Setelah kita menyelesaikan kitab Al-Qawa'idul Arba' dengan 25 pertemuan dan in syaa
Allah hari ini akan kita mulai dengan kitab yang baru yang juga dikarang oleh Syaikhul
Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Ibnu Sulaiman at Tamimi yang
berjudul Nawaqidhul Islam
Sebelum kita memulai mempelajari kitab, maka kita akan memperkenalkan tentang
pengarang kitab ini, Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman
at Tamimi yang lahir pada tahun 1115 H, disebuah daerah di jazirah Arab yaitu di Al-
'Uyainah dan beliau lahir ditengah-tengah keluarga yang sangat memperhatikan tentang
ilmu Agama dan beliau menghafal Al-Qur’an dan mulai menghafal Al-Qur’an sejak
kecil sehingga beliau menyelesaikan menghafal Al-Qur’an sebelum berumur 10 tahun.
Kemudian memulai menuntut ilmu agama, mempelajari tafsir, mempelajari fiqh dan
diantara gurunya adalah bapak beliau sendiri Syaikh Abdul Wahab Ibnu Sulaiman
kemudian setelah itu beliau rahimahullah mempelajari ilmu Agama dari beberapa guru
yang lain dan melakukan rihlah ilmiah, melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu
pergi ke kota Mekkah, ke kota Madinah, pergi ke Baghdad dan juga kota- kota yang lain
dengan bertujuan untuk menuntut ilmu agama.
dan beliau belajar di kota Madinah dan menuntut ilmu dari seorang syaikh al Muhadits
yang terkenal yaitu syaikh Muhammad Hayah As-Sindy dan hampir beliau melakukan
perjalanan ke Syam, akan tetapi karena satu sebab akhirnya beliau tidak bisa pergi
kesana dan beliau menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu agama dan juga
mengajarkan kepada orang lain dan telah mengarang kitab-kitab yang banyak yang
bermanfaat bagi kaum muslimin, diantaranya adalah
- Kitabut Tauhid
- Kasyfu Syubhaat
- Ushulul Sithah
- A-Ushulul tsalasah
- Mukhtashar Zaadul Ma'ad
dan diantaranya adalah kitab yang sangat ringkas yang In Syaa Allah akan kita pelajari
yang dinamakan Nawaqidhul Islam dan kitab ini hanya 2 halaman tetapi mengandung
faidah faidah yang besar yang hendaknya dipelajari oleh seorang muslim.
Dan beliau meninggal dunia pada tahun 1206 H, dan umur beliau saat itu sekitar 91
tahun, setelah menghabiskan waktunya dan juga hidupnya didalam mempelajari ilmu
agama dan juga mengajarkan kepada orang lain.
Ini adalah biografi singkat dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman at
tamimi rahimahullah. Semoga Allah merahmati kita dan juga merahmati
beliau rahimahullah
Nawaqidh artinya adalah pembatal, Nawaqidh adalah jamak dari Naqidhun dan dalam
bahasa Arab adalah perusak atau pembatal, Inilah yang dinamakan dengan naqidhun.
“Janganlah kalian seperti seorang wanita yang merusak pintalannya (yang mencerai
beraikan) pintalannya setelah dia kuat” (An-Nahl 92)
Menceritakan tentang sifat orang-orang yang merusak perjanjian mereka dengan Allah.
Berjanji kepada Allah dengan sebuah janji kemudian membatalkannya dan merusaknya.
Allah mengatakan :
ﻧـﻘﺾ – ﯾﻨـﻘﺾ
“Penyerahan diri kepada Allah dengan tauhid dan menyerahkan dengan ketaatan dan
berlepas diri dari kesyirikan dan juga para pelaku syirik”
Inilah yang dinamakan Al Islam.
Al Islam dari kata aslama yuslimu
Artinya didalam bahasa Arab adalah menyerahkan diri. Aslam Ali fulan adalah
menyerahkan diri kepada si fulan, Aslama ( )أﻟﺴﻼمyuslimu ( )ﯾﺴﻠﻢislaman ( )إﺳﻼﻣﺎartinya
adalah penyerahan diri.
Kenapa islam atau agama islam dinamakan dengan islam, karena orang yang masuk
kedalam agama islam dan mengaku bahwasanya dirinya adalah seorang yang memeluk
agama islam dia telah menyerahkan dirinya hanya kepada Allah, menyerahkan dirinya
dan juga ibadahnya kepada Allah, oleh karena itu dinamakan dengan Islam.
Seorang Nashrani yang dahulunya dia menyembah kepada Allah yang mereka namakan
dengan tuhan bapa dan menyembah kepada Nabi 'Isa yang mereka namakan denga tuhan
anak dan menyembah kepada Maryam ketika dia masuk Islam maka dia harus
menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah. meninggalkan peribadatan kepada Nabi
'Isa alaihi salam, meninggalkan peribadatan kepada ibunya (Maryam) dan hanya
menyerahkan ibadahnya kepada Allah maka dia dinamakan sebagai seorang Muslim,
kenapa?
Karena dia menyerahkan dirinya dan juga ibadah nya hanya kepada Allah ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ
Oleh karena itu yang namanya islam adalah
Yaitu meng Esa kan Allah dengan ibadah dan Ini adalah inti ajaran Islam
َوأ َ ْھ ِﻠ ِﮫ
Sebagaimana dahulu Nabi Ibrahim 'alayhissalam, beliau dan juga orang-orang yang
beriman bersama beliau berkata kepada kaumnya
َ ُون ﷲِ َﻛﻔَ ْﺮﻧَﺎ ﺑِ ُﻜ ْﻢ َوﺑَﺪَا ﺑَ ْﯿﻨَﻨَﺎ َوﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ُﻢ ْاﻟﻌَﺪَ َاوة ُ َو ْاﻟﺒَ ْﻐ
ُﻀﺎ ُء أَﺑَﺪا ً َﺣﺘﱠﻰ ﺗُﺆْ ِﻣﻨُﻮا ﺑِﺎ�ِ َوﺣْ ﺪَه ِ إِﻧﱠﺎ ﺑ َُﺮآ ُء ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َو ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗ َ ْﻌﺒُﺪ ُونَ ِﻣ ْﻦ د
Mereka berkata kepada kaumnya “Sesungguhnya Kami berlepas diri dari kalian (wahai
orang orang musyrikin)
Dan akan terus ada permusuhan antara kami dengan kalian selama-lamanya
Seorang Muslim menyembah kepada Allah semata dan melaksanakan perintah Allah
menjauhi larangan Allah dan dia harus berlepas diri dari apa yang dinamakan dengan
kesyirikan dan juga orang-orang yang melakukan kesyirikan tersebut
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI
Abdullah Roy
Seseorang masuk kedalam agama islam dengan 2 kalimat syahadat, dengan 2 kalimat
syahadat ini maka dia dianggap sebagai seorang muslim, dijaga darahnya dan
kehormatannya. sebagaimana sabda Nabi ﷺ
Seseorang masuk ke dalam agama islam dan apabila dia melakukan salah satu atau lebih
diantara perkara-perkara ini maka bisa membatalkan keislaman dia, dia dinamakan
dengan Nawaqidhul islam (perkara-perkara yang membatalkan keislaman).
Sebagaimana tadi kita sebutkan orang berwudhu dan di sana ada pembatal-pembatal
wudhu, apabila berwudhu dan melakukan salah satu di antara pembatal-pembatal wudhu
maka batal wudhunya.
Demikian pula islam, seseorang mengucapkan 2 kalimat syahadat tapi apabila dia
melakukan salah satu di antara pembatal-pembatal keislaman ini, batal lah 2 kalimat
syahadatnya.
Dan pembatal-pembatalan keislaman ada yang berupa ucapan dan ada yang berupa
i’tiqad (keyakinan di dalam hati) dan ini semua dinamakan dengan Nawaqidhul Islam.
Adapun berupa ucapan seperti orang yang mencela Allah dan juga Rasul-Nya atau
berdo’a kepada selain Allah dengan lisannya maka ini adalah pembatal keslaman.
