Anda di halaman 1dari 48

Audit Planning and Analytis Procedures

Perencananaan
Tiga hal mengapa auditor perlu merencanakan penugasan auidit dengan tepat : 1) untuk
memungkinkan auditor mendpatakan bukti yang tepat dan mencukupi pada situasi yang
dihadapkan, 2) membantu menjaga biaya audit tetap yang wajar, dan 3) untuk menghindarkan
kesalahpahaman dengan klien.
Resiko yang dapat diterima adalah ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan
keungan akan salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan. Resiko inherenadalah ukuran auditor atas kemungkinan adanya
salah saji yang material dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan
pengendalian internal.
Prosedur Perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit:
Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal.
Memahami bisnis dan industri klien.
Menilai resiko bisnis klien.
Melaksanakan prosedur analitis pandahuluan.
Menetapkan materialitas dan menilai resiko audit yang dapat diterima serta serta resiko inheren.
Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian internal
Mengumpulkan informasi untuk menilai resiko kecurangan
Engembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan.

Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal


Perencanaan audit awal melibatkan 4 hal yang harus dilakukan dalam mengaudit:
Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien yang ada
sekarang.
Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Untuk mennghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat-syarat penugasan yang
ditetapkan klien.
Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan dan setiap
spesialis audit yang diperlukan.
Investigasi atas klien baru, sebelum menerima klien baru kantor akuntan publik akan menyelidiki
perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya.

Klien berlanjut, setia tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang ada guna
menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit.

Memahami kebutuhan akan spesialis dari luar, auditor harus memiliki pemahaman yang memadai
atas bisnis klien untuk mengetahui apakah spesialis memang dibutuhkan. Auditor perlu
mengevaluasi kualifikasi profesional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup
pekerjaannya.

Memehami Bisnis dan Industri Klien


Auditor harus memperoleh pemahaman audit yang memadai tentang entitas lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya. Untuk menilai resiko salah saji yang material pada laporan
keuangan baik karena kekeliruan maupun kecurangan, dan untuk merancang sifat, penetapan
waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya. Berikut ini faktor – faktor yang meningkatkan atas
bisnis dan industri klien:
Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan pemasok
utama.
Klien telah memperluas operasinya secara global, yang seringkali melalui joint venture atau aliansi
strategi.
Teknologi informasi memepengaruhi proses internal klien yang meningkatkan mutu dan ketepatan
waktu informasi akuntansi.
Makin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak berwujud lainnya telah meningkatkan mutu
kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi manjemen.
Auditor membutuhkan pemahaman yang baik atas bisnis dan industri klien untuk memberikan jasa
berniali tambah kepada klien.
Auditor juga harus memahami strategi dan tujuan klien yang berkaitan dengan:

Reliabilitas pelaporan keuangan


Efektivitas dan pelaporan keuangan
Ketaatan pada hukum dan peraturan

Menilai Resiko Bisnis Klien


Resiko bisnis klien adalah resiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Resiko bisnis
klien dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti
teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan
strateginya sebagai pesaing.

Setelah menilai resiko bisnis klien dapat mengevaluasi resiko bisnis klien, kemdian auditor dapat
menilai resiko salah saji yang material dalam laporan keunagan, dan kemudian menerapkan model
resiko audit untuk menentukan luas bukti audit yang tepat.

Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan


Auditor melaksanakan prosedur analitis pendahuluan untuk memahami dengan lebih baik bisnis
klien dan untuk menilai resiko bisnis klien. Salah satu prosedur tersebut yakni membandingkan
rasio klien dengan benchmark industri atau pesaing untuk mengidentifikasi kinerja perusahaan.

Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama penugasan:

Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat, luas, dan
penetapan waktu prosedur audit.
Prosedur analitis sering kali dikakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian substansi
untuk mendukung saldo akun.
Prosedur analitis yang diwajibkan selama tahap penyelesaian audit. Pengujian semacam ini
berfungsi sebagai riview akhir salah saji yang material.
Lima jenis prosedur analitis:

Data industri
Data periode sebelumnya yang serupa
Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor
Hasil yang digarapkan dengan menggunakan data non keuangan.

Rasio Keuangan Umum


Prosedur analitis seringkali meliputi penggunaan rasio keuangan yang umum selama tahap
perencanaan dan riview akhir atas laporan keuangan yang telah diaudit. Hal ini berguna untuk
memahami peristiwa terkini dan status keuangan perusahaan serta untuk menelaah laporan itu dari
perspektif pamakai.

Kemampuan membayar utang jangka pendek


Rasio kas = kas + sekuritas
kewajiban lancar

Rasio cepat = kas + sekuritas + piutang usaha bersih


Kewajiban lancar

Rasio Lancar = aktiva lancar


kewajiban lancar

Rasio Aktivitas Liquiditas


Perputaran piutang usaha = penjulan bersih / piutang kotor rata-rata
Jumlah hari penagihan utang = 365 hari / perputaran piutang usaha
Perputaran persediaan = harga pokok penjualan / persediaan rata-rata
Jumlah hari penjualan persediaan = 365 hari / perputaran persediaan

Kemampuan untuk memenuhi kewajiaban utang jangka panjang


Utang terhadap ekuitas = total kewajiban / total ekuitas
Times interest Earned = laba opersai / beban bunga

Rasio Probabiltas
Laba per saham = laba bersih / rata-rat saham biasa yang beredar
Presentase laba kotor = penjualan bersih – hpp / penjualan bersih
Margin laba = laba operasi / penjualan bersih
Pengembalian atas aktiva = laba sebelum pajak / aktiva total rata-rata
Pengembalian atas ekuitas saham biasa = laba sebelum pajak – dividen saham preferen / akuitas
pemegang saham rata-rata
TUGAS PENGAUDITAN I
AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT SECTION 404 DAN RISIKO
PENGENDALIAN

OLEH :
1. RESVY DERIZA 1410532030
2. MARDHATILLAH

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT SECTION 404 DAN RISIKO
PENGENDALIAN

A. TUJUAN PENGENDALIAN INTERNAL

Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai
tujuan dansasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian,secara kolektif
membentuk pengendalian internal.

Tiga tujuan umum pengendalian internal yang efektif bagi manajemen :

1. Reliabilitas pelaporan keuangan


Seperti yang telah kita ketahui manajemen memiliki tanngung jawab untuk
menyiapkan laporan keuangan dan memastikan bahwa infoemasi yang disajikan wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Tujuan pengendalian internal
yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan
keuangan tersebut.
2. Efesiensi dan efektivitas operasi
Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi
keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan
pengambilan keputusan.

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan


Section 404 mengharuskan semua perusahaan publik mengeluarkan laporan
tentang kefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.Selain
mematuhi ketentuan hukum dalam Section 404, organisasi-organisasi publik,
nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan

Manajemen merancang system penegendalian internal untuk mencapai ketiga tujuan


ini. Fokus auditor baik dalam audit atas pelaporan keuangan maupun pengendalian
internal,tertuju atas pengendalian reliabilitas keuanagan,pengendalian atas
operasi,pengendalian atas ketaatan hukumserta peraturan yang secara material
mempengaruhi pelaporan keuangan.

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN DAN AUDITOR ATAS PENGENDALIAN


INTERNAL

 Tanggung jawab manajemen untuk menetapkan pengendalian internal


Manajemen,bukan auditor,yang harus meneteapkan dan menyelanggarakan
pengendalian internal entitas. Ada dua konsep utama yang melandasi perancangan dan
implementasi pengendalian internal:
1. Kepastian yang layak
Perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang layak tetapi bukan
absolut,bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

2. Keterbatasan inheren
Pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100% ,tanpa menghiraukan
kecermatan yang diterapkan dalam perancangan dan implementasinya. Meskipun
personil yang menangani system itu sanggup merancang sebuah system yang
ideal,keefektifannya tergantung pada kompetensi dan orang-orang yang
menggunakannya.

 Tanggung jawab pelaporan oleh manajemen menurut section 404


Section 404(a) mengharuskan manajemen semua perusahaan public untuk
mengeluarkan laporan pengendalian internal yang mencakup hal-hal berikut ini:
 Pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan
menyelanggarakan struktur pengendalian internal yang memadai serta prosedur
pelaporan keuangan
 Penilaian atas efektivitas struktur pengendalian internal dan prosedur pelaporan
keuangan per akhir tahun fiscal.

Manajemen juga harus mengidentifikasi kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan pengendalian internal. Penilaian manajemen mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan terdiri dari dua komponen utama:

1. Mengevaluasi rancangan pengendalian internal


Manajemen harus mengevaluasi apakah pengendalian telah dirancang dan
diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan. Hal ini termasuk mengevaluasi bagaimana transaksi yang signifikan dimulai,
diotorisasi, dicatat, diproses dan dilaporkan untuk mengidentifikasi titik-titk arus diamana
salah saji yang amterial akibat kekeliruan

2. Menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian


Tujuan pengujian ini adalah untuk menetukan apakah pengengendalian telah
berjalan sesuai dengan apa yang dirancang dan apakah orang yang melaksanakan memiliki
kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pengendalian secara
efektif. Hasil pengujian manajemen harus didokumentasikan ,yang akan membentuk dasar
bagi asersi mananjemen pada akhir tahun fiscal mengenai efektivitas pengendalian
internal.

 Tanggung jawab auditor untuk memahami pengendalian internal


Auditor harus mengidentifikasi dan menilai apakah resiko salah saji disebabkan oleh
kecurangan atau kekeliruan beradsarkan pemahaman yang cukup tentang entitas dan
lingkungan termasuk pengendalian internal entitas.
 Pengendalian atas reliabilitas pelaporan keuangan
Auditor harus berfokus pada pengendalian yang berhubungan dengan
perhatian manajemen yang pertama dalam pengendalian internal. Tidak seperti
klien, auditor tidak terlalu memperhatikan pengendalian yang mempengaruhi
efesiensi dan efektivitas operasi perusahaan,kerena pngendalian itu mungkin
tidak memepengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Namun auditor
tidak boleh mengabaikan pengendalian yang mempengaruhi informasi
manajemen internal,seperti anggaran dan laopran kinerja internal. Jenis
informasi ini sering kali menjadi sumber yang penting yang digunakan
manajemen untuk menjalankan bisnis,dan dapat menjadi sumber bukti bagi
auditor untuk menentukan apakah laopran keuanagn tsb disajikan secara wajar.

 Pengendalian atas kelas-kelas transaksi


Auditor menekankan pengendalian internal atas kelas-kelas transaksi dan
bukan saldo akun,karena keakuran saldo akun sangat bergantung pada
keakuratan input dan pemrosessan (transaksi).Meskipun menekankan pada
pengendalian transaksi,auditor juga harus memahami pengendalian atas saldo
akun akhir dan tujuan penyajian serta pengungkapan.
 Tanggung jawab auditor untuk menguji pengendalian internal
Untuk menyatakan pendapat menegenai pengendalian,auditor harus memahami dan
melakukan pengujian atas pengendalian untuk semua saldo akun,kelas transaksi,dan
pengungkapan yang signifikan ,sertas asersi terkait dalam laporan keuangan.

