Anda di halaman 1dari 17

Makalah Fisika Matematika II

BILANGAN KOMPLEKS
Oleh :
KELOMPOK 4
RIKARDO SITOHANG NIM : 4172121030
STEVEN ADRIAN S.T NIM :4173321053
SAFITRI RAMADHANI NIM :4171121032
WENNY SUKMA NABABAN NIM : 4173121052
YUSLIANA NIM :4171121039

Kelas FISIKA DIK D 2017


Program Studi Pendidikan Fisika

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Matematika Fisika

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah
SWT mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui proses pemecahan dan
pengayakan yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang “Deret Tak Hingga Dan Perhitungan
Numerik”kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan, maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan laporan hasil selanjutnya.

Medan ,17 September 2018

Kelompok iv

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II BILANGAN KOMPLEKS .........................................................................2
2.1 Bilangan Kompleks ..............................................................................................2
2.2 Bilangan Real dan Imajiner ..................................................................................2
2.3 Aljabar Bilangan Kompleks .................................................................................3
2.4 Bidang Kompleks/Diagram argand ......................................................................4
2.5 Persamaan Kompleks dan Kurva Bilangan Kompleks ........................................6
2.6 Deret Kompleks ...................................................................................................7
2.7 Fungsi Eksponensial dan Rumus Euler ................................................................9
2.8 Fungsi Logaritma Kompleks ................................................................................9
2.9 Pangkat dan Akar Bilangan Kompleks ...............................................................9
2.10 Fungsi Trigonometri dan Hiperbolik Kompleks ......................................... 10
2.11 Fungsi-Fungsi Hiperbolik Kompleks .................................................................10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem bilangan kompleks pada dasarnya merupakan perluasan dari
system bilangan riil.Sistem bilangan ini diperkenalkan untuk memecahkan sistem-
sistem persamaan aljabar yang tidak mempunyai jawaban dalam sistem bilangan
kompleks. Tinjau misalnya sistem persamaan sederhana x2−1 = 0. Kita akan
dengan cepat mengetahui bahwa jawabannya adalah x = ±1. Tetapi bagaimana
dengan persamaan x2 +1 = 0 ?Persamaan ini hanya berbeda tanda sedikit dengan
yang sebelumnya. Tetapi bagaimana dengan persamaan x2 +1 = 0 ?Persamaan ini
hanya berbeda tanda sedikit dengan yang sebelumnya. Kita akan segera menjawab
bahwa x = ±√−1, tetapi ini bertentangan dengan konsep bilangan riil, yaitu tidak
ada kuadrat suatu bilangan yang berharga negatif. Atas dasar inilah kemudian
dikembangkan konsep bilangan baru dalam satuan “i ”yang jika dikuadratkan
akan berharga negatif atau i2 = −1. Karena sifatnya yang tidak dijumpai dalam
system bilangan riil (nyata) maka bilangan tersebut dinamakan bilangan imajiner
(khayal).
Dalam Fisika, sistem kompleks memegang peranan yang penting seperti
misalnya dalam mempelajari gelombang, rangkaian listrik sampai dengan
penggambaran dinamika partikel sub-atomik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bilangan kompleks ?
2. Apa saja sifat-sifat yang berlaku dalam bilangan kompleks ?
3. Apa saja bagian dari bilangan kompleks ?

1
BAB II
BILANGAN KOMPLEKS
2.1. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks didefinisikan sebagai kombinasi linier antara bilangan
riil dengan bilangan imajiner sebagai berikut:
z = a + ib (1)
dengan a merupakan bagian riil dari bilangan kompleks z dan b adalah bagian
imajinernya. Untuk menuliskan masing-masing bagian dinotasikan sebagai:
a = Re(z) , b = Im(z) (2)
Berbeda dengan sistem bilangan riil yang memiliki konsep urutan dimana satu
bilangan dapat lebih besar atau lebih kecil, maka dalam sistem bilangan kompleks
konsep tersebut tidak dikenal.
2.2. Bilangan Riel dan Bilangan Imajiner
Tiap tiap persamaan dengan bentuk :
ax2 + bx + c = 0 (2.1)
dinamakan persamaan kuadrat yang akar-akar persamaannya adalah:
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
x1,2 = (2.2)
2𝑎

