Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum praktikum, penilaian postur
kerja yang meliputi langkah-langkah penilaian postur kerja, analisa hasil penilaian postur
kerja, dan redesign stasiun kerja baru yaitu sebagai berikut:

4.1 Gambaran Umum Praktikum

Pada praktikum modul 3 workstation design, kegiatan yang dilakukan adalah


menghitung rating beban muskuloskeletal operator dalam suatu pekerjaan di suatu stasiun
kerja. Praktikum dilakukan pada Workstation Gerinda yaitu pada saat operator melakukan
melakukan rework menggunakan bantuan mesin gerinda. Pada workstation ini, mesin
gerinda terletak diatas meja kerja dengan posisi operator berada dalam keadaan berdiri dan
setengah membungkuk. Postur kerja operator didokumentasikan untuk dilakukan
identifikasi. Metode yang digunakan dalam praktikum ini untuk mengidentifikasi risiko
cedera pada operator adalah metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) karena kaki
operator hanya menopang tubuh dan beban yang ada hanya dibebankan pada bagian
lengan. Setelah penilaian postur kerja operator, kemudian dilakukan analisis. Fungsi
analisis disini berguna agar kita dapat mengetahui bagaimanan postur kerja yang baik bagi
operator untuk menunjang kenyamanan sehingga memperkecil risiko cedera. Apabila
menghasilkan nilai RULA yang tinggi, maka terdeteksi risiko cedera kerja dan akan
dilakukan perancangan ulang desain stasiun kerja baru. Nantinya, output yang didapatkan
berupa desain perbaikan stasiun kerja baru berdasarkan data antropometri yang didesain
menggunakan CAD (Computer Aided Design) dengan software sketch up. Berikut
merupakan gambar postur kerja operator ketika melakukan rework menggunakan mesin
gerinda
Gambar 4.1 Postur kerja operator

4.2 Penilaian Postur Kerja


Pada sub bab ini akan dijelaskan bagaimana langkah–langkah yang akan ditempuh
untuk menilai posisi seorang operator dengan menggunakan metode RULA beserta hasil
dan analisisnya. Metode yang digunakan adalah RULA dikarenakan bagian tubuh yang
akan diamati adalah pada bagian tubuh atas tanpa memperdulikan posisi kaki sebab posisi
kaki setara dan operator tidak merasa adanya sakit pada kaki.

4.2.1 Langkah-Langkah Penilaian Postur Tubuh


Berikut ini merupakan gambar postur tubuh operator dalam melakukan pekerjaan di
Workstation Gerinda :
Gambar 4.2 Ukuran sudut dari operator
Dalam penilaian postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode RULA (Rapid
Upper Limb Body Assessment). Langkah-langkah penilaian RULA dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Menentukan posisi lengan atas, mendapat poin +3 karena membentuk sudut 56.55°.
Jadi nilai tahap 1 sebesar 3 poin. Penjelasan dalam langkah ini dapat dilihat pada
Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Langkah pertama dari penilaian metode RULA


2. Menentukan posisi lengan bawah, mendapatkan poin +1 karena membentuk sudut
75.47º dari lengan atas. Jadi nilai dari tahap 2 sebesar 1 poin. Penjelasan dalam
langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Langkah kedua dari penilaian metode RULA
3. Menentukan posisi pegerlangan tangan, mendapatkan poin +4 karena tangan menekuk
kebawah sebesar 31.43º. Jadi nilai dari tahap 3 sebesar 4 poin. Penjelasan dalam
langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Langkah ketiga dari penilaian metode RULA

4. Menentukan poin puntiran pergelangan tangan, mendapat poin +1 karena memuntir


sedikit. Jadi nilai dari tahap 4 sebesar 1 poin. Penjelasan dalam langkah ini dapat
dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Langkah keempat dari penilaian metode RULA


5. Hasil dari tabel A merupakan skor dari gabungan langkah 1-4, tabel A bernilai 5. Jadi
nilai dari tahap 5 sebesar 5 poin. Penjelasan dalam step ini dapat dilihat pada Gambar
4.7.
Gambar 4.7 Langkah kelima dari penilaian metode RULA
6. Nilai penggunaan otot +1 karena bekerja sepuluh kali selama 1 menit. Jadi nilai tahap
6 sebesar 1 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Langkah keenam dari penilaian metode RULA


