Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN BAGIAN BENDING BESI

Agenda Style
DI PROYEK GARASI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MENGGUNAKAN METODE
RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

Nama Anggota:

 Deviyanti Gani Nur Islami (170612634092)

 Gilang Bagaskara (170612634038)

 Jayanto Dhanuputra (170612634046)


1
PENDAHULUAN

Latar belakang :

• Pekerja bangunan di bagian bending besi pekerja yang


diharuskan bekerja dengan sikap yang belum tentu benar dan
dilakukan terus menerus mulai dari jam 08.00 WIB - 16.00 WIB.
• Proses bending besi mempunyai peranan penting dalam
menimbulkan keluhan muskuloskeletal.
• Dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisa
postur kerja untuk mengetahui kondisi postur kerja menggunakan
metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Tujuan :
• Untuk menganalisa postur kerja pekerja bangunan bagian
bending besi di proyek garasi Universitas Negeri Malang
menggunakan metode RULA.
2 KAJIAN PUSTAKA

• Rapid Upper Limb Assessment (RULA) : metode survei untuk investigasi


ergonomi terkait anggota tubuh bagian atas (postur leher, punggung, lengan
dan tubuh bagian atas seiring fungsi otot dan beban luar) yang dialami tubuh

• Pengaplikasian RULA:
Menghitung risiko muskuloskeletal.
Membandingkan beban muskuloskeletal sebelum dan sesudah modifikasi desain
kerja.
Mengevaluasi hasil kerja seperti produktivitas dan kesesuaian alat.
Memberikan pengetahuan pada pekerja mengenai risiko muskuloskeletal akibat
kerja.
3 KAJIAN PUSTAKA

• Bagian Sikap Kerja yang Diamati:


Grup A
Postur tubuh grup A terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower
arm), pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wrist twist).
Grup B
Postur tubuh grup B terdiri dari leher (neck), batang tubuh (trunk) dan kaki (legs).
• Fokus Penilaian RULA:
1. Pengamatan awal dan menentukan postur yang akan dinilai
2. Skoring
3. Action Level
4 KAJIAN PUSTAKA
Penilaian RULA:
5 KAJIAN PUSTAKA
Penilaian RULA:
1. Kategori 1: Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu
ada perbaikan.
2. Kategori 2: Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh
ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan di masa yang akan datang.
3. Kategori 3: Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh
ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin.
4. Kategori 4: Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini mengakibatkan
risiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung atau saat itu juga.

• Konsep Perbaikan (Hierarchy of Controls)


