Anda di halaman 1dari 55

DOKUMEN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-1


KABUPATEN MAJENE

BAB II
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN MAJENE

2.1 Kondisi Fisik Dasar

Berdasarkan bentuk wilayah kabupaten sebagai


wilayah daratan yang memanjang dari selatan ke utara,
tentunya akan berimplikasi terhadap kebijakan dan program
pembangunan serta konsep penataan ruangnya secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pengembangan kawasan dan
kegiatan pembangunan harus dapat diselaraskan dengan
bentuk dan aksesibilitas kawasan terhadap pusat-pusat
pengembangan. Perencanaan kawasan pesisir dan wilayah
daratan tidak hanya dipandang sebagai suatu perencanaan
kawasan yang berbatasan langsung dengan laut, sehingga
laut dianggap sebagai pembatas (constrain) dalam dinamika
perkembangannya.
Tinjauan terhadap karakteristik wilayah, merupakan
langkah awal dalam melakukan suatu perencanaan, dimana
data mengenai aspek fisik dasar Kabupaten Majene terdiri
atas; letak geomorfologi, jenis tanah, hidrologi, geologi,
topografi dan kelerengan, iklim dan curah hujan, serta
penggunaan Lahan.
2.1.1 Gambaran Bio Fisik Wilayah
Secara geografis Kabupaten Majene terletak antara 200
38’ 45” – 300 38’ 15” Lintang Selatan dan antara 1180 45’ 00”
- 1190 4’ 45” Bujur Timur. Kabupaten Majene merupakan
salah satu dari 5 kabupaten yang berada dalam wilayah

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-2
KABUPATEN MAJENE

Provinsi Sulawesi Barat yang terletak di pesisir pantai barat


Propinsi Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara.
Jarak Kabupaten Majene ke ibukota Propinsi Sulawesi Barat
(Kota Mamuju) kurang lebih 146 km.
Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km2
atau 5,6% dari luas Propinsi Sulawesi Barat 16.990,77 Km²,
terdiri atas 8 kecamatan dan 20 Kelurahan serta 62 desa.
Adapun kecamatan di Kabupaten Majene adalah Kecamatan
Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Pamboang,
Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammerodo Sendana,
Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Malunda dan
Kecamatan Ulumanda. Pada dasarnya wilayah Kabupaten
Majene sangat berpengaruh terhadap daerah sekitarnya ini
dapat dilihat dari letak Kabupaten Majene secara
administrative.
Secara administratif Kabupaten Majene berbatasan dengan
wilayah-wilayah berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Polewali
Mandar dan Mamasa
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar
 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Kecamatan Ulumanda merupakan wilayah kecamatan


terluas dibanding dengan luas wilayah kecamatan lainnya
yakni; 456,06 km² atau 48,10%, kemudian Kecamatan
Malunda dengan luas wilayah 187,85 Km2 atau 19,81%,
sedangkan wilayah kecamatan dengan luas wilayah terkecil
adalah Kecamatan Banggae dan Banggae Timur, dengan luas
wilayah masing-masing adalah Kecamatan Banggae 25,15

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-3
KABUPATEN MAJENE

km² atau 2,65% dan Kecamatan Banggae Timur 3,17% dari


luas total wilayah Kabupaten Majene.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran asministratif
Kabupaten Majene dapat dilihat pada gambar 2.1 Peta
Administrasi Kabupaten Majene yang diambil dari Dokumen
RTRW Kabupaten Majene dibawah ini.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-4
KABUPATEN MAJENE

2.1.1. Kondisi Klimatologi


Parameter klimatologi dapat dihimpun dan mempunyai
kaitan erat dengan Perencanaan SSK Kabupaten Majene
adalah tipe iklim, curah hujan dan suhu udara.
Kondisi iklim wilayah Kabupaten Majene dan sekitarnya
secara umum ditandai dengan hari hujan dan curah hujan
yang relatif tinggi dan sangat dipengaruhi oleh angin musim,
hal ini dikarenakan wilayahnya berbatasan dengan laut lepas
(Selat Makassar dan Teluk mandar). Berdasarkan hasil
pengamatan dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Banggae,
Pamboang dan Malunda serta dalam dua tahun terakhir
(2007-2010) memperlihatkan rata-rata hari hujan dan curah
hujan berkisar antara 1147.8- 1652.9 hari/tahun dan hari
hujan sekitar 167-199 mm/tahun dimana curah hujan
tertinggi terjadi di Kecamatan Malunda. Apabila dilihat dari
waktu musim hujan di wilayah ini berawal pada Bulan
September hingga Bulan Mei dan setelah itu memasuki
memasuki musim kemarau, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1.
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan
Di Kabupaten Majene Tahun 2007-2010
Curah Hujan Hari Hujan
No Bulan 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Januari 270.1 203 597.8 218.5 18 17 19 18
2 Februari 62.5 153.1 163.2 292.3 18 20 22 16
3 Maret 68.1 67.7 139.6 84.9 18 20 13 17
4 April 96.7 314.2 148 115.1 21 22 17 13
5 Mei 223.1 33.6 122.3 196.1 16 11 20 24
6 Juni 264.2 167.5 20.6 260.2 22 15 7 25
7 Juli 4.9 95.3 59.5 270.4 7 17 13 22
8 Agustus 63 68.6 32.6 206.4 13 18 8 22
9 September 72 166 6.2 303.4 6 11 6 25
10 Oktober 59 309.2 116.5 215.9 16 22 12 22
11 November 170.6 310.4 152.5 224.9 19 22 15 16
12 Desember 118.2 365.4 154.14 169.3 23 23 13 27
Jumlah 1472.4 2254 1712.9 2557.4 197 218 165 247
Sumber; Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene, 2010

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-5
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.2 Peta Kondisi Klimatologi Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030
Iklim di Kabupaten Majene tergolong kering, yang
menurut Peta Iklim Sulawesi Selatan, yang dipetakan
berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman (Oldeman dan
Sjarifuddin, 1977), digolongkan kedalam kelas iklim E2, E1,
D3, D2, dan D1 (mayoritas) yang artinya kering. Variasi

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-6
KABUPATEN MAJENE

jumlah bulan basah dari nol sampai hanya dua sampai tiga
bulan per tahun. Jumlah curah hujan tahunan hanya sekitar
1.000 mm (rata-rata di bawah 1.000 mm), seperti di daerah
Pamboang sampai ke Banggae. Wilayah yang agak basah
Kabupaten Majene hanya ditemukan disekitar Malunda dan
daerah perbatasan dengan Mamuju dan Mamasa.
Klasifikasi iklim dibuat berdasarkan sistem yang
digunakan Oldeman (Oldeman dan Sjarifuddin, 1977).
Sementara, data curah hujan yang diperoleh dari stasiun-
stasiun pengukuran hujan yang ada di Kabuipaten Majene
dalam Assessment, dan data suhu, angin ataupun
kelembapan udara di wilayah ini.

2.1.2. Topografi dan Kemiringan Lereng


Kabupaten Majene dibangun oleh wilayah yang
topografinya bervariasi dari datar sampai berbukit dan
bergunung, dengan kemiringan lereng kurang dari 3 %
sampai lebih dari 100 %. Hamparan daerah dengan topografi
datar ditemukan di sepanjang wilayah paralel dengan garis
pantai kabupaten ini. Hamparan wilayah datar terutama
ditemukan mulai dari pantai barat Kecamatan Sendana
menuju ke selatan sampai ke Kecamatan Banggae dan
Banggae Timur (Ibukota Kabupaten). Sebagian besar wilayah
Kabupaten Majene dengan topografi berbukit dan bergunung.
Klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Majene dari
permukaan air laut mulai dari 0-25 m sampai diatas 1.000
meter. Berdasarkan kelas ketinggian muka laut yang tersebar
di wilayah Kabupaten Majene pada umumnya tergolong kelas
ketinggian 100-500 meter yakni 38,69% dan ketinggian 500-

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-7
KABUPATEN MAJENE

1000 meter yakni 35,98% dari total keseluruhan wilayah


kabupaten. Kecamatan Malunda merupakan

Gambar 2.3 Peta Topografi dan Kemiringan Lereng Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030
Wilayah dengan luas wilayah terluas pada umumnya
merupakan wilayah pegunungan dengan ketinggian muka
500-1000 meter sebesar 30.219 Ha. Untuk lebih jelasnya

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-8
KABUPATEN MAJENE

klasifikasi ketinggian dari permukaan laut menurut wilayah


kecamatan, sebagaimana pada tabel 2.2 dan peta dibawah
ini.
Tabel 2.2
Klasifikasi Ketinggian dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Majene Tahun 2010
Luas Klasifikasi Ketinggian (Ha)
No Kecamatan Wilayah
0 - 25 M 25 – 100 M 100 -500 M 500-1000 M >1000 M
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Banggae 5.519 2.122 1.750 1.647 - -
2 Banggae * * * * * *
Timur
3 Pamboang 7.019 584 952 4.833 550 -
4 Sendana 17.881 2.466 1.091 10.466 3.007 50
5 Tammerodo * * * * * *
6 Tubo * * * * * *
7 Malunda 64.365 3.160 3.391 19.310 30.219 8.277
8 Ulumanda * * * * * *
Jumlah 94.784 8.332 7.184 36.256 33.776 8.327
Sumber; Kabupaten Majene Dalam Angka, 2010