Jika diskriminan D = b2 – 4ac < 0, maka tak ada akar-akar yang real (daub uh
akar yang gabuangan dari bilangan kompleks), dan untuk menuliskan akar-akar
ini, maka dinyatakan dengan bilangan: bilanagan khayaal (imajiner) ai dengan a
bilangan riel dan isuatu khayal yang memenuhi atauran:
i = √−1 (2.3)
2
i2 = (√−1) = -i , i4 = 1, i4n = 1
Suatu bilangan kompleks adalah suatu bilangan dengan bentuk:
c = a + ib (2.4)
dengan c = bilangan kompleks
a = Re c = bagian riel c
b = Im c = bagian imajiner/khayal c
sehingga sebuah bilangan kompleks c dapat ditulis sebagai:
c = Re c + Im c

2
2.3. Aljabar Bilangan Kompleks
Misalkan dua bilangan kompleks c1 = a1 + ib1 dan c2 = a2 + ib2, maka
operasi aljabar antara kedua bilangan kompleks ini didefenisikan memberikan
suatu bilangan kompleks baru.
a. Penjumlahan/Pengurangan
c1 ± c2= (a1 + ib2) ± (a2 + ib2) = (a2 ± a2) + i(b1 ± b2) (2.5)
b. Perkalian
c1 . c2= (a1 + ib1)( a2 + ib2) = a1a2 + ia1b2 + i2b1b2
= (a1a2 - b1b2)+ i(a1b2 + a2b1) (2.6)
c. Pembagian
c1 a1 + ib1  a1 + ib1  a 2  ib2  a1a 2 + b1b2  b1a 2 + a1b2 
   i
c2 a 2 + ib2  a 2 + ib2  a 2  ib2  2

a 2 + b2
2
2

a 2 + b2
2

Didalam operasi aljabar bilangan kompleks berlaku sifat-sifat:


c1 + c2 = c2 + c1 → aturan komutatif
c1.c2 = c2c1 →aturan
(c1 + c2) + c3 = c1 + (c2 + c3) →aturan asosiatif
(c1.c2)+c3 =c1(c2 + c3) → aturan asosiatif
c1(c2 + c3) = c1.c2 + c2c3 → aturan distributif
0+c=c+0 →aturan distributif
c.1 = c →sifat distributif

Konjugat Kompleks atau Kompleks Sekawan dan Modulus


a. Konjugat kompleks dan kompleks sekawan
1. Kompleks Konjugat
Untuk menentukan besar modulus bilangan kompleks sebagaimana yang
diberikan pada persamaan (3a), diperkenalkan konsep unit bilangan konjugasi i* =
−i , dengan i *i = 1, sehingga dapat didefinisikan kompleks konjugat untuk
bilangankompleks z:
Jika c = a + ib adalah sebuah bilangan kompleks, maka C*disebut konjugat
kompleks C, didefenisikan sebagai :
c* = a* + i*b*

3
dengan sifat :
a* = a, b* = b dan i*=- i
sehingga
c* = a* - i*b* (2.9)
b. Modulus
Jika c = a + ib adalah sebuah bilangan kompleks, maka modulus c, yang
dilambangkan dengan

c  cc *

c  (a  ib)  (a  ib)  a 2  b 2

Contoh:
Sederhanakan bentuk a + ib soal dibawah ini
2+𝑖
b.i  1
2
a.
3−1
Penyelesaian:
a.
2  i 3  i 6 5i  i 2
 
3i 3i 9  i2
6  5i  1 5  5i 1 1
   i
9i 10 2 2
a= ½, b = ½
b. i  12 = 1+ 2i + i2 = 1 + 2i – 1 = 2i
(a = 0, b = 2)
2.4 . Bidang Kompleks/Diagram Argand
Pada system koordinat suku dapat digambarkan suatu pasangan bilangan yang
dapat menyatakan sebuah titik dalam bidang, dan sebaliknya suatu titik dapat
menyatakan suatu pasangan bilangan. Karena suatu bilanan (x,y) ditentukan oleh
suatu bilangan kompleks z = x + iy, maka setiap bilangan kompleks z = x + iy
dapat dinyatakan sebagai sebua titik P (x,y) pada suatu bidanga xy dan sebaliknya
sebuah titik P (x,y) sesuai dengan bilangan kompleks z = x + iy. Bidang xy
tersebut dinamakan bidang kompleks dan diagram argand.