َوﻟَﻘَ ْﺪ ﻗَﺎﻟُﻮا َﻛ ِﻠ َﻤﺔَ ْاﻟ ُﻜ ْﻔ ِﺮ َو َﻛﻔَ ُﺮوا ﺑَ ْﻌﺪَ ِإﺳ َْﻼ ِﻣ ِﮭ ْﻢ
“Dan sungguh mereka telah mengucapkan kalimat yang kufur َو َﻛﻔَ ُﺮوا ﺑَ ْﻌﺪَ إِﺳ َْﻼ ِﻣ ِﮭ ْﻢdan
mereka telah kufur setelah keislaman mereka.” (At-Tawbah : 74)
ْ َ ﺳﻮ ِﻟ ِﮫ ُﻛﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗ
) َﺴﺘ َ ْﮭ ِﺰﺋُﻮن ِ ﻗُ ْﻞ أَﺑِ ﱠ٦٥( ﻻ ﺗ َ ْﻌﺘَﺬ ُِروا ﻗَ ْﺪ َﻛﻔَ ْﺮﺗ ُ ْﻢ ﺑَ ْﻌﺪَ إِﯾ َﻤﺎﻧِ ُﻜ ْﻢ
ُ ﺎ� َوآﯾَﺎﺗِ ِﮫ َو َر
“Katakanlah apakah kalian mengejek dan mengolok-olok dengan Allah dan juga ayat-
ayatNya dan juga dengan Rasul-Nya? ﻻ ﺗ َ ْﻌﺘَﺬ ُِرواjanganlah kalian meminta udzur, ﻗَ ْﺪ َﻛﻔَ ْﺮﺗ ُ ْﻢ
ﺑَ ْﻌﺪَ إِﯾ َﻤﺎﻧِ ُﻜ ْﻢsungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian…’.”(At-Tawbah : 65-66)
Kufur dengan apa? Dengan ucapan, karena mengejek Allah dan Rasul-Nya, mengejek
ayat-ayatNya.
“Janganlah kalian meminta udzur, kalian sudah kafir setelah keimanan kalian”
menunjukkan bahwa di sana ada pembatal keIslaman yang berupa ucapan lisan.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI
Abdullah Roy
Halaqah - 03 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 3
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 3
Halaqah yang ke-3, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Dan disana ada pembatal keislamaan yang berupa 'aqidah, berupa keyakinan, berupa i'tiqad.
Maka ini adalah keyakinan yang bisa membatalkan keislaman seseorang, sebagaimana orang-orang
munafik mereka dahulu mengucapkan kalimat ﷲ إﻻ إﻟﮫ ﻻdan mengucapkan ً ﷲ رﺳﻮل ﻣﺤﻤﺪاakan tetapi
mereka tidak berkeyakinan dengan dua kalimat syahadat tersebut, didalam hati mereka, mereka
tidak percaya bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah. Ini adalah bentuk kekufuran yang berupa
keyakinan meskipun mereka mengatakan dihadapan Rasulullah َ إِﻧﱠ
كﷺ
ُ �ِ ﻟَ َر
ﺳو ُل ﱠ
“sesungguhnya engkau adalah rasulullah” tapi mereka tidak meyakini itu didalam
hati mereka dan Allah menghukumi mereka sebagai orang kafir
Berdusta didalam ucapan mereka, mereka mengatakan ”aku bersaksi bahwasanya engkau adalah
Rasulullah “ akan tetapi dusta didalam hati mereka.
َْس ﱠﻣﺎ ِﺑﺄ َ ْﻟ ِﺳﻧَﺗِ ِﮭم َﯾﻘُوﻟُون
َ ۚ◌ ﻗُﻠُو ِﺑ ِﮭ ْم ﻓِﻲ ﻟَﯾ
“Mereka mengucapkan dengan lisan-lisan mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka”. (Al-
Fath : 11)
Hati mereka kufur dan mengingkari meskipun lisan mereka mengucapkan, menunjukkan kepada
kita bahwasanya di sana ada keyakinan yang bisa membatalkan keIslaman seseorang.
Demikian pula pembatal keIslaman bisa berupa perbuatan anggota badan, seperti:
• Seseorang yang bersujud kepada selain Allah ُﺳﺒ َْﺤﺎﻧَﮫ ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو, atau
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
• Menyembelih untuk selain Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Maka ini adalah berupa perbuatan dan ini semua termasuk kufur, ini semua dinamakan dengan
Nawaqidhul Islam, yaitu perkara-perkara yang membatalkan keIslaman seseorang.
Seseorang mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar
dari kejelekan tersebut.
Orang yang hanya mengetahui kebaikan tetapi tidak mengetahui kejelekan, dikhawatirkan akan
terjerumus didalam kejelekan tersebut, disadari atau tidak disadari.
Mempelajari kejelekan tujuannya adalah untuk supaya kita terjauh dan terhindari dari kejelekan
tersebut.
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Ibrahim ‘alayhissalam, beliau ‘alayhissalam, berdo’a kepada Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Berdo’a dengan do’a ini, meminta kepada Allah supaya dijauhkan beliau dan juga keturunan beliau
dari menyembah berhala, berlindung kepada Allah dari kesyirikan karena orang yang terjerumus ke
dalam kesyirikan (penyembahan kepada berhala, penyembahan kepada makhluk) maka dia telah
keluar dari Islam. Beliau ‘alayhissalam takut atas diri beliau, takut terjerumus ke dalam kesyirikan,
demikian pula takut apabila ada keturunan beliau yang terjerumus ke dalam kesyirikan.
✓ Beliau adalah Imamul al-muwahhidin, imamnya orang-orang yang bertauhid kepada Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ُ
ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو
✓ Beliaulah yang telah memecah berhala-berhala yang ada di kaumnya dengan tangan beliau
sendiri, dan
✓ Beliau disakiti dan diuji karena mempertahankan 'aqidah beliau, mentauhidkan Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ُ َو
َ
ﺗَﻌَﺎﻟﻰ, dan
✓Beliau mengajak kaumnya, mengajak bapaknya, mengajak raja di zaman beliau untuk
mentauhidkan Allah, dan
✓ Beliau mendapatkan ujian yang berat karena berdakwah kepada Tauhid, dilempar ke dalam api,
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوapi tersebut menjadi dingin.
dan dengan izin Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Dan ini semua adalah ujian yang berat bagi beliau ‘alayhissalam.
Akan tetapi meskipun demikian, beliau sangat takut apabila terjerumus ke dalam kesyirikan, oleh
karena itu beliau berdo’a kepada Allah dan mengatakan:
Tentunya orang seperti kita harusnya lebih takut terjerumus ke dalam kesyirikan tersebut.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 04 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 4
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 4
Halaqah yang ke-4, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﷲِ َر
َﺳ ْو ُل أﺻﺣﺎب َﻛﺎن َ َﻋ ِن أ َ ْﺳﺄَﻟُﮫُ ُﻛ ْﻧتُ َو ْاﻟ َﺧﯾ ِْر َﻋ ِن ﯾَ ْﺳﺄَﻟُ ْوﻧَﮫ َو
َ ُﺳﻠﱠ َم َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ﷲ
ﯾُ ْد ِر َﻛﻧِﻲ أ َ ْن َﻣﺧَﺎﻓَﺔَ اﻟ ﱠ
ﺷ ِ ّر
“Dahulu para sahabat Rasulullah ﷺ, mereka bertanya kepada Rasulullah ﷺtentang kebaikan
sedangkan aku bertanya kepada Rasulullah ﷺtentang kejelekan
Hudzaifah Ibnul Yaman bertanya kepada Rasulullah ﷺtentang kejelekan-kejelakan, tujuannya adalah
supaya tidak terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.
Dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu 'anhum, mereka mengetahui kebenaran dan juga mengetahui
kesalahan, mengetahui al-haq dan juga mengetahui kebatilan.
Mengetahui kebenaran supaya bisa di amalkan, dan mereka mengetahui kebatilan (kesalahan) supaya
bisa terhindar dari kesalahan tersebut.
ﻓﯾﮫ ﯾﻘﻊ اﻟﻧﺎس ﻣن اﻟﺷر ﯾﻌرف ﻟم وﻣن ﻟﺗوﻗﯾﮫ وﻟﻛن ﻟﻠش ﻻ اﻟﺷر ﻋرﻓت
Didalam sebuah bait dikatakan
“Aku mengetahui kejelekan bukan untuk kejelekan tersebut (bukan untuk mengamalkannya), akan
tetapi supaya terhindar dari kejelekan tersebut dan barangsiapa yang tidak mengetahui sebuah
kejelekan dari manusia maka dikhawatirkan dia akan terjerumus kedalam kejelekan tersebut “.
Oleh karena itu para ulama rahimahullahu didalam kitab-kitab mereka didalam kitab 'aqidah atau
didalam kitab fiqih menyebutkan tentang masalah bab Ar riddah bab Tentang perkara-perkara yang
bisa menjadikan seseorang murtad dan seseorang keluar dari agama Islam.
Dan tujuan para ulama membuat masalah riddah (masalah perkara-perkara yang bisa mengeluarkan
dari islam) tujuannya adalah:
Ini adalah akibat yang fatal bagi orang yang keluar dari agama islam dan dia meninggal dalam keadaan
sebagai orang yang kafir, batal amalannya dan dia diakhirat adalah termasuk penduduk neraka yang
kekal didalamnya.
