Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal Drainage ) ”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah GADAR II

Kami sadar dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan, baik pada penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah kami.

Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
yang membacanya. Amin ya robbal alamin.

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Makalah.................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian WSD ( Water Seal Drainage ) ............................................ 6


B. Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )............................. 9
C. Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta Keuntungan dan
Kerugiannya ......................................................................................... 9
D. Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )...............................11
E. Asuhan Keperawatan WSD ( Water Seal Drainage ) .................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran ...........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................26

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
2. Apakah Tujuan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
3. Apakah Jenis-jenis WSD ( Water Sealed Drainage ) Beserta
Keuntungan dan Kerugiannya ?
4. Bagaimana Persiapan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan WSD (Water Seal
Drainage)?

C. Tujuan Makalah
1. Memahami Pengertian WSD ( Water Seal Drainage ).
2. Memahami Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).
3. Memahami Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta
Keuntungan dan Kerugiannya.
4. Memahami Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).
5. Memahami Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal
Drainage).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian WSD ( Water Seal Drainage )


Water Seal Drainage marupakan tindakan invasif yang dialakukan
untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga
thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung
(wilikpedia).
Indikasi pemasangan WSD :
1. Hemotoraks, efusi pleura.
2. Pneumotoraks ( > 25 % ).
3. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk.
4. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator.
5. Bedah paru
 karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura.
 reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC.
 lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC.

B. Prinsip-prinsip dasar
Meknisme pernafasan normal bekerja atas prinsip tekanan negative;
yaitu, Tekanan dalam rongga dada adalah lebih rendah dari tekanan
atmosfer,sehingga menyebabkan udara untuk bergerak ke dalam
paru selama inspirasi. Bila mana dada di buka untuk alasan apa
saja,terjadi kehilngan tekanan negative,yang dapat mengakibatkan
kolaps paru. Penumpukan udara,cairan,atau substansi lain dalam
dada dapat menggaanggu fungsi kardio pulmonal dan bahkan
menyebabakan paru koleps. Substansi patologi yang terkumpul
dalam spasium pleura termasuk fibrin,atau bekuan darah; cairan
(cairan serosa,darah,pus,kilus;dan gas-gas ( udara dari paru,pohon
trakeo bronkeal,atau esophagus).

4
Tempat pemasangan WSD :

1. Bagian apeks paru ( apikal ).


2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian
basal.
3. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah,
pus ).

C. Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )


Tujuan dilakukan pemasangan WSD pada pasien, antara lain :
1. Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga
pleura.
2. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura.
3. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat
menyebabkan pneumotoraks.
4. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan
mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.

D. Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage )


1. WSD dengan satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup
mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya
memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.

Keuntungan :

 Penyusunannya sederhana.
 Mudah untuk pasien yang berjalan.

Kerugian :

 Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang


diperlukan.
 Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari
tekanan botol.

5
 Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol
yang membatasi garis pengukuran drainase.
2. WSD dengan dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol
penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua
botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan
menghubungkannya ke ventilasi udara.
Keuntungan :
 Mempertahankan water seal pada tingkat konstan.
 Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih
baik.

Kerugian :

 Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk


masuk ke dalam area pleura.
 Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari
tekanan botol.
 Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada
kebocoran udara.
3. WSD dengan tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke
sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam
air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah
air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding yang
menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada.
Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus
cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam
botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah
tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan

6
dalam unit pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi
siklus pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga.

Keuntungan :

 Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.

Kerugian :

 Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya


kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
 Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi.
4. Unit drainage sekali pakai
a. Pompa penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai
pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini
dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.
Keuntungan :
 Plastik dan tidak mudah pecah.

Kerugian :

 Mahal.
 Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage
bila unit terbalik.
b. Fluther valve

Keuntungan :

 Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit


terbalik.
 Kurang satu ruang untuk mengisi.
 Tidak ada masalah dengan penguapan air.
 Penurunan kadar kebisingan.

Kerugian :

7
 Mahal.
 Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada
tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada
ruang water seal.
c. Calibrated spring mechanism
Keuntungan :
 Idem.
 Mampu mengatasi volume yang besar.

