Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan serta saran pada modul 3 Frais
Machine untuk Praktikum Terintegrasi Perancangan Sistem Manusia Mesin.

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan adalah rangkuman dari pendapat atau pendapat yang dicakup berdasarkan
pada uraian sebelumnya. Kesimpulan yang diambil dari laporan modul 3 Frais Machine
adalah sebagai berikut.
1. Mesin milling merupakan salah satu mesin perkakas yang biasa digunakan untuk
pengerjaan proses permesinan. Secara umum, mesin frais dapat didefinisikan sebagai
mesin perkakas yang berfungsi untuk pengerjaan datar atau perataan permukaan suatu
benda kerja. Prinsip kerja dari mesin milling adalah pengubahan energi listrik yang
menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama diteruskan
melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel mesin milling.
Bagian spindel pada mesin milling digunakan untuk memegang dan memutar cutter
agar menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan. Gerakan pemotongan pada
cutter jika dikenakan pada benda kerja yang telah dicekam maka akan terjadi
gesekan/tabrakan antara cutter dan benda kerja sehingga akan menghasilkan
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena kekerasan yang
dimiliki material penyusun cutter lebih keras dibanding kekerasan benda kerja. Pada
mesin milling terdapat bagian-bagian diantaranya switch ,positive depth stop gauge,
drill fine feed control , cross feed control, longitudinal feed control untuk mengatur
kedudukan table kearah kanan/kiri, rapid speed for drilling, 3 fine feed engagement,
table ,drilling depth control, head locks, motot pulley, 12 speed pulley , arbor, dan
spindle.
2. Mesin milling yang digunakan adalah mesin milling vertical. Sesuai dengan namanya,
yang dimaksud vertical sebenarnya adalah poros spindelnya yang dikonstruksikan
dalam posisi tegak. Semua bagian yang terdapat pada mesin frais tegak sama seperti
pada mesin frais horizontal hanya saja posisi spindelnya tegak. Mata pahat ialah
sejenis alat pemotong rotary yang memiliki banyak sudut pemotongan, milling
(penggilingan) dan drilling (pengeboran) memiliki kesamaan dalam mekanik.
3