2.1.3. Kondisi Hidrogeologi


Kondisi hidrologi Kabupaten Majene sangat berkaitan
dengan tipe iklim yang ada. Keberadaan air tanah dangkal ± 4
m. Kondisi hidrologi permukaan juga ditentukan oleh sungai-
sungai yang ada dengan jumlah sungai yang tersebar di
wilayah Kabupaten Majene berkisar 73 sungai baik besar
maupun kecil. Pada umumnya debit air sungai-sungai
tersebut relatif besar yaitu Sungai Tubo, Tammerodo yang
berada di wilayah Kecamatan Sendana, sungai Maitting,
Manyamba, Pamboang di Kecamatan Pamboang, sungai
Malunda di Kecamatan Malunda dan sungai Kaiyong. Sungai
terbesar yang di Kabupaten Majene adalah Sungai Tubo dan
sungai Maitting yang memiliki debit air yang relatif besar dan
merupakan sungai yang berhulu di pegunungan dan
bermuara di Selat Makassar. Keberadaan debit air sungai

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-9
KABUPATEN MAJENE

tersebut perlu dijaga kelestariannya mengingat masih banyak


penduduk yang memanfaatkan air sungai sumber keperluan
rumah tangga dan ke depan perlu dikembangkan sebagai
sumber air bersih mengingat pertambahan penduduk
semakin merasakan pentingnya air bersih.
Sumberdaya air disamping berfungsi untuk kehidupan
sehari-hari juga berfungsi untuk berusaha dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan manusia seperti pertanian,
perikanan, perindustrian, pembangkit tenaga listrik dan
sebagainya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedaan
hidrologi yaitu curah hujan, tipe iklim dan sungai. Kondisi
hidrologi di Kabupaten Majene, meliputi potensi air tanah dan
potensi air sungai, dimana potensi air tanah di Kabupaten
Majene cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3.
Potensi Hidrologi Dirinci Menurut Banyaknya Sungai yang
Mengalir Di Kabupaten Majene Tahun 2010
No Kecamatan Nama Sungai
(1) (2) (3)
1 Banggae Sungai Majene dan Sungai Camba
2 Banggae Timur Sungai Lembang Siruppa
3 Pamboang Sungai Pamboang, Koi, Lembang Piung, Lembang
Taduang, Lembang Abaga, Lembang Lena,
Lembang Teppo
4 Sendana Sungai Mosso, Pumalla, Teleppo, Apoleang, Para,
Sirua kota, Labuang, Lembang, Palipi, Kadopo, Palla
pallang, Manyamba
5 Tammerodo Sungai Potandek, Polo – polo, Sipitu, Wai sepong,
Taridi,
Lombongan, Tamerodo, Mayatapi, Mayamba, Talakomi
6 Tubo Sungai Sumakuyu, Wai sering, Labuang, Pumbiu,
Tapamekan, Labuang onang, Laia, Galung – galung,
Batu roro, Pulung, Kulasi, Takombe, Salabulo
7 Malunda Sungai Asa-asaang, Tamalere, Meletung, Ipo,
Maliaya, Reruang, Lombang, Lemo, Kalangae,
Serepo, Samalio, Ratte Punaga, Malunda, Dopi
8 Ulumanda Sungai Potenaan, Malamakula, Toe-Toe, Samabaho-
Baho, Pesawang, Pulosok, Maiting, Tikaung,
Tambung, Lamoliang, Tapango, Lemo, Palang,
Kayang, Lombongan, Tatung, Pekalong, Pondang,
Lasa, Tubo, Baulu, Tamerindi, Takang, Makulak,
Manda, Tamalonag
Sumber; Kabupaten Majene Dalam Angka, 2010

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-10
KABUPATEN MAJENE

2.2 Pola Penggunaan Lahan


2.2.1. Tata Ruang Eksisting
Pola penggunaan lahan di Kabupaten Majene pada
tahun 2010, terdiri dari lahan sawah yang meliputi irigasi
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa dan tadah
hujan. Untuk lahan kering meliputi prkarangan, tegal/kebun,
ladang/ huma, padang rumput, hutan rakyat, hutan negara,
perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan lahan lainnya meliputi
tambak dan kolam/empang/tebat. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat tabel 2.4 dan Peta Pola Penggunaan Lahan Kabupaten
Majene sebagai berikut.
Tabel 2.4
Pola Penggunaan Lahan Bukan Sawah Kabupaten Majene
Tahun 2010
No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Lahan Sawah 861 100,00
1. Irigasi Setengah 135 15,68
Teknis
2. Irigasi Sederhana 133 15,45
3. Irigasi Desa 68 7,90
4. Tadah Hujan 525 60,98
2 Lahan Kering 92.834 100,00
1. Pekarangan 984 1,06
2. Tegal/Kebun 6.470 6,97
3. Ladang/Huma 5.482 5,91
4. Padang Rumput 4.334 4,67
5. Hutan Rakyat 16.671 17,96
6. Hutan Negara 46.466 50,05
7. Perkebunan 9.240 9,95
8. Lain-lain 3.187 3,43
3 Lahan Lainnya 236 100,00
1. Tambak 8 3.39
2. Kolam/Empang/Tebat 228 96,61
Jumlah 93.070 100,00
Sumber : Kantor BPN Kabupaten Majene, 2012

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-11
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

2.2.2. Rencana Tata Ruang


Prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan
sistem kota-kota atau pusat permukiman di Kabupaten
Majene meliputi :
a. Pembatasan limpahan perkembangan perkotaan dari
daerah hinterland;
b. Pengembangan sistem transportasi yang mendukung
struktur ruang pada sistem perkotaan;

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-12
KABUPATEN MAJENE

c. Menjaga keberadaan kawasan lindung;


d. Pengintegrasian fungsi dan sistem kota-kota atau pusat
permukiman; dan
e. Antisipasi terhadap perkembangan kegiatan di masa
mendatang.
Pengembangan sistem kota-kota bertujuan untuk
mewujudkan keseimbangan dan keselarasan pembangunan
antarwilayah sesuai fungsi yang diembannya, daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup. Berdasarkan
kelengkapan fasilitas, prosentase luas lahan terbangun,
kepadatan bersih penduduk dan kepadatan bangunan,
terdapat 4 (empat) orde pelayanan di Kabupaten Majene
sebagai berikut :
 PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) : Kecamatan Banggae
dan Banggae Timur
 PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) : Kecamatan
Malunda, Kecamatan
Pamboang, dan
Somba Kecamatan
Sendana
 PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : Kecamatan
Tammerodo, Tubo
Sendana dan
Kecamatan
Ulumanda.
 PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) : Kelurahan Baruga di
Kecamatan Banggae
Timur, Kelurahan
Sirindu di Kecamatan

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-13
KABUPATEN MAJENE

Pamboang, Kelurahan
Tallubanua di
Kecamatan Sendana,
Desa Ulidang di
Kecamatan
Tammero’do Sendana;
dan Desa Maliaya di
Kecamatan Malunda.
a. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) Kota Majene: Kecamatan
Banggae dan Banggae Timur :
Fungsi utama :
 Sub Pusat Pengembangan Sulbar (Pusat Kegiatan
Lokal, PKL)
 Pusat Pendidikan Sulbar
 Pusat Pemerintahan Regional
 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi
 Pusat Pelayanan Kepelabuhanan
 Pusat Industri Perikanan
Fungsi Penunjang:
 Perdagangan Regional
 Sistem Transportasi Regional
 Perikanan Terpadu
 Industri Jasa Kemaritiman
 Jasa Kepariwisataan
 Permukiman
 Jasa Kepelabuhanan
 Agroindustri dan Agrobisnis
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) mempunyai skala
pelayanan seluruh Kabupaten Majene diarahkan pada:

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-14
KABUPATEN MAJENE

 Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-


kota utama di Propinsi Sulbar terutama kota-kota
dengan hirarki yang sama dan yang ada diatasnya,
dengan meningkatkan sarana dan prasarana
perhubungannya.
 Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi
kota dengan pendekatan Program Pembangunan
Prasarana Kota Terpadu (P3KT), yang mencakup
penyediaan bagi kecukupan air bersih, jalan kota,
sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah
buangan, persampahan, serta perbaikan kawasan
pemukiman.
 Peningkatan peran serta investasi swasta dalam
pengadaan dan pembangunan sarana dan prasarana
kota.
 Pengembangan kegiatan ekonomi kota (jasa dan
perdagangan) dalam rangka memacu pertumbuhan
dan perkembangan daerah serta memperluas
kesempatan kerja.
 Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata
ruang kota (RDTRK dan RTRK), pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang kota secara
terpadu.
b. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi): Kecamatan
Malunda, Kecamatan Pamboang, dan Kecamatan
Sendana:
Fungsi utama:
 Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-15
KABUPATEN MAJENE

 Pusat Pelayanan Kepelabuhan


 Pusat pengembangan industri perahu Sandeq serta
pengembangan seni.
 Pusat pengembangan wisata agro (pertanian dan
perkebunan) dan religi.
Fungsi Penunjang:
 Perdagangan Lokal
 Transportasi Lokal
 Jasa Kepariwisataan
 Perikanan Laut
 Jasa Kepelabuhanan
 Permukiman
 Penghasil Pertanian
PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) mempunyai skala
pelayanan sebagian wilayah Kabupaten Majene dalam
klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada:
 Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi
kota, serta peningkataan ketersediaan sarana dan
prasarana produksi bagi kawasan pertambangan,
pertanian, perkebunan, dan industri.
 Peningkatan sarana komunikasi antar wilayah
pengembangan yang ada di Kabupaten Majene.
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang
dilayaninya melalui pengembangan sistem transportasi
yang memadai.
 Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi
ibukota kabupaten.
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan): Kecamatan Tammerodo,
Tubo Sendana dan Kecamatan Ulumanda:

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-16
KABUPATEN MAJENE

Fungsi utama:
 Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan
 Pusat Industri Rakyat
Fungsi Penunjang:
 Industri Kecil Rakyat
 Hasil-hasil Pertanian
 Hasil-hasil perkebunan
 Jasa Kepariwisataan
 Permukiman
 Penghasil perikanan darat dan laut.
PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) mempunyai skala
pelayanan di wilayah sekitarnya, dan diarahkan pada:
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PKLp dan
Ibukota Kabupaten (PKW).
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang
dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan.
 Peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana
produksi bagi kawasan pertambangan, pertanian,
perkebunan, dan perikanan.
 Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra
produksi.
d. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) : Kelurahan Baruga di
Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan Sirindu di
Kecamatan Pamboang, Kelurahan Tallubanua di
Kecamatan Sendana, Desa Ulidang di Kecamatan
Tammero’do Sendana; dan Desa Maliaya di Kecamatan
Malunda :
Fungsi utama:

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-17
KABUPATEN MAJENE

 Pusat Perdesaan
 Pusat Industri Rakyat
 Penghasil Pertanian dan Perkebunan
Fungsi Penunjang
 Permukiman
 Pusat Pelayanan Sosial
 Sistem Transportasi Perdesaan
 Pusat Pelayanan Ekonomi tingkat perdesaan.
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) mempunyai skala
pelayanan di tingkat pelayanan lingkungan dan wilayah
sekitarnya, serta diarahkan pada :
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PPL dan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) wilayah Kecamatan serta
Ibukota Kabupaten
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang
dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan
untuk melayani kegiatan skala antar perdesaan
 Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra
produksi
 Peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana
produksi bagi kawasan pertambangan, pertanian,
perkebunan, dan perikanan.
 Peningkatan fungsi perdesaan sebagai penyangga
fungsi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di wilayah
Kecamatan.
Dalam rencana pola ruang Kabupaten Majene pola
ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi Kawasan hutan
lindung, Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-18
KABUPATEN MAJENE

kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan setempat,


Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya,
Kawasan rawan bencana alam, Kawasan lindung geologi; dan
Kawasan lindung lainnya. Sedangkan yang meliputi kawasan
budidaya yakni Kawasan peruntukan hutan produksi,
Kawasan peruntukan hutan rakyat, Kawasan peruntukan
pertanian, Kawasan peruntukan perikanan, Kawasan
peruntukan pertambangan, Kawasan peruntukan industri,
Kawasan peruntukan pariwisata, Kawasan peruntukan
permukiman; dan Kawasan peruntukan lainnya.
Rencana kawasan strategis Kabupaten Majene meliputi
Kawasan Strategis Provinsi yakni kawasan strategis Ibu Kota
Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat yang terletak di Kota
Majene dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten yang
meliputi Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi, Kawasan yang memiliki nilai strategis
dari sudut kepentingan sosial budaya, Kawasan yang
memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
dan Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-19
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-20
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.7 Peta Rencana Jaringan Prasarana Utama Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-21
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.8 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-22
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.9 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-23
KABUPATEN MAJENE

2.3 Kondisi Sosial Ekonomi


2.3.1. Perkembangan Jumlah Penduduk
Pada dasarnya jumlah Penduduk tidak terlepas dari 3 (
tiga ) faktor utama yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi.
Perkembangan jumlah Penduduk terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini terlihat dari jumlah
penduduk di Kabupaten Majene pada tahun 2007 sebesar
138.714 jiwa dan pada tahun 2008 sebesar 148 647 jiwa.
Sehingga pada tahun 2010 penduduk Kabupaten Majene
mengalami peningkatan menjadi 151.107 jiwa yang terbagi
kedalam jenis kelamin laki-laki sebanyak 73.673 jiwa dan
jenis kelamin perempuan sebanyak 77.434 jiwa dengan rasio
jenis kelamin 95,14.
2.3.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk ditentukan oleh luas wilayah dan
jumlah penduduk yang menempati wilayah tersebut. Pada
akhir tahun 2007 berdasarkan hasil rekapitulasi data jumlah
penduduk Kabupaten Majene tercatat sebanyak 138.714 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 146 jiwa per
kilometer. Sedangkan pada akhir tahun 2010 angka tersebut
telah berubah menjadi 151.107 jiwa, yang terdiri dari 73.673
jiwa penduduk kaki-lalki dan 77.434 jiwa penduduk
perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai
159,42 jiwa per kilometer. Jumlah penduduk tertinggi berada
di Kecamatan Banggae dengan jumlah penduduk sebanyak
37.333 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1.484,41
Jiwa/Km2, sedang jumlah penduduk terendah berada di
Kecamatan Tubo sendana dengan jumlah penduduk 8.214
jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 199,51

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-24
KABUPATEN MAJENE

Jiwa/Km2 sedangkan kepadatan penduduk terendah berada


di Kecamatan Ulumanda dengan jumlah penduduk sebanyak
8.266 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk hanya
mencapai 18,13 jiwa per kilometer persegi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5 mengenai luas wilayah
dan kepadatan penduduk di Kabupaten Majene tahun 2010
dibawah ini.
Tabel 2.5.
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten
Majene Tahun 2010
Jumlah Kepadatan
Luas Jumlah
No Kecamatan Penduduk Penduduk
(Km2) Kel./Desa
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Banggae 25,15 4 37.333 1.484,41
2 Banggae Timur 30,04 5 28.550 950,40
3 Pamboang 70,19 7 20.800 296,34
4 Sendana 82,24 6 20.374 247,74
Tammero’do
5 55,4 4 10.584 191,05
Sendana
6 Tubo Sendana 41,17 4 8.214 199,51
7 Malunda 187,65 6 16.986 90,52
8 Ulumanda 456,00 4 8.266 18,13
Total 987,84 40 151.107 159.42
Sumber : Kantor BPS Kabupaten Majene, 2012
Gambar 2.10
Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Di
Kabupaten Majene Tahun 2010
18971
20000
14846
15000
10747 10593
8585
10000
5398
4186 4108 LAKI-LAKI
5000
PEREMPUAN
0

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-25
KABUPATEN MAJENE

Indeks Pembangunan Manusia


Pembangunan manusia merupakan paradigma
pembangunan yang menempatkan manusia sebagai
fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan
pembangunan. Pada dasarnya sasaran pembangunan
manusia adalah tercapainya penguasaan atas sumber
daya guna memperoleh pendapatan untuk mencapai
kehidupan yang layak, peningkatan derajat kesehatan
dan peningkatan akses pendidikan. Keberhasilan
pembangunan manusia dapat ditunjukkan dengan
indikator yang disebut Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).
Berdasarkan data tahun 2006 - 2010, IPM
Kabupaten Majene meningkat dari tahun ke tahun.
Data terakhir tahun 2010 menunjukkan bahwa IPM
Kabupaten Majene telah mencapai 71,34 atau
meningkat sebesar 0,51 poin jika dibandingkan
dengan tahun 2009. Pencapaian ini sekaligus
menempatkan Kabupaten Majene sebagai daerah
dengan nilai IPM tertinggi di Sulawesi Barat.
Walaupun demikian berdasarkan kriteria UNDP
(United Nation Development Programme) nilai IPM
Kabupaten Majene termasuk dalam katagori IPM
menengah. Adanya peningkatan IPM tersebut tidak
terlepas dari upaya Pemerintah Kabupaten Majene
untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi selaras
dengan pembangunan manusia yang diupayakan
melalui berbagai program pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-26
KABUPATEN MAJENE

kapabilitas penduduk, dimana pencapaian IPM


tersebut dicerminkan oleh kontribusi ke-3 komponen
utama IPM, yaitu : Indikator kesehatan dengan Angka
Harapan Hidup (AHH), Tingkat Pendidikan dan
Kemampuan Daya Beli. Perkembanganpencapaiam
IPM berikut ketiga komponen tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut selama tahun 2006 sampai 2010
dapat dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 2.9 Perkembangan IPM dan Indikator
Pendukung IPM Kabupaten Majene
tahun 2006 – 2010
No Indikator 2006 2007 2008 2009 2010

