Anda di halaman 1dari 5

Pengumpulan Data Kuesioner QEC

Pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui keluhan MSDs yang di alami operator sewaktu
bekerja yaitu dengan menyebarkan kuesioner QEC, kuessioner QEC terdiri dari dua buah kuesioner
yang berbeda yaitu kuesioner pengamat dan kuesioner operator. Kuesioner pengamat berguna
untuk menilai postur kerja yang terbentuk sewaktu operator sedang bekerja, sedangkan kuesioner
operator berfungsi untuk mengetahui keluhan rasa sakit seperti apa saja yang dialami operator
sewaktu bekerja

Pengolahan Data Kuesioner QEC


Setiap jawaban kuesioner berdasarkan masing-masing elemen kerja selanjutnya akan dihitung nilai
exposure score pada 4 bagian tubuh dari operator, yaitu bagian punggung, bahu/lengan, pergelangan
tangan dan leher.
Seluruh dari elemen kerja yang telah dihitung kemudian direkap, untuk mengetahui nilai Exposure
Score dan tindakan prioritas dalam dilakukannya perbaikan postur kerja guna mengurangi cidera
otot sewaktu bekerja.
3.3 Tahap Perancangan
Pada tahap ini, perancangan dilakukan untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja
yang dialami oleh operator sewaktu bekerja. Perhitungan persentil dilakukan untuk menentukan
ukuran desain alat bantu pada elemen kerja memasukkan bahan yang ada pada stasiun sander.
3.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan
Penyusunan konsep perancangan dilakukan berdasarkan keluhan yang dirasakan operator dan data
antropometri dari operator itu sendiri. Keluhan yang dirasakan operator di dapat dengan wawancara
secara langsung. Data antropometri yang digunakan merupakan data antropometri Indonesia, hal ini
dilakukan untuk menghindari ketidaksesuain alat bantu yang telah dirancang apabila adanya
pertukaran operator.
1. Kebutuhan Perancangan

Data yang didapat yaitu berasal dari keluhan dan kebutuhan operator dalam kenyamanan sewaktu
bekerja dan hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara secara langsung terkait rasa nyeri maupun
cidera yang dialami operator. Berikut adalah hubungan sebab akibat cidera yang dialami operator:

2. Spesifikasi Kinerja
Tahap ini bertujuan untuk membuat spesifikasi alat bantu yang akurat berdasarkan keluhan dan
keinginan dari operator.
3.3.2 Pengumpulan Data Antropometri
Berdasarkan spesifikasi perancangan pada penyusunan konsep sebelumnya maka data antropometri
yang digunakan yaitu data antropometri Indonesia, hal ini dilakukan untuk dapat menghindari
ketidaksesuain alat bantu yang dirancang, apabila terjadi pertukaran operator nantinya. berikut
adalah data antropometri indonesia berdasarkan spesifikasi tubuh yang telah ditentukan:

3.3.3 Penentuan Spesifikasi Rancangan


Tahapan ini berfungsi sebagai langkah untuk memilih bahan dan membuat alat bantu sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan, tahapan ini terdiri dari 3 tahapan untuk dapat menyelesaikan alat
bantu yang ingin dirancang.
1. Perhitungan Dimensi

Perhitungan dimensi dilakukan untuk menetapkan ukuran alat bantu yang akan dibuat sesuai dengan
perhitungan persentil yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi sendiri terdiri dari:
a) Perhitungan dimensi panjang alat bantu

Data antropometri yang digunakan untuk menentukan panjang dari alat bantu yang akan dirancang
adalah data antropometri panjang bahu-genggaman tangan kedepan dengan menggunakan persentil
ke-50, panjang alat bantu yang akan dirancang juga dapat di adjust sesuai dengan kebutuhan dan
dapat memenuhi kebutuhan dari setiap jangkauan dari operator nantinya.
b) Perhitungan dimensi lebar pegangan alat bantu

Dimensi lebar yang digunakan untuk merancang alat bantu yang akan dirancang yaitu dengan
menggunakan data antropometri lebar tangan dengan menggunakan persentil 95, penggunaan
persentil 95 ditujukan untuk kenyamanan penggunaan operator yang memilki lebar tangan yang lebih
besar
2. Penentuan Komponen

Penentuan komponen alat bantu yang akan dirancang disesuaikan dengan data keluhan dan keinginan
dari operator, yaitu alat bantu yang nyaman saat digunakan dan tidak memiliki beban yang terlalu
berat agar memudahkan dalam pengguanaanya. Setelah dilakukan studi literature terkait bahan yan
akan digunakan maka ditentukan bahan berjenis polimer (Teflon), bahan ini dipilih karena memiliki
massa jenis 2,2 gr/cm³ yang lebih ringan dari besi yang memiliki massa jenis 7,87 gr/cm³. selain itu
teflon juga memiliki sifat yang dibutuhkan seperti:
a) Kekuatan (strength) dan ketangguhan terhadap gesekan.
b) Memilki resistivitas yang tinggi terhadap arus listrik.
c) Kekerasan (thougness).

Pada alat bantu ini juga dberikan tambahan roda pada kedua sisi alat bantu, yang berguna untuk
memudahkan mobilitas dari alat bantu yang akan dipergunakan untuk memasukkan bahan. Untuk
memberikan rasa nyaman saat digunakan, pada alat bantu ini juga diberikan pegangan berjenis karet.
3. Pembuatan Rancangan

Rancangan alat bantu dibuat berdasarkan spesifikasi dari perancangan dimensi dan komponen yang
telah ditentukan sebelumnnya, perancangan ini merupakan tahap akhir dari implementasi dari
semua studi yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut adalah spesifikasi dimensi alat bantu yang
akan dbuat:

Dari spesifikasi alat bantu yang telah ditentukan, maka selanjutnya dapat dibuat alat berupa design
yang untuk dapat mengatasi keluhan yang terjadi pada stasiun sander. Berikut merupakan design
alat yang akan dibuat:

Gambar 2 Desain ABRASI (Alat Bantu Pereda Rasa Nyeri)


Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2017
Alat bantu diatas dirancang dengan mengunakan bahan Teflon agar lebih mudah dalam penggunaanya
karena memiliki bobot yang tidak terlalu berat, alat bantu ini juga dapat di adjust dan memiliki roda
untuk memudahkan mobilitas dari alat bantu ini.
3.4 PEMBAHASAN
3.4.1 Analisis SNQ
Analisis SNQ ini dilakukan untuk mengetahui pada stasiun manakah cidera ataupun rasa sakit yang
dialami operator sewaktu bekerja, dengan menyebarkan kuesioner ini dapat diketahui berapa besar
rasa sakit yang alami operator sehingga dapat dilakukan analisa lebuh lanjut guna mengatasi
permasalahan ini.
Dari hasil penyebaran kuesioner SNQ yang telah dilakukan maka didapat hasil berupa keluhan pada
beberapa bagian tubuh operator. Keluhan rasa sakit terbesar diraskan pada stasiun sander dengan total
skor 57, hal ini dikarenakan oleh pekerjaan yang masih dilakukan secara manual, jika hal ini
dipertahankan maka akan dapat menimbulkan rasa sakit hingga kepada cidera pada bagian tubuh
operator.
3.4.2 Analisis Elemen Kerja
Berawal dari keluhan data kuesioner SNQ maka dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui keluhan
MSDs yang dialami operator, analisa yang dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi dan
pendokumentasian kegiatan produksi. Dari hasil analisa didapat 3 elemen kerja yang menjadi
perioritas utama untuk diperbaki, 3 elemen kerja yang akan diamati yaitu kegiatan memasukkan
bahan, menarik alas dan mendorong bahan.
3.4.3 Analisis QEC
Analisis lanjutan dengan mengunakan metode QEC berfungsi untuk mengetahui pada bagian tubuh
yang mana operator mengalami keluhan rasa sakit terbesar dan setelah dilakukan penelitian kepada 3
elemen kegiatan yang ada pada stasiun sander dapat diketahui bahwa elemen kerja memasukan bahan
memiliki nilai exposure level tertinggi, dengan nilai 83,52% kemudian elemen kerja menarik alas
dengan nilai 51,70% dan terakhir elemen kerja mendorong bahan dengan nilai exposure level 46,02%.
Elemen kerja memasukkan bahan menjadi prioritsa utama untuk diperbaiki karena memiliki nilai
exposure level tertinggi.
3.4.4 Analisis Antropometri
Alat bantu yang dirancang sesuai dengan data antropometri Indonesia , hal ini dilakukan untuk dapat
mengatasi kesesuaian pengunaan alat bantu apabila terjadi pertukaran operator. Data yang
digunakan untuk merancang alat bantu ini yaitu dengan mengunakan data antropometri panjang
rentang tangan kedepan dengan mengunakan persentil 50 yaitu 68,31 cm dan data antropometri
lebar tangan dengan mengunakan persentil 95 yaitu 14,38 cm. Alat bantu ini juga dirancang dengan
bahan dasar teflon dan diberikan penambahan roda pada alat bantu untuk mempermudah mobilitas
alat bantu itu sendiri.

3.4.5 Analisis Rancangan Alat Bantu


Alat bantu yang dirancang telah dapat menjawab keluhan dari operator, terkait dengan rasa sakit dan
cidera yang dirasakan operator sewaktu bekerja. Postur kerja yang terlalu membungkuk disaat
memasukkan bahan mengakibatkan rasa nyeri pada bagian punggung dan leher, oleh karena itu
dengan adanya alat bantu ini pekerjaan dapat dilakukan tanpa membungkuk dan leher menengadah
keatas.
4. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengolahan data, keluhan MSDs terbesar terjadi pada stasiun sander dengan elemen
kerja memasukkan bahan, menarik alas dan mendorong bahan ke atas ex-lift. Hal ini terjadi
dikarenakan oleh salahnya postur kerja karena belum adanya alat bantu yang digunakan.
2. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan kuesioner QEC didapat bahwa elemen kerja
memasukkan bahan memiliki nilai exposure dengan besar 83,52% dan perlu tindakan sekarang juga,
elemen kerja menarik alas dengan nilai exposure 51,70% dan terakhir elemen kerja mendorong bahan
ke atas ex-lift dengan nilai exposure 46,02%.
3. Rancangan alat bantu memasukkan bahan (ABRASI) dengan dimensi panjang 68,31 cm dengan
menggunakan bahan polymer (teflon) dan lebar pegangan 14,38 cm dengan bahan karet sintetis dan
penambahan roda-roda untuk memudahkan mobilitas ABRASI.

Anda mungkin juga menyukai