I. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini diantaranya adalah
masih tinginya prevalensi angka kesakitan pada bayi dan balita yang akan
memunculkan angka Kematian Balita (AKB). Angka kematian Bayi Menurut data
Kemenkes tahun 2016 mencapai 32.000 orang dan di Tahun 2017 di semester I
sebanyak 10.294 kasus kematian bayi. Penyakit yang muncul pada bayi dan balita
tersebut dapat diakibatkan oleh penyakit infeksi maupun non infeksi, cacat
bawaan ,BBLR, prematuritas dan faktor lainnya. Kasus – kasus penyakit yang
dominan muncul pada bayi dan balita tersebut diantaranya Pneomonia, Diare
malaria, campak, gangguan telinga, anemia, malnutrisi dan permasalahan gizi
lainnya.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita
tersebut perlu dilakukan upaya promotif, preventif, serta penatalaksanaan yang
sistematis sesuai standar manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
Dalam pelaksanaanya kegiatan MTBS melibatkan berbagai sektor terkait
sebagai jejaring pelaksanaan program dan sebagai jejaring pelayanan. Keterlibatan
secara langsung masyarakat merupakan bentuk peran aktif masyarakat dalam
upaya pencegahan dan penanganan penyakit yang menjadi ancaman bagi
kesehatan Bayi dan balita saat ini .
Dalam pelaksanaan penerapan MTBS perlu disiapkan potensi sumber
daya, diantaranya tenaga pelaksana dari masyarakat yang berfungsi sebagai kader
MTBS.
Kader MTBS merupakan anggota masyarakat yang dilatih agar memiliki
kemampuan untuk dapat mendeteksi secara cepat terhadap gejala yang muncul
pada anak sakit, sehingga akan dengan mudah menemukan tanda-tanda dari
faktor resiko penyakit pada anak. Kader MTBS Juga diharapkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengenai kegiatan MTBS, serta memiliki
kepedulian dan kemauan untuk ikut serta dan berperan aktif dalam pelaksanaan
kegiatan.
Kader MTBS ini akan sangat membantu apabila di bekali pengetahuan dan
keterampilan terkait dengan tugas dan pungsinya melalui kegiatan Pelatihan kader
MTBS. Melalui kegiatan Pelatihan kader ini, diharapkan akan lebih meningkatkan
kualitas penerapan MTBS di wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cigayam.
II.TUJUAN
A. Tujuan umum
B. Tujuan Khusus
1. Kader Memiliki pengetahuan tentang penerapan MTBS.
2. Kader memiliki kemauan untuk berperan aktif dalam penerapan MTBS
3. Kader memiliki keterampilan untuk melaksanakan penghitungan nafas, dapat membedakan
nafas cepat atau napas norml ,dapat mengetahui adanya tanda Bahaya diantaranya TDDK, Nafas
cuping hidung ataupun tanda kekurangan oksigen lainnya
4. Kader memiliki keterampilan untuk mendeteksi tanda tanda dehidrasi pada anak Diare.
5. Kader memiliki keterampilan untuk melakukan konseling dan mempersiapkan upaya rujukan
kepada tenaga Kesehatan.
6. Kader memiliki kemampuan untuk mendeteksi permasalahan gizi Balita.
7. Kader memiliki kemampuan secara mandiri dalam menyusun perencanaan kegiatan sesuai
dengan kebutuhan
8. Kader memiliki kemampuan untuk melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan.
9. Meningkatkan kemampuan kader dalam melakukan langkah-langkah koordinasi dengan lintas
sektor terkait.
Kader yang berasal dari masyarakat yang dinilai mampu dan memiliki
kepedulian terhadap program pemerintah ataupun kegiatan kemasyarakatan.
Terdiri dari Kader posyandu dengan jumlah Peserta yaitu : 2 orang dari tiap
posyandu ( 2 org x 52 Posyandu = 104 orang ).