ت دِﯾﻧِ ِﮫ َﻋ ْن ِﻣ ْﻧ ُﻛ ْم ﯾَ ْرﺗ َ ِد ْد َو َﻣ ْن ْ ت ﻓَﺄُو ٰﻟَﺋِ َك َﻛﺎﻓِ ٌر َوھُ َو ﻓَﯾَ ُﻣ َ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ ﻓِﻲ أ َ ْﻋ َﻣﺎﻟُ ُﮭ ْم َﺣ ِﺑ
ْ ط
ٓ ٰ ُ ب وا
وﻟ �ﯩ َك ۖ◌ َو ْاﻵ ِﺧ َر ِة َ ُ ٰﺎر اَﺻۡ ﺣ ِ ٰﺧ ِﻠد ُۡونَ ِﻓ ۡﯾ َﮭﺎ ُھ ۡم ۚ◌اﻟﻧﱠ
“Dan barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya (ت ْ )ﻓَﯾَ ُﻣKemudian dia meninggal
dunia ( )ﻛَﺎﻓ ٌِر َوھ َُوDan dia dalam keadaan kafir (tidak masuk islam kembali), ( َت ﻓَﺄُو ٰﻟَﺋِك َ ِاﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ ﻓِﻲ أ َ ْﻋ َﻣﺎﻟُ ُﮭ ْم َﺣﺑ
ْ ط
ِ )ۖ َو ْاﻵﺧِ َرةMaka mereka lah orang orang yang batal amalannya di dunia maupun di akhirat ”
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 05 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 5
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 5
Halaqah yang ke-5, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
Tentunya didalam memahami Nawaqidhul Islam seseorang harus kembali kepada Al-Quran dan juga
hadits-hadits Nabi ﷺdan kembali kepada pemahaman shahabat radhiyallahu 'anhum dan menengok
kembali ucapan-ucapan para ulama didalam masalah Nawaqidhul Islam, karena mengatakan sesuatu
mengeluarkan seseorang dari islam atau tidak ini adalah termasuk hukum syar'i
Termasuk hukum syar’i tidak boleh seseorang mengatakan bahwaanya sebuah amalan atau sebuah
ucapan atau sebuah keyakinan “ini adalah kufur, ini adalah syirik, ini adalah nifaq” kecuali apabila
disana ada dalil yang jelas didalam Al-Quran ataupun didalam Hadits, jangan sampai seseorang
mengucapkan sesuatu atas nama Allah dengan kedustaan, karena ini adalah perbuatan yang besar.
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوdan
Mengucapkan sesuatu atas nama Allah padahal tidak pernah dikabarkan oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
juga RasulNya
Janganlah kalian ucapkan ini halal atau ini haram dengan tujuan untuk berdusta atas nama Allah
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Maka ini adalah termasuk berdusta atas nama Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
�ِ َﻋﻠَﻰ ﯾَ ْﻔﺗ َ ُرونَ اﻟﱠذِﯾنَ ِإ ﱠن َ ﯾُ ْﻔ ِﻠ ُﺣونَ َﻻ ْاﻟ َﻛذ
ِب ﱠ
“Orang-orang yang berdusta atas nama Allah maka dia tidak akan beruntung" (baik di dunia maupun di
akhirat)
Mengatakan sesuatu ini adalah kufur ini adalah syirik, mengeluarkan seseorang dari Islam maka ini
adalah hukum syar'i yang dikembalikan kepada Allah dan juga RasulNya.
⇒ ini adalah kufur padahal Allah dan RasulNya tidak mengatakan demikian, atau sebaliknya
⇒ mengatakan ini tidak kufur padahal Allah dan RasulNya mengatakan ini adalah kufur.
Karena disana ada dua kelompok yang tersesat yang didalam masalah ini sebagian mereka berlebih-
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوtidak
lebihan, sehingga mengatakan bahwasanya sesuatu ini adalah kufur padahal Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
mengatakan kufur.
Seperti orang yang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar maka dia keluar dari
islam dan ini adalah keyakinan orang-orang khawarij yang sudah ada sejak zaman shahabat
radhiyallahu 'anhum dan sampai sekarang mereka berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan
dosa besar maka dia keluar dari agama Islam.
Dan disana ada kelompok lain yang juga berlebih-lebihan kebalikan dari orang-orang khawarij, mereka
meyakini sebuah amalan yang itu adalah jelas-jelas kufur didalam Al-Quran maupun didalam Hadits
akan tetapi mereka meyakini itu bukan sebuah kekufuran. Kufur menurut Allah dan RasulNya kemudian
dia menganggap ini bukan kekufuran dan ini juga berlebih-lebihan dan ini dilakukan oleh orang-
orang murji'ahyang mereka menganggap bahwasanya namanya Iman cukuplah dengan keyakinan
didalam hati atau ma’rifah mengenal didalam hati itulah yang dinamakan keimanan,
artinya apa?
⇒ Artinya sendainya orang mengucapkan ucapan apa saja atau melakukan amalan apa saja yang
penting hatinya mengenal yang penting hatinya meyakini maka ini tidak kufur dari agama Islam, karena
mereka mengatakan yang namanya iman hanya didalam hati dan ini juga berlebih-lebihan oleh karena
itu mereka tidak masalah bagi mereka seseorang mengucapkan apa saja baik itu ucapan yang kufur
maupun yang syirik yang nifaq yang penting hatinya tidak demikian.
Terkadang seseorang bisa kufur dengan ucapan lisannya, Ahlus Sunnah wal Jama'ah bukan termasuk
khawarij dan juga bukan termasuk Murj'iah, mereka didalam pertengahan dan ini adalah taufiq dan
karunia dan juga petunjuk yang Allah berikan kepada mereka didalam masalah kufur dan juga syirik,
masalah Islam dan juga Iman mereka kembali kepada Al-Quran dan juga hadits dengan pemahaman
para shahabat radhiyallahu 'anhum,
apa yang dihukumi oleh Allah dan RasulNya sebagai bentuk kekufuran mereka katakan ini adalah kufur
dan apa yang dikatakan oleh Allah dan RasulNya ini bukan kekufuran maka mereka tidak mengatakan
ini adalah kekufuran.
Dan mereka didalam masalah ini kembali kepada qa'idah-qa'idah yang berdasarkan Al-Quran juga
hadits dan diantara qa'idah yang mereka sebutkan terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang
kufur atau melakukan amalan yang kufur yang mengeluarkan dia dari Islam akan tetapi tidak dihukumi
sebagai orang kafir,
apa yang dilakukan adalah kufur akan tetapi tidak langsung dihukumi bahwasanya orang ini adalah
musyrik atau orang ini adalah kafir, Karena para ulama menyebutkan disana ada syarat-syaratnya, ada
syarat-syarat yang harus terpenuhi dan disana ada penghalang-penghalang yang harus tidak ada
sehingga orang dihukumi sebagai orang yang kafir atau orang yang musyrik.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 06 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 6
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6
Halaqah yang ke-6, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengamalkan amalan yang kufur
kemudian dihukumi sebagai seorang yang musyrik atau kafir, disana ada syarat-syarat diantaranya
disebutkan oleh para ulama :
“Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh dan berakal.“
Apabila dia belum baligh atau anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia
adalah ucapan kufur dan tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena yang mengucapkan
adalah seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir.
Diantaranya adalah dari anak kecil sampai dia dewasa, pena (pencatat) amal diangkat dari tiga
orang diantaranya dari anak kecil sampai dia dewasa
ﯾ ﺤْﺘَﻠ
ِﻢَ ﺣﺗﻰ اﻟﺻﺑﻲ ﻋن و َ
Demikian pula berakal apabila ada seorang muslim yang gila atau tidak waras kemudian dia
mengucapkan ucapan yang kufur maka tidak dianggap dia sebagai orang yang kafir, karena dia
mengucapkan ucapan ini dalam keadaan dia tidak berakal.
Demikian pula orang yang mabuk misalnya dia mengucapkan ucapan yang kufur maka dia tidak
dianggap sebagai orang yang kafir. Ucapan dia adalah ucapan yang kufur tetapi dia tidak dianggap
sebagai orang yang kafir. Ini maksudnya.
Demikian pula diantara syaratnya adalah dia dalam keadaan memiliki kehendak memiliki pilihan
dan bukan sedang dipaksa oleh orang lain, terkadang seseorang dipaksa untuk mengucapkan ucapan
yang kufur atau melakukan perbuatan yang kufur “padahal didalam hatinya dia mengingkari dan
tidak mau dan beriman kepada Allāh dan beriman kepada Rasul dan dia merasa yakin dengan
seyakin yakinnya dengan Islam tetapi diancam akan dibunuh, akan disiksa, dipaksa untuk
mengucapkan kalimat kufur. Apabila dia mengucapkan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa maka
ini tidak mengeluarkan dia dari Islam.“
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir
atau musyrik
Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu dipaksa oleh orang-orang musyrikin
untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullah ﷺdan saat itu beliau
dalam keadaan disiksa (diadzab) sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang kufur padahal
didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.
Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan-ucapan yang kufur
akan tetapi dalam keadaan terpaksa.