Kerugian :

 Mahal

5. WSD selang dada


Selang dada di kategorikan sebagai pleura atau mediastinal
tergantung pada lokasi ujung selang. Pasien dapat di pasang lebih
satu selang pada lokasi yang berbeda tergantung tujun selang.
Asaelang yang lebih besar (20-36 french) digunakan untuk
mengalirkan darah aatu dreinse pleura yang kental. Selang yang
lebih kecil (16-20 french) di gunakan untuk membuang udara.

E. Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )


1. Persiapan alat
a. Sarung tangan steril
b. Doek steril
c. Spuit 5 cc steril
d. Pisau bedah steril
e. Klem arteri lurus 15-17 cm steril
f. Klem pemegang jarum (naadl voerder) da jarum jahit kulit yang
steril

8
g. Benang sutera steril untuk jahitan kulit 4 x 25 cm
h. Selang untuk drain yang steril

2. Cara pemasangan WSD


a. Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin
setengah duduk, bila tidak mungkin dapat juga penderita tiduran
dengan sedikit miring ke sisi yang sehat.
b. Tentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila di sebelah kanan, di
sela iga ( s.i ) VII atau VIII, kalau di sebelah kiri di s.i VIII atau IX
linea aksilaris posterior atau kira-kira sama tinggi denga sela iga dari
angulus inferius scapulae. Bila di dada bagian depan dipilih s.i II di
garis midklavikuler kanan atau kiri.
c. Ditentukan kira-kira tebal dinding torax.
d. Secara steril diberi tanda pada selat WSD dari lubang terakhir selang
WSD tebal dinding toraks ( misalnya dengan ikatan benang).
e. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarya dengan cairan
annti septic.
f. Tutup dengan duke steril.
g. Daerah tempat masuk WSD dan sekitarnya dianestesi setempat
secara infiltrate dan “block”.
h. Insisi kulit subkutis dan otot dada di tengah s.i.
i. Irisan diteruskan secara tajam ( tusukan ) menembus pleura.
j. Dengan klem arteri lurus lubang diperlebar secara tumpul.
k. Selang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke
rongga pleura (sedikit dengan tekanan).
l. Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda pada selang WSD.
m. Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.
n. Selang WSD disambung dengan botol SD steril.
o. Bila mungkin dengan continous suction dengan tekanan -24 sampai
-32 cm air.
3. Perawatan luka WSD

9
a. Verbang diganti tiga hari sekali
b. Diberi zalf steril
4. Perawatan selang dan botol WSD
a. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari diukur berapa cairan
yang keluar kalau ada dicatat.
b. Cairan di botol WSD adalah cairan antiseptic.
c. Setiap hendak mengganti botol dicatat berapa pertanbahan cairan.
d. Setiap hendak mengganti dicatat undulasi ada atau tidak.

Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting
karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain :

1) Motor suction tidak jalan.


2) Selang tersumbat atau terlipat.
3) Motor suction tidak jalan.
4) Selang tersumbat atau terlipat.
5) Paru-paru telah mengembang.

Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab,


segera periksa kondisi sistem drainase, amati tanda-tanda
kesulitan bernafas.

e. Setiap hendak mengganti dicatat adanya gelembung udara yang


keluar dari WSD.
f. Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara masuk ke
dalam ronggan pleura yang mengklem selang atau dilipat dan diikat
dengan karet.
g. Setiap penggantian botol atau selang harus memperhatikan
sterilitas botol dan selang harus tetap steril.
h. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri
sendiri dengan memakai sarung tangan .
5. Indikasi pengagkatan selang dada
a. Satu hari berhentinya kebocoran udara
b. Drainase < 50-100 cc ciran/hari

10
c. 1-3 hari pasca oprasi jantug
d. 2-6 hari pasca oprasi thorax
e. Obliterasi rogga empiema
f. Drainase serosenglinosa (keouarnya cairan serous) dari sekitar sisi
pemasangan selang dada.

