Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM ERGONOMIKA

TIND17301

JURNAL
[MANUAL MATERIAL HANDLING]

KODE KELOMPOK : C4

TIM PENYUSUN :
1. Johannes Jordan N 200610619
2. Cornellya Arfareza P 200610621

LABORATORIUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Semester Gasal 2021/2022
MANUAL MATERIAL HANDLING

4.1. Tujuan
Melakukan analisis penanganan material secara manual (manual material
handling), meliputi lifting, lowering, pushing, pulling dan carrying

4.2. Landasan Teori


Sub bab ini menjelaskan konsep teori dan prinsip yang berkaitan dengan manual
material handling. Teori dan prinsip yang akan dibahas yaitu prinsip manual
material handling, rekomendasi batas beban angkat dari NIOSH, dan snook table.

4.2.1. Prinsip Manual Material Handling


Manual material handling (MMH) adalah kegiatan memindahkan suatu beban
dengan cara diangkat, didorong, ditarik, diturunkan, dan dibawa dalam jangka
waktu tertentu. Prinsip manual material handling banyak digunakan dalam dunia
industri. Penerapan prinsip MMH selain dapat menurunkan resiko terjadinya
cedera tubuh pekerja juga dapat mempermudah kegiatan material handling karena
lebih fleksibel. Resiko cedera yang dapat dialami pekerja yaitu cedera pada
musculoskeletal pekerja. Cedera yang terjadi pada umumnya terletak pada
pinggul, punggung, dan deltoids. Penerapan prinsip manual material handling
meliputi penentuan RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting Index).
Perhitungan nilai RWL bertujuan untuk menentukan nilai ambang batas beban
yang aman bagi pekerja. Sedangkan perhitungan lifting index dapat dihitung
dengan melakukan perbandingan antara beban yang diangkat pekerja dengan
nilai RWL. Nilai LI yang didapat akan menjadi faktor penentu apakah kegiatan
material handling yang dilakukan pekerja masih berada pada ambang batas aman
atau sebaliknya. Nilai LI pekerja termasuk aman jika nilai LI < 1,00.

4.2.2. Rekomendasi Batas Beban Angkat dari NIOS


Metode NIOSH adalah metode yang digunakan untuk menentukan besarnya gaya
kompresi yang diberikan oleh beban angkat untuk menentukan nilai beban yang
aman bagi pekerja. Metode ini menilai cara pekerja mengangkat, mendorong,
menarik, menurunkan, ataupun membawa beban tertentu. Berdasarkan penilaian
tersebut akan didapatkan hasil apakah cara pekerja melakukan kegiatan tersebut
aman atau tidak. Oleh karena itu, perhitungan batas beban angkat dari NIOSH
dapat meminimalkan potensi cidera yang dapat dialami pekerja. Metode NIOSH
menggunakan dua indikator pengukur yaitu RWL (Recommended Weight Limit)
dan LI (Lifting Index).

4.2.3. Snook Table


Snook table atau tabel snook merupakan tabel yang didapatkan pada penelitian
Drs. Stover Snook bersama Vincent Ciriello di Liberty Mutual Research Institute
for Safety. Snook table berisi nilai-nilai sebagai informasi penting yang berfungsi
dalam menganalisis beban kerja pekerja dengan tujuan mengurangi resiko cedera
musculoskeletal pekerja. Snook table berisi hasil analisis yang berkaitan dengan
mengangkat, mendorong, menarik, membawa, dan menurunkan beban. Oleh
karena itu, snook table termasuk dalam salah satu indikator untuk menentukan
beban aman yang diterima pekerja saat melakukan manual material handling.
Penggunaan tabel ini dapat membantu dalam membuat keputusan solusi
penerapan cara kerja agar lebih ergonomis.

4.3. Studi Kasus


Di sebuah restoran memiliki 2 orang pelayan restoran, salah satunya adalah Ibu
Fatma yang berusia 29 tahun dengan tinggi badan 158 cm. Ibu Fatma bekerja dari
pukul 06.00 pagi hingga pukul 14.00 siang, di mana setelah waktu yang disebutkan
beliau digantikan oleh rekan kerjanya. Secara umum, tugas Ibu Fatma adalah
mencatat pesanan, membawakan pesanan, dan membersihkan area makan yang
telah digunakan oleh pelanggan

Beban yang diangkat Bu Fatma setiap kali mengangkat kursi adalah 10 kg.
Horizontal location (H) adalah sejauh 54 cm, vertical location (V) adalah sejauh
80 cm, sudut asimetris 4°, distance (D) sejauh 25 cm, dan frekuensi pengangkatan
3 kali per menit. Pengangkatan ini dilakukan selama 10 menit. Setelah itu, kursi
tadi diangkat dengan jarak 4,3 meter ke bagian pinggir restoran. Ketinggiannya
angkatnya adalah sebesar 105 cm.

4.4. Data
4.4.1. Parameter RWL NIOSH
Dalam perhitungan ini praktikan diminta untuk menghitung RWL dan LI
berdasarkan pada kasus yang ditangani. Dalam perhitungan diketahui:
a. LC = 23 kg
b. L = 10 kg
c. Height (H) = 54 cm.
d. Vertical Location (V) = 80 cm = 31,50 inches
e. Distance (D) = 25 cm
f. Asimetric angle (A) = 4°
g. Lifting frequency (F) = 3 times/minute
h. Coupling component (C) = 0.90

Perhitungan nilai HM, VM, DM, AM, FM, dan CM:

1. Horizontal Multipliers (HM)


25
𝐻𝑀 = 𝐻
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐻 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑚 (4.1)

25
𝐻𝑀 = 54

𝐻𝑀 = 0,46/𝑐𝑚

2. Vertical Multipliers (VM)

𝑉𝑀 = [1 − (0,003|𝑉 − 75|)] 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑉 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑚 (4.2)

𝑉𝑀 = [1 − (0,003|80 − 75|)]

𝑉𝑀 = [1 − (0,003 × 5)]

𝑉𝑀 = [1 − 0,015]

𝑉𝑀 = 0,985 𝑐𝑚

𝑉𝑀 = 0,99 𝑐𝑚

3. Distance Multipliers (DM)

𝐷𝑀 = [0,82 + (4,5⁄𝐷 )] 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐷 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑚 (4.3)

𝐷𝑀 = [0,82 + (4,5⁄25)]

𝐷𝑀 = [0,82 + (0,18)]

𝐷𝑀 = 1,00

4. Asimetric Multipliers (AM)

𝐴𝑀 = 1 − (0,0032 × 𝐴) (4.4)

𝐴𝑀 = 1 − (0,0032 × 4)

𝐴𝑀 = 1 − (0,0128)
𝐴𝑀 = 0,9872

𝐴𝑀 = 0,99

5. Frequency Multipliers (FM)


Berdasarkan nilai vertical location dan lifting frequency secara berturut-turut yaitu
31,50 inches atau 80cm dan 3 kali per menit. Nilai frequency multipliers dapat
dihitung menggunakan tabel FM di bawah ini.

Gambar 4.1 Tabel Frequency Multiplier (FM)

Berdasarkan tabel tersebut, frequency lift/min bernilai 3 dan berada pada daerah
waktu kerja kurang dari 1 jam. Oleh karena itu, nilai FM akhir bergantung kepada
nilai vertical location. Nilai vertical location pada studi kasus sebesar 31,50 inches,
sehingga nilai frequency multipliers yang didapatkan yaitu 0,88.

6. Coupling Multipliers (CM)


Perhitungan coupling multipliers dapat dihitung berdasarkan tabel coupling
multipliers dan decision tree dengan memperhatikan cara pengangkatan kursi.
Berdasarkan gambar di bawah ini terlihat jari tangan tidak membentuk sudut 90°
saat mengangkat kursi.
Gambar 4.2 Postur Tubuh

Benda yang diangkat Ibu Fatma adalah kursi yang termasuk jenis loose object dan
juga merupakan benda yang tebal

Gambar 4.3 Object Lifted

Berdasarkan hasil peninjauan pada decision tree dengan menggunakan beberapa


aspek tersebut maka coupling multipliers termasuk tipe poor. Nilai coupling
multipliers pada masing-masing tipe dibagi menjadi dua kelompok. Pembagian
kelompok tersebut dilihat berdasarkan nilai vertical location pada kasus. Nilai
vertical location pada studi kasus yaitu 80 cm. Oleh karena itu, nilai coupling
multiplier yang didapatkan sebesar 0,90.

Gambar 4.4 Tabel Coupling Multiplier (CM)

Perhitungan RWL dan LI:

Berikut merupakan rumus perhitungan RWL dan lifting index (LI) yang akan
digunakan.