7. Beban yang dialami mendapatkan poin +0 karena beban kurang dari 2 kg. Jadi nilai
tahap 7 sebesar 0 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Langkah ketujuh dari penilaian metode RULA


8. Tambahkan nilai skor A, nilai penggunaan otot, dan nilai beban untuk mencari nilai
skor tabel C, yaitu 5+1+0=6. Jadi nilai tahap 8 sebesar 6 poin. Penjelasan dari langkah
ini dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Langkah kedelapan dari penilaian metode RULA


9. Menentukan posisi leher, mendapatkan poin +4 karena leher menekuk membentuk
sudut 28.93º. Jadi nilai tahap 9 sebesar 4 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat
dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Langkah kesembilan dari penilaian metode RULA


10. Menentukan posisi punggung, mendapatkan poin +3 karena punggung membentuk
sudut 58.95º dari garis tegak lurus. Jadi nilai dari tahap 10 sebesar 3 poin. Penjelasan
dari langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Langkah kesepuluh dari penilaian metode RULA


11. Kaki mendapat poin +2, karena kaki menopang beban seluruh tubuh secara langsung.
Jadi nilai dari tahap 11 sebesar 1 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat dilihat pada
Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Langkah kesebelas dari penilaian metode RULA


12. Hasil dari tabel merupakan skor dari gabungan langkah 9-11, tabel B bernilai 7. Jadi
nilai tahap 12 sebesar 7 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat dilihat pada Gambar
4.14.

Gambar 4.14 Langkah keduabelas dari penilaian metode RULA


13. Nilai penggunaan otot +1 karena bekerja sepuluh kali selama 1 menit. Jadi nilai tahap
13 sebesar 1 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Langkah ketigabelas dari penilaian metode RULA
14. Beban yang dialami mendapatkan poin +0 karena beban kurang dari 2 kg. Jadi nilai
tahap 14 sebesar 0 poin. Penjelasan dari langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Langkah keempatbelas dari penilaian metode RULA


15. Tambahkan nilai skor tabel B, nilai penggunaan otot, dan nilai beban untuk mencari
nilai skor tabel C, yaitu 7+1+0=8. Jadi nilai tahap 15 sebesar 8 poin. Penjelasan dari
langkah ini dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Langkah kelimabelas dari penilaian metode RULA


16. Hasil akhir didapat dari tabel C yang merupakan gabungan dari hasil langkah 8 dan
langkah 15.

Gambar 4.18 Langkah keenambelas dari penilaian metode RULA


4.2.1 Analisis Hasil Penilaian Postur Tubuh

Gambar 4.19 Worksheet perhitungan RULA


Hasil penilaian dari metode RULA dapat dilihat pada Gambar 4.19 diatas. Skor yang
diperoleh sebesar 7 artinya postur kerja yang dilakukan saat ini tidak aman bagi operator
sehingga perbaikan stasiun kerja perlu segera dilakukan. Pada stasiun kerja mesin gerinda
permasalahan utama terletak di meja mesin gerinda yang terlalu rendah sehingga membuat
punggung operator membungkuk dan kepala operator tertekuk ke belakang.

4.3 REDESIGN STASIUN KERJA


Berdasarkan penilaian postur kerja menggunakan metode RULA, didapatkan skor
sebesar 7. Artinya, postur kerja yang dilakukan saat ini tidak aman bagi operator sehingga
perlu segera dilakukan perbaikan stasiun kerja. Solusinya dapat dilakukan redesign stasiun
kerja untuk mengurangi risiko cedera kerja dan menambah kenyamanan pekerja. Redesign
stasiun kerja yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.