3. Komponen pengendalian internal COSO


Pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang
dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang
untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian
intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud)
dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan)
maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek
dagang).
Internal control yang dikeluarkan oleh COSO yaitu kerangka kerja pengendalian
internal yang paling luas diterima di amerika serikat,menguraikan lima komponen
pengendalian internal yang dirancang dan dimplementasikan oleh manajemen untuk
memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai.
Tanpa Lingkungan pengendalian yang efektif,keempat komponen lainnya tidak akan
menghasilkan pengendalian internal yang efektif tanpa menghiraukan kualitasnya.
Komponen pengendalian internal COSO meliputi hal-hal berikut ini:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan
karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen
(manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan
gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur
organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan
pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian
intern yang lain.
Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan,kebijakan,dan prosedur yang
mencerminkan sikap manajemen puncak,para direktur,dan pemilik entitas secara
keseluruahn mengenai pengendalian internal serta arti pentingnya entitas itu.
Untuk memahami dan meilai lingkungan pengendalian ,auditor harus
mempertimbangkan subkomponen pengendalian yang paling penting
 Integritas dan nilai etis
Meliputi tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan
yang mungkin membuat karyawan melakukan tindakan tidak jujur,illegal atau tidak etis.
Hal ini juga meliputi pengkomunikasian nilai-nilai entitas dan standar perilaku kepada
para karyawan mealaui pernyataan kebijakan,kode perilaku,dan teladan
 Komitmen pada kompetensi
Meliputi pertimbangan para manajemen tentang tingkat komptensi bagi pekerjaan
tertentu dan bagaimana tingkatan tsb diterjemahkan menjadi keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan

 Partisipasi dewan komisaris atau komite audit


Dewan komisaris berperan penting dalam tata kelola korporasi yang efektif karena
memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan bahwa manajemen telah
mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan yang layak
Untuk membantu melakukan pengawasan ,dewan membentuk komite audit yang
diserahi tanggungjawab mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit juga bertanggung
jawab untuk melakukan komunikasi berkelanjutan dengan auditor eksternal maupun
internal,termasuk menyetujui jasa audit dan non audit yang dilakukan oleh para auditor
perusahaan public. Hal ini memungkinkan para auditor dan direktur membahas berbagai
masalah yang mungkin berhubungan dengan hal-hal seperti integritas atau tindakan
manajemen.

 Filosofi dan gaya operasi manajemen


Manajemen melalaui aktivitasnya memberiakan isyarat yang jelas pada karyawan
tentang pentingnya pengendalian internal. Memahami aspek-aspek dalam filosofi dan gaya
operasi manajemen akan membuat auditor merasakan sikap manajemen tentang
pengendalian internal.
 Struktur organisasi
Dengan memahami struktur organisasi klien,auditor dapat mempelajari peneglolaan
dan unsur-unsur fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian
dimplementasikan.

 Kebijakan dan praktik SDA


Pentingnya personil kompeten dan terpercaya dalam mengadakan pengendalia
internal yang efektif ,metode untuk mengangkat,mengevaluasi melatih,mempromosikan
dan meberikan kompensasi kepada personil merupakan bagian penting dari pengendaian
internal.
Contoh,auditor dapat menetukan sifat system penganggaran klien sebagai bagian
dari proses memahami rancangan lingkungan pengendalian. Kemudian pelaksanaan
anggaran dapat dievaluasi sebagian dengan mengajukan pertanyaan kepada personil
peanggaran untuk menentukan prosedur penganggaran serta menindak lanjuti perbedaan
antara anggaran dan kenyataan.

2. Penilaian Resiko
Penilaian resiko oleh manajemen berbeda dengan auditor. Manajemen menilai
resiko sebagai bagian perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal untuk
meminimalkan kekeliruan sertakecurangan,sedangkan auditor menilai resiko untuk
memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit.jika manajemen secara efektif menilai dan
merespon resiko,biasanya auditor akan menumpulkan bukti lebih sedikit ketimbang jika
amanjemen gagal mengidentifikasi respon yang signifikan.

3. Aktivitas Pengendalian
Adalah kebijakan dan prosedur,selain yang sudah termasuk dalam kemepat
komponen lainnya,yang membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah
diambil untuk menangani resiko guna mencapai tujuan entitas.
Ada 5 aktivitas pengendalian :

1) Pemisahan tugas yang memadai


 Pemisahan penyimpanan asset dari akuntansi
Untuk melindungi perusahaan dari penyelewengan maka sesorang yang
ditugaskan menyimpan aktiva secara permanen atau temporer tidak boleh mencatat
asset tsb,jika satu orang dibiarkan melaksanakan kedua fungsi tsb ,risiko bahwa
orang tsb akan mengambil asset tsb demi keuntungan pribadi dan menyesuaikan
catatan untuk menutupi pencurian asset tsb akan meningkat.

 Pemisahan otorisasi transaksi dari penyimpanan asset terkait


Orang yang mengotorisasi transaksi tidak boleh memegang kendali atas asset
terkait,untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyelewengan.

 Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatan


Untuk memastikan bahwa informasi tidak bias,pencatatan biasanya
dimasukkan dalam deoartemen terpisah dibawa controller.

 Pemisahan tugas TI dari departemen pemakai


Apabila tingkat kompleksitas TImeningkat,pemisahan
otorisasi,pencatatan,penyimpanan sering kali menjadi tidak jelas. Perusahaan harus
memisahkan fungsi-fungsi utama yang terkait dengan TI dari fungsi-fungsi
departemen pemakai.

2) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas


Agar pengendalian berjalan dengan baik,setiap transaksi harus diotorisasi
dengan tepat. Otorisasi merupakan suatu keputusan atas kebiajakn terhadap
transaksi dan aktivitas.
Otorisasi terbagi dua yaitu:
 Otorisasi umum dimana manajemen menetapkan kebijakan dan para bawahan
diinstruksikan untuk mengimplementasikan otorisasi umum tsb dengan
menyetujui semua transaksi dalam batas yang telah ditetapka tsb.Contohnya
keputusan otorisasi penetapan harag tetapuntuk penjualan produk.
 Otorisasi khusus berlaku untuk transaksi individual.Contohnya otorisasi
transaksi penjualan oleh manajer penjualan untuk perusahaan penjuala mobil
bekas.

3) Dokumen dan catatan yang memadai

Prinsip tertentu akan mengatur perancangan dan penggunaan dokumen


yang baik. Dokumen dan catatan harus:
 Dipranomori secara berurutan untuk memudahkan penegendalian atas
dokumen yang hilang dan sebagai alat bantu untuk mencari dokumen itu
ketika diperlukan
 Disiapkan saat transaksi berlangsung,untuk meminimalkan keasalahan
penetapan waktu
 Dirancang untuk berbagai penggunaan guana meminimalkan jumlah formulir
yang berbeda
4) Pengendalian fisik atas asset dan catatan
Jenis ukuran protektif yang paling penting untuk menjaga asset dan
catatan adalah penggunaan tindakan pencegahan fisik salah satu contohnya
adalah pengguanaan gudang persediaan untuk melindungi dari pencurian. Bila
gudang berada dibawah pengawasan karyawan yang kompeten ,dapat dipastikan
bahwa pencurian akan dapat diminimalisir.

5) Pemeriksaan kinerja secara independen


Merupakan review dari ke empat pengendalian diatas.kebutuhan akan
pengendalian internal tsb muncul karena pengendalian internal cenderung
berubah seiring dengan dengan berlalunya waktu kecuali review sering
dilakukan.
Standar auditing mengharuskan auditor memahami proses yang diikuti
karyawan perusahaan untuk merekonsiliasi catatan terperinci yang mendukung
saldo akun yang signifikan dengan buku besar akun tsb demi mebantu auditor
merancang dan melaksanakan prosedur audit secara lebih efektif.

4. Informasi dan komunikasi


Akuntansi entitas adalah untuk memulai ,mencatat,memproses ,dan
melaporkan transaksi yang dilakukan entitas serta memepertahankan
akuntabilitas asset terkait.
System informasi dan komunikasi akuntansi memilki subkomponen ,yang biasanya
terdiri dari kelas-kelas transaksi seperti penjualan,retur penjualan,penerimaan kas.
Untuk memahami perancangan system informasi akuntansi auditor menetukan:
1. Kelas transaksi utama entitas
2. Bagaimana transaksi dimulai dan dicatat
3. Catatan akuntansi apa saja yang ada serta sifatnya
4. Bagaimana system itu menangkap peristiwa- peristiwa lain yang penting untuk
laporan keuangan
5. Sifat serta rincian proses pelaporan keuangan yang diikuti ,termasuk prosedur
pencatatan transaksi dan penyesuaian dalam buku besar umum

5. Pemantauan
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat
di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha
manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara
mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh
sistem akuntansi.

Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi


perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan
usaha.Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab
atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering
melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan
keuangan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilian mutu pengendalian internal
secara berkelanjutan oelh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu telah
beroperasi seperti yang diharapkan,dan telah dimodifikasi sesaui dengan perubahan
kondisi. Informasi yang dinilai ini bearsal dari berbagai sumber,termasuk studi atas
pengendalian internal yang ada ,laporan auditor internal, keluhan pelanggan,dll.

C. MEMPEROLEH DAN MENDOKUMENTASIKAN PEMAHAMAN TENTANG


PENGENDALIAN INTERNAL

Auditor menggunakan prosedur untuk memperoleh pemahaman, yang meliputi pengumpulan


bukti tentang rancangan pengendalian internal dan apakah pengendalian itu sudah
diimplementasikan, lalu menggunakan informasi itu sebagai dasar audit terpadu. Dokumen yang
digunakan oleh auditor :

1. Naratif.
Naratif adalah uraian tertulis tentang pengendalian internal klien. Suatu naratif yang
baik mengenai sistem akuntansi dan pengendalian yang terkait terdapat empat hal :
 Asal-usul setiap dokumen dan catatan dalam sistem
sebagai contoh, uraian harus menyatakan darimana pesanan pelanggan berasal dan
bagaimana faktur penjualan dibuat.
 Semua pemrosesan yang berlangsung
sebagai contoh, jika jumlah penjualan ditentukan oleh program komputer yang mengalikan
kuantitas yang dikirim dengan harga standar yang tercantum dalam file induk harga, prose
situ harus diuraikan.
 Disposisi setiap dokumen dan catatan dalam sistem
Contoh pengarsipan dokumen, pengiriman dokumen ke pelanggan atau penghancuran
dokumen
 Petunjuk tentang pengendalian yang relevan dengan penilaian risiko pengendalian.
Hal ini mencakup pemisahan tugas, otorisasi dan persetujuan dan verifikasi internal.

2. Bagan arus.
Suatu bagan arus pengendalian internal adalah diagram yang menunjukkan dokumen
klien dan aliran urutannya dalam organisasi.
Bagan arus yang disiapkan dengan baik sangat bermanfaat karena memberikan gambaran
menyeluruh mengenai sistem klien, yang membantu auditor mengidentifikasi pengendalian dan
defenisi sistem klien. Bagan arus mempunyai dua keunggulan dibandingkan naratif yaitu mudah
dibaca dan mudah diperbaharui.

3. Kuesioner Pengendalian Internal.


Kuesioner pengendalian internal mengajukan serangkaian pertanyaan tentang
pengendalian dalam setiap area audit sebagai sarana untuk mengidentifikasi defisiensi
pengendalian internal. Sebagian besar kuesioner meminta jawaban “ya”, atau “tidak”, dengan
jawaban “tidak” menunjukkan adanya defisiensi pengendalian internal yang potensial.
Dua kelemahan kuesioner adalah tidak mampu memberikan gambaran yang
menyeluruh tentang sistem klien dan tidak dapat diterapkan pada beberapa audit terutama
yang lebih kecil.

Mengevaluasi Pengimplementasian Pengendalian Internal


Metode-metode yang digunakan dalam mengevaluasi pengimplementasian pengendalian
internal :

 Memutakhirkan dan mengevaluasi pengalaman auditor sebelumnya dengan entitas.


 Melakukan tanya jawab dengan personil klien.
 Menelaah dokumen dan catatan.
 Mengamati aktivitas dan operasi entitas.
 Melakukan penelusuran sistem akuntansi.

D. MENILAI RISIKO PENGENDALIAN

Auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian internal untuk


melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko
salah saji yang material secara keseluruhan.

Menilai Apakah Laporan Keuangan bisa diaudit


Ada dua faktor utama yang menentukan auditabilitas : integritas manajemen dan
kememadaian catatan akuntansi.

