Anda di halaman 1dari 5

Syarat Bahan Pulp Capping

Bahan pulp capping harus memenuhi syarat biokompatibilitas yang dapat diterima
tubuh atau dengan kata lain tidak memebahayakan penggunanya. Idealnya bahan yang
dieltakkan dalam rongga mulut tidak boleh membahayakan jaringan pulpa dan jaringan
lunak rongga mulut. Selain itu, bahan pulp capping harus memiliki sifat ideal, yaitu
dapat merangsang pembentukan dentin reparatif, dapat mempertahankan vitalitas
pulpa, bersifat bakterisida atau bakteriostatik, adesif pada dentin dan bahan restoratif,
tahan terhadap tekanan selama penempatan restoratif dan selama masa restorasi, steril,
bersifat radiopaque dan memberika segel bakteri (Qureshi, 2014).

Bahan pulp capping juga harus tidak mengandung bahan toksik yang mampu
berdifusi dan dapat di absorpsi ke dalam sistem sirkulasi tubuh yang mneyebabkan
reaksi toksik secara sistemik. Bahan yang digunakan harus bebas dari agen-agen
sensitizing yang dapat berperan menimbulkan alergi dan seharusnya tidak karsinogenik
(Kenneth, 2003).

PULP CAPPING MATERIALS

a. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)

Zinc Oxide Eugenol (ZOE) sudah bertahun-tahun digunakan dalam kedokteran


gigi sebagai material base, liners, semen dan tumpatan sementara. ZOE kurang efektif
sebagai bahan kaping pulpa karena eugenol yang dilepaskan bersifat toksik. Penelitian
gigi yang dikaping menggunakan ZOE menunjukkan inflamasi kronik, pulpa tidak
sembuh dan tidak terbentuknya dentin reparaitf setelah 12 minggu dirawat (Hilton,
2010).

ZOE telah digunakan dalam kedokteran gigi selama bertahun-tahun sebagai


basis, liners, semen dan bahan restoratif sementara. Namun penggunaannya untutk
direct pulp capping masih dipertanyakan, dikarenakan eugenol sangatlah sitotoksik
(Huang et al., 2006). Hal ini diketahui bahwa ZOE dapat melepaskan eugenol dalam
konsentrasi yang sitotoksik. Manfaat eugenol dalam penegendalian nyeri disebabkan
karena kemampuan memblokir transmisi impuls saraf. Selain itu, penelitian
menunjukkan terjadinya inflamasi kronis setelah aplikasi ZOE. ZOE juga
menyebabkan kebocoran tepi yang tinggi. Meskipun telah tercatat bahwa kebocoran ini
tidak penting karena ZOE dapat memberikan segel biologis dari pelepasam eugenol,
namun pelepasan eugenol ini dapat menurus secara drastis seiring berjalannya waktu.
ZOE tidak lagi digunakan saat ini karena menyebabkan resorpsi internal dan tingkat
kesuksesannya hanya 55-57% (Torabinejad et al., 2014).

b. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

Mineral trioxide aggregate (MTA) adalah bahan yang biasa digunakan pada
perawatan endodontik. Setelah bertahun-tahun berkembang MTA banyak digunakan
untuk perawatan klinis termasuk di bidang kedokkteran gigi anak, MTA sering
digunakan sebagai perawatan apeksifikasi dan apeksogenisis pada gigi permanen
muda, pulpotomi gigi desidui dan pulp capping gigi permanen. Komposisi MTA terdiri
dari tricalcium silicate, dicalcium silicate, tricalcium aluminate, tetracalcium
aluminoferrite, calcium sulphate dan bismuth oxide. Bahan dasar MTA adalah Portland
semen yang teridir dari kapur (CaO dan MgO) 65%, Silica (SiO2) 20%, Oksida besi
(Fe2O3) dan Alumina (Al2O3) 10% dan lainnya 5%. bahan MTA ini memiliki kandugan
bioaktif yang secara esensial dapat menstimulasi pelepasan bakteri dalam pulpa. Saat
digunkan MTA harus dicampur dengan air steril agar bisa merekat dengan baik pada
jaringan pulpa gigi. MTA bersifat hidropilik yang bisa mengeras dalam waktu 3-4 jam.
MTA merupakan salah satu bahan yang serbaguna dan biokompatibel. MTA adalah
bahan yang paling banyak direkomendasikan dan dirancang dengan komponen fisik
yang cocok untuk perawatan pulpotomi serta relatif mudah digunakan dalam kondisi
apapun. Sebagai bahan yang mempunyai sealing ability, MTA mampu memperbaiki
perforasi pada furkasi di saluran akar gigi dan mampu mengurangi kontaminasi bakteri.
MTA juga merupakan bahan dengan biokompatibel yang tinggi serta dapat
menginduksi reaksi penyembuhan jaringan dengan sangat baik (Steffen et al., 2009).