4.3.1 Penentuan Antropometri


Salah satu penyebab adanya cedera saat melakukan pekerjaan yaitu karena desain
stasiun kerja yang tidak disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia. Stasiun kerja perlu
disesuaikan dengan antropometri untuk menerapkan konsep “fitting the task to the man”.
Antropometri yang digunakan untuk redesign stasiun kerja ini yaitu tinggi siku, panjang
rentang tangan ke depan, dan panjang rentangan tangan ke samping. Berikut ini merupakan
data antropometri Indonesia dari semua jenis suku, jenis kelamin laki-laki, semua jenis
tahun, dan usia 18 s/d 24 tahun.
Tabel 4.1
Tabel Antropometri
Dimensi Keterangan 5th 50th 95th SD
D4 Tinggi siku 95.62 105.95 116.27 6.27
D24 Panjang rentang tangan ke depan 52.96 69.69 86.42 10.17
D32 Panjang rentangan tangan ke samping 137.84 169.55 201.26 19.27
Sumber: Antropometri Indonesia
Berikut merupakan rincian dari bagian yang akan diperbaiki dalam desain stasiun
kerja yang baru untuk menekan risiko cedera.
Tabel 4.2
Tabel Rincian Perbaikan
No Keterangan Alasan
Meja Berisiko cedera paling tinggi dan harus
1. Part Workstation
segera di ubah
D4 (Tinggi siku) = Tinggi meja disesuaikan dengan tinggi siku
105.95 cm operator kemudian dikurangi dengan tinggi
D24 (Panjang rentang mesin gerinda. Lebar meja disesuaikan
tangan ke depan) = dengan Panjang rentang tangan ke depan
Dimensi 69.69 cm operator supaya mudah dijangkau sehingga
2.
Antropometri D32 (Panjang tidak menimbulkan cedera. Panjang meja
rentangan disesuaikan dengan Panjang rentangan
tangan ke samping) = tangan ke samping supaya akrilik yang telah
169.55 cm selesai dipotong dapat diletakkan di bagian
samping meja dan terjangkau oleh operator.
Perancangan sistem kerja yang baru
3. Persentil 50th menggunakan nilai rata-rata supaya bisa
digunakan oleh berbagai jenis operator.
Allowance tinggi posisi Allowance tinggi posisi pemakanan sebesar
pemakanan = -10 cm 10 dan allowance sol alas kaki operator
Allowance Tinggi Allowance sol alas kaki sebesar +2 cm digunakan supaya tinggi
4.
Meja operator = +2cm posisi pemakanan dari lantai sama dengan
Allowance Tinggi Meja tinggi siku.
= =8 cm
Tinggi meja = D4 – Akumulasi dimensi antropometri pada
allowance tinggi meja persentil 50th dengan allowance
= 105.95 – 8 = 97.95
5. Dimensi Total cm
Lebar meja = 69.69 cm
Panjang meja = 169.55
cm

Stasiun kerja yang akan diperbaiki yaitu meja kerja karena berdasarkan analisa
penilaian postur kerja terlihat bahwa desain meja kerja sangat berpengaruh dalam risiko
cedera yang dialami operator. Persentil yang digunakan adalah persentil 50 th karena pada
prinsipnya, rancangan produk ini didasarkan terhadap rata-rata ukuran pria berbagai suku
berumur 18 – 24 tahun sesuai dengan penentuan antropometri pada Tabel 4.1. Pemilihan
persentil 50th bertujuan supaya operator dengan berbagai tinggi siku, panjang rentang
tangan ke depan, dan panjang rentangan tangan ke samping dapat menggunakan stasiun
kerja ini untuk bekerja dengan nyaman. Dimensi meja yang digunakan berdasarkan
antropometri yakni tinggi meja sesuai dengan tinggi siku operator sebesar 105.95 cm
kemudian diakumulasikan dengan allowance tinggi posisi pemakanan sebesar -10 cm dan
allowance sol alas kaki operator sebesar +2 cm sehingga dimensi total dari tinggi meja
sebesar 97.95 cm. Antropometri tinggi siku digunakan untuk mengukur jarak vertikal dari
lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah (siku) supaya tinggi meja
tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Lebar meja disesuaikan dengan panjang rentang
tangan ke depan operator yaitu sebesar 69.69 cm. Antropometri panjang rentang tangan ke
depan digunakan untuk menentukan lebar meja supaya mudah dijangkau sehingga tidak
menimbulkan cedera. Panjang meja disesuaikan dengan panjang rentangan tangan ke
samping yaitu sebesar 169.55 cm. Antropometri panjang rentangan tangan ke samping
digunakan untuk menentukan panjang meja supaya akrilik yang telah selesai dipotong
dapat diletakkan di bagian samping meja dan terjangkau oleh operator.