4
Letak titik P (x,y) dalam koordinat siku dengan z adalah jarak titik asal 0
ke titik P (x,y) dengan sudut 𝜃 sudut positif yang diapit garis OP dengan sumbu x
positif dapat juga ditentukan dengan koordinat polar (r, 𝜃).
Dalam representasi ini, untuk setiap bilangan kompleks z = a + ib , kita
dapat mengaitkannya dengan suatu titik (a, b) di dalam sistem koordinat kartesis.
Panjang garis lurus dari titik (0,0) ke (a, b) dinamakan Modulus Bilangan
Kompleks atau z , sedangkan sudut θ antara sumbu Re(z) dengan garis miring
yang ditunjukkan pada Gambar dinamakan Argumen Bilangan Kompleks atau arg
z . Besar modulus dan argumen dari bilangan tersebut adalah:
|𝑧|2= a2+ b2
𝑏
argz = arctan 𝑎

Hubungan kedua koordinat adalah:


x = r cos 𝜃 y = r sin 𝜃
y
r x2  y2 𝜃 = arc tan
x
Berdasarkan hubugan koordinat, diperoleh bentuk kutub (polar) bilangan
kompleks
z = x + iy = r cos 𝜃 + ir sin 𝜃
atau: z = r(cos 𝜃 + i sin 𝜃)
dengan: r = modulus atau harga mutlak z
𝜃 = argument z = sudut = fase
Jika z1 = r1(cos 𝜃1 + i sin 𝜃1 ) dan z2 = r2(cos 𝜃2 + i sin 𝜃2 )
Maka perkalian:

5
z1z2 = r1r2 cos1   2   i sin 1   2 
dan jika z1 = z2 maka diperoleh :


z1z2 = z2=r2 cos  2  i sin  2 

z2 = r2 cos   i sin 
2 2

selanjutnya jika ada nz yang tidak berbeda masing-masing sama dengan

z = r(cos 𝜃 + i sin 𝜃) maka diperoleh:

zn = r (cos   i sin  )  r n (cos n  i sin n )


n

persamaan ini terkenal dengan Teorem De Moivre.

2.5 Persamaan Kompleks dan Kurva Bilangan Kompleks

Persamaan kompleks adalah sebuah persamaan yang mengandung variable


kompleks, misalnya 3x + 2iy = 2 − 2iy adalah contoh persamaan kompleks dengan
x dan y merupakan variabel riil. Dua bilangan kompleks adalah sama jika dan
hanya jika bagian riilnya sama, demikian pula bagian imajinernya. Misalkan kita
memiliki persamaan kompleks f1(x, y)+ig1(x, y) = f2(x, y)+ ig2(x, y), maka syarat
agar persamaan ini dapat dipecahkan adalah jika f1(x, y) = f2(x, y) dan g1(x, y) =
g2(x, y).
Dua buah bilangan kompleks adalah sama, jika dan hanya jika bagian rielnya
sama, dan juga bagaian khayal/imajinernya sama. Contohnya x + iy = 2 + 3i.
adalah suatu persamaan kompleks dengan x = 2 dan y = 3 sebgai variable-
avariabel riel.
Suatu persamaan kompleks yang menghasilkan kurva suatu persamaan riel
akan memberikan pemecahan dengan x dan y saling bergantungan. Saling
bergantungan ini, pada bilangan kompleks, menggambarkan sebuah kurva.
Contoh
Tentukan nilai x dan y yang memenuhi persamamaan kompleks:
(x + iy)2 = 2i
Penyelesaian:
(x + iy)2 = x2 +2ixy – y2, selanjutnya dengan menggunakan bagian riel dan
imajiner kedua ruas, diperoleh dua persamaan riel serempak berikut:
x2 – y2 = 0 ; 2 xy = 2