Ini adalah diantara qa'idah-qa'idah yang disebutkan oleh para ulama. jadi mereka sangat berhati-hati
sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini atau tidak meyakini kecuali dengan
berdasarkan dalil yang jelas dari al-qur’an dan hadits Nabi ﷺ, apalagi didalam sebuah hadits
Rasulullah ﷺbersabda :
Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik, masalah
nifaq, seseorang hendaklah berhati-hati didalam masalah ini dan menghukumi dengan jelas
bahwasanya ”si Fulan adalah kafir atau si fulan adalah musyrik ini dilakukan oleh para ulama yang
sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya syarat-syarat sebagai seorang Mufti.
Maka inilah ulama ulama yang berhak mengatakan ”si fulan adalah kafir, si fulan adalah musyrik.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI
Abdullah Roy
Halaqah - 07 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 7
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 7
Halaqah yang ke-7, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Beliau mengatakan,
Dan beliau memulai kitab beliau dengan Basmalah, meniru didalam Al-Quran. "Dimana Allah ُ ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ُ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوmemulai Al-Quran dengan Basmalah"
Demikian pula meneladani Rasulullah ﷺkarena dahulu beliau ketika menulis surat-surat maka
beliau memulai dengan Basmalah. Sebagaimana ketika beliau menulis kepada Raja Romawi, Raja
Persia dan juga yang lain, dan didalam Al-Quran ketika Nabi Sulaiman ‘alayhissalam mengirim
surat kepada bilqis, beliau memulai dengan basmalah
Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan basmalah maka ini meniru apa yang ada di
dalam Al-Quran dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan Rasulullah ﷺ
Dan makna memulai dengan basmalah maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Allah,
Karena بdidalam ucapan bismillah ini adalah بal isti'anah (yang maknanya isti'anah), Isti'anah
artinya memohon pertolongan, ( )ﷲ ﺑِــﺴﻢDengan menyebut Nama Allah, Maksudnya adalah aku
memohon pertolongan kepada Allah, dengan menyebut nama-Nya (Ismullah) dengan nama Allah.
Nama Allah disini mencakup semua nama Allah, dan didalam bahasa Arab apabila kalimat yang
mufrad atau kata yang mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum
ﷲ ﻧﻌﻣﺔ أذﻛروا
"Hendaklah kalian mengingat ni'mat Allah"
Ni'mat disini adalah mufrad (tunggal), tapi maksudnya adalah ”sebutlah atau ingatlah ni'mat-ni'mat
Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ُ َو ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ, demikian pula didalam kalimat basmalah
Orang yang mengatakan ﷲ ِﺑــﺴﻢ, berarti dia telah ber-Isti’anah, dengan menyebut seluruh nama
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوbaik yang dia maupun yang tidak dia ketahui.
Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Allah adalah lafdzul Jalallah, dan dia adalah nama Allah yang paling A’dzham (Besar), nama-nama
yang lain dsandarkan kepada nama Allah.
Seseorang mengatakan Ar-rahman ( )اﻟﺮﺣﻤﻦadalah diantara nama Allah, Ar-rahim adalah diantara
nama Allah, Al-'aziz adalah diantara nama Allah, tetapi tidak mengatakan, 'Allah adalah diantara
nama Ar-rahman"
Kenapa demikian?
Karena lafdzul Jalallah yaitu Allah adalah nama Allah yang paling besar.
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Jalallah yaitu kepada lafadz Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Dan makna dari Allah (lafdzul Jalallah) di ambil dari kata Al-uluhah yang artinya adalah
ibadah, "Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah)" oleh karena itu makna atau nama
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َوDialah satu-satunya yang disembah
Allah, ini mengandung makna bahwasanya Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
“Allah berasal dari kata Al-illah dan Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah)
Ar-rahman ( )اﻟﺮﺣﻤﻦjuga termasuk nama Allah dan maknanya adalah yang maha penyayang diambil
dari kata rahmah. Dan nama Allah Ar-rahman mengandung sifat Ar-rahmah yaitu mengandung sifat
kasih sayang.
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوadalah nama yang memiliki makna, oleh karena itu dinamakan dengan
dan nama Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Asmaul Husna yang baik karena dia mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama
makhluk terkadang seseorang memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang
memiliki nama tersebut adalah orang yang baik,
Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, seorang penjahat namanya 'Abdullah, karena
nama yang dimiliki oleh manusia belum tentu dia memiliki sifat didalam nama tersebut
Adapun Allah maka nama-nama Allah mengandung sifat-sifat, Ar-rahman dia adalah Maha
Penyayang mengandung makna mengandung sifat rahmah, Ar-rahim ( )اﻟﺮﺣﯿﻢjuga demikian, berasal
dari rahmah dan mengandung makna rahmah yaitu kasih sayang.
Perbedaan antara Ar-rahman dengan Ar-rahim disebutkan oleh para ulama bahwasanya Ar-rahman
adalah kasih sayang Allah yang mencakup seluruh makhluk, yang beriman maupun yang tidak
beriman, orang yang kafir pun didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allah, diberikan rezeki,
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
diberikan kenikmatan dan ini semua adalah termasuk rahmat dari Allah ُﺳﺒ َْﺤﺎﻧَﮫ
Adapun Ar-rahim maka ini adalah kasih sayang Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang yang
beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa kenikmatan dialam kubur,
kenikmatan di surga, maka ini adalah rahmat dari Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang
yang beriman.
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو
Ini adalah perbedaan antara Ar-rahman dengan Ar-rahim, oleh karena itu Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
berfirman:
Ar-rahim adalah kasih sayang Allah yang khusus Allah berikan kepada orang yang beriman
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 08 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 1
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Pertama Bagian 1
Halaqah yang ke-8, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia
katakan adalah sesuatu yang penting. Dia mengatakan kepada orang yang diajak
bicara, ( )آﻋﻠمketahuilah, supaya orang yang mendengar yang diajak bicara memperhatikan dan dia
sadar bahwasanya dia akan mendengar sesuatu yang sangat penting, sehingga dia mengatakan
( )آﻋﻠمketahuilah, dan Allah menggunakan kalimat ini didalam Al-Quran, diantaranya adalah
Firman Allah
Ucapan beliau ( )أﻋظم ﻣنdiantara yang paling besar menunjukkan bahwasanya disana sebenarnya
banyak pembatal-pembatal keIslaman, akan tetapi yang paling besar, yang paling penting, yang sering
terjadi adalah 10 perkara, 10 pembatal yang akan beliau sebutkan, dan sebenarnya pembatal-pembatal
keislaman banyak bukan hanya terbatas pada apa yang akan beliau sebutkan. bahkan disana ada
sebagian ulama yang menghitung sampai 400 pembatal, tapi disini beliau rahimahullah menyebutkan
10 dan ini adalah yang paling besar, yang paling penting.
1. Al-awalu ()اﻷول
اﻻول: ﺗﻌﺎﻟﻰ ﷲ ﻋﺑﺎدة ﻓﻲ اﻟﺷرك
”Syirik didalam beribadah kepada Allah ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa
yang dikehendaki" (An-Nisa : 48)
Ini adalah pembatal keislaman yang pertama beliau sebutkan secara ringkas dengan menyebutkan
salah satu diantara dalilnya ( )اﻷولyang pertama adalah syirik didalam beribadah kepada Allah,
Kenapa beliau disini menyebutkan syirik pada nomor yang pertama? Karena syirik adalah Dosa yang
paling besar. Tidak ada dosa yang Allah dimaksiyati dengannya yang lebih besar daripada syirik
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو, Rasulullah ﷺbersabda
kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ﺧﻠﻘك وھو
"Dan engkau tau bahwasanya Dia (Allah) Dia-lah yang telah menciptakan dirimu"
Seharusnya orang yang sadar dan beriman dengan rububiyyah Allah dan beriman bahwasanya Allah
yang mencipta, menciptakan dia dan orang-orang sebelumnya, menciptakan langit dan menciptakan
bumi dan menciptakan seluruh alam semesta dan tidak ada yang melakukan itu semua kecuali Allah,
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
seharusnya orang yang demikian hanya menyerahkan ibadahnya kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Ini adalah tuntutan keimanan dia, tuntutan keimanan dia bahwasanya Allah satu-satunya yang
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
mencipta. hendaklah dia hanya menyembah kepada Allāh ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Inilah Dzat yang berhak untuk disembah, yang mencipta, adapun yang tidak mencipta, seekor lalat pun
dia tidak bisa mencipta maka bagaimana dia berhak untuk disembah
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 09 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 2
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 2
Halaqah yang ke-9, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Karena orang-orang musyrikin mereka kadang berdusta atas nama Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan. maka Allah berkata kepada Nabi-Nya
"Katakanlah wahai Muhammad, "wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
kepada kalian ssesuatu (perkara-perkara) yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Disebutkan disini yang pertama kali yaitu masalah Syirik, dan Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ ُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َوketika
menyebutkan tentang hak-hak yang 10 didalam surat An-Nisa, Hak yang pertama yang Allah
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َوsebelum hak yang lain
sebutkan adalah hak untuk Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Sehingga tidak heran disini, mualif (pengarang) menjadikan yang nomor satu adalah
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﷲ ﻋﺑﺎدة ﻓﻲ اﻟﺷرك
Pembatal keIslaman yang pertama adalah "syirik didalam beribadah kepada Allah"
Maknanya dia telah bersaksi dan berikrar dan bersumpah dan mengabarkan kepada orang lain
bahwasanya "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah"
Berarti konsekuensinya tidak boleh dia serahkan sebagian ibadah sekecil apapun kepada selain
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو, siapapun dia, kalau itu adalah selain Allah berarti tidak halal kita serahkan
Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ibadah kepadanya, selain Allah mencangkup diantaranya :
Jin, pohon, batu atau bahkan nabi sekalipun, dia adalah selain Allah, demikian pula Malaikat dia
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو,
adalah selain Allah , selain Allah adalah makhluk dan Al-khaliq hanyalah Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Seorang yang mengatakan
Jika seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik dengan ucapan lisan atau
dengan perbuatan atau dengan hatinya, karena yang namanya ibadah maka akan kita sebutkan
kadang berupa lisan kadang berupa hati, kadang berupa perbuatan, Apabila ibadah tersebut
diserahkan kepada selain Allah berarti dia telah membatalkan ucapannya �ُ ِإ ﱠﻻ ِإﻟَﮫَ َﻻ
ﱠ
وﯾرﺿﺎه ﷲ ﯾﺣﺑﮫ ﻣﺎ ﻟﻛل ﺟﺎﻣﻊ اﺳم، اﻟﺑﺎطﻧﺔ و اﻟظﺎھرة واﻷﻓﻌﺎل اﻷﻗوال ﻣن
Apa yang dimaksud ibadah : yang tidak boleh kita serahkan kepada selain Allah, para ulama telah
menerangkan yang dimaksud dengan ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوbaik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.
Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Dan Hendaklah seorang muslim memahami perkara ini jangan sampai dia tidak mengetahui apa
makna ibadah apa perkara yang harus diserahkan hanya kepada Allah yang berupa ibadah dan apa
yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah.
Orang yang tidak mengetahui makna ibadah dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah
kepada selain Allah, segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah itulah yang dinamakan
ibadah.
Dari mana kita tahu bahwa itu sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhai oleh Allah, tidak
ada jalan lain kecuali dari kabar yang Allah kabarkan didalam Al-Quran atau melewati lisan
Rasulullah ﷺ, sebagai utusan. itulah sumber dimana kita bisa mengetahui sesuatu itu ibadah atau
tidak, sesuatu itu dicintai oleh Allah.
Kita akan mengetahui disana ibadah baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dicintai dan
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو, terkadang Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
diridhai oleh Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوmenyebutkan didalam Al-Quran, Allah
mencintai golongan fulan
Allah mengabarkan disini bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bersabar, menunjukkan
bahwasanya sabar adalah ibadah, kenapa demikian? Karena Allah mengabarkan Allah mencintai
orang-orang yang bersabar.
Menunjukkan bahwasanya ihsan, berbuat baik kepada orang lain adalah ibadah, karena dia dicintai
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو, Dan Allah mengabarkan bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang
oleh Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
bertaubat kepada-Nya, menunjukkan bahwasanya taubat adalah termasuk ibadah.
Dan terkadang Allah mencintai sebuah amalan atau pun ucapan, dari mana kita tahu? Karena
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو, Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
diperintahkan oleh Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َوmengatakan :
Disini Allah tidak mengatakan, Allah mencintai orang-orang yang shalat, tetapi Allah mengatakan :
Berarti kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah karena ibadah diperintahkan oleh Allah dan
segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berarti itu adalah dicintai oleh Allah dan diridhai, dan
kalau dicintai dan diridhai berarti dia adalah ibadah.
Ketika dia bernazar mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak wajib, bernazar dengan
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوadapun
keta’atan, kemudian dia menyempurnakan nazarnya maka ini dipuji oleh Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوmemuji,
orang yang tidak menunaikan nazarnya maka ini adalah tercela. Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
menunjukkan bahwasanya Allah mencintai perbuatan tersebut
Dzikir kepada Allah, membaca Al-Quran, mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, shalawat ini semua
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو, Berupa amalan
adalah ibadah yang berupa ucapan dicintai dan diridhai oleh Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َﻧﮫ
seperti melakukan shalat, atau amalan harta dia melakukan zakat, bershadaqah maka ini adalah
berupa amalan:
واﻟﺑﺎطﻧﺔ اﻟظﺎھرة
”Yang dzhahir maupun yang batin”
Yang dzhahir artinya kelihatan oleh orang lain, adapun yang batin apa yang ada di dalam hati
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو,
manusia, rasa tawakal kepada Allah, rasa cinta kepada Allah, rasa takut kepada Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوIni adalah amalan-amalan hati dan semuanya masuk didalam
Al-inabah kepada Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
kategori ibadah.
Semua ibadah tersebut harus diserahkan hanya kepada Allah tidak boleh sedikitpun, secuil pun
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
diserahkan kepada selain Allah ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
Barang siapa yang menyerahkan sebagian ibadah dari ibadah-ibadah tadi kepada selain Allah maka
dia telah masuk didalam ( ﷲ ﻋﺒﺎدة ﻓﻲ اﻟﺸﺮكmenyekutukan didalam beribadah kepada selain Allah
ُ )ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوdan ini adalah pembatal keislaman yang paling besar.
ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 10 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 3
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 3
Halaqah yang ke-10, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Dalilnya adalah firman Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Allah mengatakan:
ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
Padahal Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوadalah (Al-Ghafur) Yang Maha Pengampun, Al-Ghafar, Al-Ghafir, tapi ketika
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوdimaksiati dengan (As-Syirk) dengan menyekutukan Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوmaka Allah
tidak akan mengampuni dosa tersebut
َ ِﺑ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ
� ِإ ﱠن
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوtidak akan mengampuni dosa syirik”
“sesungguhnya Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Yang dimaksud dengan bahwasanya Allah tidak mengampuni dosa syirik ini adalah apabila seseorang
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوpada hari kiamat, mati dalam keadaan membawa dosa syirik ini dan
bertemu dengan Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
dia tidak bertaubat kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Adapun orang yang dimasa hidupnya meskipun dia melakukan dosa syirik yang besar yang
membatalkan keislaman apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allah akan dosanya.
َ ِﺑ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ
� إِ ﱠن
ُ ( ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوbertemu dengan Allah)
Adalah apabila seseorang meninggal dunia bertemu kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
dalam keadaan membawa dosa Syirik besar ini.
Dan yang menjelaskan ini disebutkan didalam hadits,
Rasulullah ﷺmengatakan
اﻟﻧﺎر دﺧل
”Maka ia masuk kedalam Neraka”
Beliau ﷺmengatakan
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Inilah orang yang masuk ke dalam neraka dan dialah yang tidak akan diampuni oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
َ � ﻟَ ِﻘ
ﻲ َﻣ ْن َ ْاﻟ َﺟﻧﱠﺔَ َد َﺧ َل
َ ﺷ ْﯾﺋًﺎ ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ ِركُ ﱠ
”Barangsiapa yang bertemu dengan Allah”
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Menunjukkan bahwasanya maksud firman Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
َ ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ
� ِإ ﱠن
Adalah apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari kesyirikan tersebut
bertemu dengan Allah dihari Kiamat dalam keadaan membawa dosa Syirik.
Inilah yang dimaksud dengan tidak akan diampuni. Adapun orang yang sebelum dia meninggal dunia
bertaubat kepada Allah dengan Taubat yang Nashuha sebesar apapun dosanya akan diampuni oleh
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوsemuanya, baik berupa Syirik, berupa Kufur, berupa Nifaq kalau dia bertaubat
Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
sebelum waktunya, sebelum dia meninggal dunia maka akan diampuni oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوMaksudnya
Allah mengatakan ( )ﺟﻣﯾﻌﺎsemuanya tidak ada yang dikecualikan oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
adalah dosa yang dilakukan dan seseorang yang melakukannya bertaubat sebelum ia meninggal dunia.
Maksud dari
� ِإ ﱠن
ﺑﮫ اﻧﯾﻛﺳرت ﯾﻐﻔر ﻻ ﱠ
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوdalam keadaan membawa
Maksudnya adalah apabila seseorang bertemu dengan Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
dosa Syirik.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 11 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 4
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 4
Halaqah yang ke-11, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Oleh karena itu seorang muslim jangan dia menunda taubat kepada Allh ُﺳ ْﺑﺣَﺎ َﻧﮫ ُ ﺗَﻌَﺎ َﻟﻰ َو, selama dia
َ
ُ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ َوmaka hendaklah dia bersegera
masih diberikan kesempatan dan dan nafas oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
bertaubat kepada Allah dengan taubat yang nashuha dari segala dosa yang besar maupun dosa
yang kecil.