Perbedaanya pisau milling berputar pada porosnya dan maju kearah material dan kembali
pada posisi semula, ketika pisau mundur kembali ke posisi semula ini berfungsi untuk
menyisir sisa potongan agar rapi dan presisi. Gigi pahat dari mata pahat pada mesin
Krisbow KW-150 0046 adalah 4 buah dan jenis mata pahatnya adalah pahat HSS rata
kanan. End milling merupakan pengefraisan di mana diameter alat potong lebih kecil
daripada lebar benda kerja, sehingga sebuah slot dapat terbentuk. Jenis pisau yang
digunakan mirip seperti mata bor tetapi masuk dalam kategori pemotongan milling
cutter. Dalam mesin milling, terdapat beberapa jenis pemakanan yaitu up milling dan
down milling. Up milling umumnya dikenal sebagai conventional milling (frais
konvensional). Putaran pisau memiliki arah berlawanan dengan gerak makan pada
meja mesin milling. Contohnya, saat proses up milling jika pisau berotasi searah
dengan jarum jam, benda kerja disayat kearah kanan. Penampang melintang bentuk
geram (chip) untuk proses up milling adalah seperti koma diawali dengan ketebalan
minimal kemudian menebal. Keuntungan proses up milling ini adalah gigi pahat selalu
memotong bagian benda kerja yang bersih, selain itu pemakanan lebih cepat.
Sedangkan kerugian dari proses up milling ini, yaitu menghasilkan geram lebih
banyak, hasil pemotongan kurang halus, dan daya yang diperlukan lebih besar. Down
milling sering disebut juga sebagai climb milling. Putaran pisau memiliki arah yang
sama dengan arah gerak makan pada meja mesin milling. Contohnya, apabila pisau
berotasi berlawanan arah jarum jam, benda kerja akan disayat ke arah kanan.
Keuntungan proses down milling ini adalah menghasilkan potongan yang bersih dari
bekas potongan, dapat digunakan benda kerja yang tipis, daya yang dibutuhkan lebih
sedikit, dan umur pahat lebih panjang. Sedangkan Kerugian proses down milling ini
adalah proses pemakanan lebih lama.
3. Pada praktikum ini mesin milling dilakukan operasi endmilling terhadap alluminium
alloy pada diameter atas dan bawah. Dari data grafik pada analisan dan perbandinagn
data dapat diketahui bahwa pada operasi endmilling menghasilkan perbedaan data
perhitungan spindle speed, cutting speed, feed rate, cutting time, feed per tooth, dan
material removal rate secara actual dan teoritis. Berdasarkan grafik pada Spindle
Speed, dapat dilihat bahwa nilai spindle speed data aktual dan teoritis berbeda. Pada
aktual proses end milling diameter bawah didapatkan nilai sebesar 583,85 rpm, end
milling diameter atas sebesar 586 rpm. Selanjutnya pada data teoritis didapatkan nilai
spindle speed pada proses end milling diameter bawah didapatkan hasil sebesar 710
rpm, sedangkan pada proses end milling diameter atas sebesar 710 rpm. Hal ini terjadi
dikarenakan faktor seperti kualitas benda kerja berupa kekerasan, keuletan, dan
tegangan tarik. Dari grafik pada Cutting Speed dapat dilihat bahwa nilai Cutting Speed
data aktual dan teoritis berbeda. Pada aktual proses end milling diameter bawah
didapatkan nilai sebesar 18334,46 mm/menit, end milling diameter atas sebesar
18400,4 mm/menit. Selanjutnya pada data teoritis didapatkan nilai Cutting Speed pada
proses end milling diameter bawah didapatkan hasil sebesar 22294 mm/menit,
sedangkan pada proses end milling diameter atas sebesar 22294 mm/menit. Dari data
diatas dapat disimpulkan bahwa Perbedaan hasil antara data aktual dan teoritis
disebabkan karena perbedaan hasil perhitungan Spindle Speed dapat dilihat bahwa
nilai Cutting Time data aktual dan teoritis berbeda. Pada aktual proses end milling
diameter bawah didapatkan nilai sebesar 43,6 menit, end milling diameter atas sebesar
29,8 menit. Selanjutnya pada data teoritis didapatkan nilai Cutting Time pada proses
end milling diameter bawah didapatkan hasil sebesar 84,52 menit, sedangkan pada
proses end milling diameter atas sebesar 56,32 menit. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada seluruh proses permesinan, Cutting Time dengan data aktual nilainya
lebih kecil dibandingkan dengan data teoritis. Hal ini terjadi dikarenakan adanya
pengaruh kecepatan operator pada saat melakukan proses permesinan. Selanjutnya dari
grafik pada Feed Rate dapat dilihat bahwa nilai Feed Rate data aktual dan teoritis
berbeda. Pada aktual proses end milling diameter bawah didapatkan nilai sebesar
82,57 mm/menit, end milling diameter atas sebesar 80,54 mm/menit. Selanjutnya pada
data teoritis didapatkan nilai Feed Rate pada proses end milling diameter bawah
didapatkan hasil sebesar 42,6 mm/menit, sedangkan pada proses end milling diameter
atas sebesar 42,6 mm/menit. Kasimpulan dari data diatas adalah perbedaan antara data
aktual dan teoritis pada perhitungan Feed Rate dapat disebabkan karena perbedaan
data Cutting Time antara data aktual dan teoritis. Selain itu Feed per Tooth secara
teoritis yang diambil dari tabel chip load juga dapat berpengaruh. Dari grafik pada
Feed per Toothdapat dilihat bahwa nilai Feed per Tooth data aktual dan teoritis
berbeda. Pada aktual proses end milling diameter bawah didapatkan nilai sebesar
0,035 mm3 /tooth , end milling diameter atas sebesar 0,034mm3 /tooth . Selanjutnya pada
data teoritis didapatkan nilai Feed per Tooth pada proses end milling diameter bawah
didapatkan hasil sebesar 0,015 mm3 /tooth , sedangkan pada proses end milling
diameter atas sebesar 0,015 mm3 /tooth . Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perbedaan
hasil antara data aktual dan teoritis dapat disebabkan karena perhitungan data aktual
menggunakan data Spindle Speed dan Feed Rate yang telah dihasilkan sebelumnya.
Sedangkan pada teoritis diambil dari tabel chip load. Data dari grafik pada Material
Removal Rate, dapat dilihat bahwa nilai Material Removal Rate data aktual dan
teoritis berbeda. Pada aktual proses end milling diameter bawah didapatkan nilai
sebesar 16514 mm3 /menit , end milling diameter atas sebesar 11275,6mm3 /menit .
Selanjutnya pada data teoritis didapatkan nilai Material Removal Rate pada proses end
milling diameter bawah didapatkan hasil sebesar 8520 mm3 /menit , sedangkan pada
proses end milling diameter atas sebesar 5964 mm3 /menit . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Perbedaan hasil perhtiungan MRR dapat diakibatkan karena
perbedaan data Feed Rate, Width of Cut, dan Depth of Cut yang digunakan dalam
perhitungan.
5.3 Saran
Saran adalah anjuran atau usulan yang dipertimbangkan untuk dikemukakan. Beberapa
masukan yang dapat digunakan untuk pengembangan Praktikum Frais Machine menjadi
lebih baik adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pihak asisten memberikan materi tentang maintenance mesin atau
perawatan pahat pada mesin milling pada saat pratikum. Sebab pihak pratikan tidak
mendapatkan materi tentang maintenance mesin atau perawatan pahat dari modul,
video praktikum, dan asistensi.

Anda mungkin juga menyukai