Suatu studi menemukan bahwa MTA dapat menginduksi proliferasi sel pulpa,
pelepasan sitokin, pembentukan jaringan keras dan sintesis interface dengan dentin
yang dalam komposisinya mneyerupai hidroksiapatit. MTA memiliki kekuatan tekan
yang relatif tinggi dan memiliki pH basa tinggi. Studi terbaru yang meneliti pulpotomi
parsial dan direct pulp capping menggunakan MTA pada manusia telah menunjukkan
hasil jangka pendek yang menguntungkan (Bogen et al., 2008).
MTA telah terbukti tidak hanya menjadi salah satu material yang sangat bagus untuk
jaringan ikat tetapi juga berkontribusi mencegah terjadinya kebocoran bakteri.
Keberhasilan MTA sebagai bahan kaping pulpa cukup bagus tanpa adanya kebocoran
bakteri. Beberapa penelitian menunjukkan MTA efektif sebagai bahan kaping pulpa
dan terbukti MTA memperbaiki jaringan tanpa adanya efek samping (Miles et al.,
2010).

c. Kalsium Hidroksida

Dalam bidang kedokteran gigi kalsium hidroksida merupakan bahan


perlindungan pulpa yang digunakan sejak lama dan secara luas pada perawatan
endodontik karena kemampuannya dalam penyembuhan jaringan. Kalsium hidroksida
memiliki sifat yang sangat basa sehingga memiliki aktifitas antibakteri yang tinggi
terhadap bakteri mulut dan berperan penting dalam inisasi proses remineralisasi.
Pelepasan ion hidrosil dari kalsium hidroksida tinggi dapat membunuh
mikroorganisme penyebab peradangan. Ion hidroksil bekerja dengan mendenaturasi
protein dan menghidrolisis lemak lipopolisakarida seperti pirogenitas, toksisitas,
aktivasi makrofag dan komplemen, sehingga dinding sel rusak dan mnegakibatkan
kematian bakteri (Widiasri, 2010).

Kalsium hidroksida juga merupakan bakterisid karena bersifat alkali dengan pH


11-13. peningkatan OH-, menjadikan kemungkinan bakteri untuk hidup rendah sekali,
sedangkan ion Ca2+ dari kalsium hidroksida dipercaya memiliki khasiat dalam
merangsang pembentukan jembatan dentin dan memelihara vitalitas pulpa (Hazrina,
2007).

Penggunaan kalsium hidroksida Ca(OH)2 pertama bentuk sediaan seperti


bubur, terdiri dari campuran kalsium hidroksida dan air yang selanjutnya berubah
menjadi pasta menggunakan metil selulosa yang lebih mudah digunakan. Tahun 1960
kalsium hidroksida hard-setting semen diperkenalkan, kalsium hidroksida bereaksi
dengan agen salisilat ester. Kalsium hidroksida tipe hard setting terdiri dari two-paste
system atau single paste-system yang terdiri dari kalsium-hidroksida-terisi-dimetakrilat
dan terpolimer menggunakan cahaya (van- Noort, 2008).

