
berjalannya waktu, PT Pindad (Persero) Turen-Malang menemui hambatan-hambatan yang
mempengaruhi pelaksanaan kedua prinsip tersebut.Salah satu kendala yang dihadapi oleh PT
Pindad adalah perusahaan mempunyai tingkat keamanan yang cukup tinggi, sehingga hal ini
mempengaruhi pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas, untuk itu perusahaan
membutuhkan peranan auditor internal dalam menunjang pelaksanaan kedua prinsip tersebut.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan prinsip transparansi dan
akuntabilitas, serta mengevaluasi peranan auditor internal dalam menunjang pelaksanaan kedua
prinsip tersebut sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kedua prinsip tersebut.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Auditing
Menurut Mulyadi (2002:7) auditing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif tentang kegiatan yang bertujuan menetapkan tingkat kesesuaian menurut kriteria
yang telah disepakati dan hasilnya nanti disampaikan kepada para pemegang saham.
Menurut peneliti, audit dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi dan
memperoleh bukti baik dalam laporan keuangan maupun bukan keuangan, sehingga dapat menilai
kesesuaian dan kualitas dari perusahaan.
2.2 Audit Internal
2.2.1 Pengertian Audit Internal
Menurut Agoes (2008:221) audit internal adalah pemeriksaan oleh bagian internal perusahaan
terhadap laporan keuangan maupun ketaatan terhadap peraturan pemerintah, misalnya peraturan
mengenai perpajakan, pasar modal maupun lingkungan hidup.
Berdasarkan definisi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa audit internal adalah kegiatan
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal baik itu terhadap laporan keuangan maupun
kegiatan-kegiatan diluar laporan keuangan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April
2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 182
2.2.2 Tujuan Audit Internal
Tujuan audit internal adalah membantu setiap anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara efektif. (Tugiman, 2006:33).
Tujuan lain dari audit internal adalah membantu manajemen dalam menjalankan kebijakan-
kebijakan dari perusahaan maupun pemerintah.
2.2.3 Peran dan Tanggung Jawab Audit Internal
Peran dan tanggung jawab dari auditor internal di bagi menjadi dua, yaitu jasa assurances dan jasa
konsultasi (Tim Penyusunan Modal Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007)
Selain itu, peran auditor internal juga meliputi (Tunggal, 2010:11) :
a. Membantu manajemen dalam mengawasi jalannya perusahaan
b. Membantu manajemen dalam memaksimalkan pendapatan
c. Memberi saran kepada manajemen jika terdapat kekurangan.
Indepedensi yang dimaksud adalah auditor internal harus terbebas dari berbagai pengaruh yang
berkaitan dengan kepentingan pribadi atau kelompk dalam pertimbangan pengambilan keputusan
selama melaksanakan kegiatan pemeriksaan (Tugiman, 2006:20)
2.2.4.2 Kompetensi
Arti kompetensi dalam hal ini adalah seorang auditor internal harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan lainnya yang dibutuhkan dalam melaksanakan tanggung jawab
perorangan (SPAI, 2004:16)
2.2.4.3 Program Audit
Program audit merupakan perencanaan sebuah prosedur serta teknik pemeriksaan yang ditulis
secara terstruktur untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Tuggal, 2010:3). Program audit
internal terbagi menjadi dua, yaitu : penilaian internal, dan penilaian eksternal.
2.2.4.4 Tahapan Audit
Tahapan audit internal terdiri dari perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian
informasi, penyampaian hasil audit dan tidak lanjut hasil audit (Tugiman, 2006:53). Hal ini dapat
dijadikan indikator bagi perusahaan dalam menilai kinerja audit internal.
2.3 Teori Good Corporate Governance
GCG adalah sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama untuk mengelola
dan meminimalkan risiko guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan
(Effendi, 2009:1).Prinsip GCG terdiri dari transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, indepedensi,
kesetaraan dan kewajaran.
2.4 Konsep dasar Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan informasi, baik dalam pengambilan keputusan maupun mengenai
kondisi perusahaan. Pedoman pokok pelaksanaan prinsip transparansi ini terdiri dari :
a. Perusahaan menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas dan akurat
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
serta kondisi keuangan
c. Keterbukaan yang diterapkan perusahaan tidak mengurangi kewajiban setiap karyawan untuk
menjaga kerahasiaan perusahaan.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi baik itu pelaksanaan maupun pertanggung
jawaban manajemen perusahaan terhadap setiap kegiatan yang berjalan di dalam perusahaan,
sehingga tata kelola perusahaan dapat berjalan dengan efektif (Effendi, 2009:5)
Adapun pedoman pokok dalam prinsip akuntabilitas, yaitu :
a. Perusahaan menetapkan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing organisasi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 183
b. Setiapaorgan perusahaan atau karyawan harus berkompeten dalam menjalankan tugasnya
c. Memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif untuk mengelola perusahaan
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja sehingga berhubungan dengan reward dan punishment
2.6 Hubungan Audit Internal dengan Penerapan prinsip Transparansi dan Akuntabilitas
Auditor internal menjadi bagian integral dalam governance suatu organisasi.Auditor internal
berperan untuk memastikan bahwa prinsip transparansi dan akuntabilitas telah terlaksana di dalam
suatu perusahaan. Hal ini nantinya akan memberikan kejelasan hak, serta fungsi antar pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan (Wardoyo dan Lena, 2010:11)
3. METODEPENELITIAN
Jenis pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan
kualitatif.Penelitian ini berlokasi di PT Pindad (Persero) Turen-Malang yang berada di Jalan
Jenderal Panglima Sudirman No 1 Turen, Malang.Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analasis data yang digunakan
dengan cara pengumpulan data melalui waawancara, menganalisis data yang didapatkan,
membandingkan data yang ada di perusahaan dengan teori, menarik kesimpulan serta memberikan
saran.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Prinsip Transparansi pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang
Transparansi dalam hal sasaran dan strategi perusahaan pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang
belum berjalan dengan baik.Hal ini dibuktikan dari belum transparansinya pemimpin perusahaan
dalam hal penentuan strategi dan sasaran perusahaan. Sasaran dan strategi perusahaan hanya
diketahui oleh para pemegang saham atau para pemimpin perusahaan, sedangkan para karyawan
tidak mengetahui apa sasaran dan strategi perusahaan. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan
pedoman prinsip transparansi yang menyatakan bahwa tidak ada batasan informasi mengenai
strategi dan sasaran perusahaan.
c. Laporan Tahunan
Pelaporan tahunan yang ada di PT Pindad (Persero) Turen-Malang dilakukan secara tepat waktu
yaitu setiap tanggal 12. Setelah disetujui, laporan tahunan ini akan dijadikan bahan pertimbangan
oleh manajemen/pimpinan perusahaan untuk mengambil sebuah keputusan. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 184
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan prinsip transparansi
atas laporan tahunan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan dengan baik, karena
sesuai dengan pedoman pokok pelaksanaan yang menyatakan bahwa informasi yang disediadakan
tepat waktu, tepat dan jelas.
d. Kerahasiaan Informasi
Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang, pelaksanaan prinsip akuntabilitas belum berjalan dengan
baik.Hal ini dapat kita lihat dari belum terlaksananya beberapa kegiatan yang sesuai dengan pokok
pedoman pelaksanaan prinsip akuntabilitas. Berikut adalah kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan prinsip akuntabilitas dan kesesuaiannya dengan pedoman pokok pelaksanaan :
a. Tanggung Jawab Organisasi
Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang belum dibentuk pusat-pusat pertanggung jawaban dalam
suatu departemen, sehingga terjadinya biaya dalam departemen tersebut menjadi wewenang kepala
departemen yang bersangkutan.