1. IPM 68,6 69,12 70,28 70,83 71,34

2. Angka Harapan 64,10 64,43 64,73 65,06 65,38


Hidup (Tahun)

3. Tingkat 7,34 7,64 8,14 8,18 8,40


Pendidikan
(Tahun)

4. Kemampuan 627,30 628,90 634,300 638,640 643.700


Daya Beli 0 0
(Rp/Kapita)
Sumber : BPS Kab. Majene dan Instansi Teknis
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Majene dibandingkan dengan
Sulawesi Barat dan Kabupaten lain di Sulawesi Barat
dari tahun 2007 - 2010 dapat dilihat pada tabel
berikut ;

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-27
KABUPATEN MAJENE

Tabel 2.10 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi
Barat Tahun 2007 – 2010
2007 2008 2009 2010
Kabupaten
No Peringk IPM Peringkat IPM Peringkat
/Kota IPM IPM Peringkat
at
1 Majene 69,12 2 70,28 1 70,83 1 71,34 1
2 Polewali 64,77 5 65,91 5 66,61 5 67 5
Mandar
3 Mamasa 69,16 1 69,79 2 70,18 2 70 2
4 Mamuju 67,60 4 68,50 4 68,89 4 69 4
5 Mamuju 68,84 3 69,27 3 69,55 3 69 3
Utara
Sumber ; BPS Sulawesi Barat, 2010

2.3.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah,
yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang
dan jasa yang disajikan dalam satu tahun diwilayah tersebut.
PDRB Majene atas dasar harga berlaku pada tahun 2010
sebesar 1.356.275,61 juta Rupiah dengan kontribusi terbesar
diberikan oleh sector pertanian yakni sebesar 50,56 persen
dan disusul sektor jasa-jasa sebesar 14,72 persen.
PDRB Majene atas dasar harga konstan 2000 untuk
tahun 2010 sebesar 611.588,41 juta rupiah atau meningkat
sebesar 8,69 persen dari tahun sebelumnya. Angka lainnya
yang dapt diturunkan dari angka PDRB adalah angka PDRB
Perkapita. Indikator ini biasa digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk disuatu daerah. PDRB
Perkapita (atas dasar harga berlaku) Majene pada tahun 2010
sebesar 8.975.597 rupiah, meningkat sebesar 1,65 persen
dibandingkan dengan tahun 2009 dengan PDRB Perkapita
sebesar 8.829.660 rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 2.11 grafik dibawah ini.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-28
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.11
PDRB Kabupaten Majene Atas Dasar Harga Berlaku Dan Harga
Konstan Tahun 2008-2010 (Miliar Rp)

1,356.28
1,400.00 1,176.96
1,200.00 1,063.40
PDRB adh
1,000.00 Berlaku
800.00 611.59
530.49 562.69
PDRB adh
600.00
Konstan
400.00
200.00
0.00
2008 2009 2010
2.3.4. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Majene
bervariasi dari sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan, pertambangan, perikanan, perburuan, jasa,
serta di sektor lainnya dimana penduduk bekerja dirinci
menurut lapangan usaha dengan penduduk umur 15 tahun
ke atas. Sektor yang paling besar menyerap tenaga kerja
adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan sektor
perikanan dengan jumlah penduduk sebanyak 42,26 %,
sedangkan untuk sektor jasa masyarakat/comunity, social
and personal services sebanyak 17,11 %. Sektor jasa lainnya
yang meliputi pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan
air, bangunan, angkutan, pergudangan dan komunikasi,
asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa
perusahaan sebanyak 15,10 %. Untuk sektor perdagangan
besar, eceran, rumah makan dan hotel sebanyak 14,78 %
serta sektor industri pengolahan hanya mencapai 7,75 %
penduduk yang bekerja.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-29
KABUPATEN MAJENE

2.4 Ruang dan Lahan


2.4.1. Fungsi Kabupaten Majene
Menurut RTRW Provinsi Sulawesi Barat, khususnya
dalam Rencana Kawasan Strategis, Kabupaten Majene
diarahkan untuk kegiatan Pusat Kota Pendidikan dan
Kawasan Pusat Pelabuhan Perikanan (PPI) Palipi yang berada
di Kecamatan Sendana sedangkan dalam pola pengembangan
pemanfaatan ruang kawasan budidaya diarahkan untuk
kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata, pertanian
holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, pendidikan
dan pengetahuan. Selama ini Kabupaten Majene merupakan
salah satu kawasan yang penting dalam memberikan
kontribusi terhadap Provinsi Sulawesi Barat dan dalam hal
kegiatan sektor pendidikan dan pertanian serta sektor
perikanan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kota Majene
termasuk dalam tahapan pengembangan Baru untuk
Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat
Pertumbuhan Nasional serta Pemeliharaan dan perwujudan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan dampak
negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
Sedangkan posisi Kabupaten Majene dalam Rencana
Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi, baik dalam kebijakan
struktur maupun pola ruang adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan jaringan Jalan Lintas Barat dengan
prioritas sedang yang menghubungkan kota-kota :
Kwandang – Tolinggula - Buol – Tolitoli – Ogotua –

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-30
KABUPATEN MAJENE

Pantoloan – Palu – Donggala – Pasangkayu – Mamuju –


Majene – Polewali – Pinrang –Parepare – Barru –
Pangkajene – Maros – Makassar – Sungguminasa –
Takalar –Jeneponto – Bantaeng - Bulukumba;
b. Pelabuhan Regional di Majene dengan prioritas sedang;
c. Pengendalian perkembangan kota-kota dan kawasan-
kawasan budidaya dari bencana gempa bumi terutama di
wilayah tengah Pulau Sulawesi;
d. Pengendalian perkembangan kota-kota dan kawasan-
kawasan budidaya dari bencana alam Tsunami terutama
di daerah pesisir barat Sulawesi Selatan dan Barat; dan
e. Pengendalian perkembangan kota-kota dan kawasan-
kawasan budidaya dari bencana gerakan tanah atau
longsor terutama di lereng kaki gunung
2.4.2. Peran Kabupaten Majene
Mengenai peranan Kabupaten Majene ditinjau dari
kontribusi perekonomiannya terhadap pembentukan PDRB
Sulawesi Barat, selama periode 2009-2010 Kabupaten Majene
memberikan sumbangan di sektor Pertambangan dan
Penggalian serta sektor pertanian dan perikanan. Ini dilihat
dari pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha
Kabupaten Majene pada Tahun 2010 berdasarkan sumber
dari BPS Kabupaten Majene.
Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Majene memiliki
kedudukan yang cukup strategis ditinjau dari skala regional,
dimana Kabupaten Majene berada berdampingan dengan Ibu
Kota Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Majene memiliki
sejumla potensi yang dapat menunjang percepatan

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-31
KABUPATEN MAJENE

pertumbuhan dan perkembangan di Kabupaten Majene,


diantaranya :
a. Kabupaten Majene merupakan Kabupaten yang diarahkan
untuk pengembangan kawasan pusat Pendidikan dan
kawasan perikanan nusantara.
b. Kabupaten Majene berada pada jalur jalan lintas regional
Sulawesi, yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Barat
dengan Propinsi-propinsi lain di Pulau Sulawesi.
c. Dalam rencana sistem prasarana transportasi juga
dilakukan pada tingkat nasional untuk Jaringan Rel
Kereta Api. Dalam Rute Pengembangan Jaringan Rel
Kereta Api di arahkan melalui jalur pesisir pantai barat
Pulau Sulawesi yaitu mulai dari perbatasan dengan
Kabupaten Pinrang (Sulsel) – Polewali – Majene – Mamuju
– Kaluku – Karosa – Baras – Pasangkayu – perbatasan
dengan Kabupaten Dongggala (Sulteng) dengan prioritas
utama adalah jalur perbatasan dengan Kabupaten Pinrang
(Sulsel) – Polewali – Majene – Mamuju.
d. Ini merupakan bagian dari rencana jaringan rel kereta api
lintas barat Pulau Sulawesi yang melintang mulai dari
Kota Makassar sampai dengan Manado dengan rute
Makassar – Pare-pare – Mamuju – Palu – Gorontalo –
Manado.
Faktor-faktor tersebut memberikan keuntungan
lokasional bagi Kabupaten Majene dalam pengembangan
perdagangan, jasa dan industri. Selain itu, hal tersebut
memberikan akses yang tinggi terhadap faktor-faktor
perdangan dan industri ser ta pengembangan pemasaran
produk-produk yang dihasilkan oleh Kabupaten Majene. Hal

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-32
KABUPATEN MAJENE

lain yang memberikan keuntungan adalah bahwa kedekatan


Kabupaten Majene dengan Provinsi Sulawesi Selatan
(Kabupaten Pinrang sampai ke Kota Makassar) dan Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tengah (Kota Palu) yang merupakan
wilayah dengan konsentrasi penduduk yang cukup tinggi,
sehingga merupakan pangsa pasar yang sangat besar bagi
produk industri maupun perdagangan.
Berdasarkan kebijakan makro, Kabupaten Majene
berfungsi sebagai daerah Pusat Pendidikan Provinsi Sulawesi
Barat yang berpusat di Kota Majene (Kecamatan Bangae dan
Kecamatan Banggae Timur. Berdasarkan kebijakan makro di
atas, Kabupaten Majene diarahkan pengembangannya
sebagai berikut :
a. Mengembangan Kota Majene sebagai pusat WP Kabupaten
Majene yang didukung dengan pengembangan jaringan
jalan yang menghubungkan wilayah ini dengan pusat-
pusat WP lainnya serta penyediaan infrastruktur lainnya
yang memadai.
b. Membagi wilayah kabupaten menjadi 4 (empat) wilayah
pengembangan.
c. Mengembangkan sistem kota-kota dengan hirarki yang
sesuai dengan pembagian jenjang pelayanannya.
d. Penciptaan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial
untuk dikembangkan di sekitar kota Majene. Kota Majene
sebagai pusat WP dengan hirarki I yang merupakan pusat
pengembangan Kabupaten Majene, yang didukung oleh
kota dengan hirarki yang lebih kecil.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-33
KABUPATEN MAJENE

e. Pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk


menata fungsi dan struktur jaringan jalan yang sesuai
dengan sebaran fungsi kegiatan primer dan sekunder.
f. Perkembangan wilayah terbangun diarahkan dan
diprioritaskan ke arah utara Kota Majene, serta pada
pusat masing-masing dari delapan kecamatan.
g. Penataan kawasan di sekitar kota kecamatan selain
Kecamatan Banggae dan Banggae sebagai kawasan
penyangga.
h. Peningkatan keterkaitan pengembangan kawasan
konservasi dengan kawasan budidaya pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan serta dengan
pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dalam
suatu keterpaduan kawasan.
2.4.3. Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas
Pengembangan wilayah Kabupaten Majene tidak hanya
diarahkan pada kawasan perkotaan melainkan mencakup
pula kawasan bukan perkotaan. Sistem kota – kota
merupakan arahan untuk menetapkan sistem perwilayahan
dengan hirarki pusat – pusat pelayanan jasa dan produksi
sesuai dengan fungsi, kecenderungan perkembangan dan
orioentasi perkembangannya. Sistem kota – kota dilakukan
melalui pengembangan pusat – pusat permukiman sebagai
pusat pelayanan jasa ekonomi, jasa pemerintahan dan jasa
sosial lainnya, bagi kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan serta kawasan nelayan, maupun dalam hubungan
interaksi antar pusat-pusat permukiman dengan wilayah-
wilayah yang dilayaninya secara hirarkis. Dengan demikian,

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-34
KABUPATEN MAJENE

pusat-pusat permukiman sebagaimana dimaksud diatas


meliputi pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan.
Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas dalam
sistem kota-kota didasarkan pada potensi wilayah serta
kelengkapan fasilitas, prosentase luas lahan terbangun,
kepadatan bersih penduduk dan kepadatan bangunan,
terdapat 4 (empat) orde pelayanan di Kabupaten Majene
sebagai berikut :
 PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) meliputi Kecamatan
Banggae dan Banggae Timur yang meripakan kawasan
Pendidikan.
 PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) meliputi Kecamatan
Malunda, Kecamatan Pamboang, dan Somba Kecamatan
Sendana.
 PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) meliputi Kecamatan
Tammerodo, Tubo Sendana dan Kecamatan Ulumanda.
 PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) meliputi Kelurahan
Baruga di Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan Sirindu
di Kecamatan Pamboang, Kelurahan Tallubanua di
Kecamatan Sendana, Desa Ulidang di Kecamatan
Tammero’do Sendana; dan Desa Maliaya di Kecamatan
Malunda.
Untuk mewujudkan struktur ruang dan arah
pengembangan di tiap kota maupun tiap wilayah
pengembangan maka perlu adanya fungsi pengembangan
yang harus ditetapkan agar ada ketegasan dalam
kebijaksanaan pengembangan di masa mendatang. Penetapan
fungsi didasarkan pada pertimbangan :
 Hirarki kota/kawasan perkotaan.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-35
KABUPATEN MAJENE

 Jangkauan pelayanan perkotaan tersebut terhadap


wilayah belakangnya.
 Basis ekonomi kota/kawasan perkotaan dalam wilayah
yang lebih luas. dan
 Kedudukan perkotaan tersebut dalam skala regional.
a. VISI dan MISI Kabupaten Majene
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)
Kabupaten Majene Tahun 2011 menetapkan bahwa visi dan
misi Kabupaten Majene adalah:
1. Visi
“Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata di
Kabupaten Majene dalam tata pemerintahan yang baik,
bersih, berwibawa, demokratis, dalam kehidupan agamais
dan berbudaya”
2. Misi
1. Peningkatan sumber daya manusia, aparatur pemerintah
dan masyarakat yang berilmu, profesional dan berakhlak
mulia.
2. Peningkatan akselerasi pembangunan bidang ekonomi,
kesejahteraan sosial, politik dan keamanan
3. Pengembangan dan pengamalan nilai-nilai agama dan
budaya sebagai sumber motivasi dan inovasi
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
4. Percepatan pembangunan infrastruktur jalan,
jembatan, lingkungan permukiman, sarana dan
prasarana kebutuhan dasar masyarakat
5. Peningkatan, pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestarian
sumber daya alam yang berkelanjutan untuk peningkatan
pendapatan masyarakat tanpa merusak lingkungan

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-36
KABUPATEN MAJENE

6. Peningkatan pelaksanaan sistem penyelenggaraan


pemerintahan yang profesional, demokratis, bersih, efektif
dan efisien
7. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat pada
berbagai bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
keagamaan, kepemudaan, olahraga, pariwisata, dunia
usaha, lembaga sosial masyarakat, kewartawanan,
hukum dan hak asasi manusia.
8. Optimalisasi pemanfaatan, pengelolaan dan peningkatan
produksi, hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan dan perikanan sebagai salah satu
upaya menurunkan kemiskinan
9. Peningkatan peran masyarakat dan lembaga keuangan di
daerah untuk mendorong pengembangan ekonomi
kerakyatan, ekonomi koperasi dan UKM, untuk
menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran
dan kemiskinan
3. Konsep Pembangunan Ekonomi
Basis ekonomi dan sektor unggulan Kabupaten Majene
yang dapat memicu dan menggerakkan pertumbuhan dan
perkembangan daerah sangat beragam, seperti sektor
unggulan bidang pertambangan, sektor unggulan bidang
pertanian, kehutanan, peternakan dan sektor unggulan
bidang perikanan dan jasa lingkungan. Kecenderungan
global semakin menguat menuntut perlunya daya saing
ekonomi daerah terutama daya saing komoditi ekspor
unggulan, oleh karena ekspor sebagai salah satu sumber
penerimaan daerah yang diharapkan dapat memberi
kontribusi terhadap peningkatan produk Domestik Regional

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-37
KABUPATEN MAJENE

Bruto (PDRB). Karena itu peluang-peluang untuk


membangun jaringan ekspor ke negara tujuan semakin
ditingkatkan.
Dari sisi internal, perekonomian Kabupaten Majene
adalah bagian integral dari perekonomian nasional dan
regional terutama Kawasan Timur Indonesia dan Provinsi
Sulawesi Barat pada khususnya. Keterkaitan yang kuat ini
akan memberi pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh
positif ditandai dengan adanya komitmen pemerintah pusat
untuk melakukan perbaikan ekonomi pada setiap daerah.
Dengan undang-undang otonomi daerah memberi ruang
gerak kepada pemerintah daerah untuk melakukan
optimalisasi potensi lokal, meskipun dalam kenyataannya
belum sepenuhnya dapat tercapai.
Dalam RPJMD Kabupaten Majene telah tertuang
konsep dalam melakukan pembangunan ekonomi yang
meliputi infrastruktur, koperasi, pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam, lembaga keuangan mikro,
peningkatan pelayanan masyarakat, dengan strategi dan
arah kebijakan sebagai berikut :
1. Penurunan angka kemiskinan melalui bantuan langsung
pada masyarakat, bantuan modal usaha, dan penciptaan
lapangan kerja
2. Peningkatan program bantuan dan dukungan unit usaha
ekonomi berbasis rumah tangga dan kelompok
perempuan
3. Peningkatan program pembangunan multi sektor di
perdesaan