Perbedaan kalsium hidroksida tipe hard setting dengan non setting adalah
mudah larut dan menghilang di bawah restorasi secara bertahap yang dapat mengurangi
fungsi restorasi, sementara tipe hard setting lebih rendah daya larutnya. Kendala
pembuatan adalah mencapai keseimbangan antar material yang cukup larut menjadi
terapeutik dan tidak mudah larut begitu saja. Pasta kalsium hidroksida dengan
ketebalan 1.0-1.5 mm yang bersentuhan dengan pulpa dapat menyebabkan nekrosis.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pembentukan jembatan bukan berasal dari
semen yang diaplikasikan, melainkan dari tingginya pH sebesar 12,5 yang
menyebabkan pulpa merespon (van-Noort, 2008)

Kalsium hidroksida tipe hard setting dibedakkan menjadi two paste system dan
single paste system yang merupakan kalsium hodroksida dengan bahan pengisi
dimethacrylates, serta dipolimerisasi menggunaka cahaya. Salah satu bahan kalsium
hidroksida tipe hard setting yang sering digunakan adalah hydcal. Hydcal
merupakan campuran antara 65,5g Ca(OH)2 murni dan 35,5g eksipien (bahan inaktif).
Hydcal hadir dengan prinsip kerja two paste system yang terdiri dari base paste dan
catalyst paste, penggunaannya yaitu dengan cara mencapurkan keduanya dengan
perbandingan yang sama. (Gandolfi et al., 2012).

Di pasaran kalsium hidroksida terdapat dalam berbagai bentuk seperti bubuk


yang penggunaannya dicampur dengan air, larutan anastesi, larutan salin,
metilselulosa, gliserin sampai berbentuk pasta. Disamping itu ada yang dalam bentuk
pasta seperti Pulpdent yailu kalsium hidroksid dengan metilselulose, misalnya Calxyl
yaitu bubuk kalsium hidroksid dalam larutan ringer, dalam bentuk pasta dengan pasta
misalnya Dycal dan terbentuk batang (Winiati, 2000).

d. Resin Modified-Glass Ionomer Cement (RM-GIC)

RM-GIC merupakan modifikasi GIC. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa


RM-GIC mengurangi terjadinya kebocoran mikro. Keberhasilan RM-GIC sebagai
bahan kaping pulpa cukup bagus seperti kalsium hidroksida, serta RM-GIC terbukti
membentuk jembatan dentin setelah 21 hari pada jaringan pulpa kera. Efek samping
RM-GIC sebagai bahan kaping belum teruji secara klinis (Huang & Chang, 2002).

DAPUS

Qureshi, Asma., E, Sounjaya., Nandakumar, Pratapkumar, Sambashivarao. 2014.


Recent Advance In Pulp Capping Materials. Journal of Clinical and Diagnostic
Research 8(1):316-321.
Kenneth, J. annusavice. 2003. Phillip’s Science of Dental Materials. Edisi 11.
USA: Saunders, h. 256-260.

Torabinejad, M., Walton R. E. 2014. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia. Alih
bahasa: Narlan S. Winiati S, Bambang N. Edisi 4. Jakarta: EGC. H. 76.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.


H.11-15.

Steffen R, v. Waes, H.2009. understanding mineral trioxide


aggregate/Portlandcement: A review of literature and background factors. European
Archives of Paed Dental 10(2):93-7.

Bogen, G., Kim, J. S., Bakland L. K. 2008. Direct pulp capping with mineral
trioxide aggregate: an observational study. Journal of the American Dental
Association 139(3):305-15.

Huang, F. M., & Chang, Y. C. (2002, September). Cytotoxicity of resin-based


restorative materials on human pulp cell cultures. Oral Surgery Oral Medicine Oral
Patholpgy Oral Radiology and Endodontic, 94(3), 361- 365.

winiati Sidharta: Penggunaan Kalsium Hidroksida I)i Ridang Konservasi Cigi Jumal
Kedokt€ran Gigi Universitas Indonesia. 2000: 7 (Edisi Kiusus): 435-441

van-Noort, R. (2008). Introduction to Dental Materials. China: Elsevier.

Gandolfi. M.G., Siboni, F., & Prati, C. 2012. Chemical-Physical Properties of


TheraCAl, a Novel Light-Curable MTA-Like Materiaal for Pulp Capping.
International Endodontic Journal 45(6):571-579.

Miles et al . (2010). Pulp Capping with Mineral Trioxide Aggregate (MTA): A


retrospective Analysis of Carious Pulp Exposures Treated by Undergraduate Dental
Students. Operative Dentistry, 35(1), 20-28.

Hilton, T. J. (2010). Keys to Clinical Success with Pulp Capping: A Review of The
Literature. NHS Public Access, 34(5), 615-625.

Anda mungkin juga menyukai