𝑅𝑊𝐿 = 𝐿𝐶 × 𝐻𝑀 × 𝑉𝑀 × 𝐷𝑀 × 𝐴𝑀 × 𝐹𝑀 × 𝐶𝑀 (4.5)
𝐿
𝐿𝐼 = 𝑅𝑊𝐿
(4.6)

Diketahui:
a. LC = 23 kg
b. L = 10 kg
c. HM = 0,46/cm
d. VM = 0,99 cm
e. DM = 1,00
f. AM = 0,99
g. FM = 0,88
h. CM = 0,90

1. Perhitungan RWL
𝑅𝑊𝐿 = 23 × 0,46 × 0,99 × 1,00 × 0,99 × 0,88 × 0,90

𝑅𝑊𝐿 = 8,21

2. Perhitungan LI
10
𝐿𝐼 =
8,21

𝐿𝐼 = 1,22
Berdasarkan perhitungan nilai LI, beban yang diangkat pada aktivitas pekerjaan
Ibu Fatma dapat dikatakan aman jika LI ≤ 1,00. Pada perhitungan didapatkan nilai
LI sebesar 1,22. Oleh karena itu, manual material handling yang dilakukan Ibu
Fatma tidak aman.

4.4.2. Parameter Carrying


Dalam pengambilan data parameter carrying berdasarkan pada jenis kelamin
pekerja, berat objek, hand height, jarak permindahan, frekuensi, force (initial &
sustain), persentase populasi.

Pada kasus ini, pekerja yang bekerja di restoran ialah Ibu Fatma yang berjenis
kelamin perempuan. Beban yang diangkat Ibu Fatma setiap kali mengangkat kursi
adalah 10 kg. Hand height (Height) meja yang diangkat yaitu 105 cm dan jarak
permindahannya ialah 4,3 m dengan frekuensi yaitu 3 kali per menit. Persentase
populasi 90%. Berdasakan kasus di atas dimana ibu Fatma mengangkat kursi
yang akan dipindahkan maka praktikan akan mencari MAWC dan CI (Carrying
Index).

Dalam menghitung MAWC menggunakan rumus inter/intra/ekstrapolasi sebagai


berikut :
a-b x-y
a-c
= x-z (4.7)

Keterangan :

a – nilai batas bawah dari b

b – nilai yang di inter/intra/ekstrapolasi

c – nilai batas atas dari b

x – nilai batas bawah dari y

y – hasil inter/intra/ekstrapolasi yang ingin dicari

z – nilai batas atas dari y

Sedangkan dalam menghitung CI ( Carrying Index ) menggunakan rumus sebagai


berikut :
L (Beban)
CI = MAWC
(4.8)

Perhitungan MAWP :
Diketahui :
a = 72
b = 105
c = 105
x = 14
y=?
z = 13

Pengangkatan dilakukan 3 kali per menitnya maka pengangkatan dilakukan sekali


setiap 20 detik.
a-b x-y
a-c
= x-z

72 -105 14-y
72 -105
= 14-13

- 33 14-y
- 33
= 1

-33 = - 462 + 33y

y = 429/33 = 13 kg

Berat yang didapatkan berdasarkan MAWC ialah 13 kg. Pada kasus berat kursi
restoran ialah 10 kg yang berarti berat kursi lebih ringan daripada berat pada
MWAC yang didapat.

Perhitungan CI :

L (Beban) 10
CI = = = 0,769 ~ 0,77
MAWC 13

Berat CI adalah 0,77. Karena CI yang didapat kurang dari ( < ) 1, maka CI dapat
dikatakan aman.

4.5. Analisis dan Pembahasan


4.5.1. Analisis Mengangkat/Menurunkan
Analisis RWL NIOSH digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan manual
material handling termasuk aman atau tidak. Penggunaan analisis RWL NIOSH ini
berfokus pada kegiatan mengangkat dan menurunkan beban. RWL merupakan
digunakan untuk menghitung besar nilai LI atau lifting index. Perhitungan RWL
menggunakan beberapa variabel yaitu LC (Load Constant), HM (Horizontal
Location), VM (Vertical Component), DM (Distance Multipliers), AM (Asimetric
Multipliers), FM (Frequency Multipliers), dan CM (Coupling Multipliers). Hasil
perhitungan RWL tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai LI (Lifting
Index). LI merupakan hasil pembagian dari L dan RWL dimana L merupakan
beban yang diangkat Ibu Fatma. Berdasarkan hasil perhitungan RWL dan LI
didapatkan nilai secara berturut-turut yaitu 8,21 dan 1,22. Syarat kegiatan manual
material handling dikatakan aman jika besar nilai LI ≤ 1,00. Oleh karena itu,
kegiatan yang dilakukan Ibu Fatma termasuk tidak aman.