6
x2 – y2 = 0 →x2 =y2→ x = ± y → x =1, -1
2 xy = 2 →y = 1, -1
2.6. Deret Kompleks

Deret tak hingga kompleks adalah pernyataan penjumlahan bilangan


kompleks yang tak higga banyaknya berbentuk :

𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3 +. . . +𝐶𝑛 ≡ ∑∞
𝑛=1 𝐶𝑛 -------------------------------------- (2.20)

Dengan setiap suku 𝐶𝑛 adalah suatu bilangan kompleks yang tergantung pada
bilangan bulat n.

Jumlah parsial/pembagiannya deret tak hingga kompleks dituliskan :𝑆𝑛 = 𝑋𝑛 + i𝑌𝑛


dengan :

𝑆𝑛 = ∑ 𝐶𝑘 → 𝑘 = 1,2,3, … … . 𝑛
𝑘=1

𝑋𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑌𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑒𝑙

Jika n 𝑛 → ∞, 𝑆𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑗𝑢 S= x + iy, maka deret kompleksnya konvergen, dengn


S jumlahnya. Berarti jika 𝑋𝑛 → 𝑥 dan 𝑌𝑛 → 𝑦 maka deret bagan riel dan kayal
adalah konvergen.

Contoh 6

Ujilah konvergensi deret kompleks berikut ini :


(1+𝑖)𝑛
a. ∑∞
𝑛=0 2𝑛
(𝑖)𝑛
b. ∑∞
𝑛=0 √𝑛

∑𝑛=0 𝑍 𝑛
c.

Penyelesaian
(1+𝑖)𝑛 1+𝑖 (1+𝑖)2 (1+𝑖)3
a. ∑∞
𝑛=0 = 1+ + + +……..
2𝑛 2 4 8
(1 + 𝑖)𝑛+1 (1 + 𝑖)𝑛
𝜌 = lim |
∶ |
𝑛→∞ 2𝑛+1 2𝑛
1+𝑖 |1 + 𝑖|
= lim | |=
𝑛→∞ 2 2
√2 1
= = <1
2 √2
Karena 𝜌 < 1, maka deret konvergen.
(𝑖)𝑛 1 𝑖 1 𝑖 1
b. ∑∞
𝑛=0 = i- - + + - +………..
√𝑛 √2 √3 √4 √5 √6

7
𝑖 𝑛+1 𝑖𝑛
𝜌 = lim | ∶ |
√𝑛 + 1 √𝑛
𝑛→∞

𝑖 √𝑛
lim | | = |𝑖| = 1
𝑛→∞ √𝑛 + 1

1 1 1 (−1)𝑛
Bagian riel : - + - +…….. = ∑∞
𝑛=1
√2 √4 √6 √2𝑛
1 1 ∞ (−1)𝑛
Bagian imajiner : 1- + ……. = ∑𝑛=0
√3 √5 √2𝑛+1
Kedua bagian riel dan imajiner memenuhi syarat konvergensi deret bolak-
balik, maka deret tersebut adalah konvergen.
c. ∑∞ 𝑛 ∞ 𝑖𝜃 ∞
𝑛=0 𝑍 = ∑𝑛=0(𝑟𝑒 ) = ∑𝑛=0 𝑟 𝑒
𝑛 𝑖𝑛𝜃
→ deret geometri kompleks
𝑧 𝑛+1
𝜌 = lim | | = lim |𝑧|
𝑛→∞ 𝑧𝑛 𝑛→∞
𝜌 = |𝑧|adalah konvergen jika |𝑧|= r < 1 sehingga disebut lingkaran
konvergensi.