6. Paru
a. Dengan WSD paru diharapkan paru mengembang.
b. Control pengembangan paru dengan pemeriksaan fisik dan
radiologic.
c. Latihan nafas ekspirasi dan inspirasi yang dalam.
d. Latihan batuk yang efisien .
e. Pemberian antibiotika.
f. Ekspektoran cukup obat batuk hitam (OBH).
7. Dinyatakan berhasil bila :
a. Paru sudah mengembag penuh pada pemeriksaan fisik atau
radiologi.
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD.
c. Tidak ada pus pada selang WSD (tidak ada empiema)
8. Mengangkat WSD
a. Disediakan alat-alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril.
b. Kain kassa steril.
c. Zalf steril.
d. Teknik :
1) Angkat jahitan.
2) Pasien disuruh bernafas dalam.
3) Pada waktu ekspirasi dalam dan menahannya, WSD di angkat
dengan menutup kain kassa steril yang mengandung zalf steril.
9. Dikatakan baik dan dapat dipulangkan bila:
a. Keadaan umum memungkinkan.
b. Pada control 1-2 hari pasca pengaangkatan WSD, paru tetap
mengembang penuh.

11
c. Tanda-tanda infeksi atau empiema tidak ada.

F. Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal Drainage )


1. Pengkajian
. Sirkulasi
- Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
- Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
- Hipertensi / hipotensi
b. Nyeri
Subyektif :
- Nyeri dada sebelah
- Serangan sering tiba-tiba
- Nyeri bertambah saat bernafas dalam
- Nyeri menyebar ke dada, badan dan perut
Obyektif
- Wajah meringis
- Perubahan tingkah laku
c. Respirasi
Subyektif :
- Riwayat sehabis pembedahan dada, trauma
- Riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor,
biopsi paru.
- Kesulitan bernafas
- Batuk
Obyektif :
- Takipnoe
- Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi
interkostal.
- Fremitus fokal
- Perkusi dada : hipersonor
- Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
- Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan

12
d. Rasa aman
- Riwayat fraktur / trauma dada
- Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi
e. Pengetahuan
- Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.
- Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan.

2. Diagnosa
1. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan :
- Penurunan ekspansi paru
- Penumpukan sekret / mukus
- Kecemasan
- Proses peradangan
Ditandai dengan :
- Dyspnoe, takipnoe
- Nafas dalam
- Menggunakan otot tambahan
- Sianosis, arteri blood gas abnormal ( ABGs )
Kriteria evaluasi
- Pernafasan normal / pola nafas efektif dengan tidak adanya
sianosis, gejala hipoksia dan pemeriksaan ABGs normal.

3. Intervensi
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi
Independen
a. Identifikasi faktor presipitasi, misal :
- Kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi dari
mekanik pernafasan
Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk
mempersiapkan WSD pada ( hemo/pneumotoraks ) dan
menentukan untk terapi lainnya.

13
b. Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya/pergerakan dada,
dispnoe, kaji kebutuhan O2, terjadinya sianosis dan perubahan vital
signs.
Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital signs merupakan
indikasi terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri.
c. Auskultasi bunyi pernafasan
- Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya
lobus, segmen, dan salah satu dari paru-paru
- Pada daerah atelektasis suara pernafasan tidak terdengar tetapi
bila hanya sebagian yang kolaps suara pernafasan tidak terdengar
dengan jelas.
- Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada
tidaknya atelektasis paru.
d. Catat pergerakan dada dan posisi trakea
Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi
tidak sama dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan
peumotoraks.
e. Kaji fremitus
Suara dan fibrasi fremitus dapat membedakan antara daerah yang
terisi cairan dan adanya pemadatan jaringan
f. Bantu pasien dengan menekan pada daerah yang nyeri sewaktu
batuk dan nafas dalam
Dengan penekanan akan membantu otot dada dan perut sehingga
dapat batuk efektif dan mengurangi trauma
g. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari
kaki
- Miringkan dengan arah yang sesuai dengan posisi cairan / udara
yang ada di dalam rongga pleura
- Bantu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuannya secara
bertahap dan beri penguatan setiap kali pasien mampu
melaksanakannya.
Mendukung untuk inspirasi maksimal, memperluas ekspirasi paru-

14
paru dan ventilasi.
h. Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan /ketakutan dengan
mempertahankan sikap tenang, membantu pasien untk mengontrol
dengan nafas dalam.
Kecemasan disebabkan karena adanya kesulitan dalam pernafasan
dan efek psikologi dari hipoksia.