Hal ini tidak sesuai dengan pedoman pokok akuntabilitas yang menyatakan bahwa setiap
perusahaan wajib menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organisasi
perusahaan.Sehingga pelaksanaan prinsip akuntabilitas atas tanggung jawab organisasi belum
berjalan dengan baik.
b. Laporan Keuangan Tahunan (Reward and Punishment)
Laporan keuangan tahunan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan sesuai dengan
pedoman pokok pelaksanaan prinsip akuntabilitas.Dapat dilihat dalam penyusunan laporan
keuangan, kepala departemen mempunyai jangka waktu tersendiri dalam mengumpulkan laporan
keuangannya. Hal ini tentu saja berkaitan dengan pemberian reward dan punishment. Jika
pelaporan lebih dari batas waktu yang ditentukan, maka akan mengurangi nilai departemen
tersebut.
c. Laporan Kinerja Tahunan (Reward and Punishment)
Setiap bulan kepala departemen membuat penilaian terhadap setiap karyawannya.Penilaian ini
meliputi kinerja karyawan setiap bulannya, baik dalam berperilaku maupun dalam bekerja.
Kegiatan penilaian ini berkaitan dengan pemberian reward dan punishment yang akan
mempengaruhi nilai indeks tiap karyawan dan berpengaruh terhadap pemberian bonus serta gaji.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan prinsip akuntabilitas atas
laporan kinerja tahunan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan dengan baik.
4.3 Peran Auditor Internal dalam Menunjang Pelaksanaan Prinsip Transparansi dan
Akuntabilitas pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang
a. Indepedensi
Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang, peran auditor internal sebagai indepedensi belum
dilaksanakan dengan baik, dikarenakan masih terdapat auditor internal yang memihak kepada salah
satu pihak dalam melakukan kegiatan audit.Sehingga dalam melakukan kegiatan audit, seorang
auditor kurang independen.
Secara tidak langsung, kejadian ini berpengaruh terhadap penerapan prinsip akuntabilitas dan
transparansi.
b. Kompetensi
Kegiatan audit internal di PT Pindad (Persero) Turen-Malang dilakukan oleh auditor internal yang
mempunyai pengalaman kerja dalam bidangnya serta mempunyai prestasi yang bagus dan
berkelakuan baik. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 185
Calon auditor akan melewati tahapan-
tahapan untuk dapat menjadi auditor Tahapan audit internal yang ada di PT Pindad (Persero)
internal di PT Pindad (Persero). Bukan Turen-Malang terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu :
hanya itu, perusahaan juga mempunyai 1) Perencanaan pemeriksaan
komitmen yang cukup besar dalam 2) Pengujian dan Pengevaluasian informasi
meningkatkan kompetensi 3) Penyampaian hasil audit
karyawannya. 4) Tindak lanjut hasil audit
Berdasarkan analisis di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa auditor Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa
internal di PT Pindad (Persero) sudah tahapan audit internal yang ada di PT Pindad (Persero)
memenuhi Standar Profesi Audit Turen-Malang sudah sesuai dengan Standar Profesi Audit
Internal dalam hal kompetensi atau Internal (SPAI) dan sesuai juga dengan surat keputusan
kemampuan professional. nomor : SKEP/19/P/BD/XII/2012 Tahapan audit internal
c. Program Audit Internal ini mempengarhu prinsip akuntabilitas terkait reward dan
1) Penilaian Internal punishment dan berpengaruh terhadap pelaksanaan
prinsip transparansi terkait laporan tahunan.
Pada PT Pindad (Persero) Turen- 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Malang telah dilakukan penilaian 5.1 Kesimpulan
internal terhadap seluruh departemen.
Dimana kegiatan audit yang dilakukan Pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang
oleh auditor internal telah menyeluruh ada di PT Pindad (Persero) Turen-Malang belum berjalan
ke semua departemen, bukan hanya dengan baik, dikarenakan masih terdapat kegiatan-
kepada satu departemen saja. kegiatan yang belum sesuai dengan pedoman pokok
Hal ini telah sesuai dengan SPAI yang pelaksanaan.Begitu juga dengan peran auditor internal
menyatakan bahwa setiap auditor belum cukup menunjang pelaksanaan kedua prinsip
internal melakukan review yang tersebut.Hal ini dibuktikan dengan belum berperannya
berkesinambungan atas kegiatan yang auditor internal sebagai counterpart dan auditor internal
ada di dalam perusahaan. masih kurang independen dalam melakukan kegiatan
2) Penilaian Eksternal audit.