6 HASIL DAN PEMBAHASAN

• Pekerja bangunan bagian bending besi di proyek garasi Universitas Negeri Malang menunjukkan beberapa
posisi kerja, yaitu:
1. Saat mengambil besi,
2. Saat bending besi posisi 1,
3. Saat bending besi posisi 2,
4. Saat meletakkan hasil bending besi.
7 HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi saat mengambil besi:
1. Lengan atas: condong ke belakang 200 = +2
2. Lengan bawah: condong ke bawah 250= +1
3. Pergelangan tangan: tangan kiri sejajar dengan tangan (00), tangan
kanan condong ke atas (150), tangan kanan bergerak ke kanan &
ke kiri = 1+2+1= +4
4. Putaran pergelangan tangan: diam (00) = +1
5. Jumlah skor poin 1-4 = +4
6. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
7. Skor beban = statis & berulang = +2
8. Jumlah skor poin 5 - poin 7 = 7
9. Leher = (250) = +3
10. Lokasi batang tubuh = +1 (tegak)
11. Kaki = tidak ditopang = +2
12. Jumlah skor poin 9-11 = 3
13. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
14. Skor beban = statis & berulang = +2
15. Jumlah skor poin 12-14 = 6
16. Skor akhir (poin 8 + poin 15) = 7
8 HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi saat bending besi posisi 1
1. Lengan atas kanan: condong ke belakang 200 = +2; lengan atas kiri:
condong ke depan 850 = +3; total = +5
2. Lengan bawah: condong ke bawah 250 = +1; lengan memutar ke kanan =
+1; total = +2
3. Pergelangan tangan: tangan kiri condong ke atas (150) = +2; tangan kanan
sejajar dengan lengan (00) = +1; total = +3
4. Putaran pergelangan tangan: diam(00) = +1
5. Jumlah skor poin 1- poin 4 = 6
6. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
7. Skor beban = statis & berulang = +2
8. Jumlah skor poin 5- poin 7 = 8
9. Leher (250) = +3; leher membelok = +1; total = +4
10. Lokasi batang tubuh condong ke depan (250) = +3; batang tubuh
membelok ke kanan = +1; total = +4
11. Kaki = tidak ditopang = +2
12. Jumlah skor poin 9-11 = 7
13. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
14. Skor beban = statis & berulang = +2
15. Jumlah skor poin 12-14 = 10
16. Skor akhir (poin 8 + poin 15) = 7
9 HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi saat bending besi posisi 2
1. Lengan atas kanan:
condong ke belakang 200 = +2; lengan atas kiri: condong ke depan 300 = +2;
bahu terangkat = +1; total = +5
2. Lengan bawah: condong ke bawah 250 = +1
3. Pergelangan tangan: tangan kiri sejajar lengan = +1
4. Putaran pergelangan tangan: diam(00) = +1
5. Jumlah poin 1- poin 4 = 5
6. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
7. Skor beban = statis & berulang = +2
8. Jumlah skor poin 5- poin 7 = 8
9. Leher (150) = +2
10. Lokasi batang tubuh tegak = +1
11. Kaki = tidak ditopang = +2
12. Jumlah skor poin 9- poin 11 = 3
13. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
14. Skor beban = statis & berulang = +2
15. Jumlah skor poin 12-14 = 10
16. Skor akhir (poin 8 + poin 15) = 7
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Posisi saat meletakkan bending besi:
1. Lengan atas kanan: condong ke belakang 200 = +2; lengan atas kiri: sejajar
batang tubuh dengan pergerakan maks 200 = +1; total = +3
2. Lengan bawah: condong ke bawah 250= +1
3. Pergelangan tangan: tangan kiri condong ke bawah 150 = +2, tangan kanan
condong ke atas (150) = +2; total = +4
4. Putaran pergelangan tangan: diam (00) = +1
5. Jumlah poin 1- poin 4 = +5
6. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
7. Skor beban = statis & berulang = +2
8. Jumlah skor poin 5 - poin 7 =8
9. Leher = (250) = +3
10. Lokasi batang tubuh = +1 (tegak)
11. Kaki = tidak ditopang = +2
12. Jumlah skor poin 9 - poin 11 = 4
13. Skor aktivitas = diulang – ulang 4X per menit = +1
14. Skor beban = statis & berulang = +2
15. Jumlah skor poin 12- poin 14 = 7
16. Skor akhir (poin 8 + poin 15) = 7
11
KESIMPULAN & SARAN
 Pembahasan dari hasil penelitian menunjukkan hasil mengambil besi, membending besi, dan saat meletakkan
besi menunjukkan nilai kategori ke-4 (nilai total = 7) yang artinya postur kerja ini mengakibatkan risiko yang
jelas berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu perbaikan secara langsung atau saat ini juga.
Penilaian Hirarcy of control Perlu atau Tidak Ala Kontrol Administratif Perlu Membagi jadwal kerja dan
san pemberian makanan,
 Saran menurut Eliminasi Tidak Tidak diperlukan, karena perlu adanya pengawasan
penilaian bahaya pekerjaan terhadap peraturan yang
telah ditetapkan,
Hierarchy of ditimbulkan dari proses
memberikan waktu
Control kerja. istirahat agar pekerja tidak
kelelahan

Alat Pelindung Diri Perlu Pekerja perlu


menggunakan sarung
Substitusi Tidak Tidak karena bahan atau
tangan untuk
meminimalisir risiko cidera
barang yang digunakan pada saat bekerja dan
benar-benar dibutuhkan sepatu untuk melindungi
kaki dari kejatuhan besi
untuk membuat pondasi
hasil bending
bangunan, dengan biaya
besi relatif murah daripada
beton

Kontrol Teknik Perlu Perlu adanya alat


bending yang sesuai
dengan SOP (letak alat
bending disesuaikan
dengan tinggi pekerja),
ditambahi dengan tempat
untuk meletakkan hasil
bending
DAFTAR RUJUKAN
Astuti, R. D. 2007. Pengaruh Aktivitas Kerja terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Bappernas. 2003. Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja, dan Transmigrasi. Jakarta: Bappernas

Budiyati, Lia. 2016. Perancangan Meja Sealer yang Ergonomis untuk Mengurangi Keluhan Fisik Pekerja. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Elza, Delti Selviana. 2012. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders
pada Pengrajin Songket Tradisional Silungkang, Sumatra Barat. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia

Kurnia. 2016. Macam - macam Bending. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya


McAtamney, L., & Corlett, E. N. (1993). RULA: a Survey Method for the Investigation of Work-related Upper Limb
Disorders. Applied Ergonomics, 24(2), 91-99

OHSAS 18001: 2007. Occupational Health and Safety Management System – Guideline for the Implementation of
OHSAS 18001.

Ramdhani, Dani. Zalynda, Putri Mety. 2018. Analisis Postur Kerja Pengrajin Handycraft Menggunakan Nordic Body
Map dan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Jurnal Teknik Industri. Bandung: Universitas
Pasundan
Thank You
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai