Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGAPLIKASIAN KONSEP BILANGAN KOMPLEKS PADA

RANGKAIAN LISTRIK RLC

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Analisis Kompleks

Dosen Pengampu: Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si

Oleh :

Reza Mozan Ariazena (K1318068)

Arifa Nur Itsna (K1319015)

Diyan Sesari Rahmatunnisa (K1319024)

Halimah Ar Putri (K1319034)

Timothy Tanujaya (K1319067)

Zakiah Alfiany (K1319077)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rangkaian RLC adalah sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari resistor (R),
inductor (L), dan kapasitor (C) yang dihubungkan secara seri atau parallel. Rangkaian
RLC merupakan salah satu rangkaian listrik yang banyak digunakan pada kehidupan
sehari-hari. Pada perhitungan rangkaian RLC tidak sedikit menggunakan bilangan
kompleks, seperti perhitungan tegangan, impedansi, dan arus maksimum. Sehingga
apabila memahami konsep bilangan kompleks, penyelesaian permasalahan pada
perhitungan rangkaian RLC tidak akan mengalami kesulitan.
Bilangan berbentuk 𝑎 + 𝑏√−1, di mana a dan b adalah bilangan real—yang
kita sebut bilangan kompleks—muncul pada awal abad ke-16. Cardan (1501–1576)
bekerja dengan bilangan kompleks dalam memecahkan persamaan kuadrat dan kubik.
Pada abad ke-18, fungsi yang melibatkan bilangan kompleks ditemukan oleh Euler
untuk menghasilkan solusi persamaan diferensial. Ketika lebih banyak manipulasi
yang melibatkan bilangan kompleks, menjadi jelas bahwa banyak masalah dalam teori
fungsi bernilai nyata dapat diselesaikan dengan paling mudah menggunakan bilangan
dan fungsi kompleks. (Joseph Bak, Donald J. Newman, 2010)
Ada beberapa operasi pada bilangan kompleks diantaranya penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Bilangan kompleks juga dapat
direpresentasikan dengan beberapa cara diantaranya bentuk rectangular, bentuk polar,
dan bentuk eksponen. Operasi-operasi bilangan kompleks dan transformasi bentuk
bilangan kompleks ke bentuk bilangan kompleks lainnya dibutuhkan dalam
penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan perhitungan rangkaian RLC.
Oleh karena itu, pada makalah ini, penulis ingin membahas terkait
pengaplikasian bilangan kompleks dalam penyelesaian masalah perhitungan rangkaian
RLC khususnya pada perhitungan impedansi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan


permasalahan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana operasi-operasi dan bentuk-bentuk penyajian bilangan
kompleks?
2. Bagaimana penyelesaian permasalahan pada perhitungan rangkaian RLC?
3. Bagaimana konsep bilangan kompleks dapat digunakan dalam penyelesaian
permasalahan rangkaian RLC khususnya perhitungan impedansi.

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan diatas, tujuan yang hendak


dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui operasi-operasi dan bentuk-bentuk penyajian bilangan


kompleks.
2. Mengetahui penyelesaian permasalahan pada perhitungan rangkaian RLC.
3. Mengetahui bagaimana konsep bilangan kompleks dapat digunakan dalam
penyelesaian permasalahan rangkaian RLC khususnya perhitungan
impedansi.

D. Manfaat
1. Sebagai penambahan wawasan mengenai aplikasi bilangan kompleks dalam
penyelesaian permasalahan perhitungan rangkaian RLC khususnya dalam
perhitungan impedansi.
2. Sebagai syarat pemenuhan tugas dari mata kuliah analisis kompleks.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Definisi Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks merupakan bilangan yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian riil
dan bagian imajiner. Bentuk umum bilangan kompleks yaitu a + ib, dengan a dan b
merupakan bilangan riil. Pada bilangan kompleks berbentuk a + ib, bagian a
merupakan bagian riil, sedangkan ib merupakan bagian imajinernya. Misal z = 2 + 3i,
bilangan tersebut merupakan bilangan kompleks dengan bagian riil nya 2 dan bagian
imajinernya 3i, adapun simbol untuk bagian riil dapat dituliskan Re dan untuk bagian
imajinernya dapat dituliskan Im. Sehingga pada bilangan tersebut dapat dituliskan Re(z)
= 2 dan Im(z) = 3i.