2.7 Fungsi Eksponensial dan Rumus Euler

Jika z = x+iy, maka fungsi eksponensial kompleks 𝑒 𝑧 didefenisikan melalui deret


pangkat berikut :
𝑧2 𝑧3 𝑧𝑛
𝑒𝑧 = 1 + 𝑧 + + +……+ 𝑛! + ---------------------------------------- (2.15)
2! 3!

Dengan mengambil z = x real, diperoleh :


𝑥2 𝑥3
𝑒𝑧 = 1 + 𝑥 + + +……
2! 3!

Sedangkan jika z = iy, imajiner murni, diperoleh :

(𝑖𝑦)2 (𝑖𝑦)3
𝑒 𝑖𝑦 = 1 + (𝑖𝑦) + + + …….
2! 3!

𝑦2 𝑦4 𝑦3 𝑦5
= (1 − + +……) + i(y- + +……)
2! 4! 3! 5!

Selanjutnya untuk 𝑒 𝑖𝜃 , diperoleh :

(𝑖𝜃)2 (𝑖𝑦𝜃
𝑒 𝑖𝜃 = 1 + (𝑖𝜃) + + + …….
2! 3!

(𝑖𝜃)2 (𝑖𝑦𝜃
= 1+ i𝜃 − + + …….
2! 3!

𝑒 𝑖𝜃 = cos𝜃 + 𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃 … … … (𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐸𝑢𝑙𝑒𝑟) ----------------------------- (2.16)

8
Maka bentuk Eksponensial bilangan kompleks adalah : z = r𝑒 𝑖𝜃 ---- (2.17)

Fungsi eksponensial kompleks memenuhi sifat berikut :

Jika 𝑧1 = 𝑟1 𝑒 𝑖𝜃 , dan 𝑧2 = 𝑟2 𝑒 𝑖𝜃 , maka :

a. 𝑧1 𝑧2 = (𝑟1 𝑒 𝑖𝜃 1) (𝑟2 𝑒 𝑖𝜃 2)= (𝑟1 𝑟2 )𝑒 𝑖(𝜃1 +𝜃2 ) -------------------- (2.18)


𝑧1 𝑟 𝑒 𝑖𝜃 1 𝑟
b. = 𝑟1 𝑒 𝑖𝜃 2 =( 𝑟1)𝑒 𝑖(𝜃1 −𝜃2 ) ------------------------------------------ (2.19)
𝑧2 2 2

2.8 Fungsi Logaritma Kompleks

Fungsi logaritma kompleks didefenisikan sebagai :

W = ln 𝑧 = ln(𝑟𝑒 𝑖𝜃 ) = ln 𝑟 + 𝑖𝜃 ± 𝑖2𝑛𝜋 ------------------------------ (2.21)

Harga principal, 0≤ 𝜃 ≤ 2𝜋

Dari persamaan perkalian dan fungsi kompleks (2.17), diperoleh :

𝑧1 𝑧2 = 𝑒 𝑤 1𝑒 𝑤 2 = 𝑒 𝑖(𝑤1 +𝑤2 )

Berdasarkan persamaan (2.21), diperoleh :

ln 𝑧1 𝑧2 = 𝑤1 + 𝑤2 = ln 𝑧1 + ln 𝑧2 -------------------------------------- (2.22)

2.9 Pangkat dan Akar Bilangan Kompleks

Pangkat real bulat n suatu bilang kompleks z dalam pernyataan eksponensial


didefe isikan sebagai :

𝑧 𝑛 = (𝑟𝑒 𝑖𝜃 )𝑛 = 𝑟 𝑛 𝑒 ln 𝜃 ----------------------------------------------------- (2.23)

Dengan :(𝑒 𝑖𝜃 )𝑛 = (cos𝜃 + 𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃)𝑛

= 𝑐𝑜𝑠𝑛𝜃 + 𝑖𝑠𝑖𝑛 𝑛𝜃 --------------------------------------------------------- (2.24)

fungsi akar pangkat n dari z didefenisikan sebagai


1⁄
w=𝑧 𝑛 ---------------------------------------------------------------------- (2.25)

maka :
1⁄ 1⁄
𝑧 𝑛= (𝑟 𝑛 ) 𝑒 𝑖(𝜃⁄𝑛+2𝑚𝑖 𝜋⁄𝑛) , m = 0,±1, ±2, …

= {cos(𝜃⁄𝑛 + 2𝑚 𝜋⁄𝑛) + 𝑖 sin(𝜃⁄𝑛 + 2𝑚 𝜋⁄𝑛)} ------------------ (2.26)