Menentukan Penilaian Risiko Pengendalian yang didukung oleh Pemahaman yang


Diperoleh
Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas
risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko salah saji yang material secara keseluruhan.
Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah
salah saji yang material atau mendeteksi dan mengoreksinya jika salah saji itu terjadi.

Penggunaan Matriks Risiko Pengendalian untuk Menilai Risiko Pengendalian


Banyak auditor menggunakan matriks risiko pengendalian untuk membantu proses penilaian
risiko pengendalian. Penyusunan matriks meliputi :

 Mengidentifikasi tujuan audit.


Langkah pertama dalam penilaian adalah mengidentifikasi tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo
akun, serta penyajian dan pengungkapan yang akan dinilai,

 Mengidentifikasi pengendalian yang ada.


Selanjutnya, auditor menggunakan informasi yang telah dibahas pada bagian terdahulu, mengenai
perolehan dan pendokumentasian pemahaman atas pengendalian internal untuk mengidentifikasi
pengendalian yang berperan dalam mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi.

 Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit yang terkait.


Setiap pengendalian akan memenuhi satu atau lebih tujuan audit yang terkait.
 Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang signifikan dan
kelemahan yang material.

Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak diterapkan dalam perancangan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan sebagai bagian dari mengevaluasi risiko
pengendalian dan kemungkinan salah saji laporan keuangan. Standar auditing mendefenisikan tiga
tingkat tidak diterapkannya pengendalian internal :

a. Defisiensi pengendalian.
Terjadi jika perancangan atau pelaksanaan tidak memungkinkan karyawan perusahaan
mencegah atau mendeteksi salah saji secara tepat waktu. Defisiensi perancangan terjadi jika
pengendalian yang diperlukan tidak ada atau tidak dirancang dengan baik. Defisiensi operasi
terjadi jika pengendalian tidak berjalan seperti yang dirancang, atau jika orang yang
melaksanakan pengendalian tidak memiliki kualifikasi atau kewenangan yang memadai.

b. Defisiensi yang signifikan.


Terjadi jika ada satu atau lebih defisiensi pengendalian yang jauh lebih kecil ketimbang
kelemahan yang material (dibawah yang ditetapkan), tetapi cukup penting untuk diperhatikan
oleh pihak yang bertanggung jawab mengawasi pelaporan keuangan perusahaan.

c. Kelemahan yang material.


Terjadi jika defisiensi yang signifikan, secara sendiri atau bersama-sama dengan
defisiensi yang signifikan lainnya, mengakibatkan kemungkinannya lebih dari kecil bahwa
pengendalian internal tidak akan mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam
laporan keuangan.

E. PENGUJIAN PENGENDALIAN

Penilaian risiko pengendalian mengharuskan auditor mempertimbangkan perancangan dan


pelaksanaan pengendalian untuk mengevaluasi apakah pengendalian itu efektif dalam memenuhi
tujuan audit yang terkait. Prosedur untuk pengujian pengendalian, yaitu :
1. Mengajukan pertanyaan kepada personil klien yang tepat.
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian.
4. Melaksanakan kembali prosedur klien.

Penerapan pengujian pengendalian untuk mengukur seberapa luas prosedur, meliputi :


 Mengandalkan bukti dari audit tahun sebelumnya.
Apabila auditor berencana menggunakan bukti tentang efektivitas pelaksanaan
pengendalian internal yang diperoleh dalam audit terdahulu, SAS 110 mengharuskan auditor
untuk menguji keefektifan pengendalian itu paling sedikit tiga tahun sekali.

 Menguji pengendalian yang berhubungan dengan risiko yang signifikan.


Adalah risiko yang diyakini auditor membutuhkan pertimbangan audit khusus. Apabila
prosedur penilaian risiko yang dilakukan audit mengidentifikasi risiko yang signifikan,
auditor diharuskan menguji efektivitas pelaksanaan pengendalian yang mengurangi risiko
tersebut dalam audit tahun berjalan. Semakin besar risikonya, semakin banyak bukti audit
yang harus diperoleh auditor.

 Menguji kurang dari seluruh periode audit.


PCAOB Standard 2 mengharuskan auditor melaksanakan pengujian pengendalian yang
memadai untuk menentukan apakah pengendalian itu telah berjalan efektif pada akhir tahun.

F. MEMUTUSKAN RISIKO DETEKSI YANG DIRENCANAKAN DAN MERANCANG


PENGUJIAN SUBTANTIF

Auditor menggunakan penilaian risiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian untuk
menentukan risiko deteksi yang direncanakan serta pengujian subtantif terkait untuk audit atas
laporan keuangan. Auditor melakukannya dengan menghubungkan penilaian risiko pengendalian
dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi
utama, serta dengan empat tujuan audit penyajian dan pengungkapan. Tingkat risiko audit yang
tepat untuk setiap tujuan audit yang berhubungan dengan saldo kemudian diputuskan dengan
menggunakan model risiko audit.

G. PELAPORAN PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT SECTION 404

Laporan auditor mengenai pengendalian internal harus mencakup dua pendapat auditor :

1. Pendapat auditor mengenai apakah penilaian manajemen terhadap keefektifan pengendalian


internal atas pelaporan keuangan per akhir periode fiskal telah dinyatakan secara wajar,
dalam semua hal yang material.
2. Pendapat auditor mengenai apakah perusahaan telah menyelenggarakan, dalam semua hal
yang material, pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan per tanggal yang
disebutkan. Jenis-jenis pendapat:
 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
 Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
 Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Menolak Memberikan Pendapat (Qualified
or Disclaimer of Opinion).

H. MENGEVALUASI, MELAPORKAN, DAN MENGUJI PENGENDALIAN


INTERNAL UNTUK PERUSAHAAN NONPUBLIK

Bagian berikut akan mengidentifikasi dan membahas perbedaan paling penting dalam
mengevaluasi, melaporkan, dan menguji pengendalian internal untuk perusahaan nonpublik:

1. Persyaratan pelaporan.
Dalam audit atas perusahaan nonpublik, tidak ada persyaratan untuk mengaudit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

2. Luas pengendalian internal yang disyaratkan.


Manajemen, dan bukan auditor, yang bertanggung jawab untuk menetapkan
pengendalian internal yang memadai dalam perusahaan nonpublik, persis seperti
manajemen untuk perusahaan publik.

3. Luas pemahaman yang diperlukan.


Standar auditing mengharuskan auditor memiliki pemahaman yang mencukupi
tentang pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian.

4. Menilai risiko pengendalian.


Perbedaan paling penting dalam meilai risiko pengendalian perusahaan nonpublik
adalah penilaian risiko pengendalian pada tingkat maksimum untuk satu atau semua tujuan
yang berkaitan dengan pengendalian apabila pengendalian internal untuk tujuan itu tidak ada
atau tidak efektif.

5. Luas pengujian pengendalian yang diperlukan.


Auditor tidak akan melakukan pengujian pengendalian apabila menilai risiko
pengendalian pada tingkat maksimum akibat tidak memadainya pengendalian.
PEnyelesaian audit

A. Prosedur Penyelesaian Pekerjaan Lapangan


Jika semua unsur laporan keuangan telah selesai diaudit, auditor telah pada tahap akhir
auditnya. Sebelum ia meninggalkan perusahaan klien, ia harus mereview kertas kerja yang
dibuatnya dengan cara membandingkannya dengan kuesioner pengendalian intern dan program
pengujian subtantif, untuk memperoleh keyakinan bahwa semua informasi yang diperlukannya
sebagai dasar penyusunan laporan audit telah terkumpul semua. Untuk itu dalam menyelesaikan
pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit
tambahan. Prosedurnya adalah :
1. Melakukan review atas peristiwa kemudian.
2. Membaca notulen rapat
3. Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim, dan penilaian.
4. Mendapatkan surat representasi klien
5. Melaksanakan prosedur analitis

a. Melaksanakan Review Atas Peristiwa Kemudian


Tanggung jawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas pada
pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi hingga tanggal neraca. AU 560, Subsequent
Events, menyatakan bahwa auditor juga mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan
transaksi yang:
1. Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan
2. Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor
Sebelum menyusun draft laporan audit, auditor harus mereview peristiwa-peristiwa kemudian.
Review ini terutama bertujuan untuk menentukan apakah peristiwa tersebut mempunyai dampak
yang sedemikian material terhadap penyajian informasi di dalam laporan keuangan klien.

Jenis Peristiwa
Berikut adalah dua jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 :
1. Peristiwa Kemudian Jenis 1
Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan
mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan. Peristiwa
jenis 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan.
2. Peristiwa Kemudian Jenis 2
Memberikan bukti berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul
setelah tanggal tersebut. Peristiwa jenis 2 tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan,
atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data pro-forma pada laporan keuangan.

Jenis 1 Jenis 2
- Realisasi aktiva akhir tahun yang - Penerbitan obligasi jangka
dicatat, seperti piutang usaha dan panjang atau saham preferen atau
persediaan, pada jumlah yang saham biasa.
berbeda dari yang dicatat. - Pembelian suatu perusahaan.
- Penyelesaian estimasi kewajiban - Kerugian dari bencana akibat
akhir tahun yang dicatat, seperti kebakaran.
perkara pengadilan atau litigasi
dan jaminan produk pada jumlah
yang berbeda dari yang dicatat.

Peristiwa Kemudian Jenis 1


Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen untuk
menentukan saldo akun penilian pada tanggal neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi
saldo akun tersebut. Dalam mempertimbangkan apakah suatu peristiwa kemudian perlu diusulkan
kepada klien untuk digunakan meng-adjust informasi di dalam laporan keuangan klien, maka
auditor harus membedakan kondisi berikut ini:
1. Apakah kondisi yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian tersebut telah ada sebelum
atau pada tanggal neraca? Jika “Ya”, maka auditor berkewajiban untuk mengusulkan
penyesuaian terhadap informasi yang bersangkutan kepada klien.
2. Jika keadaan yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian tersebut tidak ada sebelum atau
pada tanggal neraca, maka peristiwa kemudian tersebut tidak boleh digunakan untuk meng-
adjust informasi di dalam laporan keuangan klien.

Peristiwa Kemudian Jenis 2


Penyebab terjadinya peristiwa kemudian dalam golongan ini tidak ada sebelum tanggal neraca,
tetapi peristiwa ini sangat penting sehingga memerlukan penjelasan meskipun tidak perlu
penjelasan terhadap laporan keuangan klien. Berikut contoh peristiwa kemudian yang memerlukan
penjelasan di dalam laporan keuangan klien sebagai catatan kaki atau penjelesan dalam laporan
audit:
1. Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara.
2. Pengeluaran obligasi atau saham.
3. Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah tanggal neraca.
4. Penurunan nilai harga pasar persediaan sebagai akibat larangan pemerintah terhadap penjualan
suatu produk.
5. Kerugian akibat terbakarnya persediaan yang tidak diasuransikan.

Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh peristiwa kemudian terhadap laporan keuangan, berikut daftar
contoh peristiwa kemudian yang diklasifikasikan menurut akun yang terpengaruh penyajiannya
Akun yang terpengaruh Peristiwa Kemudian
Kas Bank klien bangkrut
Keputusan pengadilan yang menyita
dana klien
Perampokan, pencurian dan
penggelapan kas yang jumlahnya
melebihi ganti rugi yang diterima dari
perusahaan asuransi
Piutang usaha Kegagalan penagihan piutang usaha
kepada sebagian besar pelanggan yang
tidak diperkirakan sebelumnya
Investasi Penurunan drastis harga pasar surat
berharga
Kesulitan keuangan yang dialami oleh
perusahaan yang mengeluarkan surat
berharga yang dimiliki oleh klien
sebagai investasi
Kegagalan pembayaran bunga dan
pokok pinjaman oleh perusahaan yang
mengeluarkan obligasi
Penjualan surat berharga pada harga
yang jauh di atas atau di bawah kosnya
Persediaan Kerugian karena kebakaran atau
bencana alam yang lain, yang tidak
diasuransikan
Kenaikan atau penurunan drastis harga
pasar persediaan
Perubahan metode penentuan harga
persediaan
Pengggunaan persediaan yang bersifat
luar biasa sebagai jaminan penarikan
kredit
Aktiva tetap Kerugian karena kebakaran atau
bencana alam yang lain, tidak
diasuransikan
Rencana perluasan usaha atau
pengurangan dana
Penilaian aktiva tetap
Keuangan aktiva tetap karena perubahan
yang mendadak pada permintaan atau
produk yang dihasilkan
Utang lancer Komitmen pembelian yang bersifat luar
biasa, yang disertai dengan penurunan
harga jual barang dagangan
Pembatalan kontrak pembelian
Kegagalan dalam pembayaran utang
wesel
Utang jangka panjang Kenaikan yang besar dalam utang
jangka panjang
Kegagalam dalam membayar bunga dan
pokok pinjaman
Modal saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar
saham yang beredar
Transakasi pembelian saham sebagai
treasury stock yang bersifat luar biasa
Reorganisasi struktur modal saham
Pengubahan utang obligasi menjadi
saham biasa
Perubahan bentuk badan usaha,
misalnya dari badan usaha berbentuk
persekutuan (CV/Firma) menjadi
perseroan terbatas (PT) atau sebaliknya
Laba ditahan Pembagian dividen yang bersifat luar
biasa, yang menganggu modal kerja
Penyisihan laba yang ditahan yang
bersifat luar biasa
Laba/rugi yang jumlahnya material,
yang dikreditkan atau didebitkan
langsung ke dalam akun Saldo Laba
Unsur lain Perubahan pinjaman puncak
Perubahan kebijakan manajemen
Perubahan undang-undang
Tambahan pengenaan pajak atau
penerimaan penggantian pajak (tax
refund) yang bersifat luar biasa
Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar
modal

Prosedur Audit Dalam Periode Setelah Tanggal Neraca


Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan
auditor. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut:
a. Mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantif akhir tahun seperti
pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum tercatat.
b. Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12 atau mendekati akhir pekerjaan
lapangan.
 Membaca laporan keuangan interim akhir yang tersedia serta membandingkannya dengan
laporan yang sedang dilaporkan dan melakukan perbandingan lainnya yang sesuai dalam situasi-
situasi itu.
 Menanyakan kepada manajemen yang bertanggung jawab atas hal-hal keuangan dan akuntansi
mengenai:
 Setiap kewajiban kontinjen atau komitmen besar yang ada pada tanggal neraca atau tanggal
pertanyaan itu diajukan.
 Setiap perubahan yang signifikan pada modal saham, hutang jangka panjang atau modal kerja
sampai tanggal pertanyaan diajukan.
 Status saat ini dari pos-pos yang sebelumnya dipertanggungjawabkan atas dasar data sementara,
pendahuluan, atau tidak konklusif.
 Apakah setiap penyesuaian yang tidak biasa telah dilakukan sejak tanggal neraca.
 Membaca notulen rapat dewan komisaris, pemegang saham, dan komite lainnya yang sesuai.
 Menanyakan ahli hokum klien mengenai litigasi, klaim, dan penilaian.
 Mendapatkan surat representasi dari klien mengenai perisiwa kemudian yang menurut
pendapatnya akan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan.
 Melakukan tanya-jawab tambahan atau melaksanakan prosedur tambahan yang dipandang perlu
dalam situasi-situasi itu.
Pengaruh Terhadap Laporan Auditor
Kelalaian untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari laporan standar auditor.

b. Membaca Notulen Rapat


Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite keuangan
dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit. Contohnya: dewan
komisaris dapat mengotorisasi penerbitan obligasi baru, pembelian saham treasuri, dan lain lain.
Pembacaan notulen rapat biasanya dilakukan segera setelah hal itu tersedia, guna memberikan
auditor kesempatan maksimum untuk menilai signifikansi auditnya. Misalnya: informasi yang
dipelajari dari catatan tersebut menyebabkan auditor untuk mengubah pengujian substantif. Dan
pembacaan notulen rapat oleh auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja.

c. Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian


FASB dalam SFAS 5, mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian
situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan keuntungan (kontinjensi
keuntungan) dan kerugian (kontinjensi kerugian). Kontinjensi keuntungan hanya akan
menimbulkan masalah yang relatif kecil, sedangkan kontinjensi kerugian seringkali merupakan
masalah yang signifikan bagi auditor. Kontinjensi kerugian meliputi kewajiban yang potensial dari
perselisihan pajak penghasilan, klaim, dan lain-lain mempersyaratkan bahwa kontinjensi kerugian
harus:
1. Dicatat sebagai kewajiban
2. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
3. Diabaikan

Pertimbangan Audit
SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti-bukti tentang:
a. Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan ketidakpastian mengenai
kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas dari litigasi, klaim, dan penilaian (LCA).
b. Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi.
c. Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
d. Jumlah atau rentang kerugian yang potensial.

Surat Pertanyaan Audit


AU 337.08 menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hukum klien merupakan
sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang diserahkan
oleh manajemen. Surat tersebut harus dikirimkan oleh manajemen kepada setiap ahli hukum yang
telah ditugaskan oleh klien.

Pengaruh Jawaban Terhadap Laporan Auditor


Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor. Yaitu,
auditor dapat mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Hal
ini dapat terjadi apabila jawabannya menunjukkan bahwa berdasarkan penyelidikan yang layak atas
masalah yang dihadapi, terdapat:
a. Probabilitas yang tinggi atas hasil yang menguntungkan
b. Masalah yang dihadapi adalah tidak material

d. Mendapatkan Surat Representasi Klien


Auditor diwajibkan untuk mendapatkan representasi tertulis tertentu dari manajemen dalam
memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat dicapai melalui surat representasi klien,
yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333, Management Representations, menjelaskan
bahwa representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan prosedur
audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak atas suatu pendapat. Representasi
manajemen harus dapat :
1. Mengkonfirmasikan representasi lisan yang diberikan kepada auditor
2. Mendokumentasikan kelayakan yang berkelanjutan dari representasi tersebut
3. Mengurangi kemungkinan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen

Isi Surat Representasi


Menurut AU 333.06 terdapat empat kategori utama dari representsi spesifik yang harus
termasuk dalam surat rep. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai :
a. Laporan keuangan
b. Kelengkapan informasi
c. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
d. Peristiwa kemudian

Pengaruh Terhadap Laporan Auditor


Apabila auditor menerima surat rep dan mampu mendukung representasi manajemen, maka
suatu laporan audit standar dapat dikeluarkan. Tetapi, jika ada keterbatasan pada lingkup audit jika
auditor tidak dapat :
a. Memperoleh surat rep
b. Mendukung representasi manajemen yang bersifat material bagi laporan keuangan dengan
prosedur audit lainnya
Pembatasan lingkup tersebut akan mengakibatkan penyimpangan dari laporan standar auditor
baik melalui pendapat wajar dengan kualifikasi maupun penolakan pemberian pendapat.

e. Melaksanakan Prosedur Analitis


Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas
laporan keuangan. SAS 56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review keseluruhan adalah
untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review keseluruhan, auditor
membaca laporan keuangan dan catatan serta mempertimbangkan kelayakan bukti yang diperoleh
dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang :
1. Diantisipasi dalam perencanaan audit
2. Diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantive
Dalam melakukan reviewe keseluruhan atas kewajaran penyajian laporan keuangan, data
perusahaan dapat dibandingkan dengan (1) hasil yang diharapkan entitas berdasarkan dinamika
bisnis yang mendasarinya, (2) data yang tersedia mengenai kinerja industri, dan (3) data
nonkeuangan yang relevan seperti unit yang diproduksi atau dijual serta jumlah karyawan.
Suatu review keseluruhan biasanya akan membandingkan kinerja keuangan entitas yang
dilaporkan dengan sasaran strategisnya atas pendapatan, pelanggan, dan pangsa pasar atas efisiensi
dari proses inti serta kesesuaian ukuran nonkeuangan dengan gambaran keseluruhan yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.

B. Mengevaluasi Temuan
Terdapat dua tujuan auditor dalam mengevaluasi temuan-temuan, yaitu:
1. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan
2. Menentukan apakah GAAS telah dipenuhi dalam audit

Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor menyelesaikan langkah-langkah berikut :


1. Membuat Penilaian Akhir Atas Materialitas Dan Risiko Audit
Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan adalah
penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini adalah
menjumlahkan salah saji-salah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun yang belum
dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor atas salah saji dalam suatu akun dapat mencakup komponen
berikut:
a. Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian substantif
atas rincian transaksi dan saldo
b. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik sampling audit
c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi oleh prosedur
audit lainnya
Semua komponen yang terdapat dalam suatu akun dikenal sebagai salah saji yang mungkin,
sementara jumlah salah saji yang mungkin dalam semua akun disebut sebagai salah saji agregat
yang mungkin. Penilaian auditor atas salah saji agregat yang mungkin dapat mencakup pengaruh
dari semua salah saji yang mungkin belum dikoreksi selama periode sebelumnya terhadap laporan
keuangan periode berjalan.
Data yang telah diakumulasi kemudian dibandingkan dengan pertimbanga pendahuluan
auditor mengenai materialitas yang dibuat ketika merencanakan audit. Dalam merencanakan audit,
auditor menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Jika salah saji agregat meningkat,
maka risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang material juga meningkat. Jika
auditor merasa bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka auditor harus:
a. Melaksanakan pengujian substantif tambahan
b. Meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang diperlukan untuk mengurangi risiko salah saji
yang material

2. Mengevaluasi Kelanjutan Usaha


AU 341 menetapkan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang
substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama suatu
periode waktu yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal laporan keuangan yang
sedang diaudit. Biasanya, informasi yang akan menimbulkan keraguan yang substansial tentang
asumsi kelanjutan usaha berkaitan dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi
kewajibannya ketika jatuh tempo tanpa diposisi aktiva yang besar di luar arah bisnis yang biasa,
merestrukturisasi hutang, merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau melakukan tindakan
yang serupa. Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelanjutan usahanya, maka auditor harus :
a. Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi pengaruh kondisi atau
peristiwa tersebut
b. Menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara efektif tetapi jika auditor
menyimpulkan terdapat keraguan yang substansial mengenai kelanjutan usaha, maka auditor
harus:
 Mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai kemungkinan ketidakmampuan entitas
untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak
 Menyertakan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit untuk mencerminkan
kesimpulannya.
Jika auditor menyimpulkan tidak ada keraguan yang substansial, maka auditor tetap harus
mempertimbangkan kebutuhan akan pengungkapan. Beberapa informasi yang mungkin
diungkapkan mencakup:
 Kondisi dan peristiwa bersangkutan yang menimbulkan penilaian atas keraguan yang
substansial mengenai kemampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama
periode waktu yang layak.
 Kemungkinan pengaruh kondisi dan peristiwa tersebut.
 Evaluasi manajemen atas signifikansi dari kondisi-kondisi dan peristiwa itu serta setiap faktor
yang dapat mengurangi.
 Kemungkinan penghentian operasi.
 Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan)
 Informasi tentang pemulihan atau klasifikasi jumlah aktiva yang tercatat atau jumlaj atau
klasifikasi kewajiban.

3. Melakukan Review Teknis Atas Laporan Keuangan


Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka, review
teknis juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota tim audit. Daftar
periksa tersebut mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masing-masing
laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang disyaratkan.

