BILANGAN KOMPLEKS
Oleh :
KELOMPOK 4
RIKARDO SITOHANG NIM : 4172121030
STEVEN ADRIAN S.T NIM :4173321053
SAFITRI RAMADHANI NIM :4171121032
WENNY SUKMA NABABAN NIM : 4173121052
YUSLIANA NIM :4171121039
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Kelompok iv
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem bilangan kompleks pada dasarnya merupakan perluasan dari
system bilangan riil.Sistem bilangan ini diperkenalkan untuk memecahkan sistem-
sistem persamaan aljabar yang tidak mempunyai jawaban dalam sistem bilangan
kompleks. Tinjau misalnya sistem persamaan sederhana x2−1 = 0. Kita akan
dengan cepat mengetahui bahwa jawabannya adalah x = ±1. Tetapi bagaimana
dengan persamaan x2 +1 = 0 ?Persamaan ini hanya berbeda tanda sedikit dengan
yang sebelumnya. Tetapi bagaimana dengan persamaan x2 +1 = 0 ?Persamaan ini
hanya berbeda tanda sedikit dengan yang sebelumnya. Kita akan segera menjawab
bahwa x = ±√−1, tetapi ini bertentangan dengan konsep bilangan riil, yaitu tidak
ada kuadrat suatu bilangan yang berharga negatif. Atas dasar inilah kemudian
dikembangkan konsep bilangan baru dalam satuan “i ”yang jika dikuadratkan
akan berharga negatif atau i2 = −1. Karena sifatnya yang tidak dijumpai dalam
system bilangan riil (nyata) maka bilangan tersebut dinamakan bilangan imajiner
(khayal).
Dalam Fisika, sistem kompleks memegang peranan yang penting seperti
misalnya dalam mempelajari gelombang, rangkaian listrik sampai dengan
penggambaran dinamika partikel sub-atomik.
1
BAB II
BILANGAN KOMPLEKS
2.1. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks didefinisikan sebagai kombinasi linier antara bilangan
riil dengan bilangan imajiner sebagai berikut:
z = a + ib (1)
dengan a merupakan bagian riil dari bilangan kompleks z dan b adalah bagian
imajinernya. Untuk menuliskan masing-masing bagian dinotasikan sebagai:
a = Re(z) , b = Im(z) (2)
Berbeda dengan sistem bilangan riil yang memiliki konsep urutan dimana satu
bilangan dapat lebih besar atau lebih kecil, maka dalam sistem bilangan kompleks
konsep tersebut tidak dikenal.
2.2. Bilangan Riel dan Bilangan Imajiner
Tiap tiap persamaan dengan bentuk :
ax2 + bx + c = 0 (2.1)
dinamakan persamaan kuadrat yang akar-akar persamaannya adalah:
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
x1,2 = (2.2)
2𝑎
Jika diskriminan D = b2 – 4ac < 0, maka tak ada akar-akar yang real (daub uh
akar yang gabuangan dari bilangan kompleks), dan untuk menuliskan akar-akar
ini, maka dinyatakan dengan bilangan: bilanagan khayaal (imajiner) ai dengan a
bilangan riel dan isuatu khayal yang memenuhi atauran:
i = √−1 (2.3)
2
i2 = (√−1) = -i , i4 = 1, i4n = 1
Suatu bilangan kompleks adalah suatu bilangan dengan bentuk:
c = a + ib (2.4)
dengan c = bilangan kompleks
a = Re c = bagian riel c
b = Im c = bagian imajiner/khayal c
sehingga sebuah bilangan kompleks c dapat ditulis sebagai:
c = Re c + Im c
2
2.3. Aljabar Bilangan Kompleks
Misalkan dua bilangan kompleks c1 = a1 + ib1 dan c2 = a2 + ib2, maka
operasi aljabar antara kedua bilangan kompleks ini didefenisikan memberikan
suatu bilangan kompleks baru.
a. Penjumlahan/Pengurangan
c1 ± c2= (a1 + ib2) ± (a2 + ib2) = (a2 ± a2) + i(b1 ± b2) (2.5)
b. Perkalian
c1 . c2= (a1 + ib1)( a2 + ib2) = a1a2 + ia1b2 + i2b1b2
= (a1a2 - b1b2)+ i(a1b2 + a2b1) (2.6)
c. Pembagian
c1 a1 + ib1 a1 + ib1 a 2 ib2 a1a 2 + b1b2 b1a 2 + a1b2
i
c2 a 2 + ib2 a 2 + ib2 a 2 ib2 2
a 2 + b2
2
2
a 2 + b2
2
3
dengan sifat :
a* = a, b* = b dan i*=- i
sehingga
c* = a* - i*b* (2.9)
b. Modulus
Jika c = a + ib adalah sebuah bilangan kompleks, maka modulus c, yang
dilambangkan dengan
c cc *
c (a ib) (a ib) a 2 b 2
Contoh:
Sederhanakan bentuk a + ib soal dibawah ini
2+𝑖
b.i 1
2
a.
3−1
Penyelesaian:
a.
2 i 3 i 6 5i i 2
3i 3i 9 i2
6 5i 1 5 5i 1 1
i
9i 10 2 2
a= ½, b = ½
b. i 12 = 1+ 2i + i2 = 1 + 2i – 1 = 2i
(a = 0, b = 2)
2.4 . Bidang Kompleks/Diagram Argand
Pada system koordinat suku dapat digambarkan suatu pasangan bilangan yang
dapat menyatakan sebuah titik dalam bidang, dan sebaliknya suatu titik dapat
menyatakan suatu pasangan bilangan. Karena suatu bilanan (x,y) ditentukan oleh
suatu bilangan kompleks z = x + iy, maka setiap bilangan kompleks z = x + iy
dapat dinyatakan sebagai sebua titik P (x,y) pada suatu bidanga xy dan sebaliknya
sebuah titik P (x,y) sesuai dengan bilangan kompleks z = x + iy. Bidang xy
tersebut dinamakan bidang kompleks dan diagram argand.
4
Letak titik P (x,y) dalam koordinat siku dengan z adalah jarak titik asal 0
ke titik P (x,y) dengan sudut 𝜃 sudut positif yang diapit garis OP dengan sumbu x
positif dapat juga ditentukan dengan koordinat polar (r, 𝜃).
Dalam representasi ini, untuk setiap bilangan kompleks z = a + ib , kita
dapat mengaitkannya dengan suatu titik (a, b) di dalam sistem koordinat kartesis.
Panjang garis lurus dari titik (0,0) ke (a, b) dinamakan Modulus Bilangan
Kompleks atau z , sedangkan sudut θ antara sumbu Re(z) dengan garis miring
yang ditunjukkan pada Gambar dinamakan Argumen Bilangan Kompleks atau arg
z . Besar modulus dan argumen dari bilangan tersebut adalah:
|𝑧|2= a2+ b2
𝑏
argz = arctan 𝑎
5
z1z2 = r1r2 cos1 2 i sin 1 2
dan jika z1 = z2 maka diperoleh :
z1z2 = z2=r2 cos 2 i sin 2
z2 = r2 cos i sin
2 2
selanjutnya jika ada nz yang tidak berbeda masing-masing sama dengan
6
x2 – y2 = 0 →x2 =y2→ x = ± y → x =1, -1
2 xy = 2 →y = 1, -1
2.6. Deret Kompleks
𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3 +. . . +𝐶𝑛 ≡ ∑∞
𝑛=1 𝐶𝑛 -------------------------------------- (2.20)
Dengan setiap suku 𝐶𝑛 adalah suatu bilangan kompleks yang tergantung pada
bilangan bulat n.
Contoh 6
Penyelesaian
(1+𝑖)𝑛 1+𝑖 (1+𝑖)2 (1+𝑖)3
a. ∑∞
𝑛=0 = 1+ + + +……..
2𝑛 2 4 8
(1 + 𝑖)𝑛+1 (1 + 𝑖)𝑛
𝜌 = lim |
∶ |
𝑛→∞ 2𝑛+1 2𝑛
1+𝑖 |1 + 𝑖|
= lim | |=
𝑛→∞ 2 2
√2 1
= = <1
2 √2
Karena 𝜌 < 1, maka deret konvergen.
(𝑖)𝑛 1 𝑖 1 𝑖 1
b. ∑∞
𝑛=0 = i- - + + - +………..
√𝑛 √2 √3 √4 √5 √6
7
𝑖 𝑛+1 𝑖𝑛
𝜌 = lim | ∶ |
√𝑛 + 1 √𝑛
𝑛→∞
𝑖 √𝑛
lim | | = |𝑖| = 1
𝑛→∞ √𝑛 + 1
1 1 1 (−1)𝑛
Bagian riel : - + - +…….. = ∑∞
𝑛=1
√2 √4 √6 √2𝑛
1 1 ∞ (−1)𝑛
Bagian imajiner : 1- + ……. = ∑𝑛=0
√3 √5 √2𝑛+1
Kedua bagian riel dan imajiner memenuhi syarat konvergensi deret bolak-
balik, maka deret tersebut adalah konvergen.
c. ∑∞ 𝑛 ∞ 𝑖𝜃 ∞
𝑛=0 𝑍 = ∑𝑛=0(𝑟𝑒 ) = ∑𝑛=0 𝑟 𝑒
𝑛 𝑖𝑛𝜃
→ deret geometri kompleks
𝑧 𝑛+1
𝜌 = lim | | = lim |𝑧|
𝑛→∞ 𝑧𝑛 𝑛→∞
𝜌 = |𝑧|adalah konvergen jika |𝑧|= r < 1 sehingga disebut lingkaran
konvergensi.
(𝑖𝑦)2 (𝑖𝑦)3
𝑒 𝑖𝑦 = 1 + (𝑖𝑦) + + + …….
2! 3!
𝑦2 𝑦4 𝑦3 𝑦5
= (1 − + +……) + i(y- + +……)
2! 4! 3! 5!
(𝑖𝜃)2 (𝑖𝑦𝜃
𝑒 𝑖𝜃 = 1 + (𝑖𝜃) + + + …….
2! 3!
(𝑖𝜃)2 (𝑖𝑦𝜃
= 1+ i𝜃 − + + …….
2! 3!
8
Maka bentuk Eksponensial bilangan kompleks adalah : z = r𝑒 𝑖𝜃 ---- (2.17)
Harga principal, 0≤ 𝜃 ≤ 2𝜋
𝑧1 𝑧2 = 𝑒 𝑤 1𝑒 𝑤 2 = 𝑒 𝑖(𝑤1 +𝑤2 )
ln 𝑧1 𝑧2 = 𝑤1 + 𝑤2 = ln 𝑧1 + ln 𝑧2 -------------------------------------- (2.22)
maka :
1⁄ 1⁄
𝑧 𝑛= (𝑟 𝑛 ) 𝑒 𝑖(𝜃⁄𝑛+2𝑚𝑖 𝜋⁄𝑛) , m = 0,±1, ±2, …
Contoh 7
9
Hitunglah (1 − 𝑖)4
Penyelesaian
𝑒 𝑖𝜃 = cos 𝜃 + i sin 𝜃,
𝑒 𝑖𝜃 + 𝑒 −𝑖𝜃 = 2 cos 𝜃
𝑒 𝑖𝜃 = cos 𝜃 + i sin 𝜃,
𝑒 −𝑖𝜃 = cos 𝜃 - i sin 𝜃, …-
𝑒 𝑖𝜃 − 𝑒 −𝑖𝜃 = 2 𝑖𝑠𝑖𝑛 𝜃
Sehingga :
𝑒 𝑖𝜃 + 𝑒 −𝑖𝜃 𝑒 𝑖𝜃 − 𝑒 −𝑖𝜃
cos𝜃 = ;sin 𝜃 =
2 2𝑖
𝑒 𝑖𝑧 + 𝑒 −𝑖𝑧 𝑒 𝑖𝑧 − 𝑒 −𝑖𝑧
cos𝑧 = ;sin 𝜃 = ------------------------------------------ (2.27)
2 2𝑖
10
Deret untuk :
𝑧3 𝑧5 𝑧7
Sin hz = z + + + +⋯
3! 5! 5!
𝑧2 𝑧4 𝑧6
Cos hz = 1 + + + +⋯
2! 4! 6!
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Siregar,Nurdin.2017.Fisika Matematika 1.Medan:Unimed Press
13