Berbagai Klasifikasi Trauma
Berbagai Klasifikasi Trauma
OLEH:
Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian enamel hingga ke
bagian tulang gigi dengan atau tanpa patahnya sebagian elemen. Dalam hal ini, yang
termasuk dalam jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis 1 dan Ellis 2.
Fraktur mahkota juga dapat dibagi menjadi:
a. Infraksi Mahkota: Pada jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang terjadi tidak
membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja yaitu sekitar 10-13%. Retak
biasa mencapai dentin hingga pulpa.
b. Fraktur Mahkota Tanpa Komplikasi: Merupakan fraktur yang terjadi pada sebagian
email, dan dentin. Fraktur ini biasanya terjadi pada gigi anterior dan patah pada bagian sudut
mesial maupun sudut distal. Biasanya jenis fraktur ini tidak menimbulkan rasa sakit, namun
apabila fraktur terjadi hingga mencapai dentin, maka rasa sakit akan terasa terutama pada saat
makan maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit pada saat mengunyah juga bisa terjadi
karena jaringan periodontal juga mengalami kerusakan.
c. Fraktur Mahkota dengan Komplikasi: Pada jenis fraktur ini, bagian besar mahkota dan
tulang gigi patah sehingga pulpa terbuka dan mengalami pendarahan kapiler. Rasa sakit
biasanya timbul pada saat mengunyah dan jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4% penderita
fraktur gigi mengalami fraktur jenis ini.
Fraktur Akar
Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat ditegakkan
melalui pemeriksaan foto rontgen untuk mnegetahui kondisi gigi yang mengalami fraktur.
a. Fraktur Mahkota Akar
Fraktur mahkota akar yang terjadi dari insisal sampai 2-3 mm di bawah pengikatan
gingival pada elemen pada arah vestibulolingual, dan pulpa sering terlibat dalam hal ini. Pada
gigi premolar atas, tonjol vestibular sering patah. Pada kasus yang terakhir, bagian yang patah
biasanya ditahan pada tempatnya oleh serabut periodontal, sehingga retak pada mulanya
kurang menarik perhatian. Keluhan yang terjadi pada pasien seperti keluhan pada pulpitis,
dan sakitnya akan bertambah ketika digunakan untuk menggigit.
b. Fraktur Akar Gigi yang baru erupsi memiliki resiko untuk lepas dari alveolus apabila
terjadi benturan, sedangkan gigi yang telah tumbuh sempurna memiliki resiko patah.
Andreasen (1981) juga mengklasifikasi trauma terhadap gigi berdasarkan gejala pada
gambaran klinis, seperti:10
1. Perubahan warna enamel menjadi lebih putih atau kuning hingga kecokelatan.
2. Perubahan warna enamel yang mengalami hipoplasia, menjadi lebih putih atau kuning
hingga kecokelatan.
3. Dilaserasi mahkota.
4. Malformasi gigi.
5. Dilaserasi akar.
6. Gangguan pada erupsi.
5. Klasifikasi menurut Heithersay dan Morile.5,2
Heithersay dan Morile (1982) menganjurkan suatu klasifikasi fraktur subgingival
berdasarkan pada tinggi fraktur gigi dalam hubungannya terhadap berbagai bidang horizontal
periodonsium, sebagai berikut:
Kelas 1 : Dengan garis fraktur tidak meluas di bawah tinggi ginggiva cekat.
Kelas 2 : Dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi gingiva cekat, tetapi tidak di bawah tinggi
krista alveolar.
Kelas 3 : Dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi krista alveolar.
Kelas 4 : Dengan garis frakturnya terdapat di dalam sepertiga koronal akar, di bawah tinggi
krista alveolar.
6. Klasifikasi menurut Garcia-Godoy.11
Klasifikasi fraktur gigi akibat trauma menurut Garcia-Godoy adalah sebagai berikut:
1. Retak pada email.
2. Fraktur pada email
3. Fraktur email-dentin tanpa terbukanya pulpa.
4. Fraktur email-dentin dengan terbukanya pulpa.
5. Fraktur email-dentin-sementum tanpa terbukanya pulpa.
6. Fraktur email-dentin-sementum dengan terbukanya pulpa.
7. Fraktur akar.
8. Konkusi.
9. Luksasi.
10. Perpindahan gigi ke lateral.
11. Intrusi.
12. Ekstrusi.
13. Avulsi.
7. Klasifikasi menurut Hargreaves dan Craig.
Hargreaves dan Craig (1970) memperkenalkan klasifikasi hanya untuk fraktur mahkota
gigi sulung, yaitu kelas I, II, III dan IV. Klasifikasi tersebut hampir sama dengan klasifikasi
Ellis. Perbedaannya terletak pada kelas IV yaitu fraktur akar disertai atau tanpa mahkota gigi
sulung:5
Klas I: Tidak adanya fraktur atau fraktur hanya pada email dengan atau tidaknya
perubahan posisi pada gigi.
Klas II: Fraktur pada mahkota pada email dan dentin tanpa terbukanya pulpa dan tanpa
perubahan posisi pada gigi.
Klas III: Fraktur pada mahkota dan terbukanya pulpa dengan atau tanpa perubahan
posisi pada gigi.
Klas IV: Fraktur pada akar dengan atau tanpa fraktur koronal, dengan atau tanpa
perubahan posisi pada gigi.
Klas IV: Perubahan posisi total pada gigi.
PEMBAHASAN
Penyebab trauma gigi pada anak-anak yang paling sering adalah karena jatuh saat
bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat berolahraga. Trauma gigi anterior
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika
benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi
ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi
rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.1
Trauma pada gigi dapat menyebabkan injuri pulpa, dengan atau tannpa kerusakan
mahkota atau akar, atau pemindahan gigi dari soketnya. Bila mahkota atau akar patah atau
mengalami fraktur, pulpa dapat sembuh dan hidup terus, dapat segera mati , atau dapat
mengalami degenerasi progresif dan akhirnya mati. Bila terjadi luksasi gigi, pulpa mungkin
terus hidup, tergantung hebatnya pukulan dan tingkat dislokasinya. Luksasi gigi terjadi tidak
sesering fraktur.7
Trauma pada gigi melibatkan pulpa, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
pertimbangan endodonsi berperan penting dalam pengevaluasian dan perawatan cedera gigi.
Pembuatan klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah komunikasi serta penyebaran
informasinya.8
KESIMPULAN
Pembuatan klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah komunikasi serta
penyebaran informasinya. Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi trauma gigi anterior
pada anak-anak terjadi antara usia 1-3 tahun karena pada usia tersebut anak mempunyai
kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya tentang
keadaan belum cukup baik. Frekuensi trauma cenderung meningkat saat anak mulai
merangkak, berdiri, belajar berjalan, dan biasanya berkaitan dengan masih kurangnya
koordinasi motorik. Penelitian lain menyebutkan bahwa salah satu periode rawan fraktur
adalah pada saat usia 2-5 tahun, karena pada usia ini anak belajar berjalan dan berlari.
Prevalensi trauma gigi yang terjadi pada anak usia di atas 5 tahun menunjukkan penurunan
disebabkan karena koordinasi motorik anak yang semakin membaik, namun terjadi
peningkatan kembali pada periode 8-12 tahun karena adanya peningkatan aktifitas fisik
mereka.
Kerusakan yang terjadi pada gigi anak dapat mengganggu fungsi bicara, pengunyahan,
estetika, dan erupsi gigi tetap sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi
serta rahang. Oleh karena itu penanganan yang cepat dan tepat sangat penting dalam
menangani kerusakan pada gigi akibat trauma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanti E. Penatalaksanaan trauma gigi pada anak. 12 Juni 2010.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/penatalaksanaan_trauma_gigi_pada_a
nak.pdf. 17 November 2011.
2. Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor,
Sutatmi Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995: 303-4.
3. Braham RL, Morris ME. Textbook of pediatric Dentistry. USA: williams and
Wilkias, 1980: 264.
4. Paristuta L. Penggunaan mouthguard pada pasien anak dengan riwayat trauma dental.
1 Agustus 2011. www.gigigeligi.com/index.php?option=com. 17 November 2011.
5. Rao A. Principles and practice of pedodontics. New Delhi: Jaypee, 2008: 304-5.
6. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. St. Louis,
Missouri: Mosby, 2003: 458-9.
7. Walton, Richad E. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa, Narlan
Sumawinata, Winiati Sidharta, Bambang Nursasongko. Editor, Narlan Sumawinata. Ed 2.
Jakarta: EGC, 1997: 555-6.
8. Pinkhom JR, Casamassimo DS, McTigue DJ, et al. Pediatric Dentistry. St. Louis,
Missouri: elsevier Saunders, 1988: 237-9.
9. Welbury RR. Pediatrics dentistry. New York: Oxford University Press, 2003: 244-5.
10. Mathewson RJ, Primosch RE. Fundamentals of pediatric dentistry. USA: quintessenic
Books, 1995: 286.
11. Navydent. Classification of traumatic dental. 22 Agustus 2011.
http://dentallecnotes.blogspot.com/2011/08/calssification-of-traumatic-dental.html. 17
November 2011.