2. Operasi Bilangan Kompleks


Berikut operasi pada bilangan kompleks:
a. Operasi Penjumlahan
Penjumlahan pada bilangan kompleks dapat dinyatakan dengan:
(a + bi) + (c + di) = (a + c) + (b + d)i
Penjumlahan bilangan kompleks hampir sama dengan penjumlahan bilangan real
biasa. Bagian real dijumlahkan dengan bagian real (a + c), sedangkan bagian imajiner
dijumlahkan dengan bagian imajiner pula (b + d). Berikut contoh penjumlahan bilangan
kompleks:
(3 + 4i) + (2 - 8i)= (3 + 2) + (4i - 8i)
= 5 + (-4i)
= 5 - 4i
b. Operasi Pengurangan
Pengurangan pada bilangan kompleks dapat dinyatakan dengan:
(a + bi) - (c + di) = (a - c) + (b - d)i
Pengurangan bilangan kompleks tidak jauh berbeda dengan penjumlahan, hanya
saja pengurangan terjadi pada bagian yang sama. Berikut contoh pengurangan bilangan
kompleks:
(6 + 3i) - (3 - 2i) = (6 - 3) + (3i -(-2i))
= 3 + 5i
c. Operasi Perkalian
Perkalian pada bilangan kompleks dapat dinyatakan dengan:
(a + bi) * (c + di) = a*c + a*di + bi*c + bi*di = (a*c - b*d) + ( a*d + b*c)i
Sehingga
(a + bi) * (c + di) = (a*c - b*d) + ( a*d + b*c)i
i adalah akar kuadrat dari -1, sehingga perkalian bi*di akan menghasilkan – b*d.
Bilangan tersebut sudah tidak imajiner karena sudah tidak mengandung i. Berikut
contoh perkalian bilangan kompleks:
(3 + 5i) * (2 + 2i) = ( 3*2 - 5*2) + (3*2 + 5*2)i = (6 - 10) + (6 +10)i = -4 + 16i
d. Operasi Pembagian
Pembagian pada bilangan kompleks dapat dinyatakan dengan:
𝑎+𝑏𝑖 𝑎+𝑏𝑖 𝑐−𝑑𝑖 (𝑎+𝑏𝑖) ∗ (𝑐−𝑑𝑖)
= 𝑐+𝑑𝑖 * 𝑐−𝑑𝑖 =
𝑐+𝑑𝑖 𝑐 2 −𝑑2
(𝑎 ∗ 𝑐 + 𝑏 ∗ 𝑑) + (−𝑎 ∗ 𝑑 + 𝑏 ∗ 𝑐)𝑖
=
𝑐 2 −𝑑2

Pembagian pada bilangan kompleks memang sedikit lebih rumit daripada operasi
lainnya. Hal ini dikarenakan kita harus membuat penyebut menjadi sederhana. Dengan
memanfaatkan sifat (x + y) * (x – y) = (x2 – y2 ), maka kita kalikan penyebut dengan
sekawannya (c – di). Agar tidak mengubah persamaan, maka pembilang juga dikalikan
dengan (c – di). Berikut adalah contoh pembagian bilangan kompleks:
2+2𝑖 (2 ∗ 3 + 2 ∗ 5) + (−2 ∗ 5 + 2 ∗ 3)𝑖
=
3+5𝑖 32 −52