Sebelum datang waktunya dimana tidak diterima taubat seseorang, apabila sudah datang ajal, tidak
bermanfaat ucapan seseorang. ُﺗ ُ ْﺑت “Aku bertaubat kepada Allah”.
Kalau sudah datang ajal atau kematian maka tidak akan bermanfaat taubat seseorang.
ﯾَﺷَﺎء ِﻟ َﻣ ْن
“Bagi siapa yang dikehendaki”.
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوbagi siapa yang
Dosa-dosa yang masih ada dibawah syirik maka diampuni oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
dikehendaki oleh Allah.
Tapi dia (duuna syirk) ini adalah dosa-dosa besar yang dibawah kesyirikan. Orang yang
melakukannya didalam bahaya yang besar memang, akan tetapi tidak sampai kepada mengeluarkan
dia dari Islam.
Orang yang melakukan dosa besar berkurang keimanannya dan semakin banyak dia melakukan
dosa besar semakin banyak imannya yang berkurang dan dikhawatirkan dosa besar tersebut lama
kelamaan bisa membuat dia kepada kekufuran.
Orang yang melakukan dosa besar dalam keadaan bahaya tetapi tidak sampai mengeluarkan dia dari
keislaman.
Yang lebih rendah dari kesyirikan `bagi orang yang dikehendaki oleh Allah, Berarti disana ada
orang yang dikehendaki di ampuni oleh Allah dari para pelaku dosa besar dan ada disana ada orang
yang dikehendaki tidak diampuni oleh Allah, artinya harus diazab
Oleh karena itu nanti dihari kiamat ketika kaum muslimin, orang-orang yang beriman melewati
jembatan As-shiroth maka ada diantara mereka yang selamat, menyebrangi Jahanam diatas
jembatan As-shiroth tersebut. Ada diantara mereka yang selamat dan tidak terkena luka sedikit pun,
seperti "para Nabi, para Rasul" dan ada diantara mereka yang selamat sampai kesebrang akan tetapi
terdapat luka, karena diatas jembatan As-shirath atau disekitar shirath ada besi-besi pengait yang
akan menyambar orang yang diperintahkan oleh Allah untuk disambar sesuai dengan dosa yang
dia lakukan, ada diantara orang-orang yang beriman yang sampai kesebrang akan tetapi dalam
keadaan terluka dan ada diantara orang yang beriman yang jatuh kedalam Neraka.
Berarti orang yang jatuh kedalam Neraka inilah yang Allah kehendaki tidak diampuni, artinya Allah
menghendaki untuk di azab, kalau diampuni maka Allah akan selamatkan dia diatas dari Jahanam
dan diselamatkan bisa menyebrangi Jembatan As-shirath, akan tetapi Allah menghendaki sebagian
pelaku dosa besar diantara orang yang beriman dihendaki untuk tidak diampuni artinya tidak
diampuni harus di azab terlebih dahulu dimasukkan ke dalam Neraka diadzab sesuai dengan hak
nya kemudian nanti akhirnya akan di masukan oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوke dalam surga.
Setiap muslim akan masuk ke dalam surga sampai para pelaku dosa besar, tapi ada diantara mereka
yang langsung dan ada diantara mereka yang di azab terlebih dahulu karena dosa yang dilakukan.
Pelaku dosa besar sebagaimana "ini adalah aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah di hari kiamat
adalah
ﷲ ﻣﺷﯾﺋﺔ ﺗﺣت
ُ ”ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو.
“Dibawah kehendak Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Jika Allah menghendaki maka Allah akan mengampuni dan kalau Allah menghendaki maka Allah
tidak mengampuni.
ﯾَﺷَﺎء ِﻟ َﻣ ْن
ُ ”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
“Bagi siapa yang dikehendaki oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Diantara contoh kesyirikan adalah menyembelih untuk selain Allah, Menyembelih adalah ibadah,
ُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َوberfirman:
Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ﺻ َﻼ ِﺗﻲ ِإ ﱠن ﻗُ ْل َ ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻣﯾنَ َربّ ِ ِ ﱠ�ِ َو َﻣ َﻣﺎ ِﺗﻲ َو َﻣ ْﺣ َﯾ,ﯾك َﻻ
ُ ُﺎي َوﻧ
َ ﺳ ِﻛﻲ َ َوﺑِ ٰ َذ ِﻟ َك ۖ◌ ﻟَﮫُ ﺷ َِر
ُْاﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾنَ أ َ ﱠو ُل َوأَﻧَﺎ أ ُ ِﻣ ْرت
“Katakanlah sesungguhnya shalatku dan sembelihanku, hidup dan matiku adalah untuk Allah
Rabbul ‘alamin”. (Al-An’am 162-163)
Shalatnya adalah untuk Allah, tidak boleh seseorang melakukan shalat untuk selain Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ُ َو
َ َ
ﺗﻌَﺎﻟﻰ
ُ َُوﻧ
ﺳ ِﻛﻲ
ُ ُ )ﻧartinya sembelihan, Sebagaimana Sabda Nabi ﷺ
Demikian pula untuk sesembelihannya (ﺳ ِﻛﻲ
ﻧﺳﯾﻛﮫ ﻧﺳك ٲ
"Hendaklah engkau menyembelih sebuah sesembelihan"
ْ hanya
ِ )اﻟﻌَﺎﻟَ ِﻣﯾنَ َربّ ِ ِ ﱠ
“Katakanlah sesungguhnya shalatku dan sembelihanku, hidup dan matiku (�
untuk Allah”
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
Tidak boleh diserahkan kepada selain Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Orang yang menyerahkan sembelihan kepada selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah
didalam ibadah tersebut, demikian pula firman Allah
َ ََوا ْﻧ َﺣ ْر ِﻟ َر ِﺑّ َك ﻓ
ﺻ ِّل
“Hendaklah engkau shalat untuk Rabb mu dan hendaklah engkau menyembelih untuk Rabb”.
Dalam sebuah hadits, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu mengatakan
Yang pertama
"Dilaknat oleh Allah dan di doakan oleh Rasulullah supaya orang tersebut mendapatkan laknat dari
ُ "ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو
Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Yang dimaksud dengan laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah, diantaranya adalah orang yang
menyembelih untuk selain Allah.
Menyembelih seekor hewan dengan tujuan bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada makhluk
tersebut. Kata beliau disini
Terkadang setiap tahun atau setiap waktu tertentu menyembelih seekor kerbau atau menyembelih
seekor hewan kemudian di lempar ke laut atau dilempar ke sungai dan tujuannya adalah untuk
mendekatkan diri kepada yang menunggu dari sungai ataupun laut tersebut, supaya tidak terjadi
banjir, supaya tidak memudharati orang-orang yang tinggal di sekitar sungai tersebut. maka ini
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َوdan bahkan ini adalah termasuk syirik besar, yang
adalah termasuk syirik kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
mengeluarkan seseorang dari Islam membatalkan amalannya, kalau dia meninggal dunia dalam
ُ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َوtidak akan mengampuni dosanya.
keadaan berbuat syirik ini maka Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Maksudnya adalah untuk yang dikuburkan di tempat tersebut, meskipun yg dikuburkan adalah
seorang Nabi, kalau dia menyembelih seekor hewan dengan tujuan untuk bertaqarub kepada yang
dikuburkan baik itu seorang nabi atau seorang wali atau orang yang shaleh sekalipun maka ini
adalah termasuk syirik
Sesuatu apapun masuk didalamnya adalah para nabi, oleh karena itu orang-orang nashrani, mereka
adalah orang-orang musyrik meskipun mereka menyembah seorang Nabi sekalipun, Nabi 'Isa
'alayhissalam yang disembah oleh orang-orang nashrani adalah seorang Nabi yang mulia, bahkan
termasuk Ulul azmi, termasuk 5 Nabi yang paling utama (afdhal), disembah oleh orang-orang
Nashrani.
Disembah oleh orang-orang Nashrani, apakah berarti mereka bukan orang-orang yang musyrik?,
kita katakan tetap orang musyrik
Dan apa yang beliau sebutkan hanyalah sekedar contoh, disana banyak contoh-contoh kesyirikan
yang tidak beliau sebutkan disini karena ini adalah kitab yang ringkas.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 12 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 1
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 1
Halaqah yang ke-12, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
“Barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara-perantara berdoa kepada mereka
dan meminta kepada mereka syafaat dan bertawakkal kepada mereka ( )إِﺟْ َﻣﺎﻋًﺎ َﻛﻔ ََرmaka dia telah kufur
dengan kesepakatan para ulama”.
Yang bisa mengeluarkan seseorang dari agamanya, membatalkan amalannya dan seandainya dia
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوtidak akan
meninggal dalam keadaan dia tidak bertaubat dari perbuatan ini maka Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
mengampuni dosanya. Dan ini adalah termasuk kufur, termasuk kesyirikan sebagaimana nanti akan
kita jelaskan.