Usulan perbaikan perlu diberikan dengan tujuan untuk mengurangi resiko cedera
yang berpotensi dialami Ibu Fatma. Perlu dilakukan peninjauan pada masing-
masing parameter yang digunakan dalam perhitungan tersebut. Berdasarkan
peninjauan, semakin besar nilai RWL maka potensi pekerjaan tersebut tergolong
aman semakin besar juga. Sehingga dilakukan analisis pada nilai-nilai parameter
yang telah didapat sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis, didapat bahwa
penyebab kegiatan tersebut tidak aman cenderung karena besarnya nilai
horizontal location (HM). Nilai HM yang didapat berdasarkan horizontal location
(H) terlalu kecil. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jarak kursi yang diangkat oleh
Ibu Fatma terhadap tubuhnya sendiri terlalu lebar atau jauh. Jarak yang berlebihan
tersebut menyebabkan nilai H (horizontal location) yang besar. Jarak beban yang
diangkat terhadap tubuh sangat mempengaruhi besarnya gaya kompresi yang
diterima tubuh. Otot tubuh yang paling terbebani yaitu deltoids dan juga otot
punggung Ibu Fatma. Maka dari itu, sebaiknya Ibu Fatma mengubah cara
mengangkat kursinya dengan memperkecil jarak antara beban dengan tubuhnya
sendiri sehingga tidak membebani otot tertentu. Perbaikan tersebut dapat
mencegah resiko cedera musculoskeletal Ibu Fatma pada deltoids dan
punggungnya. Selain horizontal location, terdapat sebuah parameter lagi yang
cukup mempengaruhi efisiensi dari material handling tersebut. Parameter tersebut
yaitu coupling multiplier (CM). Tipe coupling multiplier Ibu Fatma termasuk dalam
kategori poor. Hal itu disebabkan oleh cara mengangkat beban yang salah
terutama pada cara memegang beban tersebut. Jari Ibu Fatma tidak ditekuk
hingga 90°. Hal tersebut dapat menyebabkan beban berlebih yang tidak
seharusnya ditanggung otot tertentu. Otot tersebut yaitu otot dada atau chest, jari
yang diluruskan atau tidak menekuk mengharuskan kedua tangan untuk memberi
gaya seperti menjepit kursi. Kondisi tersebut mengharuskan kedua otot dada untuk
bekerja lebih keras dibanding yang seharusnya. Aktivitas manual material handling
dari Ibu Fatma menjadi tidak efisien karena menghabiskan energi yang lebih
banyak. Oleh karena itu, sebaiknya Ibu Fatma menggenggam kursi dengan
menekuk jarinya 90°. Perubahan posisi jari tersebut dapat meminimalkan
pengeluaran energi yang boros juga mengurangi resiko cedera pada deltoids Ibu
Fatma. Sebagai pembuktian terkait usulan tersebut apakah benar dapat
mengurangi resiko cedera maka dilakukan perhitungan perbaikan. Pada
perhitungan ini nilai horizontal location (H) diambil secara acak dengan rentang
nilai 25 ≤ H < 50. Lalu berdasarkan decision tree, karena jari ditekuk hingga 90°
maka coupling multipliers termasuk ke dalam kategori fair. Nilai coupling multipliers
menjadi 1.00 karena nilai vertikal melebihi 30 inch.

Nilai H yang di ambil sesuai rentang yaitu 25 cm. sehingga HM menjadi:

25
𝐻𝑀 =
25

𝐻𝑀 = 1,00

Perhitungan RWL dan LI setelah usulan perbaikan:

𝑅𝑊𝐿 = 23 × 1,00 × 0,99 × 1,00 × 0,99 × 0,88 × 1,00

𝑅𝑊𝐿 = 19,84

Perhitungan LI:

10
𝐿𝐼 =
19,84

𝐿𝐼 = 0,50

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka kegiatan manual material handling


dinyatakan aman karena nilai LI 0,50. Syarat kegiatan MMH aman yaitu memiliki
nilai LI ≤ 1,00.

4.5.2. Analisis Membawa


Setelah melakukan perhitungan pada point 4.4.2, praktikan kemudian
menganalisis hasil perhitungan. Berdasakan pada studi kasus, perhitungan yang
berfokus pada aktivitas angkat / carrying. Berat benda/ objek yang diangkat yaitu
kursi. Untuk mendapatkan nilai Carrying Index (CI) maka praktikan terlebih dahulu
mencari nilai Max Acceptable Weight of Carry (MAWC). Setelah mencapatkan nilai
MAWC, nilai tersebut dibandingkan dengan berat objek/benda pada area kasus.