4. Merumuskan Pendapat Dan Membuat Naskah Laporan Audit


Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan mengikhtisarkan
dan mengevaluasinya untuk tujuan menyatakan pendapat ataslaporan keuangan secara keseluruhan.
Tanggung jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner yang melakukan penugasan
itu. Sebelum mengambil keputusan akhir tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi
dengan klien

5. Melakukan Review Akhir Atas Kertas Kerja


Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat
oleh penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat dilakukan pada akhir pekerjaan lapangan oleh anggota
tim audit. Tingkatan review yang dapat dilakukan dalam penyelesaian audit ditunjukkan dalam table berikut:
Review Sifat Review
Manajer Mereview kertas kerja yang
disiapkan oleh auditor senior dan
mereview beberapa atau semua
kertas kerja yang direview oleh
auditor senior.
Partner yang bertanggung jawab Mereview kertas kerja yang
atas penugasan disiapkan oleh manajer dan
mereview kertas kerja lainnya atas
dasar selektif.

Review yang dilakukan partner atas kertas kerja dirancang untuk mendapatkan kepastian
bahwa:
 Pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan adalah akurat dan lengkap.
 Pertimbangan yang dilakukan oleh bawahan adalah layak dan tepat pada situasi bersangkutan.
 Penugasan audit telah diselesaikan sesuai dengan kondisi dan syarat yang ditetapkan dalam surat
penugasan.
 Semua pertanyaan tentang akuntansi, auditing, dan pelaporan signifikan yang timbul selama
audit telah diselesaikan dengan tepat.
 Kertas kerja mendukung pendapat auditor.
 GAAS dan kebijakan serta prosedur pengendalian mutu kantor akuntan telah dipenuhi.

C. Mengkomunikasikan Dengan Klien


Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan komite audit dan
manajemen. Komunikasi komite audit membicarakan hal-hal berkenaan dengan:
1. Pengendalian internal klien
2. Pelaksanaan audit
Sementara komunikasi dengan manajemen dilakukan melalui surat manajemen.

1. Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Pengendalian Internal


AU 325 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat
dilaporkan, yang didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang signifikan dalam
perancangan atau operasi pengendalian internal, yang dapat berpengaruh buruk terhadap
kemampuan organisasi untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data
keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Komunikasi itu sebaiknya dilakukan dalam bentuk tertulis. Pembagian laporan itu biasanya
harus dibatasi kepada komite audit, manajemen dan pihak lain di dalam organisasi. Akan tetapi,
apabila laporan tersebut diisyaratkan oleh otoritas pemerintah, maka rujukan khusus harus
dinyatakan dalam laporan itu. AU 325.11 menyatakan bahwa setiap laporan yang diterbitkan
mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus :
a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan
memberikan kepastian tentang pengendalian internal
b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan
c. Menyertakan pembatasan pembagian

2. Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Audit


AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan dengan
pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan keuangan.
AU 380.06-14 menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit dapat mencakup hal-hal berikut
:
a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan
c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas
d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
e. Penyesuaian audit yang signifikan
f. Ketidaksepakatan dengan manajemen
g. Konsultasi dengan akuntan lain
h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri
i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit

3. Menyiapkan Surat Manajemen


Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat untuk menulis
surat kepada manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen, yang memuat rekomendasi yang
tidak termasuk dalam komunikasi yang disyaratkan dengan komite audit. Surat manajemen dapat
mencakup komentar tentang:
a. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak di pertimbangkan sebagai
kondisi yang dapat dilaporkan
b. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah yang tercatat selama
audit
c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak

D. Tanggung Jawab Setelah Audit


Tanggung jawab setelah audit mencakup pertimbangan atas:
1. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor.
2. Penemuan faktor yang ada
3. Penemuan prosedur yang dihilangkan

1. Peristiwa Kemudian Yang Terjadi Antara Tanggal Dan Penerbitan Laporan Auditor
SAS 1 (AU 530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk
mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini
guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat menggunakan tanggal ganda
dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang paling umum karena member tanggal
kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan di
luar penyelesaian pekerjaan lapangan.

2. Penemuan Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan


Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit
pada tanggal laporan audit. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa jika (1) auditor
menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah
dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas informasi itu. Apabila
penyelidikan lebih lanjut menguatkan eksistensi fakta itu dan auditor merasa yakin bahwa
informasi itu penting bagi mereka yang mengandalkan atau cenderung mengandalkan pada laporan
keuangan, maka auditor harus mengambil langkah-langkah untuk mencegah ketergantungan pada
laporan audit itu di masa depan.
Jika klien menolak untuk mengungkapkan fakta yang baru ditemukan, maka auditor harus
memberi tahu setiap anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut penyelidikan yang
memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi spesifik, auditor harus (1) menunjukkan tidak
adanya kerjasama itu dan (2) menyatakan bahwa jika informasi itu benar, laporan audit tidak dapat
lagi diandalkan.

3. Penemuan Prosedur Yang Dihilangkan


Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai kepentingan
hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang
dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor memutuskan bahwa
pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang saat ini mengandalkan
pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur
alternatif yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas pendapatnya.
Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan bukti-bukti
mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tetapi, jika
pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan
sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur
pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu untuk mencegah
ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat melaksanakan
prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi dengan pengacara
untuk menentukan tindakan yang tepat.
KESIMPULAN

Tahap penyelesaian audit merupakan tahap yang penting untuk memastikan audit yang
berkualitas. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penyelesaian perkerjaan lapangan
mencakup:
1. Melakukan review atas peristiwa kemudian
2. Membaca notulen rapat
3. Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim dan penilaian
4. Mendapatkan surat representasi klien
5. Melakukan prosedur analitis
Langkah-langkah yang terlibat dalam mengevaluasi temuan auditor mencakup:
1. Melakukan penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit
2. Mengevaluasi keraguan yang substansial mengenai kelanjutan usaha
3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan
4. Merumuskan pendapat dan menulis naskah laporan audit
5. Melakukan review akhir atas kertas kerja
Auditor diwajibkan untuk berkomunikasi dengan klien mengenai kondisi-kondisi yang dapat
dilaporkan berkaitan dengan:
1. Pengendalian internal
2. Pelaksanaan audit
3. Rekomendasi mengenai efisiensi dan efektivitas operasi klien dalam surat manajemen.
Auditor mempunyai tanggung jawab tertentu setelah audit mencakup pertimbangan atas:
1. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan auditor.
2. Penemuan faktor yang ada
3. Penemuan prosedur yang dihilangkan
Tugas Resume Auditing
ISA 315 dan ISA 330

Disusun Oleh
Stefi Yunia Suwarlan / 125020300111109
Tania Yolandia L. K / 125020307111061
I Dewa Made Gede B. B / 125020307111011
Faisal Afiff E / 125020307111065

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Maret 2015
PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO SALAH SAJI MATERIAL
MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA
ISA 315
A. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut :
(a) Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang menurut
pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu dalam
mengidentifikasi risiko salah saji material karena kecurangan atau kesalahan (Ref: Para. A6)
(b) Prosedur Analitis. (Ref: Para. A7–A10)
(c) Observasi dan inspeksi. (Ref: Para. A11)
Pemahaman menetapkan suatu kerangka acuan yang didalamnya auditor merencanakan audit
dan melaksanakan keputusan professional sepanjang audit, sebagai contoh, ketika :
• Penilaian risiko salah saji material laporan keuangan.
• Penentuan materialitas berdasarkan SPA 320;3
• Pertimbangan ketepatan pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan kecukupan
pengungkapan laporan keuangan;
• Pengidentifikasian bidang-bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan khusus,
sebagai contoh, transaksi pihak yang berelasi, ketepatan manajemen dalam menggunakan
asumsi kelangsungan hidup, atau pertimbangan atas tujuan bisnis transaksi;
• Pengembangan ekspektasi untuk digunakan ketika melakukan prosedur analitis;
• Respon terhadap penilaian risiko salah saji material, termasuk perancangan dan
pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat; dan
• Pengevaluasian atas kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh, seperti
ketepatan asumsi dan representasi tertulis maupun tidak tertulis dari manajemen.
a. Permintaan Keterangan dari Manajemen dan Personel Lain dalam Entitas
Banyak informasi yang didapat dari permintaan keterangan oleh auditor diperoleh dari
manajemen dan personel yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan. Namun,
auditor dapat juga memperoleh informasi, atau suatu perspektif yang berbeda dalam
mengidentifikasi risiko salah saji material, melalui keterangan dari personel lain dalam
entitas dan karyawan lain dari berbagai tingkat wewenang.
b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat mencakup
baik informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan, sebagai contoh, hubungan
antara penjualan dengan luas tempat penjualan atau dengan kuantitas barang yang dijual.
c. Observasi and Inspeksi
d. Informasi yang Diperoleh dalamPeriode
e. Pembahasan di Antara Tim Perikatan

Jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman
sebelumnya dengan entitas tersebut dan dari prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit
sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut relevan dengan audit kini.
Rekan perikatan dan anggota kunci tim perikatan harus mendiskusikan kerentanan laporan
keuangan entitas terhadap salah saji material, dan penerapan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku terhadap fakta dan keadaan entitas tersebut. Rekan perikatan harus menentukan
hal mana yang dikomunikasikan kepada anggota tim perikatan yang tidak terlibat dalam
diskusi.
B. Pemahaman yang Diharuskan atas Entitas dan Lingkungannya, Termasuk
Pengendalian Internal Entitas
Entitas dan Lingkungannya
a. Faktor-faktor industry, peraturan, dan eksternal lain termasuk kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
b. Sifat entitas, termasuk:
(i) Operasinya;
(ii) Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
(iii) Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh
entitas, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus; dan
(iv) Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas dibelanjai untuk
memampukan auditor memahami golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapannya yang diharapkan ada dalam laporan keuangan. (Ref:
Para. A23–A27)
c. Pemilih dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk alasan
perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah
tepat untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam industry yang relevan. (Ref:
Para. A28)
d. Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis yang terkait yang dapat menimbulkan
risiko salah saji material. (Ref: Para. A29–A35)
e. Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas. (Ref: Para. A36-A41)
c. Komponen Pengendalian Internal (Sistem Informasi, Termasuk Proses Bisnis yang Terkait,
Pelaporan Keuangan yang Relevan, dan Komunikasi)
d. Proses Bisnis yang Berkaitan
e. Pemantauan Pengendalian

C. Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Salah Saji Material


Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada :
(a) Tingkat laporan keuangan (Ref: Para. A105–A108)
(b) Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan (Ref: Para.
A109–A113)
Risiko yang Membutuhkan Pertimbangan Audit Khusus
Auditor harus menentukan apakah risiko yang diidentifikasi adalah, menurut pertimbangan
auditor, suatu risiko yang signifikan. Dalam melakukan pertimbangan tersebut, auditor harus
tidak memperhitungkan pengaruh pengendalian yang diidentifikasi terkait dengan risiko
tersebut.

Risiko ketika Prosedur Subtantif Semata Tidak Menyediakan Bukti Audit yang Cukup dan
Tepat
Sehubungan dengan beberapa risiko, auditor dapat memutuskan bahwa adalah tidak mungkin
atau tidak praktis untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat hanya dari prosedur
subtantif. Risiko seperti itu dapat berkaitan dengan pencatatan yang tidak akurat atau tidak
lengkap atas golongan transaksi atau saldo akun yang rutin dan signifikan, yaitu yang
karakteristiknya sering memperbolehkan pengolahan dengan otomatisasi yang tinggi dengan
sedikit atau tanpa intervensi manual. Dalam kasus tersebut, pengendalian entitas atas risiko
tersebut adalah relevan dengan audit, dan auditor harus memperoleh suatu pemahaman
tentang hal tersebut.

Revisi Penilaian Risiko


Dalam kondisi ketika auditor memperoleh bukti audit dari pelaksanaan prosedur lebih lanjut,
atau ketika informasi baru diperoleh, yang kedua bukti tersebut tidak konsisten dengan bukti
audit awal yang menjadi dasar penilaian, auditor harus merivisi penilaian tersebut, dan oleh
karena itu, memodifikasi prosedur audit lebih lanjut yang direncanakan sebelumnya.

Penilaian Risiko Salah Saji Material pda Tingkat Laporan Keuangan


Risiko pada tingkat laporan keuangan dapat dihasilkan terutama dari lingkungan
pengendalian yang defisien (meskipun risiko ini dapat juga berkaitan dengan faktor lain,
seperti kondisi ekonomi yang sedang menurun). Sebagai contoh, defisiensi seperti kurang
kompetennya manajemen dapat mengakibatkan suatu pengaruh yang lebih pervasive
terhadap laporan keuangan dan mungkin menuntut suatu respons secara keseluruhan oleh
auditor.
Penilaian Risiko Salah Saji Material pada Tingkat Asersi
Asersi yang digunakan oleh auditor dalam mempertimbangkan jenis-jenis salah saji potensial
yang berbeda yang dapat terjadi digolongkan ke dalam tiga kategori dan dapat dibentuk
sebagai berikut :
(a) Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit:
(i) Keterjadian—Transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan telah terjadi dan
berkaitan dengan entitas.
(ii) Kelengkapan—Seluruh transaksi dan peristiwa yang seharusnya terbukuka telah
dicatat.
(iii) Keakurasian—Jumlah-jumlah dan data lainnya yang bekaitan dengan transaksi dan
peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan tepat.
(iv) Pisah Batas—Transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam periode akuntansi
yang tepat.
(v) Classification— Transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam akun yang tepat.
(b) Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:
(i) Eksistensi—aset, liabilitas, and ekuitas ada.
(ii) Hak dan Kewajiban—Entitas memiliki atau mengendalikan ha katas aset dan
memiliki kewajiban atas liabilitas.
(iii) Kelengkapan—Seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya terbukukan
telah dicatat..
(iv) Penilaian dan pengalokasian—aset, liabilitas, dan ekuitas tercantum dalam laporan
keuangan pada jumlah yang tepat dan penyesuaian penilaian atau pengalokasian
yang terjadi dibukukan dengan tepat.
(c) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
(i) Keterjadian serta hak dan kewajiban—peristiwa, transaksi, dan hal-hal lainnya
yang diungkapkan, telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
(ii) Kelengkapan—Seluruh pengungkapan yang seharusnya tercantum dalam laporan
keuangan telah disajikan.
(iii) Klasifikasi dan Keterpahaman—Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan
secara tepat, serta pengungkapan disajikan dengan jelas.
(iv) Keakurasian dan Penilaian—Informasi keuangan dan informasi lainnya dingkapkan
secara wajar dan pada jumlah yang tepat.

D. Dokumentasi
Auditor harus memasukkan ke dalam dokumen audit:
(a) Diskusi di antara tim perikatan, dan keputusan signifikan yang harus dicapai;
(b) Unsur kunci atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan
lingkungannya dan setiap komponen pengendalian internal; sumber informasi yang dari situ
pemahaman tersebut diperoleh; dan prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan;
(c) Diidentifikasi dan dinilai pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi; dan
(d) Risiko yang teridentifikas, dan pengendalian yang berkaitan yang atasnya auditor telah
memperoleh suatu pemahaman.

RESPON AUDITOR TERHADAP


RESIKO YANG TELAH DINILAI
ISA 330

Ruanglingkup ISA ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor untuk merancang dan
menerapkan respons terhadap risiko salahsaji material yang diidentifikasi dan dinilai oleh auditor
berdasarkan ISA 315d alamsuatu audit atas laporan keuangan.
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan dengan
penilaian risiko salah saji material, melalui pendesainan dan penerapan respons yang tepat terhadap
risiko tersebut
Prosedur yang digunakan yaitu:
(a)Prosedur substantive —Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi salah saji
material pada tingkat asersi. Prosedur substantive terdiri dari:
(i)Pengujian rinci (dari setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan).
(ii)Prosedur analitis substantive.
(b)Pengujian pengendalian— Suatu prosedur audit yang dirancang untuk mengevaluasi efektivitas
operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengkoreksi, salah saji material
pada tingkat asersi.

Prosedur Audit Sebagai Repons terhadap Risiko Salah Saji Material yang Telah Dinilai pada
Tingkat Asersi
Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang sifat, saat,
dan luasnya didasarkan pada dan merupakanrespons terhadap risiko salah saji material yang telah
dinilai pada tingkat asersi.
Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, auditor harus:
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko salah saji material pada tingkat
asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
(b) Memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan bila auditor menilai risiko yang lebih tinggi.
PengujianPengendalian
Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendalian yang relevan jika penilaian
auditor terhadap risiko salah saji material pada tingkat asersi mencakup suatu harapan bahwa
pengendalian beroperasi secara efektifatau. Prosedur substantive tidak dapat memberikan bukti
audit yang cukup dan tepat pada tingkat asersi.Dalam merancang dan melaksanakan pengujian
pengendalian, auditor harus memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkanbila auditor ingin lebih
mengandalkan efektivitas pengendalian.

PenggunaanBukti Audit yang DiperolehSelamaPeriode Interim


Jika auditor memperolehbukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian selama periode
interim, auditor harus:
(a)Memperolehbukti audit tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut setelah tanggal
periode interim tersebut.
(b)Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh setelah periode interim sampaidengan
tanggal neraca. (Ref: Para. A33-A34)

ProsedurSubstantif
Prosedur substantif yang dilakukan auditor harus mencakup prosedur audit berikut yang
Berkaitan dengan proses tutup buku laporan keuangan:
(a) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
melandasinya; dan
(b) Memeriksa entri jurnal yang material dan penyesuaian lainnya yang dibuat selam apenyusunan
laporan keuangan (Ref: Para. A52)
ProsedurSubstantifSebagaiResponsterhadapRisikoSignifikan
Jika auditor telah menentukan bahwa risiko salah saji material yang telah ditentukan pada
tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan prosedur substantif yang
secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Bila pendekatan terhadap risiko signifikanhanya
terdiri dari prosedur substantif, prosedur tersebut harus mencakup pengujian rinci. (Ref: Para.A53)
Jika prosedur substantive dilaksan akan pada tanggal interim, auditor harus mengecek setelah
periode interim sampai dengan tanggal neraca dengan melaksanakan:
(a)Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan pengujian pengendalian dalam periode
tersebut.
(b)Hanya prosedur substantif yang menghasilkan dasa rmemadai untuk memperlu assimpulan audit
dari tanggal interim sampai dengan tanggal neraca, jika auditor menentukan bahwa hal tersebut
sudah cukup. (Ref: Para. A55-A57).

Kecukupan Penyajian dan Pengungkapan

Auditor harus melaksanakan prosedur audit untuk menilai apakah penyajian menyeluruh laporan
keuangan, termasuk pengungkapan yang bersangkutan, adalah sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit
Berdasarkan atas prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh, auditor harus
mengevaluasi sebelum menyimpulkan suatu audit, apakah penilaian risiko salah saji material pada
tingka tasersi tetap relevan.
Dokumentasi
Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi audit:
(a)Respons keseluruhan untuk menanggapirisi kesalah saji material yang telah dinilai padatingkat
laporan keuangan, dan sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut yang dilaksanakan.
(b)Hubungan antara prosedur audit dengan risiko yang telah dinilai pada tingkat asersi.
(c)Hasil prosedur audit, termasuk kesimpulan bila prosedur audit belum memberikan hasil yang
jelas.(Ref: Para. A63)
Jika auditor merencanakan untuk menggunakan bukti audit yang berkaitan dengan efektivitas
operasi pengendalian yang diperoleh dari audit sebelumnya, auditor harus memasukkan dalam
dokumentasi audit kesimpulan yang dicapai tentang peletakkan kepercayaan pada pengendalian
tersebut yang telah diuji dalam audit sebelumnya. Dokumentasi auditor harus menunjukkan bahwa
laporan keuangan telah cocok atau telah direkonsiliasi dengan catatan akuntansi yang
mendasarinya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 180

PERAN AUDITOR INTERNAL DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN PRINSIP


TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
(Studi pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang)
Elizabeth Gilang Septiana Situmeang
Dwiatmanto
Sri Sulasmiyati
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email :ibethsitumeang@gmail.com
ABSTRACT
In this Globalization Era, business develop rapidly. Hence, to face the development of business
each Firm should increase the implementation of Good Corporate Governance (GCG) especially
the transparation and acountability. The Impelementation of Transparation and Accountability can
also influence the internal auditor enrole. The enrole of Internal Auditor can increase the
implementation of that two principle. This study was held in PT. Pindad (Persero) Turen-Malang.
Pindad (Persero) is one of public firm that has used Transparation and Acountability Principle
since 2004. This study is to know and to describe Internal Auditor enrole on increasing the
implementation of Transparation and Accountability Principle. This research is a descriptive
research with qualitative approach. The focus of this study is the impelementation of
Transparation, Accountability Principle and Auditor Internal enrole to increase the implementation
of the two principle (SPAI). The result of this study represent that the implementation of
Transparation and Accountability in this Firm hasn’t held perfectly because there are still many
guidelines of the impelementation incompelete yet and the enrole of Internal Auditor should be
increase to support the implementation of those principle.
Keyword :Internal Auditor enrole, Transparation Principle, Accountability Principle
ABSTRAK
Pada era globalisasi ini, dunia bisnis berkembang dengan pesat.Oleh sebab itu, dalam menghadapi
perkembangan bisnis ini, perusahaan/badan usaha perlu meningkatkan penerapan Good Corporate
Governance (GCG) terlebih prinsip transparansi dan akuntabilitas.Penerapan prinsip transparansi
dan akuntabilitas ini juga dipengaruhi oleh peran auditor internal. Semakin berperannya auditor
internal, maka akan meningkatkan penerapan kedua prinsip tersebut. Penelitianxdilakukan di PT
Pindad (Persero) Turen-Malang.Perusahaan ini merupakan salah satu BUMN yang melaksanakan
prinsip transparansi dan akuntabilitas sejak tahun 2004.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan peran auditor internal dalam menunjang pelaksanaan prinsip transparansi dan
akuntabilitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.Penelitian ini berfokus pada penerapan prinsip transparansi, penerapan prinsip
akuntabilitas, serta peran auditor internal dalam menunjang pelaksanaan kedua prinsip (meliputi
SPAI).Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip transparansi dan
akuntabilitas belum berjalan dengan baik, dikarenakan masih terdapat pedoman-pedoman pokok
pelaksanaan yang belum terpenuhi, dan auditor internal kurang berperan dalam menunjang
pelaksanaan kedua prinsip tersebut.
Kata Kunci : Peran Auditor Internal, Prinsip Transparansi, Prinsip Akuntabilitas. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 181
1. PENDAHULUAN

Dunia bisnis dan ekonomi pada era globalisasi ini berkembang dengan pesat.Hal ini mengakibatkan
para pelaku bisnis mendapatkan tantangan yang semakin banyak. Salah satu tantangan yang akan
dihadapi adalah munculnya perusahaan baru/asing. Bukan hanya di sektor bisnis, namun tantangan
ini juga dialami oleh perusahaan di sektor publik. Jalan keluar dalam mengahadapi tantangan ini
dengan cara meningkatkan kesadaran setiap perusahaan untuk melaksanakan prinsip GCG terlebih
pada prinsip Transparansi dan Akuntabilitas.
Penerapan prinsip transparansi dan akuntabilutas ini dipengaruhi oleh peran auditor internal.
Auditor internal adalah seorang yang memiliki kemampuan di bidang keuangan, karena nantinya
seorang auditor internal akan lebih mengawasi kegiatan manajemen. Peran auditor internal
dianggap penting dalam melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas, dimana anggota audit
internal dipastikan tidak memiliki saham dan tidak memiliki hubungan khusus terhadap para
stakeholder atau pemegang saham. Peran auditor internal yang independen dapat membantu
manajemen dalam mengawasi jalannya penerapan prinsip-prinsip GCG.
Menurut effendi, GCG adalah hubungan antara para pemegang saham dengan pihak lain yang
mempunyai kepentingan terkait pencapaian tujuan perusahaan. Terdapat 5 prinsip dasar dalam
GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran, serta
indepedensi.Prinsip transparansi dan akuntabilitas termasuk salah satu prinsip yang paling
mendasar dan mempunyai hubungan erat.Prinsip transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan
informasi perusahaan, sedangkan prinsip akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, dan pertanggung
jawaban setiap departemen dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tanpa transparansi tidak akan ada akuntabilitas, dan sebaliknya, tanpa
akuntabilitas, prinsip transparansi tidak akan mempunyai arti. Hal ini menunjukkan bahwa
transparansi adalah syarat bagi terlaksananya prinsip akuntabilitas.Selain itu, pengawasan dapat
tercipta jika transparansi terwujud sehingga setiap pemangku kepentingan mempunyai informasi
yang cukup.Penerapan prinsip ini sebaiknya dilaksanakan oleh setiap perusahaan terlebih BUMN.
PT Pindad (Persero) Turen-Malang merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang amunisi dan
telah mendapatkan kebijakan untuk melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas.Seiring
berjalannya waktu, PT Pindad (Persero) Turen-Malang menemui hambatan-hambatan yang
mempengaruhi pelaksanaan kedua prinsip tersebut.Salah satu kendala yang dihadapi oleh PT
Pindad adalah perusahaan mempunyai tingkat keamanan yang cukup tinggi, sehingga hal ini
mempengaruhi pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas, untuk itu perusahaan
membutuhkan peranan auditor internal dalam menunjang pelaksanaan kedua prinsip tersebut.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan prinsip transparansi dan
akuntabilitas, serta mengevaluasi peranan auditor internal dalam menunjang pelaksanaan kedua
prinsip tersebut sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kedua prinsip tersebut.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Auditing

Menurut Mulyadi (2002:7) auditing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif tentang kegiatan yang bertujuan menetapkan tingkat kesesuaian menurut kriteria
yang telah disepakati dan hasilnya nanti disampaikan kepada para pemegang saham.
Menurut peneliti, audit dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi dan
memperoleh bukti baik dalam laporan keuangan maupun bukan keuangan, sehingga dapat menilai
kesesuaian dan kualitas dari perusahaan.
2.2 Audit Internal
2.2.1 Pengertian Audit Internal

Menurut Agoes (2008:221) audit internal adalah pemeriksaan oleh bagian internal perusahaan
terhadap laporan keuangan maupun ketaatan terhadap peraturan pemerintah, misalnya peraturan
mengenai perpajakan, pasar modal maupun lingkungan hidup.
Berdasarkan definisi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa audit internal adalah kegiatan
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal baik itu terhadap laporan keuangan maupun
kegiatan-kegiatan diluar laporan keuangan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April
2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 182
2.2.2 Tujuan Audit Internal

Tujuan audit internal adalah membantu setiap anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara efektif. (Tugiman, 2006:33).
Tujuan lain dari audit internal adalah membantu manajemen dalam menjalankan kebijakan-
kebijakan dari perusahaan maupun pemerintah.
2.2.3 Peran dan Tanggung Jawab Audit Internal

Peran dan tanggung jawab dari auditor internal di bagi menjadi dua, yaitu jasa assurances dan jasa
konsultasi (Tim Penyusunan Modal Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007)
Selain itu, peran auditor internal juga meliputi (Tunggal, 2010:11) :
a. Membantu manajemen dalam mengawasi jalannya perusahaan
b. Membantu manajemen dalam memaksimalkan pendapatan
c. Memberi saran kepada manajemen jika terdapat kekurangan.

2.2.4 Standar Profesi Audit Internal


2.2.4.1 Indepedensi

Indepedensi yang dimaksud adalah auditor internal harus terbebas dari berbagai pengaruh yang
berkaitan dengan kepentingan pribadi atau kelompk dalam pertimbangan pengambilan keputusan
selama melaksanakan kegiatan pemeriksaan (Tugiman, 2006:20)
2.2.4.2 Kompetensi

Arti kompetensi dalam hal ini adalah seorang auditor internal harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan lainnya yang dibutuhkan dalam melaksanakan tanggung jawab
perorangan (SPAI, 2004:16)
2.2.4.3 Program Audit

Program audit merupakan perencanaan sebuah prosedur serta teknik pemeriksaan yang ditulis
secara terstruktur untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Tuggal, 2010:3). Program audit
internal terbagi menjadi dua, yaitu : penilaian internal, dan penilaian eksternal.
2.2.4.4 Tahapan Audit

Tahapan audit internal terdiri dari perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian
informasi, penyampaian hasil audit dan tidak lanjut hasil audit (Tugiman, 2006:53). Hal ini dapat
dijadikan indikator bagi perusahaan dalam menilai kinerja audit internal.
2.3 Teori Good Corporate Governance

GCG adalah sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama untuk mengelola
dan meminimalkan risiko guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan
(Effendi, 2009:1).Prinsip GCG terdiri dari transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, indepedensi,
kesetaraan dan kewajaran.
2.4 Konsep dasar Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan informasi, baik dalam pengambilan keputusan maupun mengenai
kondisi perusahaan. Pedoman pokok pelaksanaan prinsip transparansi ini terdiri dari :
a. Perusahaan menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas dan akurat
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
serta kondisi keuangan
c. Keterbukaan yang diterapkan perusahaan tidak mengurangi kewajiban setiap karyawan untuk
menjaga kerahasiaan perusahaan.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2.5 Konsep dasar Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi baik itu pelaksanaan maupun pertanggung
jawaban manajemen perusahaan terhadap setiap kegiatan yang berjalan di dalam perusahaan,
sehingga tata kelola perusahaan dapat berjalan dengan efektif (Effendi, 2009:5)
Adapun pedoman pokok dalam prinsip akuntabilitas, yaitu :
a. Perusahaan menetapkan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing organisasi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 183
b. Setiapaorgan perusahaan atau karyawan harus berkompeten dalam menjalankan tugasnya
c. Memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif untuk mengelola perusahaan
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja sehingga berhubungan dengan reward dan punishment

2.6 Hubungan Audit Internal dengan Penerapan prinsip Transparansi dan Akuntabilitas

Auditor internal menjadi bagian integral dalam governance suatu organisasi.Auditor internal
berperan untuk memastikan bahwa prinsip transparansi dan akuntabilitas telah terlaksana di dalam
suatu perusahaan. Hal ini nantinya akan memberikan kejelasan hak, serta fungsi antar pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan (Wardoyo dan Lena, 2010:11)
3. METODEPENELITIAN

Jenis pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan
kualitatif.Penelitian ini berlokasi di PT Pindad (Persero) Turen-Malang yang berada di Jalan
Jenderal Panglima Sudirman No 1 Turen, Malang.Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analasis data yang digunakan
dengan cara pengumpulan data melalui waawancara, menganalisis data yang didapatkan,
membandingkan data yang ada di perusahaan dengan teori, menarik kesimpulan serta memberikan
saran.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Prinsip Transparansi pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang

Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang pelaksanaan prinsip transparansi belum berjalan


sepenuhnya, karena masih terdapat kegiatan perusahaan yang belum memenuhi pedoman pokok
pelaksanaan prinsip transparansi. Berikut adalah beberapa kegiatan yang terdapat di PT Pindad
(Persero) Turen-Malang dan berkaitan dengan penerapan prinsip transparansi :
a. Informasi Kondisi Keuangan

Setiap satu bulan sekali, pemimpin/direktur PT Pindad (Persero) Turen-Malang mengumpulkan


semua pegawainya, baik itu yang bekerja di pabrk maupun yang bekerja di dalam kantor.
Kesempatan ini digunakan oleh direktur atau pemimpin perusahaan untuk menginformasikan apa
saja yang sudah terjadi di dalam perusahaan dalam jangka waktu satu bulan, termasuk
menginformasikan mengenai kondisi keuangan perusahaan. Direktur perusahaan juga
menginformasikan hasil pencapaian dari masing-masing departemen, sehingga setiap departemen
dapat meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa Prinsip transparansi atas informasi kondisi
keuangan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan dengan baik, karena sudah
memenuhi pedoman pokok pelaksanaan yang berisi : informasi yang disediakan meliputi kondisi
keuangan.
b. Sasaran dan Strategi Perusahaan

Transparansi dalam hal sasaran dan strategi perusahaan pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang
belum berjalan dengan baik.Hal ini dibuktikan dari belum transparansinya pemimpin perusahaan
dalam hal penentuan strategi dan sasaran perusahaan. Sasaran dan strategi perusahaan hanya
diketahui oleh para pemegang saham atau para pemimpin perusahaan, sedangkan para karyawan
tidak mengetahui apa sasaran dan strategi perusahaan. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan
pedoman prinsip transparansi yang menyatakan bahwa tidak ada batasan informasi mengenai
strategi dan sasaran perusahaan.
c. Laporan Tahunan

Pelaporan tahunan yang ada di PT Pindad (Persero) Turen-Malang dilakukan secara tepat waktu
yaitu setiap tanggal 12. Setelah disetujui, laporan tahunan ini akan dijadikan bahan pertimbangan
oleh manajemen/pimpinan perusahaan untuk mengambil sebuah keputusan. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 184
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan prinsip transparansi
atas laporan tahunan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan dengan baik, karena
sesuai dengan pedoman pokok pelaksanaan yang menyatakan bahwa informasi yang disediadakan
tepat waktu, tepat dan jelas.
d. Kerahasiaan Informasi

PT Pindad (Persero) Turen-Malang dalam menjalankan prinsip transparansi, tidak mengurangi


kewajiban setiap karyawan untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Hal ini tentu saja sesuai dengan pokok pedoman transparansi yang
berisi : dalam menjalankan prinsip transparansi, perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi kerahasiaan perusahaan.
4.2 Pelaksanaan Prinsip Akuntabilitas pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang

Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang, pelaksanaan prinsip akuntabilitas belum berjalan dengan
baik.Hal ini dapat kita lihat dari belum terlaksananya beberapa kegiatan yang sesuai dengan pokok
pedoman pelaksanaan prinsip akuntabilitas. Berikut adalah kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan prinsip akuntabilitas dan kesesuaiannya dengan pedoman pokok pelaksanaan :
a. Tanggung Jawab Organisasi

Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang belum dibentuk pusat-pusat pertanggung jawaban dalam
suatu departemen, sehingga terjadinya biaya dalam departemen tersebut menjadi wewenang kepala
departemen yang bersangkutan.
Hal ini tidak sesuai dengan pedoman pokok akuntabilitas yang menyatakan bahwa setiap
perusahaan wajib menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organisasi
perusahaan.Sehingga pelaksanaan prinsip akuntabilitas atas tanggung jawab organisasi belum
berjalan dengan baik.
b. Laporan Keuangan Tahunan (Reward and Punishment)

Laporan keuangan tahunan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan sesuai dengan
pedoman pokok pelaksanaan prinsip akuntabilitas.Dapat dilihat dalam penyusunan laporan
keuangan, kepala departemen mempunyai jangka waktu tersendiri dalam mengumpulkan laporan
keuangannya. Hal ini tentu saja berkaitan dengan pemberian reward dan punishment. Jika
pelaporan lebih dari batas waktu yang ditentukan, maka akan mengurangi nilai departemen
tersebut.
c. Laporan Kinerja Tahunan (Reward and Punishment)