4.3.2 Desain Stasiun Kerja Baru


Pada stasiun kerja lama postur kerja operator membungkuk dan menekuk kepala ke
belakang. Postur kerja kurang baik disebab karena tinggi meja kerja yang tidak sesuai
dengan antopometri operator. Kondisi dari workstation sekarang memiliki risiko
muskoloskeletal disorders pada operator. Berdasarkan analisis RULA yang digunakan,
skor yang didapatkan sebesar 7. Hal ini menunjukkan bahwa workstation yang ada perlu
diperbaiki secepatnya. Gambar 4.20 menunjukkan stasiun kerja yang lama.

Gambar 4.20 Workstation lama


Sumber: Laboratorium Sistem Manufaktur
Bagian yang dilakukan perbaikan dalam workstation bagian meja kerja. Berdasarkan
analisa RULA postur kerja terlihat bahwa desain meja yang digunakan sekarang memiliki
risiko cedera yang dialami operator. Berdasarkan data antropometri yang didapatkan, maka
dimensi tinggi meja yang digunakan yakni sesuai dengan tinggi siku operator sebesar
105.95 cm kemudian diakumulasikan dengan allowance mesin gerinda sebesar -10 cm dan
allowance sol sepatu operator sebesar +2 cm sehingga dimensi total dari tinggi meja
sebesar 97.9 cm . Digunakan ukuran tinggi siku rata-rata sebab ukuran tersebut nantinya
akan dikurangi dengan ukuran mesin gerinda dan ditambahkan dengan ukuran sol alas kaki
dari operator. Selain itu, dipilih ukuran tinggi meja kerja sebesar 97.9 cm. Dengan tinggi
meja ini operator tidak lagi membungkuk dan menekuk kepala ke belakang. Lebar dari
meja disesuai dengan antopometri panjang rentang tangan ke depan agar mudah untuk
dijangkau dan tidak memerlukan tenaga ekstra sebesar 69,9cm. Panjang dari meja sesuai
dengan antopometri panjang rentangan tangan ke samping agar akrilik yang telah selesai
rework agar mudah dijangkau operator sebesar 169,5 cm. Pada sistem kerja baru diletakan
tisu, sapu meja, dan serokan kecil. Sistem kerja baru terdapat rak untuk menyimpan
peralatan. Gambar 4.21 menunjukkan stasiun kerja yang baru.

Gambar 4.21 Workstation Baru


Gambar 4.21 Workstation Baru dari depan

Gambar 4.21 Workstation Baru dari kanan


Analisis Perbaikan Sistem Kerja
Perbaikan sistem kerja diterapkan tidak hanya untuk mengurangi risiko
muskoloskeletal disorders pada operator. Perbaikan sistem kerja diterapkan juga untuk
menanamkan metode 5S kepada operator. 5S disebut dalam bahasa indonesia 5R sering
dikenal orang  hanya sebagai filosofi kebersihan  yang diterapkan oleh orang Jepang.
Padahal sebenarnya konsep ini bukanlah demikian, 5S   bukan hanya suatu cara yang
digunakan untuk sekedar bersih-bersih  pabrik atau tempat kerja namun sebagai cara untuk
mengatur, cara mengelola tempat kerja,   perbaikan dan pemangkasan proses operasional
yang tidak  diperlukan.  Pengelolaan area tempat kerja secara efektif dan efisien  adalah
bagian dari 5S.
Untuk menanamkan metode 5S pada operator desain sistem kerja baru diberikan kotak
sampah. Kotak sampah pada sistem kerja dapat memudahkan operator untuk
membersihkan sistem kerjaPenetapan latak mesin dapat mengurangi keperluan untuk
menentapkan barang yang diperlukan dan tidak diperlukan lalu memudahkan menata
peralatan kerja. Dengan penerapan hal ini operator dapat melakukan metode 5s dengan
mudah. Penerapan yang mudah dapat memudahkan penanaman metode 5s kepada
operator.

Anda mungkin juga menyukai