Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKAD MUDHARABAH

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Drs. Ec. Muslimin, M.Si

Kelas : A - Akuntansi Syariah / Kelompok 3


Disusun Oleh :

1. HAFIZ IMANTAKA RAHADIAN (1613010056)


2. KRISNA AZIZ IKSAN (1613010078)
3. MOCHAMAD DIANANDA W. M. A (1613010252)
4. HIDAYAT DEKA WIRANDA (1613010271)
5. FATHURROZI SURYANA (1613010274)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR
2019
A. Pengertian Akad Mudharabah
PSAK 105 mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama antara
dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan
seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak
selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Kerugian
akan ditanggung pemilik dana sepanjang kerugian itu tidak diakibatkan oleh
kelalaian pengelola dana, apabila kerugian yang terjadi diakibatkan oleh
kelalaian pengelola dana maka kerugian ini akan ditanggung oleh pengelola
dana. PSAK 105 par 18 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian
pengelola dana, yaitu: persyaratanyang ditentukan di dalam akad tidk
dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang
lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akd, atau merupakan hasil
keputusan dari institusi yang berwenang.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi investasi yang berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsure terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepda pengelola dana. Oleh
karena kepercayaan merupakan unsure terpenting, maka mudharabah dalam
istilah bahasa Inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan
investor disebut beneficial ownership atau sleeping partner, dan pengelola
dana tersebut disebut managing trustee atau labour partner.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah
tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu
meminta kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang
diperbolehkan syariah. Dalam mudharabah, pembagian keuntungan harus
dalam bentuk presentase/nisbah, misalnya 70;30, 70% untuk pengelola dana
dan 30% untuk pemilik dana. Sehingga besarnya keuntungan yang diterima
tergantung pada laba yang dihasilkan.
Keuntungan yang dibagiakn pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
(predictive value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan,
yang mengacu pada laporan hasil usaha yang secara periodic disusun oleh
pengelola dana dan diserahkan pada pemilik dana.
Pada prinsipnya mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun
demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana
dapat meminta jaminan dari pengelola dan atau pihak ketiga. Tentu saja
jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melaakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Akad mudharabah merupakan jenis investasi yang memiliki risiko tinggi.
Risiko terhadap pengguna modal, kesesuaian penggunanya dengan tujuan
atau ketetapan yang telah disepakati yaitu memaksimalkan keuntungan kedua
belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha dipegang oleh pengelola dana dan
pemilik dana hanya mengetahui informasi secara terbatas. Sehingga sangat
penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang berakhlak
mulia, dapat dipercaya, jujur, kompeten, dan benar.
Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada
manusia. Terkadang ada sebagian orang yng memiliki harta, tetapi tidak
mampu membuatnya menjadi produktif. Terkadang pula, ada oraang yang
tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk
memproduktifkannya sehingga dengan akad mudharabah kedua belah pihak
dapat mengambil manfaat dari kerja sama yang telah terbentuk.
Agar tidak tejadi perselisihan di kemudian hari maka
akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para
saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek antara lain tujuan
mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian
keuntungan,biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan
pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana
dan sebagainya. Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau
terjadi persengketaan, kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang
telah disepakati bersama.
Apabila terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak maka dapat
diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan
arbitrase syariah.

B. Jenis Akad Mudharabah


1. Mudharabah Muthlahaq adalah mudharabah di mana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat. Jenis
mudharabah ini tisak ditentukan masa berlakunya, di daerah mana usaha
tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of industry,
atau line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan
kebebasan yang tidak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap
tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang
dilarang oleh Islam seperti untuk spekulasi, perdagangan minuman keras,
peternakan babi, atau pun yang berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi,
cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Mudharabah ini disebut
investasi terikat. Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan
syarat-syarat yang diberikan oleh pemilik dana, maka pengelola dana
harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkannya, termasuk konsekuensi keuangan.
3. Mudarabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atas dananya dalam kerja sama investasi. Di awal
kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal
100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan
pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan peilik dana, pengelola
dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut jenis mudharabah
seperti ini disebut mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara
akad mudharabah dan akad musyarakah.

C. Dasar Syariah
Sumber Hukum Akad Mudharabah
1. Al-Quran
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“… Maka, jika sebagian kau memercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya…” (QS 2:283)
2. As-Sunah
Dari Shalih bin Suaib r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqradhah (mudharabah) dan mencampur adukkan gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR Ibnu
Majah)
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan hata sebagai mudharabah,
ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tifak mengaungi lautan
dan tidak menuruni lembah, serta tidak memebeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung
risikonya. Ketika persyaratan yang ditetaapkan Abbas didengar
Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.” (HR Thabrani dari Ibnu
Abbas).

Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah


Rukun mudharabah ada empat, yaitu:
1. Pelaku, teridiri atas: pemilik dana dan pengelola dana.
2. Objek mudharabah, berupa: modal dan kerja.
3. Ijab Kabul/serah terima.
4. Nisbah keuntungan.