Setiap bulan kepala departemen membuat penilaian terhadap setiap karyawannya.Penilaian ini
meliputi kinerja karyawan setiap bulannya, baik dalam berperilaku maupun dalam bekerja.
Kegiatan penilaian ini berkaitan dengan pemberian reward dan punishment yang akan
mempengaruhi nilai indeks tiap karyawan dan berpengaruh terhadap pemberian bonus serta gaji.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan prinsip akuntabilitas atas
laporan kinerja tahunan di PT Pindad (Persero) Turen-Malang sudah berjalan dengan baik.
4.3 Peran Auditor Internal dalam Menunjang Pelaksanaan Prinsip Transparansi dan
Akuntabilitas pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang
a. Indepedensi
Pada PT Pindad (Persero) Turen-Malang, peran auditor internal sebagai indepedensi belum
dilaksanakan dengan baik, dikarenakan masih terdapat auditor internal yang memihak kepada salah
satu pihak dalam melakukan kegiatan audit.Sehingga dalam melakukan kegiatan audit, seorang
auditor kurang independen.
Secara tidak langsung, kejadian ini berpengaruh terhadap penerapan prinsip akuntabilitas dan
transparansi.
b. Kompetensi

Kegiatan audit internal di PT Pindad (Persero) Turen-Malang dilakukan oleh auditor internal yang
mempunyai pengalaman kerja dalam bidangnya serta mempunyai prestasi yang bagus dan
berkelakuan baik. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 185
Calon auditor akan melewati tahapan-
tahapan untuk dapat menjadi auditor Tahapan audit internal yang ada di PT Pindad (Persero)
internal di PT Pindad (Persero). Bukan Turen-Malang terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu :
hanya itu, perusahaan juga mempunyai 1) Perencanaan pemeriksaan
komitmen yang cukup besar dalam 2) Pengujian dan Pengevaluasian informasi
meningkatkan kompetensi 3) Penyampaian hasil audit
karyawannya. 4) Tindak lanjut hasil audit
Berdasarkan analisis di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa auditor Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa
internal di PT Pindad (Persero) sudah tahapan audit internal yang ada di PT Pindad (Persero)
memenuhi Standar Profesi Audit Turen-Malang sudah sesuai dengan Standar Profesi Audit
Internal dalam hal kompetensi atau Internal (SPAI) dan sesuai juga dengan surat keputusan
kemampuan professional. nomor : SKEP/19/P/BD/XII/2012 Tahapan audit internal
c. Program Audit Internal ini mempengarhu prinsip akuntabilitas terkait reward dan
1) Penilaian Internal punishment dan berpengaruh terhadap pelaksanaan
prinsip transparansi terkait laporan tahunan.
Pada PT Pindad (Persero) Turen- 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Malang telah dilakukan penilaian 5.1 Kesimpulan
internal terhadap seluruh departemen.
Dimana kegiatan audit yang dilakukan Pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang
oleh auditor internal telah menyeluruh ada di PT Pindad (Persero) Turen-Malang belum berjalan
ke semua departemen, bukan hanya dengan baik, dikarenakan masih terdapat kegiatan-
kepada satu departemen saja. kegiatan yang belum sesuai dengan pedoman pokok
Hal ini telah sesuai dengan SPAI yang pelaksanaan.Begitu juga dengan peran auditor internal
menyatakan bahwa setiap auditor belum cukup menunjang pelaksanaan kedua prinsip
internal melakukan review yang tersebut.Hal ini dibuktikan dengan belum berperannya
berkesinambungan atas kegiatan yang auditor internal sebagai counterpart dan auditor internal
ada di dalam perusahaan. masih kurang independen dalam melakukan kegiatan
2) Penilaian Eksternal audit.
5.2 Saran
Pada penilain eksternal, peran auditor
yang dibutuhkan oleh perusahaan Berdasarkan hasil evaluasi di atas, maka peneliti
adalah peran auditor internal sebagai memberikan beberapa saran agar auditor internal dapat
counterpart.Dimana peran auditor berperan dalam menunjang pelaksanaan prinsip
sebagai counterpart ini berfungsi transparansi dan akuntabilitas serta kedua prinsip tersebut
untuk membantu perusahaan dalam dapat berjalan dengan baik dalam perusahaan. Berikut
melengkapi data audit yang dibuhkan adalah saran yang dapat disampaikan :
oleh auditor eksternal. Namun, pada 1) Pimpinan perusahaan sebaiknya lebih transparan lagi
PT Pindad (Persero) Turen-Malang, kepada internal perusahaan. Sehingga setiap karyawan
peran ini belum dirasakan oleh dapat bersama-sama menjaga kerahasiaan perusahaan
perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan yang bertujuan untuk menjaga aset perusahaan
auditor internal yang kurang 2) Peran auditor internal sebagai counterpart sebaiknya
membantu perusahaan dalam lebih diutamakan. Karena perusahaan membutuhkan
melengkapi data audit yang peran tersebut untuk membantu perusahaan
dibutuhkan untuk kegiatan audit mengumpulkan data yang diperlukan selama kegiatan
eksternal. audit Selain itu, auditor internal pada PT Pindad
d. Tahapan (Persero) dalam melakukan kegiatan audit, sebaiknya
lebih jujur dan tidak memihak kepada
salah satu individu. Perusahaan
sebaiknya mengadakan pelatihan dan
pengarahan kepada setiap auditor
internal agar dapat lebih independen
dalam melaksanakan tugasnya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol.
33 No. 1 April 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.a
c.id 186
Bukti Audit Bahan bukti/data yang berasal dari sumber luar
Bahan bukti adalah segala lebih dapat dipercaya daripada data yang berasal
informasi yang digunakan oleh auditor dari dalam perusahaan.
untuk menentukan apakah laporan 3. Efektifitas Pengendalian Intern.
keuangan yang diaudit telah sesuai Bahan bukti yang diperoleh dari suatu perusahaan
dengan kriteria yang ditetapkan. yang memiliki pengendalian intern yang efektif
Keputusan Bahan Bukti Audit lebih dapat diandalkan daripada jika pengendalian
Keputusan utama yang dihadapi intern lemah
auditor terkait bahan bukti adalah 4. Pemahaman langsung yang diperoleh auditor.
menentukan jenis dan jumlah bahan Informasi yang diperoleh langsung sendiri oleh
bukti, agar memperoleh keyakinan auditor lebih dapat diandalkan daripada jika
memadai bahwa seluruh komponen informasi tersebut berasal dari orang lain
laporan keuangan telah disajikan 5. Kualifikasi orang yang menyediakan informasi.
wajar, dan bahwa klien telah Informasi dari orang yang memiliki kualifikasi
menerapkan pengendalian intern yang lebih dapat dipercaya daripada informasi yang
efektif. berasal dari orang yang tidak memiliki kualifikasi.
Empat hal yang harus diputuskan
auditor terkait bahan bukti adalah: 6. Tingkat Obyektifitas.
1. Prosedur audit yang manakah Bahan bukti obyektif adalah bahan bukti yang
yang akan ditempuh? (Prosedur bersumber dari luar/ekstern perusahaan, seperti
Audit) konfirmasi, faktur pembelian dll. Bahan bukti
2. Berapa besar ukuran sampel subyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari
yang akan diambil? (Ukuran intern perusahaan, seperti salinan faktur penjualan,
sampel) ayat-ayat jurnal, dll.
3. Pos/unsur mana yang akan 7. Ketepatan Waktu.
dipilih dari populasi? (Unsur Ketepatan waktu ini mengacu, baik kepada kapan
yang dipilih) bahan bukti tersebut dikumpulkan, dan periode
4. Kapan prosedur audit tersebut akuntansi yang dicakup oleh audit.
akan dilaksanakan?(Saat
Pelaksanaan) 2. Kecukupan Bahan Bukti.
Persuasivitas Bahan Bukti Audit Mengacu kepada jumlah bahan bukti yang
(Bahan bukti yang dapat dikumpulkan, berapa besar ukuran sampel yang akan
menyimpulkan) diambil.
Persuasivitas bahan bukti dapat dilihat Dua faktor yang mempengaruhi keputusan ukuran
dari 2 sisi, yaitu: sampel adalah:
1. Kompetensi Bahan Bukti. 1. Ekspektasi auditor akan kemungkinan salah saji
Mengacu kepada reliabilitas bahan material
bukti, sejauh mana bahan bukti 2. Efektifitas pengendalian intern klien
tersebut dapat diyakini Jenis-Jenis Bahan Bukti Audit
kebenarannya. 1. Pengujian Fisik.
Tujuh karakteristik kompetensi Yaitu menguji/menghitung fisik aktiva berwujud.
bahan bukti : Umumnya yang diuji adalah persediaan, kas, surat-
1. Relevansi. surat wesel, dll.
Bahan bukti yang dikumpulkan
harus selaras dengan tujuan 2. Konfirmasi.
audit. Yaitu penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang
2. Independensi penyedia data. independen mengenai akurasi informasi
sebagaimana yang dimaksud 2) Membandingakan rincian total saldo
oleh auditor. Contoh: konfirmasi dengan rincian serupa pada tahun
atas piutang usaha, hutang sebelumnya.
usaha, dll. 3) Membandingkan rasio dan hubungan
persentase dengan tahun sebelumnya.
3. Dokumentasi. c. Membandingkan data klien dengan data
Yaitu pemeriksaan terhadap yang diperkirakan oleh klien.
catatan-catatan yang dibuat oleh d. Membandingkan data klien dengan data
klien. Biasanya disebut yang diperkirakan oleh auditor.
vouching e. Membandingkan data klien dengan hasil
. perkiraan yang menggunakan data non
4. Prosedur Analitis. keuangan.
Yaitu evaluasi informasi
keuangan dengan cara 5. Tanya jawab dengan klien.
mempelajari hubungan logis Mendapatkan informasi dengan cara mengajuan
antara data keuangan dengan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis
data non keuanagan, meliputi kepada klien/pegawai klien.
rasio dan perbandingan antara
jumlah yang tercatat dengan 6. Reperformance/Pelaksanaan Ulang/Uji hitung.
ekspektasi auditor. Auditor menguji perhitungan yang dilakukan klien.
Alasan yang terpenting Misalnya menghitung kembali penjumlahan ke
penggunaan prosedur analitis : bawah, menghitung kembali perkalian antara harga
a. Memahami bidang usaha jual per unit dengan kuantitas barang yang terjual,
klien. dll.
b. Penetapan kemampuan
satuan usaha untuk 7. Observasi/Pengamatan.
menjaga kelangsungan Penggunaan alat indera untuk menentukan
hidupnya. aktivitas tertentu, seperti penglihatan,
c. Indikasi adanya pendengaran, penciuman, perasaan, dll.
kemungkinan salah saji
dalam laporan keuangan.
d. Mengurangi pengujian Dokumentasi Audit
audit yang terinci. Catatan pokok dari prosedur audit yang diterapkan, bukti
e. Wawancara yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai oleh
auditor dalam keterlibatannya.
Jenis prosedur analitis : Tujuan : membantu auditor menyiapkan jaminan yang
a. Membandingkan data masuk akal bahwa audit yang mencukupi sehubungan
klien dengan audit standar telah dilakukan.
dengan industri sejenis. 1. Berkas permanen: berisi data historis atau yang
b. Membandingkan data bersifat berkelanjutan mengenai klien.
klien dengan data yang 2. Berkas tahun berjalan: mencakup seluruh kertas
serupa pada periode kerja yang berkaitan untuk tahun yang diaudit
sebelumnya (program audit, informasi umum, neraca saldo,
1) Perbandingan antara jurnal koreksi/reklasifikasi, dan daftar- daftar
saldo tahun berjalan pendukung
dengan saldo tahun
lalu.

Anda mungkin juga menyukai