Perhitungan MAWC menggunakan cara Snook Table. Nilai yang digunakan


berdasarkan pada tabel Max Acceptable Weight of Carry (MAWC) sesuai dengan
jenis kelamin pekerja yaitu perempuan ( female ) yang dapat dilihat pada lembar
lampiran 4.1. Berdasarkan pada perhitungan MAWC nilai yang didapatkan yaitu
13 kg menunjukkan bahwa nilai tersebut adalah berat maksimum kursi, sedangkan
berat kursi yaitu 10kg. Hasil ini menandakan bahwa berat kursi tergolong cukup
ringan atau tidak melebihi maksimum berat berdasarkan MAWC yang telah
ditemukan.

Setelah didapatkan nilai MAWC kemudian praktikan menghitung nilai Carrying


Index (CI). Dengan adanya carrying index ini bertujuan untuk mengetahui apakah
berat benda/objek yang dianalisis tergolong aman atau tidak bagi pekerja. Nilai
tersebut dapat dikatakan aman bila nilai CI < 1, bila nilai yang didapat > 1 maka
nilai tersebut termasuk tidak aman. Perhitungan CI dilakukan dengan membagi
nilai berat benda dengan nilai MAWC. Berdasarkan pada perhitungan yang telah
dilakukan pada point 4.4.2 didapatkan nilai CI-nya adalah 0,07 yang berarti nilai
tersebut termasuk aman bagi pekerja dan tidak memperlukan perbaikan.

4.6. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat sebagai berikut :


1. Berdasarkan pada perhitungan, RWL didapatkan dari hasil perkalian LC, HM,
VM, DM, AM, FM, dan CM yaitu 8,12.
2. Nilai LI (Lifting Index) didapatkan dari pembagian berat benda/objek dengan
hasil RWL dan dikatakan aman jika LI ≤ 1,00. LI yang didapatkan yaitu 1,22
yang berarti nilai tersebut termasuk tidak aman.
3. Usulan dan perbaikan yang ada bertujuan untuk mengubah nilai horizontal
multipliers dan coupling multipliers dari kegiatan manual material handling
tersebut. Setelah perbaikan, nilai LI yang didapatkan yaitu 0,50. Berdasarkan
nilai LI tersebut, maka kegiatan MMH termasuk kategori aman karena nilai LI
≤ 1,00.
4. Dalam menghitung MAWC/MAWP dan CI/PI ditentukan berdasarkan pada
kasus. Kasus yang praktikan analisis berfokus pada aktivitas angkat yang
dilakukan Ibu Fatma, sehingga praktikan perhitungan yang dicari yaitu Max
Acceptable Weight of Carrying (MAWC) dan Carrying Index (CI).
5. Nilai yang digunakan berdasarkan pada tabel MAWC sesuai dengan jenis
kelamin pekerja. Karena Ibu Fatma adalah perempuan maka tabel yang
digunakan adalah MAWC (female).
6. Berdasarkan pada perhitungan berat kursi yaitu 10 kg sedangkan pada
MAWC yaitu 13kg. Sehingga dapat dikatakan bahwa berat yang dimiliki kursi
tergolong cukup ringan dan tidak melebih batas maksimum berat.
7. CI dapat termasuk tidak aman jika CI > 1. Sedangkan berdasarkan
perhitungan CI yang diperoleh ialah 0,07. Berarti CI tersebut termasuk aman
karena CI yang diperoleh kurang dari 1.
DAFTAR PUSTAKA

2018. NIOSH LIFTING EQUATION. Diakses dari https://icl.ub.ac.id/wp-


content/uploads/2018/09/Rangkuman-Niosh-Lifting-Equation.pdf, pada
tanggal 1 Oktober 2021.

Adiyanto, O., Prasetyo, F.A., & Ramadhani, F.K. (April 2019). Manual Material
Handling pada Proses Pengangkatan Karung menggunakan Pendekatan
Biomekanika dan Fisiologi. Diakses tanggal 1 Oktober 2021 dari
http://eprints.uad.ac.id/19154/1/B.3.%20MANUAL%20MATERIAL%20H
ANDLING%20IN%20THE%20%E2%80%98KARUNG%E2%80%99%20
LIFTING%20PROCESS%20USING.pdf

Dwina Mienerva. 2016. PERBAIKAN PROSES SET-UP DENGAN METODE


SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES (SMED) PADA PROSES
PEMBUATAN BOLU. Diakses dari
https://123dok.com/document/q7l09rky-perbaikan-proses-dengan-
metode-single-minute-exchange-pembuatan.html dan https://text-
id.123dok.com/document/dzx98m3nz-snook-tabellen-dasar-teori.html ,
pada tanggal 1 Oktober 2021.
Lampiran 4.1

Tabel maximum acceptable weight of carry (MAWC)

Anda mungkin juga menyukai