16 − 4𝑖
= −16

1
= -1 + 4 𝑖

3. Bentuk Bilangan Kompleks


Bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk berikut (Asran:50):
a. Bentuk Rectangular
Misalkan ada bilangan kompleks z = x + yi, di mana x adalah bagian real
dan y adalah bagian imajiner. Maka bilangan kompleks tersebut dapat
digambarkan pada bidang Argand seperti pada gambar berikut ini:
Pada gambar di atas, r adalah garis yang terbentuk dari titik awal ke titik z,
sedangkan θ adalah sudut yang terbentuk dari garis r dengan sumbu x. Semua titik
yang berada pada sumbu x mewakili garis bilangan real.
b. Bentuk Polar
Dengan anggapan bahwa:
𝑏
|z|= r = √𝑎2 +𝑏 2 dan θ = 𝑡𝑎𝑛−1 𝑎 , maka a + bi = r cosθ + i r sinθ = r (cosθ + i

sinθ). Untuk mempersingkat bentuk penulisan, bentuk r (cosθ + i sinθ) sering


ditulis sebagai r cisθ. Persamaan bentuk polarnya menjadi r < θ.
c. Bentuk Eksponensial
Bentuk eksponensial merupakan bentuk polar yang ditulis dengan lebih
ringkas, berdasarkan formula euler. Untuk setiap bilangan riil x, berlaku 𝑒 −𝑖𝑥 =
𝑐𝑜𝑠 𝑥 + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 𝑥. 𝑒 −𝑖𝑥 juga dapat ditulis sebagai exp(ix). Sehingga bentuk polar
z = r (cosθ + i sinθ)
Dapat ditulis sebagai
z = r𝑒 𝑖𝜃 = r * exp(iθ)
Bentuk ini disebut bentuk eksponensial dari bilangan kompleks z. sebagai
contoh, bilangan kompleks z3 = 3(cosπ+isinπ) dapat ditulis dalam bentuk z3 =
3*exp(iπ)

4. Rangkaian RLC
Seperti yang dijelaskan pada Bab 1, Rangkaian RLC adalah sebuah rangkaian listrik
yang terdiri dari resistor (R), inductor (L), dan kapasitor (C) yang dihubungkan secara
seri atau parallel. Rangkaian ini membentuk osilasi harmonik dan akan beresonansi
dalam cara yang sama dengan rangkaian LC.

5. Komponen-Komponen Rankaian RLC


Komponen-komponen pada rangkaian RLC adalah sebagai berikut :
a. Resistansi, Reaktansi, dan Impedansi
Resistansi adalah hambatan yang dihasilkan oleh resistor. Reaktansi adalah
hambatan yang bersifat reaksi terhadap perubahan arus dan tegangan. Hambatan
yang dihasilkan oleh induktor disebut reaktansi induktif (XL), dan hambatan yang
dihasilkan oleh kapasitor disebut reaktansi kapasitif (XC). Sedangkan impedansi
adalah keseluruhan dari sifat hambatan terhadap arus, baik mencakup resistansi,
reaktansi, atau keduanya. Impedansi sering juga disebut hambatan dalam. Satuan
ketiga jenis hambatan ini adalah ohm (Ω).
b. Induktor dan Kapasitor
Induktor merupakan komponen listrik yang menyimpan energi listrik dalam
bentuk energi magnetik. Induktor menghambat arus dengan cara menurunkan
tegangan, berbanding lurus dengan laju perubahan arus. Bedasarkan hukum Lenz,
tegangan terinduksi selalu dalam polaritas sedemikian sehingga menjaga nilai
arus sama seperti sebelumnya. Maka, ketika arus meningkat, tegangan terinduksi
akan melawan aliran elektron. Sedangkan ketika arus menurun, polaritas akan be
rbalik dan mendorong aliran elektron. Hal yang demikian itu disebut sebagai
reaktansi. Dalam indukor, energi disimpan pada medan magnetnya. Berikut
hubungan antara tegangan dengan laju perubahan arus melalui induktor:
𝑑𝑖
V = L 𝑑𝑡, dengan V adalah tegangan, L adalah induktor, dan i adalah arus.

Reaktansi induktif dapat dihitung dengan persamaan:


XL = 2π f L, dengan XL adalah ohm, f (frekuensi) dalam Hertz, dan L dalam
Henry.
Kapasitor adalah komponen listrik yang menyimpan muatan listrik. Tidak
seperti induktor, kapasitor justru membolehkan arus untuk melewatinya,
berbanding lurus dengan laju perubahan tegangan. Arus yang melalui kapasitor
adalah reaksi dari perubahan tegangan pada kapasitor tersebut. Dalam kapasitor,
energi disimpan dalam medan listriknya. Berikut hubungan antara arus dengan
laju perubahan tegangan melalui kapasitor:
𝑑𝑉
i=C , dengan V adalah tegangan, C adalah kapasitor, dan i adalah arus.
𝑑𝑡

Reaktansi kapasitif dapat dihitung dengan persamaan:


1
XC = 2𝜋 𝑓 𝐶, dengan Xc dalam ohm, f (frekuensi) dalam Hertz, dan C dalam

Farad (F).
Setelah mendapatkan reaktansi induktor dan reaktansi kapasitor, besar
impedansi pada rangkaian dapat dihitung dengan persamaan :

|z| = √𝑅 2 + (XL − XC )2

Kemudian kita juga dapat mencari tegangan efektif pada rangkaian dengan

persamaan : 𝑉𝑒𝑓 = √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2 . Sehingga sudut fase rangkaiannya


𝑉𝐿 −𝑉𝐶 𝑋𝐿 −𝑋𝐶
adalah tan φ = =
𝑉𝑅 𝑅

Sifat rangkaian RLC tergantung pada reaktansi induktif dan reaktansi


kapasitif pada rangkaian tersebut. Jika reaktansi induktif lebih besar dari reaktansi
kapasitif, maka rangkaian tersebut bersifat induktif. Sebaliknya, jika reaktansi
induktif lebih kecil dari reaktansi kapasitif, maka rangkaian tersebut bersifat
kapasitif. Sedangkan jika reaktansi induktif dan reaktansi kapasitifnya sama,
maka rangkaian tersebut bersifat resistif dan akan terjadi resonansi yang besar
1 1
frekuensinya dapat diketahui dengan persamaan: 𝐹𝑟𝑒𝑠 = √
2𝜋 𝐿.𝐶

Jika rangkaian bersifat resistif maka impedansi rangkaian mencapai


minimum dan besarnya sama dengan nilai resistor. Saat impedansinya minimum,
arus yang mengalir mencapai maksimum.
Pada arus bolak-balik (Alternating Current – AC), tegangan sinusoidal dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan tegangan sebagai fungsi waktu, yaitu: V =
𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛(2𝜋𝑓𝑡).

B. Pembahasan
Bilangan kompleks pada rangkaian RLC diterapkan saat perhitungan-perhitungan pada
rangkaian. Salah satu perhitungan yang memakai bilangan kompleks adalah impedansi. Pada
bagian Dasar Teori, sudah dijelaskan bahwa impedansi adalah keseluruhan dari sifat hambatan.
Sudah dijelaskan juga persamaan mencari besar impedansi. Namun, untuk mencari impedansi
sebenarnya memakai bilangan kompleks, dengan persamaan:
𝑧 = 𝑅 + 𝑗𝑋𝐿 + 𝑗𝑋𝐶
𝑧 = 𝑍𝑒 𝑖𝜃
Untuk mengetahui apakah arus atau tegangan yang bergetar lebih dulu, dapat digunakan
hukum ohm:
𝑉 𝑉0 𝑗(𝜃−𝜙)
𝐼= = 𝑒
𝑧 𝑍

yang menunjukkan arusnya ketinggalan fase sejauh ϕ dari tegangannya.

Dalam penyelesaian soal rangkaian RLC, kita harus mengubah bentuk bilangan kompleks
agar dapat melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Oleh
karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk transformasi bentuk bilangan kompleks rektangular
ke polar maupun sebaliknya. Setiap operasi penjumlahan dan pengurangan, sebaiknya
digunakan bentuk rektangular. Sedangkan operasi perkalian dan pembagian, digunakan bentuk
polar.
Berikut adalah contoh soal rangkaian RLC yang menggunakan bilangan kompleks :