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-38
KABUPATEN MAJENE

4. Peningkatan program pemberdayaan masyarakat melalui


pelatihan keterampilan
5. Optimalisasi pembangunan jalan, jembatan, drainase,
turap, talud dan bronjong
6. Peningkatan sarana dan prasarana irigasi dan rawa
7. Peningkatan program pengembangan wilayah strategis
dan cepat tumbuh
8. Pengembangan program pembangunan infrastuktur
perkotaan dan perdesaan
9. Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan
perdesaan
10. Peningkatan diversifikasi, efisiensi, produktifitas,
kualitas dan daya saing produksi hasil pertanian,
perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan
11. Peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan
12. Pemberdayaan bidang pertanian, kehutanan, perikanan
dan peternakan
13. Peningkatan pemasaran hasil – hasil pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan
14. Jaminan investasi bagi pihak swasta
15. Kemudahan system perizinan untuk usaha kecil dan
menengah
16. Pelatihan dan studi banding kelompok UKM
4. Konsep Pembangunan Perdesaan
Pembangunan daerah tertinggal diupayakan untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui berbagai
kebijakan yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan
tepat sasaran dalam upaya penanggulangan kemiskinan serta
menggerakkan kegiatan ekonomi secara merata. Sama halnya

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-39
KABUPATEN MAJENE

dengan yang dihadapi oleh daerah tertinggal pada umumnya,


di kabupaten Majene juga mengalami berbagai permasalahan
dalam pembangunan perdesaan antara lain rendahnya aset
yang dikuasai masyarakat perdesaan ke sumber daya ekonomi
dan disisi lain masih rendahnya tingkat pelayanan prasarana
dan sarana perdesaan serta masih rendahnya kualitas sumber
daya manusia.
Strategi pembangunan perdesaan yang dilakukan untuk
mengurangi kesenjangan dan masalah – masalah tersebut
pemerintah daerah melakukan program yaitu :
1. Peningkatan infrastruktur perdesaan
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi produktif di
kawasan perdesaan dilakukan hal – hal sebagai berikut :
 Peningkatan sarana jalan perdesaan yang
menghubungkan kawasan perdesaan dan perkotaan
 Peningkatan jalan tani
 Memperlancar akses jalan ke tempat – tempat kantong
produksi di perdesaan
 Optimalisasi jaringan irigasi dan jaringan pengairan di
perdesaan
 Peningkatan sarana permukiman, kesehatan dan
pendidikan di perdesaan
2. Pemberdayaan masyarakat perdesaan
Untuk membangun kawasan perdesaan dan
meningkatkan kapasitas pemerintahan ditingkat local dalam
mengelolah sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang
baik dan benar maka dilakukan program pemberdayaan
masyarakat perdesaan melalui :

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-40
KABUPATEN MAJENE

- Peningkatan penyuluhan dan pelatihan keterampilan


usaha bagi masyarakat perdesaan
- Peningkatan akses informasi di perdesaan
- Penguatan kelembagaan dan organisasi berbasis
masyarakat seperti BPD, kelompok tani, karang taruna,
koperasi dan lembaga adat
- Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
- Pengembangan kelembagaan untuk teknologi tepat guna
dan lingkungan
- Peningkatan kapasitas aparat pemerintah desa dan
kelembagaannya
3. Pengembangan ekonomi lokal
Untuk meningkatkan produktifitas dan nilai usaha
ekonomi di kawasan perdesaan dan mendorong perluasan
lapangan kerja di kawasan perdesaan dilakukan program
pengembangan ekonomi local melalui :
- Pemantapan dan pengembangan kawasan agropolitan
yang strategis dan potensial
- Peningkatan lembaga keuangan mikro di tingkat
perdesaan
- Peningkatan dan pengembangan usaha agribisnis yang
meliputi mata rantai dari hulu ke hilir serta jasa
penunjang
- Penguatan pasokan industry perdesaan dan penguatan
keterkaitan produksi berbasis lokal
- Peningkatan promosi produk – produk perdesaan

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-41
KABUPATEN MAJENE

Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut,


kebijakan pembangunan yang dinilai akan berimplikasi pada
pelayanan AMPL daerah adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan Pengembangan program pembangunan
infrastuktur perkotaan dan perdesaan dengan kebijakan
ini maka pelayanan AMPL akan menjadi salah satu
prioritas seperti penyediaan air minum dan limbah yang
tidak saja melayani kawasan industri namun juga
permukiman sekitar yang belum dilayani sistem
penyediaan air minum dan pengolahan air limbah
domestik
2. Kebijakan peningkatan sarana permukiman, kesehatan
dan pendidikan di perdesaan dengan kebijakan ini maka
pelayanan AMPL akan menjadi prioritas, masyarakat
berpenghasilan rendah menjadi prioritas kelompok
sasaran upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan,
termasuk melalui peningkatan cakupan akses air minum
dan sanitasi.
3. Kebijakan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan
perdesaan dengan kebijakan ini maka pemenuhan akses
air minum dan sanitasi untuk mendukung produktivitas
sumber daya manusia perkotaan dan perdesaan juga
menjadi prioritas.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-42
KABUPATEN MAJENE

b. VISI Pembangunan Sanitasi Kabupaten Majene


1. Visi Pembangunan Sanitasi
“Terwujudnya Masyarakat Majene Sehat melalui Penyediaan
Sanitasi yang Berkualitas”
1. Kata terwujudnya masyarakat sehat mengandung makna
terciptanya kondisi masyarakat yang bebas gangguan
kesehatan akibat sanitasi tidak sehat.
2. Kata penyediaan Sanitasi berkuantitas mengandung makna
pencapaian penyediaan sanitasi yang dibutuhkan oleh setiap
rumah tangga dan sarana-prasarana ideal untuk menjamin
penyehatan lingkungan masyarakat
3. Pencapaian penyehatan lingkungan layak merupakan
sarana sanitasi yang aman, higienis, dan nyaman, yang
dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya
dari kontak dengan kotoran manusia. Fasilitas sanitasi yang
layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur yang
terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau
tangki septik, termasuk jamban cemplung terlindung serta
memiliki ventilasi.
2. Misi Pembangunan Sanitasi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi
yang akan dijalankan oleh pemerintah daerah adalah :
a. Peningkatan pembangunan sektor Sanitasi yang kontinyu
dan berkualitas.
b. Mewujudkan ketersediaan sarana dan Prasarana yang
berkualitas dan berkelanjutan bagi masyarakat
c. Meningkatkan kinerja kelembagaan pengelola Sanitasi.
d. Mewujudkan kebijakan kepastian hukum yang
mendukung pembangunan dan pengelolaan Sanitasi

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-43
KABUPATEN MAJENE

3. Nilai
Untuk dapat mencapai visi-misi tersebut, terdapat
nilai–nilai yang patut dianut dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengelolaan sanitasi. Nilai–nilai tersebut
adalah :
1. Partisipatif : kesediaan masyarakat untuk berperan serta
mengubah perilaku hidup menjadi bersih dan sehat;
2. Sustainable : pembangunan harus dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan generasi yang akan datang;
3. Jujur dan berkeadilan : merupakan nilai dasar yang
selalu menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan
keputusan dan bertindak.
4. Koordinatif : merupakan nilai koordinasi antara
kelembagaan antara kelembagaan di internal
pemerintahan maupun antara kelembagaan pemerinta
dengan kelembagaan masyarakat dan swasta
5. Transparan dan akuntabel : kesadaran stakeholder
untuk melakukan pembangunan dengan cara yang
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mewujudkan keseluruhan misi yang terkandung
dalam visi pembangunan sektor sanitasi.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan akses sanitasi sehat bagi
masyarakat
2. Meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
masyarakat

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-44
KABUPATEN MAJENE

3. Mewujudkan kebijakan kepastian hukum yang


mendukung pembangunan dan pengelolaan Sanitasi
4. Meningkatkan kapasitas pendanaan untuk
pembangunan dan pengelolaan Sanitasi
5. Meningkatkan kinerja kelembagaan pengelolaan
Sanitasi
6. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan sektor Sanitasi
5. Sasaran
Untuk mewujudkan visi, misi dan nilai serta tujuan
pembanguna sektor Sanitasi ditetapkan sasaran jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek dengan
pencapaian target yang ditentukan per periode tersebut.
a. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang (2012-2022)
Sasaran pembangunan jangka panjang sector sanitasi
adalah tersedianya sarana sanitasi di seluruh wilayah
Kabupaten Majene secara berkelanjutan dan dikelola secara
mandiri sesuai dengan standar nasional.
Sasaran jangka panjang dilaksanakan selama 10 tahun
dimulai pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2022
b. Sasaran Pembangunan Jangka Menengah (2012-2016)
Sasaran pembangunan jangka menengah sektor
sanitasi adalah terpenuhinya cakupan sarana sanitasi bagi
masyarakat majene sebanyak 50% dari sisa jumlah rumah
tangga yang belum memiliki akses Sanitasi.
c. Sasaran Pembangunan Jangka Pendek/Tahunan
Sasaran pembangunan jangka pendek sektor sanitasi
adalah terpenuhinya cakupan sarana sanitasi bagi
masyarakat Majene sebanyak ± 20% dari sisa jumlah rumah

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-45
KABUPATEN MAJENE

tangga yang belum memiliki akses sanitasi setiap tahun


anggaran.
c. Isu Strategis Pembangunan Sanitasi Kab. Majene

ISU STRATEGIS TUJUAN STRATEGIS


1. Rendahnya cakupan akses - Meningkatkan cakupan akses
sanitasi bagi masyarakat sanitasi sehat bagi masyarakat
2. Rendahnya kesadaran - Meningkatkan Pola Hidup Bersih
masyarakat untuk Ber Perilaku dan Sehat (PHBS) di masyarakat
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Belum memadainya perangkat - Mewujudkan kebijakan kepastian
peraturan yang mendukung hukum yang mendukung
pembangunan dan pengelolaan pembangunan dan pengelolaan
Sanitasi Sanitasi
- Meningkatkan kapasitas
pendanaan untuk pembangunan
dan pengelolaan Sanitasi
4. Kurang maksimalnya kinerja - Meningkatkan kinerja
kelembagaan pengelolaan kelembagaan pengelolaan
Sanitasi Sanitasi
- Meningkatkan koordinasi
pelaksanaan sektor Sanitasi

d. Arah Kebijakan dan Strategi Pencapaian Pembangunan


Sanitasi

Arah kebijakan dan strategi berikut diambil dari


pernyataan arah kebijakan dan strategi Kabupaten Majene.
Arah kebijakan dan strategi yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Memperkuat kapasitas kelembagaan pengelola Sanitasi
2. Pembangunan prasaran dan sarana Sanitasi yang
terjangkau masyarakat, baik secara pendanaan maupun
teknologi
3. Sosialisasi secara sistematis dan berkelanjutan dan
pembangunan sarana dan prasaran PHBS

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-46
KABUPATEN MAJENE

4. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas pelaku


pembangunan sector Sanitasi melalui penguatan peran
Bappeda
5. Mengembangkan kerangka peraturan yang mendukung
pembangunan sektor Sanitasi dan untuk mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengelolaan prasarana dan sarana
Sanitasi
6. Meningkatkan investasi untuk pengembangan kapasitas
sumberdaya masyarakat pengguna sarana Sanitasi
7. Mendorong penerapan pilihan-pilihan pembiayaan untuk
pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana
Sanitasi
8. Meningkatkan kemampuan masyarakat dibidang teknik,
pembiayaan dan kelembagaan dalam pembangunan dan
pengelolaan prasarana dan sarana Sanitasi
9. Meningkatkan kualitas pengelolaan prasarana dan sarana
Sanitasi yang dilakukan oleh masyarakat pengguna
10. Menerapkan upaya khusus pada masyarakat yang
berpenghasilan rendah untuk mencapai kesetaraan
pelayanan Sanitasi
11. Mengembangkan pola monev partisipatif hasil
pembangunan prasarana dan sarana Sanitasi yang
berorientasi kepada pencapaian tujuan dan ketepatan
sasaran.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-47
KABUPATEN MAJENE

GAMBARAN UMUM SITUASI SANITASI KOTA


1. Air Limbah Rumah Tangga
Pengelolaan air limbah Rumah tangga di Kabupaten Majene
merupakan tanggungjawab dari Pemerintah Kabupaten Majene
yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup dan Pertamanan,
Dinas Pekerjaan Umum bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum
Bidang Cipta Karya, Dinas Perumahan Permukiman dan
Kebersihan Kabupaten Majene, Dinas Kesehatan Kabupaten
Majene, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain
seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, di bawah
pengawasan dari Badan Pengawas Dampak Lingkungan Hidup
Daerah (Bapedalda) Propinsi Sulawesi Barat.
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Majene belum
sepenuhnya berjalan optimal. Terlihat dengan masih banyak
masyarakat yang melakukan praktek BAB sembarangan (BABs)
Beberapa inisiatif telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Majene, antara lain dengan pembangunan IPAL Komunal berbasis
masyarakat (Sanimas) di beberapa wilayah padat penduduk dan
kumuh di Kelurahan Baurung. Hingga tahun 2009, jumlah
Sanimas di Kabupaten Majene telah membangun beberapa MCK
Umum dan MCK.
Seiring berkembangnya Kabupaten Majene menjadi kota
Pusat Pelayanan Pendidikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
di Propinsi Sulawesi Barat dan pertumbuhan jumlah penduduk
yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume
pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik
air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan air limbah

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-48
KABUPATEN MAJENE

WC (black water). Sehingga baik dalam jangka pendek atau


menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan
air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi
di Kabupaten Majene.
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga di lingkungan
masyarakat Kabupaten Majene sebagian dengan sistem septic tank
(tangki septik) tingkat rumah tangga dan komunal, sebagian besar
masih menggunakan septic tank yang diindikasikan sebagai
cubluk, dan sebagian lainnya dibuang ke drainase (SPAL) baik
saluran terbuka maupun tertutup. Sanimas (Sanitasi Masyarakat
berupa MCK plus) menjadi salah satu alternatif yang
dikembangkan di Kabupaten Majene meskipun skalanya masih
terbatas dan masih perlu ditingkatkan di masa mendatang.

Pada umumnya masyarakat membuat saluran secara


individu ke saluran yang dekat dengan lingkungannya yang
akhirnya membawa air limbah ke sungai yang ada. Beberapa
sungai yang menjadi badan air penerima antara lain ; sungai
majene, sungai camba, sungai lembang, dan saluran-saluran
primer lainnya yang langsung menuju ke laut. Permukiman di
kawasan pantai menjadikan laut sebagai badan air penerima air
kotor yang belum melalui proses pengolahan baik secara
aerob maupun secara anaerob dari limbah domestik ,
demikian pula permukiman yang berada pada dataran
tinggi, outlet air limba langsung diresapkan kedalam tanah,
atau dialirkan melalui saluran lingkungan.
Berdasarkan kondisi saluran yang ada, maka
diidentifikasikan bahwa sistem pengaliran air kotor yang ada
saat ini belum memadai untuk melayani wilayah kota, hal
ini karena penampang alur sungai dan saluran drainase

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-49
KABUPATEN MAJENE

primer maupun sekunder di sekitar kota tidak memadai


untuk mengalirkan debit banjir. Akibatnya adanya beberapa
daerah rawan genangan terutama pada musim hujan,
seperti Kawasan Lutang, Lingk. Binanga, dan kawasan lainnya.
Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Majene
yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan
pemukiman rumah tangga/individu untuk melakukan pengelolaan
air limbah domestic (baik untuk grey water maupun black water)
yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.
Gambaran koordinasi dalam tahap perencanaan,
implementasi maupun monev belum optimal dan masih menemui
beberapa kendala. Masalah utama antara laian belum efektifnya
pola sosialisasi pedoman pengelolaan air limbah domestic di
lingkungan SKPD maupun masyarakat, sehingga masih terdapat
perbedaan persepsi antar SKPD tentang cara pengelolaan air
limbah domestic, dan belum terbangunnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat secara optimal dan masih terdapat
kelemahan yang dirasakan oleh personil-personil BLHP maupun
dari instansi terkait lainnya untuk dapat melakukan advokasi
tentang cara yang benar dan arti penting pengelolaan air limbah
domestic pada berbagai pihak.

Permasalahan air limbah rumah domestik di Kota Tegal adalah sebagai berikut :
1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, di
beberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata
atau dikelola dengan benar.
2. Kerusakan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang terletak di Kelurahan
Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-50
KABUPATEN MAJENE

Gambar 2.3. Foto kondisi pengelolaan air Limbah di Kota Tegal

A. Sub Sektor Persampahan


Gambaran Umum:
 Lembaga utama yang menangani sub-sektor persampahan adalah Seksi
Persampahan dan UPTD Pengelolaan Sampah pada Diskimtaru Kota Tegal.
 Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah belum optimal.

Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Persampahan :


Fungsi pengelolaan persampahan yang belum ditangani oleh seluruh pihak
adalah:

1. Penyediaan sarana daur ulang sampah


2. Pengelolaan daur ulang sampah
3. Monitoring dan evaluasi terhadap dampak praktik pengelolaan sampah yang
berjalan di Kota Tegal.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sampah:


 Kebijakan Pemerintah Kota Tegal yang diarahkan untuk pengelolaan sampah
adalah Perda No. 26 tahun 1981 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Kota dan
Pengumpulan serta Pembuangan Sampah-Sampah / Kotoran-Kotoran, yang telah
diubah terakhir kali melalui Perda No. 6 tahun 1995. Perda Penyelenggaraan
Kebersihan yang berlaku saat ini sudah memuat sejumlah point positif yang
memungkinkan terjadinya kerjasama yang efektif antara Dinas Permukiman dan
Tata Ruang (Diskimtaru) sebagai lembaga penanggungjawab layanan
persampahan dengan Kelurahan. Namun demikian pola pengelolaan sampah yang
tertuang di dalamnya belum selaras dengan ketentuan pengelolaan sampah yang
diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
 Saat ini sudah terdapat kebijakan lain yang mewajibkan penyediaan sarana
penampungan dan pengelolaan sampah di rumah tinggal, yaitu Perda No. 11 tahun
1987 tentang Bangunan yang mewajibkan penyediaan sarana pengolahan sampah
di setiap bangunan termasuk rumah tinggal.
 Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-51
KABUPATEN MAJENE

Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Persampahan


Cakupan Layanan UPTD Pengolahan Sampah saat ini baru sebesar 60% atau baru
melayani 147.836 jiwa penduduk Kota Tegal. Saat ini Diskimtaru dan UPTD
Pengolahan Sampah masih menghadapi masalah terkait :
 Sarana dan prasarana pengolahan sampah yang sudah dalam kondisi tidak
memadai, terutama TPA.
 Belum efektifnya pola pemungutan retribusi sampah yang berjalan selama ini.

Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Sampah


1. Koordinasi antar SKPD, dan juga antara SKPD dengan masyarakat dan swasta
dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev pengelolaan sampah
belum optimal dan masih menemui beberapa kendala.
2. Masalah utama:
 Belum terbentuknya pemahaman yang baik tentang potensi masalah
lingkungan yang besar bagi Kota Tegal sebagai akibat dari over kapasitas TPA
Muarareja dan habisnya masa sewa TPA pada tahun 2010.
 Belum optimalnya sosialisasi tentang hasil monitoring dan evaluasi terhadap
praktik pengelolaan lingkungan di Kota Tegal terkait hal pengelolaan sampah
yang sudah dijalankan selama ini.
 Kesadaran masyarakat masih belum terbangun secara optimal untuk turut serta
mengusulkan rencana program pengelolaan sampah dalam daftar usulan
kegiatan prioritas yang dihasilkan pada proses musrenbang kelurahan dan
kecamatan.

Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat


1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang
2. Prilaku masyarakat Kota Tegal membuang sampah di sungai atau badan saluran
masih banyak terlihat
3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah
4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan
5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar
jalan protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani secara individual.
Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah
1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base persampahan
2. Pihak Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota
Tegal mengalami kesulitan menempatkan TPS (baik permanen maupun kontainer)

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-52
KABUPATEN MAJENE

3. Status lahan TPA yang masih sewa dengan masa akhir pemakaian Tahun 2010
4. Pemerintah Kota Tegal belum memiliki TPA sanitary landfil
Permasalahan persampahan ditingkat swasta
Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual
kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut.

Gambar 2.4. Pengelolaan Persampahan di Kota Tegal

B. Sub Sektor Drainase Lingkungan


Gambaran Umum:
 Lembaga utama yang menangani sub-sektor drainase lingkungan adalah Seksi
Penataan dan Pengembangan Lingkungan (Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal).
 Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan belum
optimal.
 Belum adanya Perda yang mengatur pengelolaan drainase lingkungan

Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Drainase Lingkungan :


Fungsi pengelolaan drainase lingkungan yang belum ditangani oleh seluruh
pihak adalah:
1. Monitoring dan evaluasi integrasi system drainase lingkungan
2. Monitoring dan evaluasi terhadap dampak dari praktik pengelolaan drainase
lingkungan yang berjalan di Kota Tegal.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Drainase Lingkungan:


 Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kota Tegal yang diarahkan untuk
menegaskan kewajiban masyarakat dalam hal pengelolaan drainase lingkungan.
 Saat ini sudah terdapat kebijakan lain yang mewajibkan masyarakat pemilik
bangunan termasuk rumah tinggal untuk menyediakan saluran drainase di
pekarangan sebagai media untuk menyalurkan air hujan, yaitu Perda No. 11 tahun

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-53
KABUPATEN MAJENE

1987 tentang Bangunan Kotamadya Tegal pasal 191. (Cat: perlu revisi Perda
Bangunan)
 Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.

Permasalahan drainase lingkungan Kota Tegal adalah sebagai berikut :


1. Berdasarkan data dari DPU Kota Tegal Tahun 2007 baru hampir seluruh penduduk
Kota Tegal sudah dilayani oleh sarana drainase lingkungan tetapi sebagian besar
sudah rusak dan belum berfungsi secara optimal.
2. Terjadinya genangan pada saat musim penghujan potensi di Kota Tegal mencapai
646 ha dan Kecamatan Margadana menempati posisi tertinggi dalam luas
genangan mencapai 440 ha, karena wilayahnya berada di bawah tanggul.
Tabel 2.6 Lokasi Potensi Genangan
Lama Frekuensi
Luas
No Lokasi genangan Tinggi genangan/ genangan/
(Ha)
Tahun tahun
1 Kec. Tegal Timur 0,2 – 0,4 66 48 5
2 Kec. Tegal Barat 0,2 – 0,6 90 72 5
3 Kec. Tegal Selatan 0,2 – 0,5 50 48 5
4 Kec. Margadana 0,2 – 1,5 440 72 5
Sumber : RPIJM Kota Tegal tahun 2008
3. Di alur drainase lingkungan Kota Tegal terjadi sedimentasi oleh lumpur
4. Di beberapa saluran (drainase lingkungan) di Kota Tegal difungsikan sebagai
tempat pembuangan sampah sehingga akan menghambat laju alir air (debit air)
5. Pemeliharaan saluran/drainase lingkungan yang terbatas
6. Beberapa bangunan sipil talud saluran (drainase lingkungan) di Kota Tegal
mengalami kerusakan (longsor)
7. Dimensi saluran/drainase lingkungan yang kurang sesuai dengan kondisi lapangan
8. Masih mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase lingkungan kota.

Gambar 2.5. Kondisi Drainase Lingkungan di Kota Tegal

C. Sektor Air Bersih.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-54
KABUPATEN MAJENE

Gambaran Umum:
Lembaga utama yang menangani sektor air bersih adalah PDAM Kota Tegal dan
Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum bertanggungjawab untuk
memberikan fasilitasi penyediaan air bersih bagi masyarakat miskin dan daerah rawan
air.

Permasalahan air bersih Kota Tegal di tingkat masyarakat


1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk Kota Tegal mengakibatkan harus
mencari alternatif baru sumber air baku.
2. Beberapa masyarakat di Kota Tegal yang belum terakses oleh layanan air bersih,
contohnya Kecamatan Margadana dan Kecamatan Tegal Timur belum seluruhnya
terlayani jaringan perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
3. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi alasan masyarakat
tersebut untuk tidak melakukan pemasangan jaringan air bersih dari PDAM.
4. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM kurang bagus,
sehingga masyarakat lebih mengandalkan sumber sumur dalam untuk
memperoleh sumber air bersih.

Permasalahan air bersih ditingkat PDAM


1. Debit air dari suplay PDAM sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan air
bersih masyarakat di Kota Tegal
2. Kehilangan air sebesar 43% yang dikarenakan adanya sambungan liar/pencurian
air, water meter rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air yang tidak akurat.
3. Kurangnya jam kerja operasional, hal ini disebabkan oleh kurangnya tekanan air
pada sistem transmisi dan distribusi
4. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.

Usulan dan prioritas program Sektor Air Bersih adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi sistem prasarana dan sarana air bersih, yang meliputi optimalisasi
jaringan pipa transmisi, produksi dan distribusi serta bangunan-bangunan
penunjang seperti reservoir dan lain-lain.
2. Mengurangi kebocoran/kehilangan air menuju ke tingkat 35%.
3. Menambah kapasitas/supply air baku dengan melakukan studi tentang air bawah
tanah maupun air permukaan.
4. Mengembangkan cakupan pelayanan dengan menambah sarana dan prasarana
air bersih.

Kabupaten Majene 2012


DOKUMEN
STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) 2-55
KABUPATEN MAJENE

5. Pemberdayaan masyarakat melalui program penyediaan air bersih berbasis


masyarakat
6. Progam penguatan manajemen PDAM untuk mencari beberapa alternatif
pemecahan masalah yang terjadi di dalam PDAM baik aspek Teknis, Keuangan,
administrasi dan Manajemen.

Kabupaten Majene 2012

Anda mungkin juga menyukai