Anda di halaman 1dari 17

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK “TROPICAL MEDICINE”

EDITOR

Adi Muradi Muhar


Ayodhia P. Pasaribu
Bambang Prayugo
Deny Rifsal Siregar
Dwi Rita Anggraini
Franciscus Ginting
Hendri Wijaya
Inke Nadia D. Lubis
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Sri Amelia
Tambar Kembaren
Yosia Ginting
Yudha Sudewo
,

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
0
SL. VII. TROPMED. 1
HISTORY TAKING PENYAKIT DENGAN DEMAM PADA ANAK dan
KETERAMPILAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN UJI TORNIQUET

Syahril Pasaribu, Ayodhia P. Pasaribu, Inke Nadia D. Lubis, Hendri Wijaya

I. PENDAHULUAN

Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan anamnesis demam pada
anak sehingga mahasiswa mendapatkan informasi gejala dan riwayat penyakit pasien dan
mengarahkan pada diagnosis banding dan akhirnya mampu menegakkan diagnosis pasien
sebagai kelainan di bidang infeksi tropis.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaanyang harus diingat pada
komunikasidokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai
dengan diharapkan.

Demam merupakan hal yang paling sering dikeluhkan orangtua dan alasan utama
orangtua membawa anaknya berobat ke dokter. Demam merupakan bagian dari respon fase akut
terhadap berbagai rangsangan infeksi atau trauma. Walaupun terkadang merugikan terlihat
bahwa demam merupakan mekanisme pertahanan yang dipreservasi secara stereotipik dalam
proses evolusi makhluk hidup selama jutaan tahun. Berbagai laporan penelitian memperlihatkan
bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang terutama infeksi. Bila produksi sitokin pirogen
secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan
tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin pirogen
sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui.
Pertanyaan tersebut meliputi:
- Onset (akutatau gradual)
- Pola (intermittent atauterus-menerus)
- Duration (durasi) : menit atau beberapa jam.
- Tipe
- Progression : semakin membaik atau semakin memburuk dibandingkan sebelumnya.
- Associated symptoms (ruamkemerahan, nyeri abdomen, diare, konstipasi)
- Systemic symptoms(gejala-gejalasistemik malaise, anoreksia, penurunanberatbadan)

Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS atau :
- Onset
- Palliating/Provoking Factor (faktor-faktor yang mengurangi atau memprovokasi gejala)
- Quality (kualitas)
- Timing (waktu)

Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQT


Tujuan pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita :
1. Kualitas. Seperti apa keluhan tersebut?
2. Kuantitas atau keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
3. Waktu. Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut berlangsung?
Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
4. Keadaan /situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan, aktifitas, emosi,
atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
5. Apakah ada hal-hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah?
6. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal-hal lain
yang menyertai serangan?

1
Setelah melakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang mumpuni juga
dibutuhkan seorang dokter agar dapat mendiagnosis penyakit dengan benar. Uji torniquet
berdasarkan WHO 1997 merupakan suatuu cara sederhana untuk membantu menegakkan
diagnosis dengue, dengan hanya menggunakan sphygmomanometer, stethoscope dan jam tangan.
Hasilnya menggambarkan adanya fragilitas ppembuluh darah dan trombositopenia yang biasanya
dijumpai pada penderita dengue. Pada pedoman WHO 200, uji tourniquet merupakan salah satu
kriteria diagnostik untuk dengue, dengue dengan tanda bahaya dan dengue berat.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai melakukan latihan ini diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan
keterampilan History Taking dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik dan
benar juga kemampuan melakukan pemeriksaan uji torniquet.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis demam pada penyakit infeksi tropis.
2. Mahasiswa mampu menelusuri keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
4. Mahasiswa mampu mendapatkan riwayat penyakit pada keluarga yang
berhubungan dengan penyakit sekarang.
5. Mahasiswa mampu mendapatkan keluhan penyerta yang berhubungan dengan
penyakit utama/sekarang.
6. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan perilaku yang
sesuai dengan sosiobudaya pasien dalam hubungan dokter pasien.
7. Mahasiswa mampu melakukan uji torniquet dan menginterpretasikan hasilnya.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu AktifitasBelajarmengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) Narasumber
- Penjelasan narasumber tentang anamnesa demam pada
penyakit infeksi tropis.
- Pemutaran film cara anamnesa demam.
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar.

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter
pasien mengenai keluhan demam.
Tahap I : Perkenalan
- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter berdiri
menyambut dengan ramah dan senyum, kemudian
memperkenalkan diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat
sambil mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata,
komunikasi , cara berbicara dan interaksi lingkungan.
Perhatikan pendamping yang menyertai pasien,
interaksi pasien dengan pendamping.

2
Tahap II :History taking
Menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat penyakit dalam keluarga.

Tahap III :
- Demonstrasi cara melakukan uji torniquet
- Interpretasi hasil

20-30 Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur


menit kelompok tdd 9 mahasiswa). mahasiswa

Coaching: Mahasiswa melakukan simulasi secara


bergantian (2-3 orang) dengan dibimbing oleh instruktur

90 menit Self practice Instruktur


Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri secara Mahasiswa
bergantian masing-masing selama 10 menit. Mahasiswa
diberikan 1 kasus demam dan mencatat hal-hal yang
penting dari anamnesis dan menyimpulkannya. Instruktur
memberikan penilaian pada lembar pengamatan

IV. RUJUKAN
1. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis, edisi ke-2.Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2008. h.21-46
2. Mayxay M, et al. Predictive diagnostic value of the tourniquet test for the diagnosis
of dengue infection in adults. Trop Med Int Health. 2011 Jan; 16(1): 127–133.
3. Kalayanarooj et al, J Infect Dis, 1997; 176:313-321. 2.
4. Phuong et al, Trop Med Intl Health, 2002; 7: 125-132.

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Audiovisual
2. Pensil/pulpen
3. Pasien simulasi

VI. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER PASIEN PADA KELUHAN


DEMAM DENGUE dan PEMERIKSAAN UJI TORNIQUET

Anak perempuan usia 13 tahun 9 bulan dengan berat badan 48kg, datang ke IGD dengan
keluhan demam tinggi selama 3 hari, demam bersifat terus menerus, demam berkurang
sedikit dengan pemberian obat penurun panas, ada keluhan nyeri sendi, tidak ada keluhan
mimisan, gusi berdarah ataupun buang air besar berwarna hitam.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhannyadan
faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhannya sesuai dengan formulir
anamnesis. Lakukan uji torniquet pada pasien dan interpretasi hasilnya. Tuliskan
kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab dari keluhannya.

3
VII. LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING PENYAKIT DENGAN DEMAM
PADA ANAK

PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
A. Perkenalan

1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien dan


keluarga pasien.

2. Menempatkan pasien pada posisi yang sesuai dengan


kondisinya.

3. Menanyakan identitas penderita : nama, umur, alamat.

B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA

1. Menanyakan keluhan utama penderita


- Demam

2. Menelusuri/ menelaah keluhan utama


- Menanyakan kapan mulai demam
- Menanyakan kapan-kapan saja waktu terjadinya demam
(intermiten atau kontinu)
- Menanyakan apakah demam tinggi atau subfebris
- Menanyakan apakah demam turun dengan obat demam,
jika turun apakah mencapai suhu normal
- Menanyakan apakah demam disertai menggigil

C. MENANYAKAN KELUHAN PEYERTA/LAINNYA

1. Menanyakan keluhan penyerta


- Ruam
- Nyeri sendi
- Nyeri perut
- Diare/konstipasi
- Riwayat perdarahan (mimisan, gusi berdarah, muntah
darah, BAB berwarna hitam)

2. Menanyakan keluhan lain (nyeri kepala, muntah, anoreksia,


malaise, penurunan berat badan, batuk, pilek, nyeri
menelan)

D. MENANYAKAN RIWAYAT KELUARGA

1. Menanyakan riwayat keluarga


- Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita gejala yg sama
E. UJI TORNIQUET

1. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan: Tensi meter,


Stetoskop, Jam tangan

4
2. Melakukan pengukuran tekanan darah

3. Melakukan penghitungan : sistolik+diatolik/2, hasilnya


diperthankan selama 5 menit
4. Lakukan interpretasi hasil : 10 ptekie dianggap hasil positif

D. DOKUMENTASI

5. Mencatat hal-hal yang ditemukan dalam komunikasi dan


pemeriksaan fisik
6. Menyimpulkan hasil komunikasi

7. Menjelaskan tindakan selanjutnya

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

5
SL. VII. TROPMED. 2
TERAPI CAIRAN PADA DEMAM BERDARAH DENGUE
Chairuddin P. Lubis, Syahril Pasaribu, Ayodhia P. Pasaribu, Inke Nadia D. Lubis, Hendri wijaya

I. PENDAHULUAN

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditandai dengan panas tinggi mendadak disertai
kebocoran plasma dan perdarahan, dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.
Sampai saat ini DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Hal ini karena
tersebarnya nyamuk Aedes sp di seluruh pelosok tanah air, kecuali pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pada
kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat merawat pasien DBD
dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai,
cairan kristaloid dan koloid serta bank darah yang senantiasa siap sedia bila diperlukan.
Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda bahaya
(warning sign), merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain,
perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya
tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong. Kunci keberhasilan
tatalaksana DBD/sindroma syok dengue (SSD) terletak pada keterampilan dokter untuk dapat
mengenali dan mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis,
fase syok) dengan baik.

6
Tatalaksana yang tepat dan segera dapat mengurangi mortalitas akibat DBD, sebaliknya
terapi yang berlebihan seperti kelebihan cairan (fluid overload) akan memperburuk kondisi
pasien. Pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif, terapi suportif berupa penggantian
cairan merupakan hal utama dalam tatalaksana DBD.
Pada DBD terjadi kebocoran plasma yang apabila cukup banyak maka akan
menimbulkan syok hipovolemi (dengue shock syndrome) dengan mortalitas yang tinggi. Dengan
demikian penggantian cairan ditujukan untuk mencegah timbulnya syok. Perembesan plasma
terjadi terutama saat suhu tubuh penderita turun (time of fever defervescence). Nilai hematokrit
merupakan indikator sensitif untuk deteksi derajat kebocoran plasma, sehingga penentuan jumlah
cairan yang akan diberikan harus dengan mempertimbangkan nilai hematokrit. Penting
diperhatikan bahwa kebocoran plasma pada DBD bersifat sementara (±48 jam), sehingga
pemberian cairan yang banyak dan jangka lama dapat menimbulkan kelebihan cairan dengan
segala akibatnya.

Penggantian Cairan Akibat Kebocoran Plasma pada DBD


a. Jenis Cairan
Pilihan utama adalah cairan krostaloid isotonik (ringer laktat, ringer asetat, NaCl 0.9%).
Cairan koloid hiperonkotik (osmolaritas >300 mOsm/L) seperti dextran 40% atau HES
walaupun lebih lama bertahan dalam ruang intravascular namun memiliki risiko efek
samping berupa reaksi alergi, gangguan koagulasi, gangguan fungsi ginjal. Cairan koloid
hiperonkotik hanya diberikan pada
 Kebocoran plasma massif yang ditunjukkan dengan nilai hematokrit yang makin
meningkat atau tetap tinggi sekalipun telah diberi kristaloid
 Syok yang tidak teratasi dengan pemberian bolus kristaloid (20cc/kgbb) yang kedua

b. Jumlah Cairan
Volume cairan yang diberikan disesuaikan dengan berat badan, kondisi klinis, dan temuan
laboratorium. Pada pasien dengan obesitas, pemberian jumlah cairan harus hati-hati karena
mudah terjadi kelebihan cairan, perhitungan cairan sebaiknya berdasarkan berat badan ideal
(kurva pertumbuhan/growth chart WHO atau CDC). Sering terjadi di praktik klinis adalah
pasien yang belum menunjukkan peningkatan hematokrit yang berarti (diagnosis masih
Demam Dengue dan bukan DBD), namun dikhawatirkan merupakan fase awal dari DBD,
maka seharusnya volume cairan yang diberikan cukup rumatan (formula Holiday Segar) atau
sesuai kebutuhan. Volume cairan ditingkatkan apabila nilai hematokrit naik dan kemudian
diturunkan bertahap seiring dengan penurunan nilai hematokrit.

7
II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. Tujuan umum


Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapkan dapat melakukan terapi cairan yang
benar pada kasus demam berdarah dengue tanpa syok melalui pemilihan yang benar jenis
cairan dan volume cairan yang akan diberikan untuk mencegah perburukan keadaan
pasien.

II.2. Tujuan khusus


Mahasiswa mampu :
1. Menentukan kasus yang perlu dirawat inapkan atau bisa rawat jalan
2. Memilih jenis cairan dan volume/dosis yang tepat sesuai perjalanan kondisi penyakit

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang demam berdarah dengue dan
tatalaksananya (10 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan yang diputar (10 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar : Narasumber


- Mempersiapkan beberapa jenis cairan intravena: cairan
kristaloid (Ringer laktat, Ringer asetat, Garam fisiologis)
cairan koloid (Dekstran 40%, HES 6%, Albumin), plasma
(FFP) dan IV line (abocath, infus set).
- Narasumber memperlihatkan cara terapi cairan pada
demam berdarah dengue secara bertahap.

30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur


kelompok tdd 9 mahasiswa). Mahasiswa

Coaching: Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian


(2-3 orang) dengan dibimbing oleh instruktur

8
90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan tahapan resusitasi cairan Mahasiswa
pada demam berdarah dengue secara bergantian masing-masing Instruktur
selama 10 menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Pasien simulasi/mahasiswa.
2. Cairan kristaloid (Ringer laktat, Ringer asetat, Garam fisiologis), cairan koloid
(Dekstran 40%, HES 6%, Albumin), plasma (FFP).
3. IV line : abocath, infus set.

V. RUJUKAN
1. Hadinegoro SR, Soegijanto S, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana
Infeksi Virus Dengue pada Anak. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, edisi ke-1. Jakarta, 2014
2. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis, edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2008. h.155-81

VI. KASUS

Seorang anak perempuan usia 5 tahun dengan berat badan 21 kg, datang ke puskesmas
rawat inap dengan keluhan timbul bintik merah di badan dan lengan, muntah berulang,
mengeluhkan nyeri perut serta tidak mau makan dan minum. Sebelumnya anak tersebut
mengalami demam tinggi selama 4 hari tapi saat dibawa suhu tubuh sudah normal. Di
lingkungan tempat tinggal anak tersebut dilaporkan beberapa kasus demam berdarah
dengue.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai kesadaran compos mentis, temperature 36,8oC, toraks
simetris fusiformis, denyut jantung 100x/menit, laju pernafasan 24x/menit, suara nafas
terdengar normal, Abdomen tidak distensi dengan hepar teraba 3cm bawah arcus costa
kanan, tekanan darah 100/70mmHg, tekanan nadi teraba kuat.
Hasil laboratorium diperoleh nilai Hb 14 g/dL, Ht 42%, lekosit 2400/mm3, trombosit
98000/mm3, diftel E/B/N/L/M : 1/0/38/48/11

VII. LEMBAR PENGAMATAN TERAPI CAIRAN PADA DEMAM BERDARAH DENGUE

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN

Ya Tidak
TERAPI CAIRAN PADA DEMAM BERDARAH DENGUE TANPA SYOK

1. Menjelaskan kepada orang tua atau pendamping pasien mengapa harus


rawat inap

2. Mempersiapkan alat :
- Pilihan cairan intravena : Ringer Laktat atau Ringer Asetat
- IV line : abocath no. 24, 22, 20 infus set pediatric
3. Memulai terapi cairan dengan kecepatan 5 cc/kgbb/jam

9
4. Menilai tanda vital penderita tiap jam
- Kesadaran
- Frekuensi Nafas
- Frekuensi jantung
- Tekanan darah
- Capillary refill time
- Akral dingin atau tidak
- Urin output