Untuk menghitung impedansi total pada rangkaian tersebut, kita perlu mencari reaktansi
induktif dan reaktansi kapasitif :
𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = (2)(3,14)(60)(650 x 10 − 3 ) = 244,92 Ω
1 1
𝑋𝐶 = = = 1769,28 Ω
2𝜋𝑓𝐶 (2)(3,14)(60)(1,5 x 10−6 )
Setelah mendapatkan reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif, dicari impedansi masing-
masing komponen :
𝑍𝑅 = (250 + j0) Ω = 250 Ω
𝑍𝐿 = (0 + j244,92) Ω
𝑍𝐶 = (0 − j1769,28) Ω
Kemudian, kita dapat mencari impedansi total dengan cara menjumlahkan semua
impedansi di atas:

𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ((250) + (0 + j244,92) + (0 – j1769,28)) Ω

𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ((250 + 0 + 0) + j(244,92 – 1769,28)) Ω


𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (250 – j1524,36) Ω
Apabila ditransformasi ke bentuk polar, impedansi totalnya menjadi :
𝑟 = √𝑥 2 + 𝑦 2 = √2502 + 1524,362 = 1544,72

𝑥 1524,36
𝜃 = 360 − 𝑡𝑎𝑛−1 = 360 − 𝑡𝑎𝑛−1 = 360 − 1,4 = 358,49
𝑦 250
𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1544,72 Ω < 358,590
Jika diketahui impedansi totalnya, kita juga dapat mencari arus total pada rangkaian
tersebut:

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 120 < 0


𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = = 0.078 𝐴 < −358,59°
𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 1544,72 < 358,59
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalu pembahasan diatas, bisa kita ketahui bahwa Bilangan kompleks memiliki banyak
penerapan dalam kehidupan, salah satunya dalam perhitungan rangkaian listrik dan juga
bilangan kompleks terdiri dari bilangan real dan bilangan imajiner.
Pada bilangan kompleks, dapat dilakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Operasi-operasi tersebut hampir sama dengan operasi
aritmatika pada bilangan real. Bilangan kompleks memiliki beberapa bentuk penyajian, di
antaranya bentuk rektangular, bentuk polar, dan bentuk eksponen.
Selain itu, dapat dilakukan transformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Rangkaian
RLC adalah rangkaian listrik yang mengandung resistor, induktor, dan kapasitor. Pada
perhitungan rangkaian RLC, bilangan kompleks digunakan dalam impedansi, arus, tegangan,
dan lain-lain.

B. Saran
Bilangan kompleks sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita
harus memahami bilangan kompleks tersebut baik dalam bentuk rektangular, polar maupun
eksponensial dari cara penggunaan dan penerapan ilmu tersebut. Adapun untuk mencari
impedansi pada rangkaian RLC kita harus mencari reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif
terlebih dahulu, kemudian dicari impedansi masing-masing komponennya.
DAFTAR PUSTAKA

Asran. (2014). Bahan Ajar Rangkaian Listrik 1. Aceh : Universitas Malikussaleh


awardspace, T. (2022, 5 6). pubi. Retrieved from tan awardspace:
http://tan.awardspace.com/pubi/vk1.PDF
IPB. (2022, 5 6). MATERI RANGKAIAN RLC. Retrieved from IPB:
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Energi%20dan%20L
istrik%20Pertanian/MATERI%20WEB%20ELP/Bab%20VIII%20
RANGKAIAN%20RLC/indexRLC.htm
Joseph Bak, Donald J. Newman. (2010). Complex Analysis Third Edition. New York:
Springer.
Sahputra, R. (2022, 5 6). Bilangan Kompleks Bentuk Rectangular. Retrieved from Blogspot:
http://runaldysahputra.blogspot.co.id/2013/11/bilangan-kompleksbentuk-
rectangular.html
Vince, J. (2008). Geometric Algebra for Computer Graphics. London: Springer.
Wikipedia. (2022, 05 7). Sirkuit RLC. Retrieved from wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sirkuit_RLC
Zeth A. Leleury, Henry W. M. Patty. (2016). Pengembangan Penelitian Pendidikan
Matematika Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas. SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN 2016 (p. 197). Ambon: Student Centre FKIP
Universitas Pattimura Ambon.

Anda mungkin juga menyukai