Ketentuan syariah adalah sebagai berikut:


1. Pelaku
a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama muslim atau dengan
nonmuslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi
ia boleh mengawasi.
2. Objek mudharabah (modal dan kerja)
a. Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau asset lainnya
(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal,
berarti pemilik dana tidak memberikan kontirbusi apa pun padahal
pengelola dana harus bekerja.
3) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat
dibedakan dari keuntungan.
4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi makan dianggap
terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
5) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal
kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi
pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
6) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal
menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak
dilarang syariah.
b. Kerja
1) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
3) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
4) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
kontrak.
5) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana
sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana
berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah keuntungan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak
yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana
mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana
mendapatkan imbalan atas penyertaa modalnya. Nisbah euntungan
harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak, inilah yang akan
mencegah terjadinya peselisihan antara kedua belah pihak mengenai
cara pembagian keuntungan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminya pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
Pada dasarnya pengelola dana tidak diperkenankan untuk
memudhabarahkan kembali modal mudhabarah, dan apabila terjadi
maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizing pemilik dana.
Apabila pengelola dana dibolehkan oleh pemilik dana untuk
memudhabarahkan kembali modal mudhabarah maka pembagian
keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik dana mendapatkan
keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan pengelola dana
pertama. Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana
pertama dibagi dengan pengelola dana yang kedua sesuai dengan porsi
bagian yang telah disepakati antara keduanya.
Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada
kelalaian atau pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara
menyelesaikannya adalah:
a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan
merupakan pelindung modal
b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari
pokok modal.
Berakhirnya Akad Mudharabah
Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah
tersebut berakhir pada waktu yang telah ditentukan.
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha
untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai
pihak yang mengemban amanah ia harus beritikasd baik dan hati-hati.
5. Modal sudah tidak ada.

D. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 par 11)


Dalam mudharabah istilh profit and loss sharing tidak dapat digunakan
karena yang dibagi hanya keuntungannya saja, tidak termasuk kerugiannya.
Sehingga, untuk pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi
hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,
karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi di antara pemilik
dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggug sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
pengakuan penghasilan usaha mudharabah, dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas reaalisasi penghasilan hasil usaha dari
pengelola dana. Tidak diperkenankan mengkui pendapatan dari proyeksi hasil
usaha.
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha
diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati
(PSAK 105 par 20).

E. Bagi Hasil untuk Akad Mudharabah Musytarakah (PSAK 105 par 34)
Ketentuan bagi hasil akad jenis ini dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu:
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana
(sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing masing.
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya
bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang disepakati.

F. Perlakuan Akuntansi (PSAK 105)


Akuntasi untuk Pemilik Dana
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset
nonkas kepada pengelola dana.
2. Pengukuran investasi mudharabah
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
b. Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai
wajar asset nonkas pada saat penyerahan.
Ada dua alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur
asset nonkas:
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak
untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yag
melakukan kontrak untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi konsep
representational faithfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai
wajar asset nonkas pada saat penyerahan kemungkinannya ada dua,
yaitu:
a. Jika nilai wajar lebihbtinggi daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jengka waktu akad mudharabah.
b. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan
asset nonkas.
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai
disebabkan rusak, hilang, atau faktor laian yang bukan karena
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai
tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha
tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah
namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu peiode sebelum akad mudharabah
berakhir. Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum
akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk
penyisihan kerugian investasi.
5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang.
6. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah
setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian
investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi
penyisihan kerugian (jika ada)
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait denga transakssi
mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian asil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdaasarkan jenisnya.
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana


1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syariah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset
nonkas yang diterima.
2. Pengukuran dana syirkah temporer
Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kasa atau nilai wajar asset
nonkas yang diterima.
3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kemabali dana syirkah temporer yang
diterima maka pengelola dana mengakui sebagai asset (investasi
mudharabah). Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan
mengaki pendapatan secaara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak
pemilik dana.
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana muudharabah
berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama
dengan akuntansi pada umumnya.
5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana
diakui sebagai beban pengelola dana.
6. Di akhir akad
7. Penyajian
Pengelola dana menyajika transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah
temporer dikurangi dengan penysihan kerugian (jika ada).
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi
hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.
8. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivita usaha mudharabah, dan lain-lain.
b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.
c. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yang telah dibahas menggunakan


akad mudharabah muthlahaq, apabila akadnya Mudharabah Muqayyadah, di
mana dana dari pemilik dana langsung disalurkan kepada pengelola dana lain
(kedua) dan pengelola dana pertama hanya bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pengelola dana lain (kedua); maka
dana untuk jenis seperti ini akan dilaporkan off balance sheet. Atas kegiatan
tersebut pengelola dana pertama akan menerima komisi atas jasa mempertemuka
kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pengelola dana lain(kedua)
berlaku nisbah bagi hasil.

Anda mungkin juga menyukai