5. Menganjurkan pemeriksaan Darah lengkap ulang setiap 6 jam

6. Menaikkan atau menurunkan kecepatan cairan sesuai klinis (tanda


vital) dan nilai hematokrit terakhir menjadi :
- 7cc/kgbb/jam jika hematokrit naik dari nilai sebelumnya
- 3cc/kgbb/jam jika hematokrit turun dari nilai sebelumnya
7. Menilai tanda vital penderita tiap jam dan anjuran pemeriksaan Darah
lengkap ulang setiap 6 jam bila belum ada perbaikan atau setiap 12 jam
bila ada perbaikan
8. Menurunkan kecepatan cairan secra bertahap hingga menjadi 1.5
cc/kg/jam jika tanda vital stabil, hemoglobin dan hematokrit stabil serta
nafsu makan dan minum membaik.
9. Menghentikan terapi cairan tidak lebih dari 48 jam jika kondisi tetap
stabil.
10. Dokumentasi
a. Menuliskan kesimpulan, diagnosa sementara/merangkum data
dalam status

b. Menjelaskan pemeriksaan dan rencana tatalaksana lanjutan yang


diperlukan kepada orang tua pasien.
c. Mengucapkan salam dan terima kasih.

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

10
SL.VII . TROPMED. 3
KETERAMPILAN KONSELING PADA PENDERITA HIV/AIDS
Tambar Kembaren, Yosia Ginting, Fransiscus Ginting, Taufik Sungkar

I. Blok Terkait : Tropical Medicine - Semester VII


II. Kompetensi : 4A
III. Departemen Penyusun : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi
IV. Kebutuhan alat dan Bahan : Form concern, form pemeriksaan ke
laboratorium/kertas resep

I. PENDAHULUAN
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit
yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam
cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu. Virus tersebut
merusak system kekebalan manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
HIV AIDS merupakan masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara di
seluruh dunia. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas HIV AIDS. WHO memperkirakan jumlah
orang dengan HIV AIDS (ODHA) diseluruh dunia pada tahun 2004 adalah 35.9-44.3 juta orang.
Di Indonesia sampai dengan Desember 2008 lebih dari 22 ribu orang ODHA yang dilaporkan
oleh departemen Kesehatan. Data yang ditemukan di RS Haji Adam Malik Medan dan di semua
propinsi dan hampir semua kabupaten kota, temuan kasus yang didapat terus mengalami
peningkatan.

Perjalanan alamiah infeksi HIV dapat dibagi dalam tahapan berikut :

Infeksi virus 2-3 minggu Sindrom retroviral akut 2-3 minggu gejala menghilang + serokonversi infeksi kronis
HIV-asimtomatik infeksi HIV/AIDS simtomatik Rata-rata 1,3 tahun
Rata-rata 8 tahun(di Negara berkembang lebih pendek)
Kematian.

Diagnosa infeksi HIV adalah dengan memeriksa antibodi HIV yang dijumpai pada diri
penderita dimana antibodi ini timbul setelah 3 bulan terjadinya infeksi. Masa jendela adalah
masa dimana pemeriksaan tes serologis terhadap antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif
sementara virus sebenarnya sudah ada dalam jumlah banyak dalam darah penderita. Pada masa
jendela ini orang dengan HIV sudah mampu menularkan kepada orang lain misalnya melalui
darah yang didonorkan, bertukar jarum suntik pada IDU, atau melalui hubungan seksual.
Sebelum dilakukan tes, kita harus melakukan konseling terlebih dahulu (VCT) yang merupakan
bentuk konseling secara sukarela.
Konseling pada VCT merupakan suatu dialog yg bersifat konfidensial antara seseorang
dengan petugas perawatan yang bertujuan untuk membantu orang itu untuk mengatasi stres dan
membuat keputusan keputusan pribadi berkaitan dengan HIV/AIDS.

11
Tujuan VCT adalah untuk mendorong orang yang sehat,asimptomatik untuk mengetahui status
HIV nya sehingga mereka dapat mengurangi tingkat penularannya.

A KONSELING PRA TES HIV


Mencakup :
- Penilaian terpapar faktor resiko secara individual
- Penggalian dan pemecahan masaalah terhadap hambatan - hambatan dalam
pengurangan resiko untuk tertular
- Penggalian untuk membicarakan apa yang akan dilakukan klien jika hasil tes positif dan
cara mengatasi masaalah yang dapat dilakukan dalam menghadapi hasil tes HIV yang
positif
- Informed Consent

B KONSELING PASCA TES


Hasil negative,intervensi dokter/konselor :
- Menyediakan dan menjelaskan hasil kepada klien
- Memeriksa kemungkinan masa jendela
- Menyediakan konseling untuk mengurangi resiko penularan
- Memberikan saran untuk melakukan tes ulang
Hasil positif, intervensi dokter/konselor :
- Memeriksa hasil tes untuk kepentingan klien
- Menilai kesiapan klien terhadap pembacaan hasil tes
- Menyediakan dan menjelaskan hasil tes kepada klien
- Menyediakan informasi mengenai bentuk dukungan dan tindak lanjut
- Menilai kesiapan diri klien dalam menghadapi dan menanggulangi hasil tes
- Penilaian terhadap resiko bunuh diri
- Mendiskusikan strategi pemberitahuan kepada pasangan
- Mendiskusikan strategi untuk pencegahan penularan terhadap orang lain

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah melakukan kegiatan skills lab ini para mahasiswa dapat mengerti dan melakukan
konseling pra dan pasca tes HIV

II.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mampu menilai faktor resiko penularan .
2. Mahasiswa mengerti bahwa konseling bersifat sukarela dan kerahasiaannya
terjaga(konfidensial ) dan tes harus dilakukan dengan inform consent

12
3. Mahasiswa dapat memberitahu klien cara-cara pencegahan penularan terhadap orang
lain
4. Mahasiswa dapat menginformasikan dukungan dan tindak lanjut terhadap klien
dengan HIV positif

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa ) Nara sumber
oleh nara sumber

10 menit Nara sumber melakukan peragaan langkah – langkah Narasumber


dalam melakukan konseling

20-30 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil ( 1 Instruktur dan


kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap kelompok mahasiswa
kecil memiliki 1 instruktur dan tindakan dilakukan
berdasarkan kasus yang diberikan.

Coaching : mahasiswa melakukan konseling secara


bergantian (2-3 orang) sesuai kasus dengan dibimbing
oleh instruktur.

90 menit Self practise: mahasiswa melakukan sendiri konseling Instruktur dan


sesuai kasus secara bergantian, sehingga total waktu mahasiswa
yang dibutuhkan ± 90 menit ( tergantung jumlah
mahasiswa)

Lakukanlah konseling pasca tes dengan hasil positif terhadap pasien tersebut.

13
V. LEMBAR PENGAMATAN H KONSELING PADA PENDERITA HIV/AIDS

LANGKAH
Ya Tidak

A. Perkenalan
1. Menyapa pasien dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, pekerjaan dan alamat )
4. Menanyakan tujuan pasien untuk konseling
B. Konseling PraTest
1. Menjelaskan faktor resiko tertular HIV: Homoseksual, seks bebas,
pengguna narkotik suntik, tatoo, transfusi darah kepada klien dan
menanyakan faktor resiko mana yang dimilikinya
2. Menyarankan agar penderita dengan faktor resiko masing-masing:
- Homoseksual : menggunakan kondom saat berhubungan. Jika bisa
mengubah prilaku
- Narkotik suntik tidak menggunakan jarum suntik bersama,
meyarankan tidak lagi menggunakan narkotika.
- Yang berperilaku seks tidak aman berlaku setia terhadap
pasangannya dan harus menggunakan kondom
- Tattoo : jarum yang digunakan terlebih dulu disterilkan
- Transfusi darah : tidak menjadi donor darah bila sudah mengidap
HIV
3. Menyampaikan kegunaan test HIV untuk mengetahui status HIV
pasien dan bila positif dapat dilakukan dukungan pengobatan bila
sudah ada indikasi dan memberitahu bahwa HIV tidak dapat
sembuh tetapi replikasi virus dapat ditekan sehingga pasien dapat
hidup normal walaupun virusnya tetap ada seumur hidup dalam
tubuh pasien
4. Memberikan informed consent secara tertulis untuk ditandatangani
setelah pasien selesai dikonseling dan mengerti tujuan dilakukan tes
HIV.