Contoh 7

9
Hitunglah (1 − 𝑖)4

Penyelesaian

Jika z = 1-I, maka : r = √2 dan 𝜃 = 5𝜋⁄4. Bentuk eksponensialnya adalah :

z = √2. 𝑒 5𝑖𝜋⁄4 , sehingga ((1 − 𝑖)4 = (√2. 𝑒 5𝑖𝜋⁄4 )4 = 4𝑒 5𝑖𝜋 = -4

2.10 Fungsi Trigonometri Dan Hiperbolik Kompleks

Fungsi trigonometri cos 𝜃 dan sin 𝜃 dapat dinyatakan dalam bentuk


eksponensial yang bulatan, karena cos (-𝜃) = cos 𝜃 dan sin (-𝜃) = -sin 𝜃 , maka
dari rumus Euler, diperoleh :

𝑒 𝑖𝜃 = cos 𝜃 + i sin 𝜃, dan 𝑒 𝑖𝜃 = cos 𝜃 – i sin 𝜃

Selanjutnya kalau persamaan dijumlahan dan dikurangkan, diperoleh :

 𝑒 𝑖𝜃 = cos 𝜃 + i sin 𝜃,

𝑒 −𝑖𝜃 = cos 𝜃 - i sin 𝜃, …+

𝑒 𝑖𝜃 + 𝑒 −𝑖𝜃 = 2 cos 𝜃

 𝑒 𝑖𝜃 = cos 𝜃 + i sin 𝜃,
𝑒 −𝑖𝜃 = cos 𝜃 - i sin 𝜃, …-

𝑒 𝑖𝜃 − 𝑒 −𝑖𝜃 = 2 𝑖𝑠𝑖𝑛 𝜃

Sehingga :

𝑒 𝑖𝜃 + 𝑒 −𝑖𝜃 𝑒 𝑖𝜃 − 𝑒 −𝑖𝜃
cos𝜃 = ;sin 𝜃 =
2 2𝑖

perluasan variabel real 𝜃 menjadi kompleks z, memberikan fungsi trigonometri


kompleks berikut :

𝑒 𝑖𝑧 + 𝑒 −𝑖𝑧 𝑒 𝑖𝑧 − 𝑒 −𝑖𝑧
cos𝑧 = ;sin 𝜃 = ------------------------------------------ (2.27)
2 2𝑖

2.11 Fungsi-Fungsi Hiperbolik Kompleks


𝑒 𝑧 + 𝑒 −𝑧 𝑒 𝑧 − 𝑒 −𝑧 𝑒 𝑧 + 𝑒 −𝑧
sinh z = ;cosh z = : tanh z = 𝑒 𝑧 − 𝑒 −𝑧 -------------------- (2.28)
2 2𝑖

hubungan antara fungsi trigonometri dan fungsi hiperbolik :

cos hy = cos iy ; sin hy = -i sin iy ---------------------------------------- (2.29)

10
Deret untuk :
𝑧3 𝑧5 𝑧7
Sin hz = z + + + +⋯
3! 5! 5!

𝑧2 𝑧4 𝑧6
Cos hz = 1 + + + +⋯
2! 4! 6!

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem bilangan kompleks merupakan perluasan dari system bilangan riil.


Sistem bilangan ini diperkenalkan untuk memecahkan sistem-sistem persamaan
aljabar yang tidak mempunyai jawaban dalam sistem bilangan kompleks. Tinjau
misalnya sistem persamaan sederhana x2−1 = 0.

12
DAFTAR PUSTAKA
Siregar,Nurdin.2017.Fisika Matematika 1.Medan:Unimed Press

13

Anda mungkin juga menyukai