5.2 Saran
Pada penilain eksternal, peran auditor
yang dibutuhkan oleh perusahaan Berdasarkan hasil evaluasi di atas, maka peneliti
adalah peran auditor internal sebagai memberikan beberapa saran agar auditor internal dapat
counterpart.Dimana peran auditor berperan dalam menunjang pelaksanaan prinsip
sebagai counterpart ini berfungsi transparansi dan akuntabilitas serta kedua prinsip tersebut
untuk membantu perusahaan dalam dapat berjalan dengan baik dalam perusahaan. Berikut
melengkapi data audit yang dibuhkan adalah saran yang dapat disampaikan :
oleh auditor eksternal. Namun, pada 1) Pimpinan perusahaan sebaiknya lebih transparan lagi
PT Pindad (Persero) Turen-Malang, kepada internal perusahaan. Sehingga setiap karyawan
peran ini belum dirasakan oleh dapat bersama-sama menjaga kerahasiaan perusahaan
perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan yang bertujuan untuk menjaga aset perusahaan
auditor internal yang kurang 2) Peran auditor internal sebagai counterpart sebaiknya
membantu perusahaan dalam lebih diutamakan. Karena perusahaan membutuhkan
melengkapi data audit yang peran tersebut untuk membantu perusahaan
dibutuhkan untuk kegiatan audit mengumpulkan data yang diperlukan selama kegiatan
eksternal. audit Selain itu, auditor internal pada PT Pindad
d. Tahapan (Persero) dalam melakukan kegiatan audit, sebaiknya
lebih jujur dan tidak memihak kepada
salah satu individu. Perusahaan
sebaiknya mengadakan pelatihan dan
pengarahan kepada setiap auditor
internal agar dapat lebih independen
dalam melaksanakan tugasnya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol.
33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.a
c.id 186
Bukti Audit Bahan bukti/data yang berasal dari sumber luar
Bahan bukti adalah segala lebih dapat dipercaya daripada data yang berasal
informasi yang digunakan oleh auditor dari dalam perusahaan.
untuk menentukan apakah laporan 3. Efektifitas Pengendalian Intern.
keuangan yang diaudit telah sesuai Bahan bukti yang diperoleh dari suatu perusahaan
dengan kriteria yang ditetapkan. yang memiliki pengendalian intern yang efektif
Keputusan Bahan Bukti Audit lebih dapat diandalkan daripada jika pengendalian
Keputusan utama yang dihadapi intern lemah
auditor terkait bahan bukti adalah 4. Pemahaman langsung yang diperoleh auditor.
menentukan jenis dan jumlah bahan Informasi yang diperoleh langsung sendiri oleh
bukti, agar memperoleh keyakinan auditor lebih dapat diandalkan daripada jika
memadai bahwa seluruh komponen informasi tersebut berasal dari orang lain
laporan keuangan telah disajikan 5. Kualifikasi orang yang menyediakan informasi.
wajar, dan bahwa klien telah Informasi dari orang yang memiliki kualifikasi
menerapkan pengendalian intern yang lebih dapat dipercaya daripada informasi yang
efektif. berasal dari orang yang tidak memiliki kualifikasi.
Empat hal yang harus diputuskan
auditor terkait bahan bukti adalah: 6. Tingkat Obyektifitas.
1. Prosedur audit yang manakah Bahan bukti obyektif adalah bahan bukti yang
yang akan ditempuh? (Prosedur bersumber dari luar/ekstern perusahaan, seperti
Audit) konfirmasi, faktur pembelian dll. Bahan bukti
2. Berapa besar ukuran sampel subyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari
yang akan diambil? (Ukuran intern perusahaan, seperti salinan faktur penjualan,
sampel) ayat-ayat jurnal, dll.
3. Pos/unsur mana yang akan 7. Ketepatan Waktu.
dipilih dari populasi? (Unsur Ketepatan waktu ini mengacu, baik kepada kapan
yang dipilih) bahan bukti tersebut dikumpulkan, dan periode
4. Kapan prosedur audit tersebut akuntansi yang dicakup oleh audit.
akan dilaksanakan?(Saat
Pelaksanaan) 2. Kecukupan Bahan Bukti.
Persuasivitas Bahan Bukti Audit Mengacu kepada jumlah bahan bukti yang
(Bahan bukti yang dapat dikumpulkan, berapa besar ukuran sampel yang akan
menyimpulkan) diambil.
Persuasivitas bahan bukti dapat dilihat Dua faktor yang mempengaruhi keputusan ukuran
dari 2 sisi, yaitu: sampel adalah:
1. Kompetensi Bahan Bukti. 1. Ekspektasi auditor akan kemungkinan salah saji
Mengacu kepada reliabilitas bahan material
bukti, sejauh mana bahan bukti 2. Efektifitas pengendalian intern klien
tersebut dapat diyakini Jenis-Jenis Bahan Bukti Audit
kebenarannya. 1. Pengujian Fisik.
Tujuh karakteristik kompetensi Yaitu menguji/menghitung fisik aktiva berwujud.
bahan bukti : Umumnya yang diuji adalah persediaan, kas, surat-
1. Relevansi. surat wesel, dll.
Bahan bukti yang dikumpulkan
harus selaras dengan tujuan 2. Konfirmasi.
audit. Yaitu penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang
2. Independensi penyedia data. independen mengenai akurasi informasi
sebagaimana yang dimaksud 2) Membandingakan rincian total saldo
oleh auditor. Contoh: konfirmasi dengan rincian serupa pada tahun
atas piutang usaha, hutang sebelumnya.
usaha, dll. 3) Membandingkan rasio dan hubungan
persentase dengan tahun sebelumnya.
3. Dokumentasi. c. Membandingkan data klien dengan data
Yaitu pemeriksaan terhadap yang diperkirakan oleh klien.
catatan-catatan yang dibuat oleh d. Membandingkan data klien dengan data
klien. Biasanya disebut yang diperkirakan oleh auditor.
vouching e. Membandingkan data klien dengan hasil
. perkiraan yang menggunakan data non
4. Prosedur Analitis. keuangan.
Yaitu evaluasi informasi
keuangan dengan cara 5. Tanya jawab dengan klien.
mempelajari hubungan logis Mendapatkan informasi dengan cara mengajuan
antara data keuangan dengan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis
data non keuanagan, meliputi kepada klien/pegawai klien.
rasio dan perbandingan antara
jumlah yang tercatat dengan 6. Reperformance/Pelaksanaan Ulang/Uji hitung.
ekspektasi auditor. Auditor menguji perhitungan yang dilakukan klien.
Alasan yang terpenting Misalnya menghitung kembali penjumlahan ke
penggunaan prosedur analitis : bawah, menghitung kembali perkalian antara harga
a. Memahami bidang usaha jual per unit dengan kuantitas barang yang terjual,
klien. dll.
b. Penetapan kemampuan
satuan usaha untuk 7. Observasi/Pengamatan.
menjaga kelangsungan Penggunaan alat indera untuk menentukan
hidupnya. aktivitas tertentu, seperti penglihatan,
c. Indikasi adanya pendengaran, penciuman, perasaan, dll.
kemungkinan salah saji
dalam laporan keuangan.
d. Mengurangi pengujian Dokumentasi Audit
audit yang terinci. Catatan pokok dari prosedur audit yang diterapkan, bukti
e. Wawancara yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai oleh
auditor dalam keterlibatannya.
Jenis prosedur analitis : Tujuan : membantu auditor menyiapkan jaminan yang
a. Membandingkan data masuk akal bahwa audit yang mencukupi sehubungan
klien dengan audit standar telah dilakukan.
dengan industri sejenis. 1. Berkas permanen: berisi data historis atau yang
b. Membandingkan data bersifat berkelanjutan mengenai klien.
klien dengan data yang 2. Berkas tahun berjalan: mencakup seluruh kertas
serupa pada periode kerja yang berkaitan untuk tahun yang diaudit
sebelumnya (program audit, informasi umum, neraca saldo,
1) Perbandingan antara jurnal koreksi/reklasifikasi, dan daftar- daftar
saldo tahun berjalan pendukung
dengan saldo tahun
lalu.