C.Proses Tes HIV


1. Membuat surat permintaan tes HIV dengan metode rapid tes
2. Bila Hasil tes
a. Negatif
b. Positif : dilanjutkan dengan tes Western Blot (WB), bila tes
ini tidak tersedia dilakukan dengan Elisa 3 metode
D.Konseling Pasca Test (Pertemuan kedua)
1.Hasil negatif
1. Menjelaskan hasil negatif kepada pasien dan kemungkinan masa
’jendela’
2. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan test ulang 12 minggu
kemudian
3. Memberikan konseling untuk mengurangi risiko penularan.

2. Hasil indeterminate
1 Pemeriksaan tes harus diulang 2 minggu kemudian dan pasien
diharuslkan untuk menghindari faktor resiko tertular hiv

3. Hasil positif
1. Menyediakan dan memeriksa hasil untuk dijelaskan kepada pasien
2. Menilai kesiapan diri pasien dalam menghadapi dan
menanggulangi hasil tes

14
3. Menyampaikan hasil positif kepada pasien bila pasien dinilai telah
siap menerima hasil tersebut
4. Melakukan konseling untuk mengurangi resiko penularan kepada
orang lain.
5. Menyediakan informasi mengenai bentuk dukungan dan tindak
lanjut penanganan pasien
6. Anjurkan pasien dengan pemeriksaan CD4 untuk selanjutnya
dirujuk ke CST untuk mendapat pengobatan anti retroviral( ARV)
bila ada indikasi
7. Menanyakan pasien apakah bersedia status HIVnya dibukakan
terhadap pasangannya ataupun keluarga yang dilakukan secara
tertulis
8. Menganjurkan konseling bagi anggota keluarga.
E.Dokumentasi
Mendokumentasikan :
- Identitas pasien
- Tanggal konseling
- Tanggal tes HIV
- Tempat tes
- Hasil tes

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

VI. KASUS

Seorang pria bernama Tuan Hiva, umur 45 thn, pekerjaan kontraktor, bertempat tinggal di
Medan. Sering bepergian ke Nias, Sibolga, datang ke Posyansus RS HAM untuk melakukan tes
HIV karena mengetahui mempunyai faktor resiko (sex bebas).

Lakukanlah konseling pra tes terhadap pasien tersebut.

VII. RUJUKAN

1. Pedoman Perawatan Dukungan dan Pengobatan ODHA, Depkes, 2004.


2. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral . Depkes
2013

BERKAS IZIN VCT KLIEN UNTUK TES HIV

Sebelum menanda tangani berkas ini, harap mengetahui bahwa :


 Anda mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam pemeriksaan dengan dasar
kerahasiaan.
 Anda mempunyai hak untuk menarik izin dari tes kapanpun sebelum pemeriksaan
tersebut dilangsungkan

Saya telah menerima informasi dan konseling menyangkut hal-hal berikut ini :
a. Keberadaan dan kegunaan dari tes HIV
b. Tujuan dan keguanaan dari tes HIV
c. Apa yang dapat dan tidak dapat diberitahukan mengenai hasil tes saya
d. Keuntungan serta resiko dari tes HIV dan dari mengetahui hasil tes saya
e. Pemahaman untuk mencegah dan pemaparan dan penularan akan HIV

15
Saya dengan sukarela menyetujui untuk menjalani pemeriksaan HIV dengan ketentuan
bahwa hasi tes tersebut akan tetap rahasia dan terbuka hanya kepada saya seorang.

Saya menyetujui untuk menerima pelayanan konseling setelah menjalani tes pemeriksaan
untuk mendiskusikan hasil tes HIV saya dan cara-cara untuk mengurangi resiko untuk
terkena HIV atau menyebarluaskan HIV kepada orang lain untuk waktu kedepannya.

Saya mengerti bahwa pelayanan kesehatan saya pada klinik ini tidak akan mempengaruhi
keputusan saya secara negatif terhadap tes atau tidak menjalani tes atau tes dari HIV saya.

Saya telah mempunyai dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan pertanyaan saya ini
telah diberikan jawaban yang memuaskan saya.

Saya, dengan ini mengizinkan tes/pemeriksaan HIV untuk dilaksanakan

Tanda tangan atau Cap jempol klien Tanda tangan Konselor Tanggal

Untuk anak dibawah umur. Saya, Pengasuh/teman/saudara tedekat

Memberikan izin untuk melaksanakan tes/pemeriksaan HIV

16

Anda mungkin juga menyukai