4. Implementasi
a. Penatalaksanaan
1) Mengisibilik bilik waterseal dengan air steril dengan
ketinggia yang sama dengan 2 cm H2O.
2) Jika di gunkan penghisap,isi bilik control penghisap dengan
air steril dengan ketiggian 20cm atau sesuai yang di
haruskan.
3) Sambungkan kateter drainase dari ruang pleural (pasien)
keselang yang datang dari bilik pengumpul dari system
water seal. Plester dengan baik.
4) Jika di gunakan penghisap,hubugkan selag bilik control
penghisap ke unit penghisap. Nyalakan unit peghisap dan
naikan tekanan sampai timbul gelembung secara lambat
namun tetap dalam bilik control penghisap.
5) Tandai ketinggian cairan awal pada bagian luar unit
dreinase. Tandai peningkatan setiap jam/hari (taggal dan
waktu) pada ketiggian dreinase.
6) Pastikan bahwa selang tidak meggulung atau mengganggu
gerakan pasien.
7) Berikan dorongan pasien untuk mencari posisi yng nyaman.
Berikan dorongan untuk mengambil posisi kelurusan tubuh
yag baik. Jika pasien berbaring dalam posisi lateral,pastikan
bahwa selang tidak terteka oleh berat badan pasien. Berikan
dororngan pada pasien untuk mengubah posisi degan
sering.

15
8) Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dan bahu dari
sisi yang sakit beberapa kali sehari. Obat nyeri tertentu
mungkin diperlukan.
9) Dengan perlahan perah selang dengan arah bilik drainase
sesuai kebutuhan.
10) Pastikan adanya fluktuasi dari ketinggian cairan dalam
bilik water seal.
11) Fluktuasi cairan dalam selang akan berhenti bila
a. Paru telah terekspansi
b. Selang tersumbat oleh bekuan darah atau fibrin, atau
selang kusut
c. Terjadi loop dependen
d. Motor pengisap atau dinding tidak bekerja dengan baik
12) Amati terhadap kebocoran udara dalam system drainase
sesuai yang diindikasikan oleh gelembung konstan dalam
bilik water seal.
13) Observasi dan laporkan dengan segera pernapasan dangkal,
cepat; sianosis; tekanan dalam dada; emvisema subkutan;
gejala-gejala hemoragi; perubahan yang signifikan dalam
tanda-tanda vital.
14) Berikan dorongan pada pasien untuk napas dalam dan
batuk pada interval yang teratur. Berikan obat yeri yang
adekuat. mintakan pesanan untuk pompa PCA jika
diperlukan. Instruksikan dalam penggunakan spirometri
insentif.
15) Jika pasien harus dipindahkan ke area lain, letakan system
drainase di bawah ketinggian dada, jika pasien berbaring
pada brankar. Jika selang terlepas, gunting ujung yang
terkontaminasi dari selang dada dan selang, pasang
konektor steril dalam selang dada dan selang, sambungkan
kembali ke system drainase. Jangan mengklem selang dada
selama memindahkan pasien.

16
16) Ketika membantu dokter bedh dalam melepaskan selang:
a. Instuksikan pasien untuk melakukan maneuver valsalva
dengan lambat dan bernapas dengan tenang
b. Selang dada diklem dan dengan cepat dilepaskan
c. Secara bersamaan, balutan kecil dipasangkan dan buat
kedap udara dengan menutupkan kasa petrolaktum
dengan bantalan kasa 10x10 cm, dan tutupi dan
rapatkan secara menyeluruh dengan plester adesif.

17
MAKALAH

“WSD (WATER SEAL DRAINAGE)”

Tugas ini dibuat untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah GADAR II

Semester VII

Kelompok : 2

DESY SYAFINATUL (15010059) FENY YASIKA JAMIL (15010065)


DORA ARIYANTI OSMAN (15010061) FIKRI FIRMANSYAH (15010067)
DWI AYU NINGTYAS (15010062) HALILATUL HASANAH (15010068)
EKA APRILLIA H.P (15010063) I WAYAN WIDODO (15010069)
FAIZATUL HILMIAH (15010064) IIS SELVIYA PRATAMA (15010070)

STIKES dr. SOEBANDI JEMBER


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Jl.dr.Soebandi No.99 Jember Telp/fax.(0334)483536


E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.com, web: http://www.stikesdrsoebandi.ac.id

18

Anda mungkin juga menyukai