Beliau mengatakan
“Diantara pembatal-pembatal keIslaman adalah orang yang menjadikan antara dia dengan Allah
perantara-perantara dimana dia berdoa kepada perantara-perantara tersebut dan meminta kepadanya
syafaat dan bergantung kepadanya”.
Maka perbuatan seperti ini adalah perbuatan yang diharamkan didalam agama Islam dan dia adalah
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
termasuk syirik, termasuk kekufuran kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara, maksudnya adalah didalam ibadah
menjadikan disana makhluk baik seorang Nabi, atau seorang Malaikat atau orang yang shalih atau
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو, mendekatkan dia kepada
yang lain sebagai perantara didalam ibadah dia kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Allah atau menjadikan dia sebagai syufa'a yang memberikan syafa’at baginya disisi Allah dan
bergantung kepada perantara tersebut, bertawakal kepada perantara tersebut, maka ini adalah
perbuatan yang diharamkan.
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوtelah mengutus para Rasul, para Nabi sebagai perantara, antara Allah dengan
Betul, Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
makhluk-Nya, namun perantara disini maksudnya didalam menyampaikan risalah. Allah menjadikan
disana Malaikat sebagai rasul, Allah menjadikan disana manusia sebagai rasul yaitu sebagai perantara
Allah dengan manusia.
Allah tidak mewahyukan kepada masing-masing dari kita, memberitahukan kepada masing-masing dari
kita secara langsung akan tetapi Allah mengangkat disana para rasul menyampaikan risalah dari Allah,
menyampaikan Al-Quran, menyampaikan Al-Kitab, menyampaikan wahyu disampaikan kepada kita,
para rasul 'alayhimussalam adalah perantara di dalam menyampaikan risalah dari Allah kepada
manusia.
ُ�
ط ِﻔﻲ ﱠ ْ ﺳ ًﻼ ْاﻟ َﻣ َﻼ ِﺋ َﻛ ِﺔ ِﻣنَ َﯾ
َ ﺻ ِ ۚ◌ اﻟﻧﱠ
ُ ﺎس َو ِﻣنَ ُر
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوtelah memilih para utusan dari kalangan malaikat dan juga dari kalangan
“Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
manusia”. (Al-Hajj : 75)
Malaikat dan juga para rasul mereka adalah perantara bukan di dalam ibadah kita kepada Allah' akan
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوkepada kita. Adapun orang yang didalam
tetapi di dalam menyampaikan risalah dari Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ibadahnya menjadikan disana perantara antara dia dengan Allah dan dia berdoa kepada perantara
tersebut dan meminta kepadanya syafa'at, bertawakkal kepadanya maka ini tidak diperbolehkan di
dalam agama islam dan ini adalah termasuk syirik.
Di antara dalilnya Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an tentang agama orang-orang musyrikin yaitu
kaumnya Rasulullah ( ﷺorang-orang Quraisy), Allah sebutkan didalam 2 ayat didalam Al-Quran yang
menyebutkan diantara kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin quraisy
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
1. Firman Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
َُون ِﻣ ْن َو َﯾ ْﻌﺑُدُون
ِ �ِ د ﺿ ﱡرھُ ْم َﻻ َﻣﺎ ﱠ ُ ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ ٰ َھؤ َُﻻ ِء َو َﯾﻘُوﻟُونَ َﯾ ْﻧ َﻔﻌُ ُﮭ ْم َو َﻻ َﯾ ِ ۚ◌ ﱠ
ُ � ِﻋ ْﻧ َد
� أَﺗُﻧَﺑِّﺋُونَ ﻗُ ْل
َ ت ِﻓﻲ َﯾ ْﻌﻠَ ُم َﻻ ِﺑ َﻣﺎ ﱠِ ﺳ َﻣ َﺎوا ض ِﻓﻲ َو َﻻ اﻟ ﱠ ِ ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ ۚ◌ ْاﻷ َ ْر ُ َوﺗ َ َﻌﺎﻟَ ٰﻰ
ﯾُ ْﺷ ِر ُﻛونَ َﻋ ﱠﻣﺎ
“Dan mereka (orang-orang musyrikin quraisy)
َُون ِﻣ ْن ﯾَ ْﻌﺑُدُون
ِ �ِ د
ﱠ
Menyembah kepada selain Allah
ََو َﯾﻘُوﻟُون
Kemudian mereka mengatakan
ِ ۚ◌ ﱠ
ُ � ِﻋ ْﻧ َد
ﺷﻔَﻌَﺎ ُؤﻧَﺎ
Mereka adalah orang-orang yang memberikan syafa’at kepada kami disisi Allah
Bahwasanya ada diantara mereka yang menjadikan orang-orang yang shalih sebagai (syufa'a)
menjadikan mereka sebagai orang-orang yang memberikan syafa’at bagi mereka disisi Allah.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada orang-orang shalih tersebut, baik dengan
berdoa, seperti yang disampaikan disini mengatakan
“Ya fulan berilah aku ini, jauhkanlah aku dari ini”, Atau meminta kepada mereka syafaat dengan
mengatakan: “Ya fulan berilah aku syafa'at disisi Allah”.
Allah berfirman:
Di antara ibadahnya kepada orang-orang shalih tersebut berdoa, dan doa adalah ibadah,
mengatakan “Ya fulan” ini adalah permintaan dan ini adalah doa, berdoa kepada selain Allah yang tidak
memberikan mudharat dan juga tidak memberikan manfaat.
Seseorang beribadah harusnya kepada Dzat yang memberikan mudharat dan juga memberikan
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
manfaat yaitu Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ﺳ ْﺳ َك َو ِإ ْن
َ �ُ َﯾ ْﻣ
ﺿ ٍ ّر ﱠ َ ﺿ ِﻠ ِﮫ َرا ﱠد ﻓَ َﻼ ِﺑ َﺧﯾ ٍْر ﯾُ ِر ْد َك َو ِإ ْن ۖ◌ ُھ َو ِإ ﱠﻻ ﻟَﮫُ َﻛﺎ ِﺷ
ُ ف ﻓَ َﻼ ِﺑ ْ َۚ◌ ِﻟﻔ
ﯾب
ُ ﺻ ِ ُور َو ُھ َو ۚ◌ ِﻋﺑَﺎ ِد ِه ِﻣ ْن ﯾَﺷَﺎ ُء َﻣ ْن ﺑِ ِﮫ ﯾ ُ ُاﻟر ِﺣﯾ ُم ْاﻟﻐَﻔ
ﱠ
“Kita beribadah kepada Dzat yang memberikan manfaat dan juga memberikan mudharat” (Yunus : 107)
Yaitu kepada orang-orang yang shalih tersebut yang mereka sudah meninggal dunia, menolong diri
mereka sendiri tidak mampu, bagaimana mereka bisa menolong orang lain
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah yang ke-13, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah
Kenapa mereka berdoa kepada orang-orang yang shalih tersebut? Mereka mengatakan,
ُ �ِ ِﻋ ْﻧ َد
ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ ﱠ
"Supaya mereka memberikan syafa’at bagi kami disisi Allah"
Ini adalah ucapan orang-orang musyrikin, beralasan supaya mendapatkan syafa'at disisi Allah ُ ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ُ
ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َوdengan cara beribadah kepada orang-orang shalih tersebut, bergantung kepada mereka,
berdoa kepada mereka, beri'tikaf disekitar kuburan mereka, bertaqarub kepada mereka supaya
ُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو
mereka memberikan syafa’at bagi mereka disisi Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
� أَﺗُﻧَﺑِّﺋُونَ ﻗُ ْل
َ ت ﻓِﻲ ﯾَ ْﻌﻠَ ُم َﻻ ِﺑ َﻣﺎ ﱠ ِ ْاﻷ َ ْر
ض ﻓِﻲ َو َﻻ اﻟ ﱠ
ِ ﺳ َﻣ َﺎوا
“Katakanlah wahai Muhammad kepada orang-orang musyrikin, apakah kalian (wahai orang-
orang musyrikin) mengabarkan kepada Allah sesuatu yang Allah tidak ketahui di langit maupun di
bumi”
Dari mana kalian tahu bahwasanya orang-orang shalih tersebut yang mereka sudah meninggal dunia,
dari mana kalian tahu bahwasanya mereka kelak akan memberikan syafa’at bagi kalian, dengan cara
kalian berdoa kepada mereka yaitu dengan cara seperti ini.
Apakah kalian mengabarkan kepada Allah, sesuatu yang Allāh tidak ketahui?
Ini adalah bantahan Allah terhadap orang-orang musyrikin, mereka berkata atas nama Allah yang
ُ ﺗ َ َﻌﺎ َﻟﻰ َوtidak pernah mengabarkan, Allah tidak pernah
tidak mereka ketahui, padahal Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
mengabarkan bahwasanya untuk mendapatkan syafa'at dari orang-orang shalih pada hari kiamat
dengan cara mendekatkan diri kepada mereka, beribadah kepada mereka, berdoa kepada mereka.
ُ ﺗَﻌَﺎ َﻟﻰ َوtidak pernah mengabarkannya demikian, demikian pula Rasulullah ﷺ, lalu dari
Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
mana cara seperti ini, cara seperti ini berasal dari diri mereka sendiri, persangkaan dari mereka,
kemudian Allah mengatakan
Allah memberi nama perbuatan yang mereka lakukan sebagai perbuatan syirik, oleh karena itu
disini beliau mengatakan,
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 14 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 3
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 3
Halaqah yang ke-14, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
② Firman Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ
�ِ ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ
dan orang-orang yang menjadikan sekutu (tandingan-tandingan) bagi Allah yang mereka namakan
syufa'a, mereka mengatakan
ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ
�ِ ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ
"Tidaklah kami menyembah kepada mereka, menyerahkan ibadah kepada mereka berdoa kepada
mereka"
ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ
�ِ إِﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ إِ ﱠﻻ
"Supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah"
Kami adalah orang jauh dari Allah, kami adalah orang yang banyak berbuat maksiat, banyak
melakukan dosa, banyak lalai kepada Allah, sedangkan orang-orang yang shalih tersebut mereka
adalah memiliki derajat yang tinggi disisi Allah.
ِ ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ
� ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ
“Tidaklah kami beribadah kepada mereka, berdoa kepada mereka, meminta syafaat kepada mereka
ُ ”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو.
kecuali supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Ini adalah tujuan orang-orang musyrikin, ingin dekat kepada Allah dengan cara berdoa kepada orang-
orang yang shalih, Kemudian Allah membantah dan mengatakan
Yaitu antara Rasulullah ﷺdan orang-orang musyrikin tersebut, siapa yang benar diantara mereka,
apakah Rasulullah ﷺyang mengajak kepada tauhid dan memperingatkan kepada mereka dari
kesyirikan ataukah yang benar adalah orang-orang musyrikin tersebut yang mereka berdoa dan
beribadah kepada orang-orang yang shalih dengan maksud mendekatkan diri mereka kepada Allah
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
َ ۗ◌ ﯾَ ْﺧﺗ َ ِﻠﻔُونَ ﻓِﯾ ِﮫ ُھ ْم َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺑَ ْﯾﻧَ ُﮭ ْم ﯾَ ْﺣ ُﻛ ُم ﱠ
� ِإ ﱠن
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوakan menghukumi diantara mereka di dalam apa yang perselisihkan”
“Sesungguhnya Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
َ ِب ھُ َو َﻣ ْن ﯾَ ْﮭدِي َﻻ ﱠ
� ِإ ﱠن ٌ َﻛﻔﱠ
ٌ ﺎر َﻛﺎذ
“sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang
ﻛﻔﺎف ﻛﺎذب
"Orang yang berdusta dan dia kufur kepada Allah ُ( ”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو ﺳُ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫAz-Zumar : 3)
Ini menunjukkan bahwasanya apa yang diucapkan oleh orang-orang musyrikin tersebut yang pertama
ini adalah kedustaan, karena Allah mengatakan
َ ِب ھُ َو َﻣ ْن ﯾَ ْﮭدِي َﻻ ﱠ
� إِ ﱠن ٌ َﻛﺎذ
“Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang dusta”
ِ ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ
� ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ
Adalah ucapan yang tidak benar, tidak benar bahwasanya orang-orang shalih tersebut mendekatkan
ُ )ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو
diri mereka (orang-orang yang menyembahNya kepada Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Allah katakan ini adalah kedustaan,* kedustaan atas nama Allah dan Allah lebih tahu tentang hakikat.
Kemudian Allah mensifati sebagai ( )ﻛﻔﺎرmenunjukkan bahwasanya perbuatan ini adalah termasuk
kekufuran, bahkan kekufuran yang sangat. karena Allah mengatakan ( )ﻛﻔﺎرdan orang-orang Arab
membedakan antara kaffar dengan kafir, kafir artinya adalah orang yang kafir, tapi kalau sudah
mengatakan kaffar berarti orang yang sangat kafir.
ٌ َﻛﻔﱠﺎر َﻛﺎذ
َ ِب ھُ َو َﻣ ْن َﯾ ْﮭدِي َﻻ ﱠ
� ِإ ﱠن
“Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang dusta dan dia sangat kufur kepada
ُ ”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو.
Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
Menunjukkan bahwasanya cara seperti ini adalah cara yang tidak dibenarkan secara syariat tidak
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو, tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, demikian pula ini adalah (dien)
diajarkan oleh Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
agama orang-orang musyrikin yang diperangi Rasulullah ﷺ.
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 16 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 5
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 5
Halaqah yang ke-16, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah
Demikian pula Allah mengabarkan dengan lisan Nabi-Nya bahwasanya para Nabi dan Rasul
Para Nabi dan Rasul hidup di alam Barzakh, akan tetapi kehidupan mereka berbeda dengan kehidupan
kita di dunia, kehidupan yang lebih sempurna dari pada kehidupan para syuhada dari pada kehidupan
manusia yang lain.
Sekali lagi kehidupan mereka lain dengan kehidupan kita. dan mereka tidak mendengar dan tidak
melihat apa yang terjadi di sini, tidak mengharuskan bahwasanya orang yang hidup di alam yang lain
dia mendengar apa yang terjadi di alam yang lain.
Dia hidup dan kita hidup di sini tetapi dia hidup di alam yang lain (di alam barzakh) sedangkan kita di
alam dunia, dan tidak ada keharusan dia mendengar apa yang kita lakukan di sini. Sebagaimana kita
disini sama-sama di alam dunia, kita hidup dan orang yang di mekkah juga hidup akan tetapi tidak ada
keharusan mereka mendengar apa yang kita ucapkan sekarang disini, padahal mereka hidup dan
sama-sama di alam dunia, bagaimana dengan yang hidup di alam yang lain.
Demikian pula seorang bayi yang ada di dalam perut ibunya, dia dalam keadaan hidup tetapi dia
berada di alam yang lain, di alam rahim dan tidak ada keharusan meskipun dia hidup mendengar apa
yang kita ucapkan yaitu orang yang sudah lahir didunia. Sama-sama hidup tetapi tidak ada keharusan
saling mendengar satu dengan yang lain, demikian pula para Nabi dan rasul orang-orang yang shalih,
mereka hidup di alam kuburnya akan tetapi tidak ada keharusan mereka mendengar apa yang kita
ucapkan.
ُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َوkabar dari Allah bahwasanya mereka tidak mendengar apa yang
Ini adalah kabar dari Allah ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ
kita ucapkan.
Seandainya mereka bisa mendengar tidak bisa meng-ijabahi, lalu untuk apa seseorang berdoa kepada
mereka, seandainya mereka mendengar pun tidak bisa mereka mengabulkan. Jadi mereka hidup di
alam Barzakh tidak mengharuskan mereka mendengar apa yang kita ucapkan.
Beda antara orang yang shalih dalam keadaan hidup bersama kita di dunia dengan orang yang shalih
yang sudah meninggal dunia. Apabila orang yang shalih tersebut didunia hidup bersama kita, berada di
dekat kita, mendengar ucapan kita boleh kita meminta doa darinya namun apabila sudah meninggal
dunia maka tidak halal /tidak boleh kita meminta kepada orang shaleh tersebut, meskipun hanya
meminta doa.
Rasulullah ﷺmembedakan antara beliau dalam keadaan hidup dan beliau dalam keadaan meninggal
dunia. Dalam keadaan hidup beliau bisa mendoakan tapi ketika beliau sudah meninggal dunia maka
beliau tidak bisa mendoakan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari di dalam kitabul mardha, 'Aisyah radhiyallahu
'anha ketika beliau sakit kepala dan mengatakan
َ ْارأ
ﺳـﺎه َ َو
َ ْارأ
Kalau dalam bahasa Indonesia kurang lebih “aduh sakit kepalaku” demikian beliau mengatakan ( ﺳـﺎه َ )و
َ
Kemudian Rasulullãh ﷺmendengar ucapan Aisyah dan dia merasakan sakit dikepalanya
Rasulullah ﷺbersabda
Ini adalah ucapan Rasulullah ﷺdimana beliau membedakan antara beliau dalam keadaan hidup dan
beliau dalam keadaan meninggal dunia. Seandainya beliau masih hidup niscaya bisa mendoakan, tapi
kalau beliau sudah meninggal dunia maka beliau tidak bisa mendoakan dan tidak bisa memohonkan
ampun untuk orang lain bahkan kepada istrinya sendiri tidak bisa. Ini adalah hiburan Rasulullah
ﷺkepada 'Aisyah
“selama aku masih hidup, niscaya aku akan mendoakan kebaikan untukmu”
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy