Anda di halaman 1dari 45

Halaqah - 01 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 1

Halaqah yang pertama, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh


Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

‫ﺴﻼَ ُم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َو َر ْﺣ َﻤﺔُ ﷲِ َوﺑَ َﺮ َﻛﺎﺗُﮫ‬


‫اﻟ ﱠ‬, ‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬

Setelah kita menyelesaikan kitab Al-Qawa'idul Arba' dengan 25 pertemuan dan in syaa
Allah hari ini akan kita mulai dengan kitab yang baru yang juga dikarang oleh Syaikhul
Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Ibnu Sulaiman at Tamimi yang
berjudul Nawaqidhul Islam

Sebelum kita memulai mempelajari kitab, maka kita akan memperkenalkan tentang
pengarang kitab ini, Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman
at Tamimi yang lahir pada tahun 1115 H, disebuah daerah di jazirah Arab yaitu di Al-
'Uyainah dan beliau lahir ditengah-tengah keluarga yang sangat memperhatikan tentang
ilmu Agama dan beliau menghafal Al-Qur’an dan mulai menghafal Al-Qur’an sejak
kecil sehingga beliau menyelesaikan menghafal Al-Qur’an sebelum berumur 10 tahun.

Kemudian memulai menuntut ilmu agama, mempelajari tafsir, mempelajari fiqh dan
diantara gurunya adalah bapak beliau sendiri Syaikh Abdul Wahab Ibnu Sulaiman
kemudian setelah itu beliau rahimahullah mempelajari ilmu Agama dari beberapa guru
yang lain dan melakukan rihlah ilmiah, melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu
pergi ke kota Mekkah, ke kota Madinah, pergi ke Baghdad dan juga kota- kota yang lain
dengan bertujuan untuk menuntut ilmu agama.

dan beliau belajar di kota Madinah dan menuntut ilmu dari seorang syaikh al Muhadits
yang terkenal yaitu syaikh Muhammad Hayah As-Sindy dan hampir beliau melakukan
perjalanan ke Syam, akan tetapi karena satu sebab akhirnya beliau tidak bisa pergi
kesana dan beliau menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu agama dan juga
mengajarkan kepada orang lain dan telah mengarang kitab-kitab yang banyak yang
bermanfaat bagi kaum muslimin, diantaranya adalah

- Kitabut Tauhid
- Kasyfu Syubhaat
- Ushulul Sithah
- A-Ushulul tsalasah
- Mukhtashar Zaadul Ma'ad
dan diantaranya adalah kitab yang sangat ringkas yang In Syaa Allah akan kita pelajari
yang dinamakan Nawaqidhul Islam dan kitab ini hanya 2 halaman tetapi mengandung
faidah faidah yang besar yang hendaknya dipelajari oleh seorang muslim.

Dan beliau meninggal dunia pada tahun 1206 H, dan umur beliau saat itu sekitar 91
tahun, setelah menghabiskan waktunya dan juga hidupnya didalam mempelajari ilmu
agama dan juga mengajarkan kepada orang lain.

Ini adalah biografi singkat dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman at
tamimi rahimahullah. Semoga Allah merahmati kita dan juga merahmati
beliau rahimahullah

Kemudian setelah itu tentang kitab beliau yaitu Nawaqidhul Islam

Nawaqidh artinya adalah pembatal, Nawaqidh adalah jamak dari Naqidhun dan dalam
bahasa Arab adalah perusak atau pembatal, Inilah yang dinamakan dengan naqidhun.

Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ berfirman :

‫ﺖ ﻏ َْﺰﻟَ َﮭﺎ ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ﻗُ ﱠﻮةٍ أ َ ْﻧ َﻜﺎﺛًﺎ‬ َ َ‫َو َﻻ ﺗ َ ُﻜﻮﻧُﻮا َﻛﺎﻟﱠﺘِﻲ ﻧَﻘ‬


ْ ‫ﻀ‬

“Janganlah kalian seperti seorang wanita yang merusak pintalannya (yang mencerai
beraikan) pintalannya setelah dia kuat” (An-Nahl 92)

Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ berfirman ‫ﺖ ﻏ َْﺰﻟَ َﮭﺎ‬ َ َ‫( ﻧَﻘ‬jangan kalian seperti seorang wanita yang
ْ ‫ﻀ‬
merusak dan mencerai beraikan pintalannya (memintal kemudian merusaknya)

َ َ‫ ﻧَﻘ‬Artinya merusak atau mencerai beraikan


ْ ‫ﻀ‬
‫ﺖ‬

Dan Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ berfirman :

‫� ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻣﯿﺜَﺎﻗِ ِﮫ‬ َ َ‫اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَ ْﻨﻘُﻀُﻮن‬


ِ ‫ﻋ ْﮭﺪَ ﱠ‬

Menceritakan tentang sifat orang-orang yang merusak perjanjian mereka dengan Allah.
Berjanji kepada Allah dengan sebuah janji kemudian membatalkannya dan merusaknya.
Allah mengatakan :

‫� ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﻣﯿﺜَﺎﻗِ ِﮫ‬ َ َ‫اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَ ْﻨﻘُﻀُﻮن‬


ِ ‫ﻋ ْﮭﺪَ ﱠ‬

"orang-orang yang mereka (‫ )ﯾﻨـﻘﻀـﻮن‬merusak dan membatalkan perjanjian mereka


dengan Allah" (Al-Baqarah 27)
‫ﻣـﻦ ﺑـﻌﺪ ﻣـﯿﺜﺎﻗﮫ‬

Setelah mereka berjanji kepada Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ

‫ﻧـﻘﺾ – ﯾﻨـﻘﺾ‬

Artinya adalah merusak, inilah makna Nawaqidh adalah pembatal-pembatal atau


perusak-perusak.

Sebagaimana “Nawaqidhul Wudhu“ perusak-perusak wudhu artinya adalah amalan-


amalan, perkara-perkara yang membatalkan wudhu seseorang dinamakan “Nawaqidhul
Wudhu“

Nawaqidhul Islam, yang dimaksud dengan Al Islam adalah

ّ ِ ‫ﺎﻟﻄﺎ َﻋ ِﺔ َو ْاﻟﺒَ َﺮا َءة ُ ِﻣﻦَ اﻟ‬


‫ﺸ ْﺮ ِك َوأ َ ْھ ِﻠ ِﮫ‬ ‫اﻻ ْﺳﺘِﺴْﻼ ُم �ِ ﺑِﺎﻟﺘ ﱠ ْﻮ ِﺣﯿ ِﺪ َواﻻ ْﻧ ِﻘﯿَﺎدُ ﻟَﮫُ ﺑِ ﱠ‬

yang dimaksud dengan Islam adalah

“Penyerahan diri kepada Allah dengan tauhid dan menyerahkan dengan ketaatan dan
berlepas diri dari kesyirikan dan juga para pelaku syirik”
Inilah yang dinamakan Al Islam.
Al Islam dari kata aslama yuslimu

‫اﻹﺳﻼم – أﺳﻠﻢ – ﯾﺴﻠﻢ‬

Artinya didalam bahasa Arab adalah menyerahkan diri. Aslam Ali fulan adalah
menyerahkan diri kepada si fulan, Aslama (‫ )أﻟﺴﻼم‬yuslimu (‫ )ﯾﺴﻠﻢ‬islaman (‫ )إﺳﻼﻣﺎ‬artinya
adalah penyerahan diri.

Kenapa islam atau agama islam dinamakan dengan islam, karena orang yang masuk
kedalam agama islam dan mengaku bahwasanya dirinya adalah seorang yang memeluk
agama islam dia telah menyerahkan dirinya hanya kepada Allah, menyerahkan dirinya
dan juga ibadahnya kepada Allah, oleh karena itu dinamakan dengan Islam.

Seorang Nashrani yang dahulunya dia menyembah kepada Allah yang mereka namakan
dengan tuhan bapa dan menyembah kepada Nabi 'Isa yang mereka namakan denga tuhan
anak dan menyembah kepada Maryam ketika dia masuk Islam maka dia harus
menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah. meninggalkan peribadatan kepada Nabi
'Isa alaihi salam, meninggalkan peribadatan kepada ibunya (Maryam) dan hanya
menyerahkan ibadahnya kepada Allah maka dia dinamakan sebagai seorang Muslim,

kenapa?

Karena dia menyerahkan dirinya dan juga ibadah nya hanya kepada Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬
ُ
Oleh karena itu yang namanya islam adalah

‫اﻻ ْﺳﺘِﺴْﻼ ُم �ِ ﺑِﺎﻟﺘ ﱠ ْﻮ ِﺣﯿ ِﺪ‬

“Penyerahan diri kepada Allah dengan TAUHID ”

Yaitu meng Esa kan Allah dengan ibadah dan Ini adalah inti ajaran Islam

‫َواﻻ ْﻧ ِﻘﯿَﺎدُ ﻟَﮫُ ﺑِ ﱠ‬


‫ﺎﻟﻄﺎ َﻋﺔ‬

”Dan melaksanakan ketaatan kepada Allah ‫ﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


َ ‫ﺳ ْﺒ‬
ُ ”
bukan hanya meng-Esa-kan Allah didalam ibadah tetapi juga melaksanakan perintah
meninggalkan larangan. Apabila diperintah oleh Allah dan juga Rasul-Nya
melaksanakan, apabila dilarang dengan sesuatu maka dia meninggalkan maka ini juga
bagian dari Islam
◌ِ
ّ ِ ‫َو ْاﻟﺒَ َﺮا َءة ُ ِﻣﻦَ اﻟ‬
‫ﺸ ْﺮ ِك‬

“Dan berlepas diri dari kesyirikan”

Yaitu menyekutukan Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ

‫َوأ َ ْھ ِﻠ ِﮫ‬

”Demikian pula berlepas diri dari orang-orang yang melakukan kesyirikan”

Sebagaimana dahulu Nabi Ibrahim 'alayhissalam, beliau dan juga orang-orang yang
beriman bersama beliau berkata kepada kaumnya

َ ‫ُون ﷲِ َﻛﻔَ ْﺮﻧَﺎ ﺑِ ُﻜ ْﻢ َوﺑَﺪَا ﺑَ ْﯿﻨَﻨَﺎ َوﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ُﻢ ْاﻟﻌَﺪَ َاوة ُ َو ْاﻟﺒَ ْﻐ‬
ُ‫ﻀﺎ ُء أَﺑَﺪا ً َﺣﺘﱠﻰ ﺗُﺆْ ِﻣﻨُﻮا ﺑِﺎ�ِ َوﺣْ ﺪَه‬ ِ ‫إِﻧﱠﺎ ﺑ َُﺮآ ُء ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َو ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺗ َ ْﻌﺒُﺪ ُونَ ِﻣ ْﻦ د‬

Mereka berkata kepada kaumnya “Sesungguhnya Kami berlepas diri dari kalian (wahai
orang orang musyrikin)

‫َﻛﻔَ ْﺮﻧَﺎ ﺑِ ُﻜ ْﻢ‬

dan kami mengkufuri kalian


َ ‫َوﺑَﺪَا ﺑَ ْﯿﻨَﻨَﺎ َوﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ُﻢ ْاﻟﻌَﺪَ َاوة ُ َو ْاﻟﺒَ ْﻐ‬
ُ‫ﻀﺎ ُء أَﺑَﺪا ً َﺣﺘﱠﻰ ﺗُﺆْ ِﻣﻨُﻮا ﺑِﺎ�ِ َوﺣْ ﺪَه‬

Dan akan terus ada permusuhan antara kami dengan kalian selama-lamanya

ُ‫َﺣﺘﱠﻰ ﺗُﺆْ ِﻣﻨُﻮا ﺑِﺎ�ِ َوﺣْ ﺪَه‬

Sampai kalian beriman hanya kepada Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ (Al Mumtahanah : 4)

ّ ِ ‫َو ْاﻟﺒَ َﺮا َءة ُ ِﻣﻦَ اﻟ‬


Inilah yang dinamakan dengan ‫ﺸ ْﺮ ِك َوأ َ ْھ ِﻠ ِﮫ‬

Seorang Muslim menyembah kepada Allah semata dan melaksanakan perintah Allah
menjauhi larangan Allah dan dia harus berlepas diri dari apa yang dinamakan dengan
kesyirikan dan juga orang-orang yang melakukan kesyirikan tersebut

“Nawaqidhul Islam artinya adalah pembatal–pembatal keislaman“

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI
Abdullah Roy

Halaqah - 02 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 2

Halaqah yang ke-2, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh


Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Seseorang masuk kedalam agama islam dengan 2 kalimat syahadat, dengan 2 kalimat
syahadat ini maka dia dianggap sebagai seorang muslim, dijaga darahnya dan
kehormatannya. sebagaimana sabda Nabi ‫ﷺ‬

‫اﻟﺰ َﻛﺎة َ ﻓَﺈِذَا ﻓَﻌَﻠُﻮا‬


‫ﺼ َﻼة َ َوﯾُﺆْ ﺗُﻮا ﱠ‬ ‫� َوﯾُ ِﻘﯿ ُﻤﻮا اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﺳﻮ ُل ﱠ‬ ُ ‫�ُ َوأ َ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا َر‬ َ ‫أ ُ ِﻣ ْﺮتُ أ َ ْن أُﻗَﺎﺗِ َﻞ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎس َﺣﺘﱠﻰ ﯾَ ْﺸ َﮭﺪُوا أ َ ْن َﻻ ِإﻟَﮫَ ِإ ﱠﻻ ﱠ‬
ِ�‫ﺴﺎﺑُ ُﮭ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬ ِْ ‫ﻖ‬
َ ‫اﻹﺳ َْﻼ ِم َو ِﺣ‬ ِ ّ ‫ﺼ ُﻤﻮا ِﻣ ِﻨّﻲ ِد َﻣﺎ َء ُھ ْﻢ َوأ َ ْﻣ َﻮاﻟَ ُﮭ ْﻢ ِإ ﱠﻻ ِﺑ َﺤ‬َ ‫ذَﻟِﻚَ َﻋ‬

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan dan


bersyahadat Laa ilaha illallah dan bersyahadat Muhammad Rasulullah, kemudian
mendirikan shalat, membayar zakat, maka apabila mereka melakukan itu semua ( ‫ﺼ ُﻤﻮا‬ َ ‫َﻋ‬
ِ maka sungguh mereka telah menjaga dariku darah mereka (‫)وأ َ ْﻣ َﻮاﻟَ ُﮭ ْﻢ‬
‫)ﻣﻨِّﻲ ِد َﻣﺎ َء ُھ ْﻢ‬ َ dan harta
mereka (‫اﻹﺳ َْﻼ ِم‬ ِْ ‫ﻖ‬
ِ ّ ‫ )إِ ﱠﻻ ﺑِ َﺤ‬kecuali dengan hak islam (ِ�
‫ﺴﺎﺑُ ُﮭ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬
َ ‫)و ِﺣ‬dan
َ hisab mereka adalah
atas Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬ ُ ” (Muttafaqun ‘alayhi)

Apabila sudah mengucapkan “Asyhadu an Laa ilaha illallah wa anna Muhammadan


Rasulullah” berarti dia sudah masuk Islam dan di sana ada perkara-perkara yang apabila
dilakukan maka bisa membatalkan keislaman tersebut, ini yang dinamakan dengan
Nawaqidhul Islam.

Seseorang masuk ke dalam agama islam dan apabila dia melakukan salah satu atau lebih
diantara perkara-perkara ini maka bisa membatalkan keislaman dia, dia dinamakan
dengan Nawaqidhul islam (perkara-perkara yang membatalkan keislaman).

Sebagaimana tadi kita sebutkan orang berwudhu dan di sana ada pembatal-pembatal
wudhu, apabila berwudhu dan melakukan salah satu di antara pembatal-pembatal wudhu
maka batal wudhunya.
Demikian pula islam, seseorang mengucapkan 2 kalimat syahadat tapi apabila dia
melakukan salah satu di antara pembatal-pembatal keislaman ini, batal lah 2 kalimat
syahadatnya.

Dan pembatal-pembatalan keislaman ada yang berupa ucapan dan ada yang berupa
i’tiqad (keyakinan di dalam hati) dan ini semua dinamakan dengan Nawaqidhul Islam.
Adapun berupa ucapan seperti orang yang mencela Allah dan juga Rasul-Nya atau
berdo’a kepada selain Allah dengan lisannya maka ini adalah pembatal keslaman.

Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ berfirman:

‫َوﻟَﻘَ ْﺪ ﻗَﺎﻟُﻮا َﻛ ِﻠ َﻤﺔَ ْاﻟ ُﻜ ْﻔ ِﺮ َو َﻛﻔَ ُﺮوا ﺑَ ْﻌﺪَ ِإﺳ َْﻼ ِﻣ ِﮭ ْﻢ‬

“Dan sungguh mereka telah mengucapkan kalimat yang kufur ‫ َو َﻛﻔَ ُﺮوا ﺑَ ْﻌﺪَ إِﺳ َْﻼ ِﻣ ِﮭ ْﻢ‬dan
mereka telah kufur setelah keislaman mereka.” (At-Tawbah : 74)

Allah ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬


ُ mengabarkan bahwasanya mereka telah mengucapkan kalimatal kufr,
menunjukkan bahwasanya di sana ada ucapan yang diucapkan oleh seseorang dan itu
adalah termasuk pembatal keislaman.
Di zaman Rasulullah ‫ ﷺ‬suatu saat orang-orang munafiq mereka membicarakan (mencela)
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga para shahabat radhiyallahu ‘anhum, mereka adalah orang yang
banyak makan, yang perutnya paling besar dan bahwasanya mereka adalah orang yang
paling pengecut ketika berperang,
mereka mengucapkan kalimat ini di antara mereka (yaitu di antara orang-orang munafiq),
ada sebagian shahabat yang mendengar kemudian mengabarkan ini kepada Rasulullah
‫ ﷺ‬kemudian turunlah ayat

ْ َ ‫ﺳﻮ ِﻟ ِﮫ ُﻛﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗ‬
) َ‫ﺴﺘ َ ْﮭ ِﺰﺋُﻮن‬ ِ ‫ﻗُ ْﻞ أَﺑِ ﱠ‬٦٥‫( ﻻ ﺗ َ ْﻌﺘَﺬ ُِروا ﻗَ ْﺪ َﻛﻔَ ْﺮﺗ ُ ْﻢ ﺑَ ْﻌﺪَ إِﯾ َﻤﺎﻧِ ُﻜ ْﻢ‬
ُ ‫ﺎ� َوآﯾَﺎﺗِ ِﮫ َو َر‬
“Katakanlah apakah kalian mengejek dan mengolok-olok dengan Allah dan juga ayat-
ayatNya dan juga dengan Rasul-Nya? ‫ ﻻ ﺗ َ ْﻌﺘَﺬ ُِروا‬janganlah kalian meminta udzur, ‫ﻗَ ْﺪ َﻛﻔَ ْﺮﺗ ُ ْﻢ‬
‫ ﺑَ ْﻌﺪَ إِﯾ َﻤﺎﻧِ ُﻜ ْﻢ‬sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian…’.”(At-Tawbah : 65-66)

Kufur dengan apa? Dengan ucapan, karena mengejek Allah dan Rasul-Nya, mengejek
ayat-ayatNya.

‫ﻻ ﺗ َ ْﻌﺘَﺬ ُِروا ﻗَ ْﺪ َﻛﻔَ ْﺮﺗ ُ ْﻢ ﺑَ ْﻌﺪَ ِإﯾ َﻤﺎﻧِ ُﻜ ْﻢ‬

“Janganlah kalian meminta udzur, kalian sudah kafir setelah keimanan kalian”

menunjukkan bahwa di sana ada pembatal keIslaman yang berupa ucapan lisan.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI
Abdullah Roy
Halaqah - 03 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 3
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 3

Halaqah yang ke-3, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Dan disana ada pembatal keislamaan yang berupa 'aqidah, berupa keyakinan, berupa i'tiqad.

⇒ Meyakini bahwasanya ada ilah selain Allah,


⇒ Meyakini bahwasanya hukum selain hukum Allah adalah lebih baik dari pada hukum Allah,
⇒ Meyakini bahwasanya shalat tidak wajib, atau
⇒ Meyakini bahwasanya sesuatu yang diharamkan jelas didalam agama meyakini bahwasanya itu
halal.

Maka ini adalah keyakinan yang bisa membatalkan keislaman seseorang, sebagaimana orang-orang
munafik mereka dahulu mengucapkan kalimat ‫ ﷲ إﻻ إﻟﮫ ﻻ‬dan mengucapkan ً ‫ ﷲ رﺳﻮل ﻣﺤﻤﺪا‬akan tetapi
mereka tidak berkeyakinan dengan dua kalimat syahadat tersebut, didalam hati mereka, mereka
tidak percaya bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah. Ini adalah bentuk kekufuran yang berupa
keyakinan meskipun mereka mengatakan dihadapan Rasulullah َ ‫إِﻧﱠ‬
‫كﷺ‬
ُ ‫�ِ ﻟَ َر‬
‫ﺳو ُل‬ ‫ﱠ‬
“sesungguhnya engkau adalah rasulullah” tapi mereka tidak meyakini itu didalam
hati mereka dan Allah menghukumi mereka sebagai orang kafir

‫ﺳو ُل إِﻧﱠ َك ﻧَ ْﺷ َﮭ ُد َﻗﺎﻟُوا ْاﻟ ُﻣﻧَﺎﻓِﻘُونَ َﺟﺎ َء َك ِإ َذا‬


ُ ‫� ﻟَ َر‬
ِ ‫�ُ ۗ◌ ﱠ‬ ‫ﺳوﻟُﮫُ ِإﻧﱠ َك َﯾ ْﻌﻠَ ُم َو ﱠ‬ ُ ‫�ُ ﻟَ َر‬
‫َو ﱠ‬
‫ﻟَ َﻛﺎ ِذﺑُونَ ْاﻟ ُﻣﻧَﺎ ِﻓ ِﻘﯾنَ ِإ ﱠن َﯾ ْﺷ َﮭ ُد‬
"Apabila datang kepadamu wahai Muhammad orang orang munafik"

‫ﺳو ُل ِإﻧﱠ َك ﻧَ ْﺷ َﮭ ُد ﻗَﺎﻟُوا‬


ُ ‫� ﻟَ َر‬
ِ‫ﱠ‬
mereka berkata “kami bersaksi bahwasanya engkau adalah Rasulullah

Ini dikatakan oleh orang-orang munafik ‫ﺳﻮ ُل ِإ ﱠﻧﻚَ ﻧَ ْﺸ َﮭﺪ ُ ﻗَﺎﻟُﻮا‬


ُ ‫�ِ ﻟَ َﺮ‬
‫ﱠ‬

‫ﺳوﻟُﮫُ إِﻧﱠ َك ﯾَ ْﻌﻠَ ُم َو ﱠ‬


ُ� ُ ‫�ُ ﻟَ َر‬
‫َو ﱠ‬
dan Allah tahu bahwasanya engkau adalah rasul-Nya

‫ﻟَ َﻛﺎ ِذﺑُونَ ْاﻟ ُﻣﻧَﺎﻓِ ِﻘﯾنَ ِإ ﱠن ﯾَ ْﺷ َﮭ ُد َو ﱠ‬


ُ�
dan Allah bersyahadat (bersaksi) bahwasanya orang-orang munafik adalah berdusta (Al-
Munafiqun : 1)

Berdusta didalam ucapan mereka, mereka mengatakan ”aku bersaksi bahwasanya engkau adalah
Rasulullah “ akan tetapi dusta didalam hati mereka.
َ‫ْس ﱠﻣﺎ ِﺑﺄ َ ْﻟ ِﺳﻧَﺗِ ِﮭم َﯾﻘُوﻟُون‬
َ ‫ۚ◌ ﻗُﻠُو ِﺑ ِﮭ ْم ﻓِﻲ ﻟَﯾ‬
“Mereka mengucapkan dengan lisan-lisan mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka”. (Al-
Fath : 11)

Hati mereka kufur dan mengingkari meskipun lisan mereka mengucapkan, menunjukkan kepada
kita bahwasanya di sana ada keyakinan yang bisa membatalkan keIslaman seseorang.

Demikian pula pembatal keIslaman bisa berupa perbuatan anggota badan, seperti:

• Seseorang yang bersujud kepada selain Allah ُ‫ﺳﺒ َْﺤﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬, atau
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
• Menyembelih untuk selain Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Maka ini adalah berupa perbuatan dan ini semua termasuk kufur, ini semua dinamakan dengan
Nawaqidhul Islam, yaitu perkara-perkara yang membatalkan keIslaman seseorang.

Mengetahui Nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal keislaman) merupakan perkara yang sangat


penting.

Seseorang mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar
dari kejelekan tersebut.

Orang yang hanya mengetahui kebaikan tetapi tidak mengetahui kejelekan, dikhawatirkan akan
terjerumus didalam kejelekan tersebut, disadari atau tidak disadari.

Mempelajari kejelekan tujuannya adalah untuk supaya kita terjauh dan terhindari dari kejelekan
tersebut.

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Ibrahim ‘alayhissalam, beliau ‘alayhissalam, berdo’a kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

‫اﺟﻧُ ْﺑﻧِﻲ‬ ‫َﺎم ﻧﱠ ْﻌﺑُ َد أَن َوﺑَﻧِ ﱠ‬


ْ ‫ﻲ َو‬ َ ‫ﺻﻧ‬ ِ ّ ‫ﺿﻠَ ْﻠنَ ِإﻧﱠ ُﮭ ﱠن َر‬
ْ َ ‫ ْاﻷ‬,‫ب‬ ْ َ ‫ﯾرا أ‬ ِ ‫اﻟﻧﱠ‬
ً ِ‫ﺎس ِ ّﻣنَ َﻛﺛ‬
beliau mengatakan dan berdoa kepada Allah “Ya Allah, jauhkanlah aku dan anak-anakku dari
menyembah berhala” (Ibrahim: 35)

Berdo’a dengan do’a ini, meminta kepada Allah supaya dijauhkan beliau dan juga keturunan beliau
dari menyembah berhala, berlindung kepada Allah dari kesyirikan karena orang yang terjerumus ke
dalam kesyirikan (penyembahan kepada berhala, penyembahan kepada makhluk) maka dia telah
keluar dari Islam. Beliau ‘alayhissalam takut atas diri beliau, takut terjerumus ke dalam kesyirikan,
demikian pula takut apabila ada keturunan beliau yang terjerumus ke dalam kesyirikan.

‫اﺟﻧُ ْﺑﻧِﻲ‬ ‫َﺎم ﻧﱠ ْﻌﺑُ َد أَن َوﺑَﻧِ ﱠ‬


ْ ‫ﻲ َو‬ َ ‫ﺻﻧ‬ْ َ ‫ْاﻷ‬
“Ya Allah, jauhkanlah aku, keeluargaku dan juga anak keturunanku dari menyembah berhala”.

Padahal siapa beliau ‘alayhissalam?

✓ Beliau adalah Imamul al-muwahhidin, imamnya orang-orang yang bertauhid kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ
‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬
✓ Beliaulah yang telah memecah berhala-berhala yang ada di kaumnya dengan tangan beliau
sendiri, dan
✓ Beliau disakiti dan diuji karena mempertahankan 'aqidah beliau, mentauhidkan Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫َو‬
َ
‫ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ‬, dan
✓Beliau mengajak kaumnya, mengajak bapaknya, mengajak raja di zaman beliau untuk
mentauhidkan Allah, dan
✓ Beliau mendapatkan ujian yang berat karena berdakwah kepada Tauhid, dilempar ke dalam api,
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬api tersebut menjadi dingin.
dan dengan izin Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Dan ini semua adalah ujian yang berat bagi beliau ‘alayhissalam.

Akan tetapi meskipun demikian, beliau sangat takut apabila terjerumus ke dalam kesyirikan, oleh
karena itu beliau berdo’a kepada Allah dan mengatakan:

‫اﺟﻧُ ْﺑﻧِﻲ‬ ‫َﺎم ﻧﱠ ْﻌﺑُ َد أَن َوﺑَﻧِ ﱠ‬


ْ ‫ﻲ َو‬ َ ‫ﺻﻧ‬ْ َ ‫ْاﻷ‬
Apabila beliau ‘alayhissalam takut dengan kesyirikan tersebut padahal beliau adalah imamul
muwahhidin (imamnya orang-orang yang bertauhid), yang kita diperintahkan untuk mengikuti
millah beliau, Maka bagaimana dengan kita?

Tentunya orang seperti kita harusnya lebih takut terjerumus ke dalam kesyirikan tersebut.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 04 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 4
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 4

Halaqah yang ke-4, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

Mempelajari Nawaqidhul Islam adalah perkara yang sangat penting

Hudzaifah Ibn Yaman (beliau) mengatakan

ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲِ َر‬
َ‫ﺳ ْو ُل أﺻﺣﺎب َﻛﺎن‬ َ ‫َﻋ ِن أ َ ْﺳﺄَﻟُﮫُ ُﻛ ْﻧتُ َو ْاﻟ َﺧﯾ ِْر َﻋ ِن ﯾَ ْﺳﺄَﻟُ ْوﻧَﮫ َو‬
َ ُ‫ﺳﻠﱠ َم َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ﷲ‬
‫ﯾُ ْد ِر َﻛﻧِﻲ أ َ ْن َﻣﺧَﺎﻓَﺔَ اﻟ ﱠ‬
‫ﺷ ِ ّر‬
“Dahulu para sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka bertanya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang kebaikan
sedangkan aku bertanya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang kejelekan

َ‫ﯾُ ْد ِر َﻛ ِﻧﻲ أ َ ْن َﻣﺧَﺎﻓَﺔ‬


"Karena aku takut apabila aku terjerumus didalam kejelekan tersebut” (HR Bukhari 6/615-616 dan
13/35 beserta Fathul Baari. Muslim 12/235-236 beserta Syarh Nawawi. Baghowi dalam Syarhus
Sunnah 14/14. Dan Ibnu Majah 2979)

Hudzaifah Ibnul Yaman bertanya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang kejelekan-kejelakan, tujuannya adalah
supaya tidak terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.

Dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu 'anhum, mereka mengetahui kebenaran dan juga mengetahui
kesalahan, mengetahui al-haq dan juga mengetahui kebatilan.

Mengetahui kebenaran supaya bisa di amalkan, dan mereka mengetahui kebatilan (kesalahan) supaya
bisa terhindar dari kesalahan tersebut.

‫ﻓﯾﮫ ﯾﻘﻊ اﻟﻧﺎس ﻣن اﻟﺷر ﯾﻌرف ﻟم وﻣن ﻟﺗوﻗﯾﮫ وﻟﻛن ﻟﻠش ﻻ اﻟﺷر ﻋرﻓت‬
Didalam sebuah bait dikatakan

“Aku mengetahui kejelekan bukan untuk kejelekan tersebut (bukan untuk mengamalkannya), akan
tetapi supaya terhindar dari kejelekan tersebut dan barangsiapa yang tidak mengetahui sebuah
kejelekan dari manusia maka dikhawatirkan dia akan terjerumus kedalam kejelekan tersebut “.

Oleh karena itu para ulama rahimahullahu didalam kitab-kitab mereka didalam kitab 'aqidah atau
didalam kitab fiqih menyebutkan tentang masalah bab Ar riddah bab Tentang perkara-perkara yang
bisa menjadikan seseorang murtad dan seseorang keluar dari agama Islam.

Dan tujuan para ulama membuat masalah riddah (masalah perkara-perkara yang bisa mengeluarkan
dari islam) tujuannya adalah:

✓ supaya kita tahu pembatal-pembatal keislaman, dan


✓ supaya kita waspada jangan sampai kita dan juga keluarga kita dan orang-orang yang kita cintai dan
jugakaum muslimin terjatuh di dalam apa yang dinamakan Nawaqidhul Islam.

Yang mengeluarkan seseorang dari islam


Dan membatalkan amal seseorang dan apabila dia meninggal dunia dalam keadaan riddah maka tidak
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dan dia kekal didalam neraka bersama orang-orang yang kafir.
diterima taubatnya oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Ini adalah akibat yang fatal bagi orang yang keluar dari agama islam dan dia meninggal dalam keadaan
sebagai orang yang kafir, batal amalannya dan dia diakhirat adalah termasuk penduduk neraka yang
kekal didalamnya.

‫ت دِﯾﻧِ ِﮫ َﻋ ْن ِﻣ ْﻧ ُﻛ ْم ﯾَ ْرﺗ َ ِد ْد َو َﻣ ْن‬ ْ ‫ت ﻓَﺄُو ٰﻟَﺋِ َك َﻛﺎﻓِ ٌر َوھُ َو ﻓَﯾَ ُﻣ‬ َ ‫اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ ﻓِﻲ أ َ ْﻋ َﻣﺎﻟُ ُﮭ ْم َﺣ ِﺑ‬
ْ ‫ط‬
ٓ ٰ ُ ‫ب وا‬
‫وﻟ �ﯩ َك ۖ◌ َو ْاﻵ ِﺧ َر ِة‬ َ ُ ٰ‫ﺎر اَﺻۡ ﺣ‬ ِ ‫ٰﺧ ِﻠد ُۡونَ ِﻓ ۡﯾ َﮭﺎ ُھ ۡم ۚ◌اﻟﻧﱠ‬
“Dan barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya (‫ت‬ ْ ‫ )ﻓَﯾَ ُﻣ‬Kemudian dia meninggal
dunia (‫ )ﻛَﺎﻓ ٌِر َوھ َُو‬Dan dia dalam keadaan kafir (tidak masuk islam kembali), ( َ‫ت ﻓَﺄُو ٰﻟَﺋِك‬ َ ِ‫اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ ﻓِﻲ أ َ ْﻋ َﻣﺎﻟُ ُﮭ ْم َﺣﺑ‬
ْ ‫ط‬
ِ‫ )ۖ َو ْاﻵﺧِ َرة‬Maka mereka lah orang orang yang batal amalannya di dunia maupun di akhirat ”

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 05 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 5
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 5

Halaqah yang ke-5, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

Mengetahui tentang Nawaqidhul Islam adalah perkara yang penting.

Tentunya didalam memahami Nawaqidhul Islam seseorang harus kembali kepada Al-Quran dan juga
hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬dan kembali kepada pemahaman shahabat radhiyallahu 'anhum dan menengok
kembali ucapan-ucapan para ulama didalam masalah Nawaqidhul Islam, karena mengatakan sesuatu
mengeluarkan seseorang dari islam atau tidak ini adalah termasuk hukum syar'i

Termasuk hukum syar’i tidak boleh seseorang mengatakan bahwaanya sebuah amalan atau sebuah
ucapan atau sebuah keyakinan “ini adalah kufur, ini adalah syirik, ini adalah nifaq” kecuali apabila
disana ada dalil yang jelas didalam Al-Quran ataupun didalam Hadits, jangan sampai seseorang
mengucapkan sesuatu atas nama Allah dengan kedustaan, karena ini adalah perbuatan yang besar.
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dan
Mengucapkan sesuatu atas nama Allah padahal tidak pernah dikabarkan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
juga RasulNya

‫ف ِﻟ َﻣﺎ ﺗ َﻘُوﻟُوا َو َﻻ‬


ُ ‫ﺻ‬ َ ‫� َﻋﻠَﻰ ِﻟﺗ َ ْﻔﺗ َ ُروا َﺣ َرا ٌم َو ٰ َھ َذا َﺣ َﻼ ٌل ٰ َھ َذا ْاﻟ َﻛذ‬
ِ َ ‫ِب أ َ ْﻟ ِﺳﻧَﺗ ُ ُﻛ ُم ﺗ‬ ِ ‫ِب ﱠ‬َ ‫ۚ◌ ْاﻟ َﻛذ‬
‫� َﻋﻠَﻰ َﯾ ْﻔﺗ َ ُرونَ اﻟﱠذِﯾنَ ِإ ﱠن‬ ِ ‫ِب ﱠ‬َ ‫ﯾُ ْﻔ ِﻠ ُﺣونَ َﻻ ْاﻟ َﻛذ‬
“Janganlah kalian mengatakan dengan ucapan kalian (dengan lisan kalian)

‫َﺣ َرام َو ٰ َھ َذا َﺣ َﻼ ٌل ٰ َھ َذا‬


Ini adalah halal, ini adalah haram

‫�ِ َﻋﻠَﻰ ِﻟﺗ َ ْﻔﺗ َ ُروا‬ َ ‫ْاﻟ َﻛذ‬


‫ِب ﱠ‬
dengan tujuan berdusta atas nama Allah" (An-Nahl : 116)

Janganlah kalian ucapkan ini halal atau ini haram dengan tujuan untuk berdusta atas nama Allah

1. Allah mengatakan halal kemudian kita katakan haram


2. Allah mengatakan Haram kemudian kita katakan halal

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Maka ini adalah termasuk berdusta atas nama Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫�ِ َﻋﻠَﻰ ﯾَ ْﻔﺗ َ ُرونَ اﻟﱠذِﯾنَ ِإ ﱠن‬ َ ‫ﯾُ ْﻔ ِﻠ ُﺣونَ َﻻ ْاﻟ َﻛذ‬
‫ِب ﱠ‬
“Orang-orang yang berdusta atas nama Allah maka dia tidak akan beruntung" (baik di dunia maupun di
akhirat)

Mengatakan sesuatu ini adalah kufur ini adalah syirik, mengeluarkan seseorang dari Islam maka ini
adalah hukum syar'i yang dikembalikan kepada Allah dan juga RasulNya.

Dikembalikan kepada dalil, jangan sampai seseorang mengatakan:

⇒ ini adalah kufur padahal Allah dan RasulNya tidak mengatakan demikian, atau sebaliknya
⇒ mengatakan ini tidak kufur padahal Allah dan RasulNya mengatakan ini adalah kufur.
Karena disana ada dua kelompok yang tersesat yang didalam masalah ini sebagian mereka berlebih-
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬tidak
lebihan, sehingga mengatakan bahwasanya sesuatu ini adalah kufur padahal Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
mengatakan kufur.

Seperti orang yang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar maka dia keluar dari
islam dan ini adalah keyakinan orang-orang khawarij yang sudah ada sejak zaman shahabat
radhiyallahu 'anhum dan sampai sekarang mereka berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan
dosa besar maka dia keluar dari agama Islam.

Dan disana ada kelompok lain yang juga berlebih-lebihan kebalikan dari orang-orang khawarij, mereka
meyakini sebuah amalan yang itu adalah jelas-jelas kufur didalam Al-Quran maupun didalam Hadits
akan tetapi mereka meyakini itu bukan sebuah kekufuran. Kufur menurut Allah dan RasulNya kemudian
dia menganggap ini bukan kekufuran dan ini juga berlebih-lebihan dan ini dilakukan oleh orang-
orang murji'ahyang mereka menganggap bahwasanya namanya Iman cukuplah dengan keyakinan
didalam hati atau ma’rifah mengenal didalam hati itulah yang dinamakan keimanan,

artinya apa?

⇒ Artinya sendainya orang mengucapkan ucapan apa saja atau melakukan amalan apa saja yang
penting hatinya mengenal yang penting hatinya meyakini maka ini tidak kufur dari agama Islam, karena
mereka mengatakan yang namanya iman hanya didalam hati dan ini juga berlebih-lebihan oleh karena
itu mereka tidak masalah bagi mereka seseorang mengucapkan apa saja baik itu ucapan yang kufur
maupun yang syirik yang nifaq yang penting hatinya tidak demikian.

Terkadang seseorang bisa kufur dengan ucapan lisannya, Ahlus Sunnah wal Jama'ah bukan termasuk
khawarij dan juga bukan termasuk Murj'iah, mereka didalam pertengahan dan ini adalah taufiq dan
karunia dan juga petunjuk yang Allah berikan kepada mereka didalam masalah kufur dan juga syirik,
masalah Islam dan juga Iman mereka kembali kepada Al-Quran dan juga hadits dengan pemahaman
para shahabat radhiyallahu 'anhum,

apa yang dihukumi oleh Allah dan RasulNya sebagai bentuk kekufuran mereka katakan ini adalah kufur
dan apa yang dikatakan oleh Allah dan RasulNya ini bukan kekufuran maka mereka tidak mengatakan
ini adalah kekufuran.

Dan mereka didalam masalah ini kembali kepada qa'idah-qa'idah yang berdasarkan Al-Quran juga
hadits dan diantara qa'idah yang mereka sebutkan terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang
kufur atau melakukan amalan yang kufur yang mengeluarkan dia dari Islam akan tetapi tidak dihukumi
sebagai orang kafir,

apa yang dilakukan adalah kufur akan tetapi tidak langsung dihukumi bahwasanya orang ini adalah
musyrik atau orang ini adalah kafir, Karena para ulama menyebutkan disana ada syarat-syaratnya, ada
syarat-syarat yang harus terpenuhi dan disana ada penghalang-penghalang yang harus tidak ada
sehingga orang dihukumi sebagai orang yang kafir atau orang yang musyrik.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 06 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 6
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download Audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6

Halaqah yang ke-6, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengamalkan amalan yang kufur
kemudian dihukumi sebagai seorang yang musyrik atau kafir, disana ada syarat-syarat diantaranya
disebutkan oleh para ulama :

“Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh dan berakal.“

Apabila dia belum baligh atau anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia
adalah ucapan kufur dan tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena yang mengucapkan
adalah seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir.

‫ﺛﻼﺛﺔ ﻋن اﻟﻘﻠم رﻓﻊ‬

Diantaranya adalah dari anak kecil sampai dia dewasa, pena (pencatat) amal diangkat dari tiga
orang diantaranya dari anak kecil sampai dia dewasa

‫ﯾ ﺤْﺘَﻠ‬
‫ِﻢَ ﺣﺗﻰ اﻟﺻﺑﻲ ﻋن و‬ َ
Demikian pula berakal apabila ada seorang muslim yang gila atau tidak waras kemudian dia
mengucapkan ucapan yang kufur maka tidak dianggap dia sebagai orang yang kafir, karena dia
mengucapkan ucapan ini dalam keadaan dia tidak berakal.

Demikian pula orang yang mabuk misalnya dia mengucapkan ucapan yang kufur maka dia tidak
dianggap sebagai orang yang kafir. Ucapan dia adalah ucapan yang kufur tetapi dia tidak dianggap
sebagai orang yang kafir. Ini maksudnya.

Demikian pula diantara syaratnya adalah dia dalam keadaan memiliki kehendak memiliki pilihan
dan bukan sedang dipaksa oleh orang lain, terkadang seseorang dipaksa untuk mengucapkan ucapan
yang kufur atau melakukan perbuatan yang kufur “padahal didalam hatinya dia mengingkari dan
tidak mau dan beriman kepada Allāh dan beriman kepada Rasul dan dia merasa yakin dengan
seyakin yakinnya dengan Islam tetapi diancam akan dibunuh, akan disiksa, dipaksa untuk
mengucapkan kalimat kufur. Apabila dia mengucapkan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa maka
ini tidak mengeluarkan dia dari Islam.“

Ucapan dia adalah ucapan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir
atau musyrik

ِ ‫ط َﻣ ِﺋ ﱞن َوﻗَ ْﻠﺑُﮫُ أ ُ ْﻛ ِرهَ َﻣ ْن ِإ ﱠﻻ إِﯾ َﻣﺎﻧِ ِﮫ ﺑَ ْﻌ ِد ِﻣ ْن ﺑِ ﱠ‬


‫ﺎ� َﻛﻔَ َر َﻣ ْن‬ ْ ‫ﺎن ُﻣ‬ ِ ْ ِ‫ﺷ ََر َح َﻣ ْن َوﻟَ ِﻛ ْن ﺑ‬
ِ ‫ﺎﻹﯾ َﻣ‬
‫ﺻ ْد ًرا ﺑِ ْﺎﻟ ُﻛ ْﻔ ِر‬
َ
yang artinya :
“Barangsiapa yang kufur dengan Allah setelah keimanan dia

‫ط َﻣﺋِ ﱞن َو َﻗ ْﻠﺑُﮫُ أ ُ ْﻛ ِرهَ َﻣ ْن إﻻﱠ‬


ْ ‫ﺎن ُﻣ‬ ِ ْ ‫ِﺑ‬
ِ ‫ﺎﻹﯾ َﻣ‬
ْ ‫ﺎن ُﻣ‬
kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan ‫ﻄ َﻤ ِﺌ ﱞﻦ‬ ِ ْ ‫ ِﺑ‬dalam keadaan
ِ ‫ﺎﻹﯾ َﻤ‬
hatinya tenang dan beriman” (An-Nahl : 106)

Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu dipaksa oleh orang-orang musyrikin
untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullah ‫ ﷺ‬dan saat itu beliau
dalam keadaan disiksa (diadzab) sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang kufur padahal
didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.

‫ط َﻣ ِﺋ ﱞن َو َﻗ ْﻠﺑُﮫُ أ ُ ْﻛ ِرهَ َﻣ ْن إﻻﱠ‬


ْ ‫ﺎن ُﻣ‬ ِ ْ ‫ِﺑ‬
ِ ‫ﺎﻹﯾ َﻣ‬
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda

َ َ‫طﺄ َ أ ُ ﱠﻣﺗِ ْﻲ َﻋ ْن ِﻟـ ْﻲ ﺗَـ َﺟ َﺎوز‬


‫ﷲ ِإ ﱠن‬ َ ‫َﻋﻠَ ْﯾ ِﮫ ا ْﺳﺗ ُ ْﻛ ِر ُھ ْوا َو َﻣﺎ َواﻟ ِﻧّ ْﺳﯾَﺎنَ ْاﻟـ َﺧ‬
”Sesungguhnya Allah telah memaafkan dari umatku, kesalahan dan juga lupa dab apa yang
mereka dipaksa untuk melakukan “

Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan-ucapan yang kufur
akan tetapi dalam keadaan terpaksa.

Ini adalah diantara qa'idah-qa'idah yang disebutkan oleh para ulama. jadi mereka sangat berhati-hati
sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini atau tidak meyakini kecuali dengan
berdasarkan dalil yang jelas dari al-qur’an dan hadits Nabi ‫ﷺ‬, apalagi didalam sebuah hadits
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ ِﻷ َ ِﺧ ْﯾ ِﮫ ﻗﺎل ﻣن‬: ‫ َﻛﺎﻓِ ُر ﯾَﺎ‬, ‫أ َ َﺣ ُد ُھ َﻣﺎ ﺑِ َﮭﺎ ﺑَﺎ َء ﻓَﻘَ ْد‬


“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “wahai orang yang kafir”, maka sungguh
kekafiran ini kembali kepada salah satu diantara keduanya “

Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik, masalah
nifaq, seseorang hendaklah berhati-hati didalam masalah ini dan menghukumi dengan jelas
bahwasanya ”si Fulan adalah kafir atau si fulan adalah musyrik ini dilakukan oleh para ulama yang
sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya syarat-syarat sebagai seorang Mufti.

Maka inilah ulama ulama yang berhak mengatakan ”si fulan adalah kafir, si fulan adalah musyrik.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI
Abdullah Roy
Halaqah - 07 Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul
Islam Bagian 7
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 7

Halaqah yang ke-7, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Beliau mengatakan,

‫اﻟرﺣﯾم اﻟرﺣﻣن ﷲ ِﺑــﺳم‬


"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

Dan beliau memulai kitab beliau dengan Basmalah, meniru didalam Al-Quran. "Dimana Allah ُ ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ
‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬memulai Al-Quran dengan Basmalah"

Demikian pula meneladani Rasulullah ‫ ﷺ‬karena dahulu beliau ketika menulis surat-surat maka
beliau memulai dengan Basmalah. Sebagaimana ketika beliau menulis kepada Raja Romawi, Raja
Persia dan juga yang lain, dan didalam Al-Quran ketika Nabi Sulaiman ‘alayhissalam mengirim
surat kepada bilqis, beliau memulai dengan basmalah

ُ‫ﺳﻠَ ْﯾ َﻣﺎنَ ِﻣ ْن إِﻧﱠﮫ‬


ُ ُ‫�ِ ﺑِ ْﺳ ِم َوإِﻧﱠﮫ‬
‫اﻟر ْﺣ ٰ َﻣ ِن ﱠ‬
‫اﻟر ِﺣ ِﯾم ﱠ‬
‫ﱠ‬
“kata ratu bilqis ini adalah dari Sulaiman dan isinya ‫( ”اﻟﺮﺣﯿﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﷲ ﺑِــﺴﻢ‬An-Naml : 30)

Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan basmalah maka ini meniru apa yang ada di
dalam Al-Quran dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan Rasulullah ‫ﷺ‬

Dan makna memulai dengan basmalah maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Allah,
Karena ‫ ب‬didalam ucapan bismillah ini adalah ‫ ب‬al isti'anah (yang maknanya isti'anah), Isti'anah
artinya memohon pertolongan, (‫ )ﷲ ﺑِــﺴﻢ‬Dengan menyebut Nama Allah, Maksudnya adalah aku
memohon pertolongan kepada Allah, dengan menyebut nama-Nya (Ismullah) dengan nama Allah.
Nama Allah disini mencakup semua nama Allah, dan didalam bahasa Arab apabila kalimat yang
mufrad atau kata yang mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum

‫ﷲ ﻧﻌﻣﺔ أذﻛروا‬
"Hendaklah kalian mengingat ni'mat Allah"

Ni'mat disini adalah mufrad (tunggal), tapi maksudnya adalah ”sebutlah atau ingatlah ni'mat-ni'mat
Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫َو‬ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ‬, demikian pula didalam kalimat basmalah

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, dimana


(‫ )ﷲ ﺑِــﺴﻢ‬Dengan menyebut nama Allah maksudnya adalah nama-nama Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬ ‫و‬
ُ َ ‫ﻰ‬ َ ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻌ‬
َ َ ‫ﺗ‬ memiliki Al-asmaul husna,

ِ ‫ﻋوهُ ْاﻟ ُﺣ ْﺳﻧ َٰﻰ ْاﻷ َ ْﺳ َﻣﺎ ُء َو ِ ﱠ‬


…� ُ ‫ۖ◌ ِﺑ َﮭﺎ ﻓَﺎ ْد‬
"Dan Allah memiliki Al-asmaul Husna hendaklah kalian berdoa dengan-Nya" (Al-A’raf : 180)

Orang yang mengatakan ‫ﷲ ِﺑــﺴﻢ‬, berarti dia telah ber-Isti’anah, dengan menyebut seluruh nama
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬baik yang dia maupun yang tidak dia ketahui.
Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Allah adalah lafdzul Jalallah, dan dia adalah nama Allah yang paling A’dzham (Besar), nama-nama
yang lain dsandarkan kepada nama Allah.

Seseorang mengatakan Ar-rahman (‫ )اﻟﺮﺣﻤﻦ‬adalah diantara nama Allah, Ar-rahim adalah diantara
nama Allah, Al-'aziz adalah diantara nama Allah, tetapi tidak mengatakan, 'Allah adalah diantara
nama Ar-rahman"

Kenapa demikian?

Karena lafdzul Jalallah yaitu Allah adalah nama Allah yang paling besar.

ُ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Jalallah yaitu kepada lafadz Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Dan makna dari Allah (lafdzul Jalallah) di ambil dari kata Al-uluhah yang artinya adalah
ibadah, "Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah)" oleh karena itu makna atau nama
ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬Dialah satu-satunya yang disembah
Allah, ini mengandung makna bahwasanya Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

“Allah berasal dari kata Al-illah dan Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah)

Ar-rahman (‫ )اﻟﺮﺣﻤﻦ‬juga termasuk nama Allah dan maknanya adalah yang maha penyayang diambil
dari kata rahmah. Dan nama Allah Ar-rahman mengandung sifat Ar-rahmah yaitu mengandung sifat
kasih sayang.

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬adalah nama yang memiliki makna, oleh karena itu dinamakan dengan
dan nama Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
Asmaul Husna yang baik karena dia mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama
makhluk terkadang seseorang memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang
memiliki nama tersebut adalah orang yang baik,

Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, seorang penjahat namanya 'Abdullah, karena
nama yang dimiliki oleh manusia belum tentu dia memiliki sifat didalam nama tersebut

Adapun Allah maka nama-nama Allah mengandung sifat-sifat, Ar-rahman dia adalah Maha
Penyayang mengandung makna mengandung sifat rahmah, Ar-rahim (‫ )اﻟﺮﺣﯿﻢ‬juga demikian, berasal
dari rahmah dan mengandung makna rahmah yaitu kasih sayang.

Perbedaan antara Ar-rahman dengan Ar-rahim disebutkan oleh para ulama bahwasanya Ar-rahman
adalah kasih sayang Allah yang mencakup seluruh makhluk, yang beriman maupun yang tidak
beriman, orang yang kafir pun didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allah, diberikan rezeki,
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
diberikan kenikmatan dan ini semua adalah termasuk rahmat dari Allah ُ‫ﺳﺒ َْﺤﺎﻧَﮫ‬

Adapun Ar-rahim maka ini adalah kasih sayang Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang yang
beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa kenikmatan dialam kubur,
kenikmatan di surga, maka ini adalah rahmat dari Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang
yang beriman.
ُ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬
Ini adalah perbedaan antara Ar-rahman dengan Ar-rahim, oleh karena itu Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
berfirman:

… ◌ۚ َ‫َر ِﺣﯾ ًﻣﺎ ﺑِ ْﺎﻟ ُﻣؤْ ِﻣﻧِﯾنَ َو َﻛﺎن‬


ُ ‫ )ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬sangat sayang kepada orang-orang yang beriman" (Al-Ahzab : 43)
"Dan Dia (Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Ar-rahim adalah kasih sayang Allah yang khusus Allah berikan kepada orang yang beriman

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 08 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 1
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Pertama Bagian 1

Halaqah yang ke-8, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

‫اﻟرﺣﯾم اﻟرﺣﻣن ﷲ ﺑِــﺳم‬


ّ ‫ﻋﺷرة اﻹﺳﻼم ﻧواﻗض أﻋظم ﻣن‬
‫أن آﻋﻠم‬

Beliau mengatakan, "Ketahuilah sesungguhnya termasuk Nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal


keislaman) yang paling besar ada 10″

i'lam (‫ )آﻋﻠم‬artinya adalah ketahuilah.

Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia
katakan adalah sesuatu yang penting. Dia mengatakan kepada orang yang diajak
bicara, (‫ )آﻋﻠم‬ketahuilah, supaya orang yang mendengar yang diajak bicara memperhatikan dan dia
sadar bahwasanya dia akan mendengar sesuatu yang sangat penting, sehingga dia mengatakan
(‫ )آﻋﻠم‬ketahuilah, dan Allah menggunakan kalimat ini didalam Al-Quran, diantaranya adalah

Firman Allah

‫�ُ ِإ ﱠﻻ إِ ٰﻟَﮫَ َﻻ أَﻧﱠﮫُ ﻓَﺎ ْﻋﻠَ ْم‬


‫… ِﻟ َذ ْﻧﺑِ َك َوا ْﺳﺗ َ ْﻐ ِﻔ ْر ﱠ‬
“Ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah" (Muhammad: 9)

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬didalam Al-Quran menggunakan kalimat (‫ )ﻓَﺎ ْﻋﻠَ ْم‬untuk menunjukkan


Digunakan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
setelahnya adalah perkara yang besar yang hendaknya kita seksama didalam mendengarkan perkara
yang besar tersebut.

ّ ‫اﻹﺳﻼم ﻧواﻗض أﻋظم ﻣن‬


‫أن‬
Diantara pembatal-pembatal keIslaman yang besar (‫ )ﻋﺷرة‬ada sepuluh.

Ucapan beliau (‫ )أﻋظم ﻣن‬diantara yang paling besar menunjukkan bahwasanya disana sebenarnya
banyak pembatal-pembatal keIslaman, akan tetapi yang paling besar, yang paling penting, yang sering
terjadi adalah 10 perkara, 10 pembatal yang akan beliau sebutkan, dan sebenarnya pembatal-pembatal
keislaman banyak bukan hanya terbatas pada apa yang akan beliau sebutkan. bahkan disana ada
sebagian ulama yang menghitung sampai 400 pembatal, tapi disini beliau rahimahullah menyebutkan
10 dan ini adalah yang paling besar, yang paling penting.

1. Al-awalu (‫)اﻷول‬
‫اﻻول‬: ‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﷲ ﻋﺑﺎدة ﻓﻲ اﻟﺷرك‬
”Syirik didalam beribadah kepada Allah ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬

‫ﺗﻌﺎل ﻗوﻟﮫ واﻟدﻟﯾل‬


ٰ
َ ‫ۚ ﯾَﺷَﺎ ُء ِﻟ َﻣ ْن َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ َوﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬
‫ وﻣـﻧﮫ‬: ‫ﻟﻠﺟن ﯾذﺑﺢ ﻛﻣن ﷲ؛ ﻟﻐﯾر اﻟذﺑﺢ‬، ‫اﻟﻘﺑر أو‬

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬yang artinya


Dalilnya adalah firman Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa
yang dikehendaki" (An-Nisa : 48)

Dan diantara contohnya

‫ وﻣـﻧﮫ‬: ‫ﻟﻠﺟن ﯾذﺑﺢ ﻛﻣن ﷲ؛ ﻟﻐﯾر اﻟذﺑﺢ‬، ‫اﻟﻘﺑر أو‬


"menyembelih untuk selain Allah, seperti orang yang menyembelih untuk jin atau untuk kuburan"

Ini adalah pembatal keislaman yang pertama beliau sebutkan secara ringkas dengan menyebutkan
salah satu diantara dalilnya (‫ )اﻷول‬yang pertama adalah syirik didalam beribadah kepada Allah,

Kenapa beliau disini menyebutkan syirik pada nomor yang pertama? Karena syirik adalah Dosa yang
paling besar. Tidak ada dosa yang Allah dimaksiyati dengannya yang lebih besar daripada syirik
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda
kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫ْاﻟ َﻛﺑَﺎﺋِ ِر؟ ِﺑﺄ َ ْﻛﺑَ ِر أُﻧَ ِﺑّﺋ ُ ُﻛ ْم‬



m
a
Lebih besar dari berzina, lebih besar dari membunuh, seandainya seseorang berzina 1000 kali dan
u
membunuh 1000 kali, maka dosa syirik ini lebih besar dari pada dosa tersebut.
k
a
Akbarul ْ kata Rasulullah ‫ ﷺ‬ini adalah dosa yang paling besar tidak ada dosa yang lebih
kabair (‫)اﻟ َﻛﺑَﺎﺋ ِِر أ َ ْﻛﺑَ ِر‬
h
besar daripada syirik.

Kemudian beliau mengatakan


a
k
u
ُ‫اﻹ ْﺷ َراك‬
ِ �ِ ‫ِﺑﺎ‬
k
Diantaranya
a ُ ‫”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
yang pertama yang paling besar adalah ”menyekutukan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
b
Di
a dalam hadits yang lain beliau ditanya oleh sebagian shahabat
r
k
a ‫ب أَ ﱡ‬
‫ ﷲ رﺳول ﯾﺎ‬:‫ي‬ َ ‫؟ ﷲِ ِﻋ ْﻧ َد أ َ ْﻋ‬
ِ ‫ظ ُم اﻟذﱠ ْﻧ‬
n
"Ya Rasulullah, Dosa apa yang paling besar disisi Allah?"
k
Dosa yang paling besar disisi Allah, apakah dosa tersebut? Beliau bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬,
e
maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan
p

‫َﺧﻠَﻘَك َو ُھ َو ِﻧد�ا ِ ّ�ِ ﺗ َ ْﺟ َﻌ َل أ َ ْن‬


a
d
a
"Engkau menjadikan sekutu bagi Allah dan engkau tau bahwasanya Dia-lah yang telah menciptakan
k
dirimu"
a

‫َﺧﻠَﻘَ َك َو ُھ َو ﻧِد�ا ِ ّ�ِ ﺗ َ ْﺟﻌَ َل أ َ ْن‬


l
i
a
n

ْ dosa-dosa besar yang paling besar"


�(‫)اﻟ َﻛﺑَﺎﺋ ِِر أ َ ْﻛﺑَ ِر‬
"Engkau menjadikan sekutu bagi Allah didalam beribadah kepada-Nya, menyerahkan ibadah kepada
ُ ‫"ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Allah dan juga menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫ﺧﻠﻘك وھو‬
"Dan engkau tau bahwasanya Dia (Allah) Dia-lah yang telah menciptakan dirimu"

Seharusnya orang yang sadar dan beriman dengan rububiyyah Allah dan beriman bahwasanya Allah
yang mencipta, menciptakan dia dan orang-orang sebelumnya, menciptakan langit dan menciptakan
bumi dan menciptakan seluruh alam semesta dan tidak ada yang melakukan itu semua kecuali Allah,
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
seharusnya orang yang demikian hanya menyerahkan ibadahnya kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
Ini adalah tuntutan keimanan dia, tuntutan keimanan dia bahwasanya Allah satu-satunya yang
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
mencipta. hendaklah dia hanya menyembah kepada Allāh ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫َﻲءٍ ُﻛ ِّل ﺧَﺎ ِﻟ ُﻖ ۖ◌ ُھ َو ِإ ﱠﻻ إِ ٰﻟَﮫَ َﻻ ۖ◌ َرﺑﱡ ُﻛ ْم ﱠ‬


‫�ُ ٰ َذ ِﻟ ُﻛ ُم‬ ْ ‫ۚ◌ ﻓَﺎ ْﻋﺑُدُوهُ ﺷ‬..
"Itulah Rabb kalian yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, ( ُ‫ )ﺷ َْﻲءٍ ُﻛ ِّل ﺧَﺎ ِﻟﻖ‬Dia lah
yang menciptakan segala sesuatu, (ُ‫ )ﻓَﺎ ْﻋﺑُدُوه‬maka hendaklah kalian menyembahNya" (Al-An’am : 102)

ُ ‫ﺗَﺗﱠﻘُونَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻛ ْم ﻗَ ْﺑ ِﻠ ُﻛ ْم ِﻣ ْن َواﻟﱠذِﯾنَ َﺧﻠَ َﻘ ُﻛ ْم اﻟﱠذِي َرﺑﱠ ُﻛ ُم ا ْﻋﺑُدُوا اﻟﻧﱠ‬


‫ﺎس أَﯾﱡ َﮭﺎ ﯾَﺎ‬
"Wahai manusia sembahlah Rabb kalian (‫)رﺑﱠ ُﻛم ا ْﻋﺑُدُوا‬
َ sembahlah Rabb kalian,
Siapa Rabb kalian?

‫ﺗَﺗﱠﻘُونَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻛ ْم ﻗَ ْﺑ ِﻠ ُﻛ ْم ِﻣ ْن َواﻟﱠذِﯾنَ َﺧﻠَﻘَ ُﻛ ْم اﻟﱠذِي‬


"Rabb kalian yang berhak untuk disembah adalah yang menciptakan kalian dan menciptakan orang-
orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa" (Al-Baqarah : 21)

Inilah Dzat yang berhak untuk disembah, yang mencipta, adapun yang tidak mencipta, seekor lalat pun
dia tidak bisa mencipta maka bagaimana dia berhak untuk disembah

‫َﺧﻠَﻘَ َك َو ُھ َو ِﻧد�ا ِ ّ�ِ ﺗ َ ْﺟ َﻌ َل أ َ ْن‬


Dosa yang paling besar adalah engkau menyekutukan atau menjadikan sekutu bagi Allah, sedangkan
engkau tahu bahwasanya Allah yang telah menciptakan kamu, oleh karena itu disini beliau
menyebutkan pada nomor yang pertama

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 09 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 2
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 2

Halaqah yang ke-9, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

ُ ‫ﺗَ َﻌﺎ َﻟﻰ َو‬, ketika menyebutkan perkara-perkara yang diharamkan


Didalam Al-Quran Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
pertama kali yang Allah sebutkan adalah masalah Syirik kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎ َﻧﮫ‬

‫ﺷ ْﯾﺋ ًﺎ ِﺑ ِﮫ ﺗ ُ ْﺷ ِر ُﻛوا أ َ ﱠﻻ ۖ◌ َﻋﻠَ ْﯾ ُﻛ ْم َرﺑﱡ ُﻛ ْم َﺣ ﱠر َم َﻣﺎ أَﺗْ ُل ﺗ َ َﻌﺎﻟَ ْوا ﻗُ ْل‬


َ ◌ۖ
"Katakanlah wahai Muhammad. "wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan
ُ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬
kepada kalian perkara yang diharamkan oleh Rabb kalian yaitu Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Karena orang-orang musyrikin mereka kadang berdusta atas nama Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan. maka Allah berkata kepada Nabi-Nya

"Katakanlah wahai Muhammad, "wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
kepada kalian ssesuatu (perkara-perkara) yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

‫ﺷ ْﯾﺋًﺎ ِﺑ ِﮫ ﺗ ُ ْﺷ ِر ُﻛوا أ َ ﱠﻻ‬


َ
"Supaya kalian tidak menyekutukan Allah sedikitpun" (Al-An’am : 151)

Disebutkan disini yang pertama kali yaitu masalah Syirik, dan Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬ketika
menyebutkan tentang hak-hak yang 10 didalam surat An-Nisa, Hak yang pertama yang Allah
ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬sebelum hak yang lain
sebutkan adalah hak untuk Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

‫�َ َوا ْﻋﺑُدُوا‬ َ ‫ﺳﺎﻧًﺎ َو ِﺑ ْﺎﻟ َوا ِﻟ َدﯾ ِْن‬


‫ﺷ ْﯾﺋًﺎ ِﺑ ِﮫ ﺗ ُ ْﺷ ِر ُﻛوا َوﻻ ﱠ‬ َ ‫َو ْاﻟ َﯾﺗَﺎ َﻣﻰ ْاﻟﻘُ ْرﺑَﻰ َو ِﺑذِي ِإ ْﺣ‬
‫ﯾن‬ َ ‫ﺎر َو ْاﻟ َﻣ‬
ِ ‫ﺳﺎ ِﻛ‬ ِ ‫ﺎر ْاﻟﻘُ ْرﺑَﻰ ذِي َو ْاﻟ َﺟ‬ ِ ‫ب َو ْاﻟ َﺟ‬ ِ ُ‫ب ْاﻟ ُﺟﻧ‬ ِ ‫ﺎﺣ‬ ِ ‫ﺻ‬ ‫ب َواﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﺳﺑِﯾ ِل َواﺑ ِْن ﺑِ ْﺎﻟ َﺟ ْﻧ‬ ‫َو َﻣﺎ اﻟ ﱠ‬
‫ت‬ ْ ‫…أ َ ْﯾ َﻣﺎﻧُ ُﻛ ْم َﻣﻠَ َﻛ‬
Disebutkan didalam ayat ini 10 hak, "hak untuk Allah , hak untuk keluarga, hak untuk orang miskin,
anak yatim, seorang yang musafir, seorang tetangga, yang pertama kali adalah untuk Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫َو‬
‫"ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ‬

‫ﺷ ْﯾﺋًﺎ ﺑِ ِﮫ ﺗ ُ ْﺷ ِر ُﻛوا َوﻻ ﱠ‬


‫�َ َوا ْﻋﺑُدُوا‬ َ
”Hendaklah kalian menyembah kepada Allah”

‫ﺷ ْﯾﺋًﺎ ِﺑ ِﮫ ﺗ ُ ْﺷ ِر ُﻛوا َوﻻ‬


َ
”Dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”(An-Nisa : 36)

Sehingga tidak heran disini, mualif (pengarang) menjadikan yang nomor satu adalah
‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﷲ ﻋﺑﺎدة ﻓﻲ اﻟﺷرك‬
Pembatal keIslaman yang pertama adalah "syirik didalam beribadah kepada Allah"

"Kenapa bisa menjadi pembatal?" karena Orang yang mengucapkan:

‫�ُ ِإ ﱠﻻ ِإﻟَﮫَ َﻻ أ َ ْن اﻟ ْﺷ َﮭدُوا‬


‫ﱠ‬
”Asyhadu an La ilaha illallah”

Maknanya dia telah bersaksi dan berikrar dan bersumpah dan mengabarkan kepada orang lain
bahwasanya "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah"

‫�ُ ِإ ﱠﻻ ِإ َﻟﮫَ َﻻ‬


‫ﱠ‬
‫ إِﻟَﮫَ َﻻ‬berarti dia telah menafikan, mengingkari ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah,
ketika dia mengucapkan ‫�ُ ِإ ﱠﻻ‬ ‫ ﱠ‬Kecuali Allah berarti dia telah menetapkan bahwasanya Allah
sebagai satu-satunya sesembahan. orang yang mengatakan

‫�ُ ِإ ﱠﻻ ِإﻟَﮫَ َﻻ أ َ ْن اﻟ ْﺷ َﮭدُوا‬


‫ﱠ‬
"Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan diibadahi kecuali
Allah"

Berarti konsekuensinya tidak boleh dia serahkan sebagian ibadah sekecil apapun kepada selain
ُ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬, siapapun dia, kalau itu adalah selain Allah berarti tidak halal kita serahkan
Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ibadah kepadanya, selain Allah mencangkup diantaranya :

Jin, pohon, batu atau bahkan nabi sekalipun, dia adalah selain Allah, demikian pula Malaikat dia
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬,
adalah selain Allah , selain Allah adalah makhluk dan Al-khaliq hanyalah Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
Seorang yang mengatakan

‫�ُ ِإ ﱠﻻ إِﻟَﮫَ َﻻ أ َ ْن اﻟ ْﺷ َﮭدُوا‬


‫ﱠ‬
Janji dari dia, ikrar dari dia, bahwasanya ibadah sekecil apapun tidak akan dia serahkan kepada
selain Allah, pantang seorang muslim yang sudah mengatakan◌ْ ‫�ُ ِإ ﱠﻻ ِإﻟَﮫَ َﻻ‬
‫ ﱠ‬menyerahkan sebagian
َ
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟﻰ َو‬
ibadah kepada selain Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Jika seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik dengan ucapan lisan atau
dengan perbuatan atau dengan hatinya, karena yang namanya ibadah maka akan kita sebutkan
kadang berupa lisan kadang berupa hati, kadang berupa perbuatan, Apabila ibadah tersebut
diserahkan kepada selain Allah berarti dia telah membatalkan ucapannya ‫�ُ ِإ ﱠﻻ ِإﻟَﮫَ َﻻ‬
‫ﱠ‬

‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﷲ ﻋﺑﺎدة ﻓﻲ اﻟﺷرك‬


"Menyekutukan didalam beribadah kepada Allah"

Yang dimaksud dengan ibadah disebutkan oleh para ulama adalah

‫وﯾرﺿﺎه ﷲ ﯾﺣﺑﮫ ﻣﺎ ﻟﻛل ﺟﺎﻣﻊ اﺳم‬، ‫اﻟﺑﺎطﻧﺔ و اﻟظﺎھرة واﻷﻓﻌﺎل اﻷﻗوال ﻣن‬
Apa yang dimaksud ibadah : yang tidak boleh kita serahkan kepada selain Allah, para ulama telah
menerangkan yang dimaksud dengan ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.
Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Dan Hendaklah seorang muslim memahami perkara ini jangan sampai dia tidak mengetahui apa
makna ibadah apa perkara yang harus diserahkan hanya kepada Allah yang berupa ibadah dan apa
yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah.

Orang yang tidak mengetahui makna ibadah dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah
kepada selain Allah, segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah itulah yang dinamakan
ibadah.

Dari mana kita tahu bahwa itu sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhai oleh Allah, tidak
ada jalan lain kecuali dari kabar yang Allah kabarkan didalam Al-Quran atau melewati lisan
Rasulullah ‫ﷺ‬, sebagai utusan. itulah sumber dimana kita bisa mengetahui sesuatu itu ibadah atau
tidak, sesuatu itu dicintai oleh Allah.

Kita akan mengetahui disana ibadah baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dicintai dan
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, terkadang Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
diridhai oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬menyebutkan didalam Al-Quran, Allah
mencintai golongan fulan

‫اﻟﺻﺎﺑرﯾن ﯾﺣب وﷲ‬


”Allah mencintai orang-orang yang bersabar”

Allah mengabarkan disini bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bersabar, menunjukkan
bahwasanya sabar adalah ibadah, kenapa demikian? Karena Allah mengabarkan Allah mencintai
orang-orang yang bersabar.

‫اﻟﻣﺣﺳﻧﯾن ﯾﺣب ﷲ إن‬


”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”

Menunjukkan bahwasanya ihsan, berbuat baik kepada orang lain adalah ibadah, karena dia dicintai
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, Dan Allah mengabarkan bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang
oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
bertaubat kepada-Nya, menunjukkan bahwasanya taubat adalah termasuk ibadah.

Dan terkadang Allah mencintai sebuah amalan atau pun ucapan, dari mana kita tahu? Karena
ُ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬, Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
diperintahkan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬mengatakan :

‫ﺻ َﻼة َ َوأَﻗِﯾ ُﻣوا‬


‫اﻟز َﻛﺎةَ َوآَﺗُوا اﻟ ﱠ‬
‫ﱠ‬
”Dan hendaklah kalian mendirikan shalat, membayar zakat“

Disini Allah tidak mengatakan, Allah mencintai orang-orang yang shalat, tetapi Allah mengatakan :

‫ﺻ َﻼة َ َوأَﻗِﯾ ُﻣوا‬


‫اﻟ ﱠ‬
"Dan hendaklah kalian mendirikan shalat"
Dari mana kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah? Karena Allah memerintahkan dan Allah
tidak memerintahkan dengan sesuatu kecuali sesuatu tersebut dicintai dan diridhai oleh Allah ُ ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎ َﻧﮫ‬
ُ
َ
‫ﺗَﻌَﺎﻟﻰ َو‬

Berarti kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah karena ibadah diperintahkan oleh Allah dan
segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berarti itu adalah dicintai oleh Allah dan diridhai, dan
kalau dicintai dan diridhai berarti dia adalah ibadah.

ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬memuji sebagian orang, sebagaimana


Dan terkadang kita mengetahui ketika Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ketika Allah memuji orang yang menunaikan nazarnya

َ‫ﯾرا ﺷ ﱡَرهُ َﻛﺎنَ ﯾَ ْو ًﻣﺎ َوﯾَﺧَﺎﻓُونَ ﺑِﺎﻟﻧﱠ ْذ ِر ﯾُوﻓُون‬


ً ‫ُﻣ ْﺳﺗ َ ِط‬

”Allah memuji orang-orang yang menyempurnakan Nazarnya” (Al-Insan : 7)

Ketika dia bernazar mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak wajib, bernazar dengan
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬adapun
keta’atan, kemudian dia menyempurnakan nazarnya maka ini dipuji oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬memuji,
orang yang tidak menunaikan nazarnya maka ini adalah tercela. Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
menunjukkan bahwasanya Allah mencintai perbuatan tersebut

‫وﯾرﺿﺎه ﷲ ﯾﺣﺑﮫ ﻣﺎ ﻟﻛل ﺟﺎﻣﻊ اﺳم‬


ُ ‫"ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
"Segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

‫واﻷﻓﻌﺎل اﻷﻗوال ﻣن‬


"Baik berupa ucapan maupun perbuatan"

Dzikir kepada Allah, membaca Al-Quran, mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, shalawat ini semua
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, Berupa amalan
adalah ibadah yang berupa ucapan dicintai dan diridhai oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎ َﻧﮫ‬
seperti melakukan shalat, atau amalan harta dia melakukan zakat, bershadaqah maka ini adalah
berupa amalan:

‫واﻟﺑﺎطﻧﺔ اﻟظﺎھرة‬
”Yang dzhahir maupun yang batin”

Yang dzhahir artinya kelihatan oleh orang lain, adapun yang batin apa yang ada di dalam hati
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬,
manusia, rasa tawakal kepada Allah, rasa cinta kepada Allah, rasa takut kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬Ini adalah amalan-amalan hati dan semuanya masuk didalam
Al-inabah kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
kategori ibadah.

Semua ibadah tersebut harus diserahkan hanya kepada Allah tidak boleh sedikitpun, secuil pun
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
diserahkan kepada selain Allah ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬

Barang siapa yang menyerahkan sebagian ibadah dari ibadah-ibadah tadi kepada selain Allah maka
dia telah masuk didalam ‫( ﷲ ﻋﺒﺎدة ﻓﻲ اﻟﺸﺮك‬menyekutukan didalam beribadah kepada selain Allah
ُ ‫)ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dan ini adalah pembatal keislaman yang paling besar.
ُ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫ‬
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 10 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 3
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 3

Halaqah yang ke-10, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

kesyrikan pembatal keislaman yang paling besar.

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Dalilnya adalah firman Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

َ ‫ﯾَﺷَﺎ ُء ِﻟ َﻣ ْن َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ َوﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ‬


,‫� ِإ ﱠن‬
Allah sebutkan ayat ini dengan lafadz yang sama dengan dua tempat didalam surat An-Nisa

َ ‫َﯾﺷَﺎء ِﻟ َﻣ ْن َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ َو َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر ِﺑ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ‬


,‫� ِإ ﱠن‬
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik “ (An-Nisa:48)

Allah mengatakan:

‫ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ‬
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik

Padahal Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬adalah (Al-Ghafur) Yang Maha Pengampun, Al-Ghafar, Al-Ghafir, tapi ketika
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dimaksiati dengan (As-Syirk) dengan menyekutukan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬maka Allah
tidak akan mengampuni dosa tersebut

َ ‫ِﺑ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬tidak akan mengampuni dosa syirik”
“sesungguhnya Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dalam keadaan


Orang yang melakukan dosa syirik dan dia bertemu dengan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
membawa dosa syirik maka dia harus diadzab dan tidak ada ampunan dari Allah bagi orang yang
melakukan dosa syirik.

Yang dimaksud dengan bahwasanya Allah tidak mengampuni dosa syirik ini adalah apabila seseorang
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬pada hari kiamat, mati dalam keadaan membawa dosa syirik ini dan
bertemu dengan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
dia tidak bertaubat kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dengan membawa dosa syirik ini dan


Apabila dia bertemu pada hari kiamat dengan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
dia tidak bertaubat ketika masih hidup maka inilah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Adapun orang yang dimasa hidupnya meskipun dia melakukan dosa syirik yang besar yang
membatalkan keislaman apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allah akan dosanya.

Yang dimaksud dengan,

َ ‫ِﺑ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ‬
‫� إِ ﱠن‬
ُ ‫( ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬bertemu dengan Allah)
Adalah apabila seseorang meninggal dunia bertemu kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
dalam keadaan membawa dosa Syirik besar ini.
Dan yang menjelaskan ini disebutkan didalam hadits,

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan

‫اﻟﻧﺎر دﺧل ﻧدا ﷲ دون ﻣن ﯾدﻋو وھو ﻣﺎت ﻣن‬


ُ ‫"ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
”Barangsiapa yang mati, dalam keadaan dia menyekutukan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫اﻟﻧﺎر دﺧل‬
”Maka ia masuk kedalam Neraka”

Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan

‫ﻧدا ﷲ دون ﻣن ﯾدﻋو وھو ﻣﺎت ﻣن‬


”seorang yang yang meninggal dunia dalam keadaan dia berdoa kepada selain Allah, dalam keadaan
ُ ‫“ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
ia menyekutukan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Inilah orang yang masuk ke dalam neraka dan dialah yang tidak akan diampuni oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Dalam hadits yang lain beliau mengatakan

َ ‫� ﻟَ ِﻘ‬
‫ﻲ َﻣ ْن‬ َ ‫ْاﻟ َﺟﻧﱠﺔَ َد َﺧ َل‬
َ ‫ﺷ ْﯾﺋًﺎ ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ ِركُ ﱠ‬
”Barangsiapa yang bertemu dengan Allah”

ُ‫ﺷ ْﯾﺋًﺎ ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ ِرك‬


َ
”dalam keadaan dia menyekutukan Allah”

‫ْاﻟ َﺟﻧﱠﺔَ َد َﺧ َل‬


”maka dia masuk ke dalam neraka”

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Menunjukkan bahwasanya maksud firman Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

َ ‫ﺑِ ِﮫ ﯾُ ْﺷ َر َك أ َ ْن ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر َﻻ ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬
Adalah apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari kesyirikan tersebut
bertemu dengan Allah dihari Kiamat dalam keadaan membawa dosa Syirik.

Inilah yang dimaksud dengan tidak akan diampuni. Adapun orang yang sebelum dia meninggal dunia
bertaubat kepada Allah dengan Taubat yang Nashuha sebesar apapun dosanya akan diampuni oleh
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬semuanya, baik berupa Syirik, berupa Kufur, berupa Nifaq kalau dia bertaubat
Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
sebelum waktunya, sebelum dia meninggal dunia maka akan diampuni oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬

َ ‫طوا َﻻ أَﻧﻔُ ِﺳ ِﮭ ْم َﻋﻠَﻰ أ َ ْﺳ َرﻓُوا اﻟﱠذِﯾنَ ِﻋ َﺑﺎد‬


‫ِي َﯾﺎ ﻗُ ْل‬ ُ َ‫� ﱠر ْﺣ َﻣ ِﺔ ِﻣن ﺗ َ ْﻘﻧ‬ ِ ‫� ِإ ﱠن ﱠ‬ َ ُ‫اﻟذﱡﻧ‬
َ ‫وب َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر ﱠ‬
‫ور ُھ َو ِإﻧﱠﮫُ َﺟ ِﻣﯾﻌًﺎ‬ ُ ُ‫اﻟر ِﺣﯾ ُم ْاﻟﻐَﻔ‬
‫ﱠ‬

"Katakanlah wahai hamba-hambaKu"


َ‫أَﻧﻔُ ِﺳ ِﮭ ْم َﻋﻠَﻰ أ َ ْﺳ َرﻓُوا اﻟﱠذِﯾن‬
”yang telah berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri” (yaitu melakukan kemaksiatan.)

ُ َ‫� ﱠر ْﺣ َﻣ ِﺔ ِﻣن ﺗ َ ْﻘﻧ‬


‫طوا َﻻ‬ ِ‫ﱠ‬
ُ ‫“ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
”Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬melarang hamba-Nya berputus asa


Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
dari rahmat-Nya

َ ُ‫َﺟ ِﻣﯾﻌًﺎ اﻟذﱡﻧ‬


َ ‫وب َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬
”sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa”

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬Maksudnya
Allah mengatakan (‫ )ﺟﻣﯾﻌﺎ‬semuanya tidak ada yang dikecualikan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
adalah dosa yang dilakukan dan seseorang yang melakukannya bertaubat sebelum ia meninggal dunia.

َ ُ‫َﺟ ِﻣﯾﻌًﺎ اﻟذﱡﻧ‬


َ ‫وب ﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر ﱠ‬
‫� إِ ﱠن‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬mengampuni dosanya,
Selama dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
meskipun berupa kesyirikan kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

ُ ُ‫اﻟر ِﺣﯾم ْاﻟﻐَﻔ‬


ُ‫ور ُھ َو ِإﻧﱠﮫ‬ ‫ﱠ‬
”sesungguhnya (Allah) Dia-lah Yang Maha Pengampun dan juga Maha Penyayang” (Az Zumar : 53)

Maksud dari

‫� ِإ ﱠن‬
‫ﺑﮫ اﻧﯾﻛﺳرت ﯾﻐﻔر ﻻ ﱠ‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬dalam keadaan membawa
Maksudnya adalah apabila seseorang bertemu dengan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
dosa Syirik.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 11 Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 4
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Pertama Bagian 4

Halaqah yang ke-11, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Oleh karena itu seorang muslim jangan dia menunda taubat kepada Allh ُ‫ﺳ ْﺑﺣَﺎ َﻧﮫ‬ ُ ‫ﺗَﻌَﺎ َﻟﻰ َو‬, selama dia
َ
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟﻰ َو‬maka hendaklah dia bersegera
masih diberikan kesempatan dan dan nafas oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
bertaubat kepada Allah dengan taubat yang nashuha dari segala dosa yang besar maupun dosa
yang kecil.

Sebelum datang waktunya dimana tidak diterima taubat seseorang, apabila sudah datang ajal, tidak
bermanfaat ucapan seseorang. ُ‫ﺗ ُ ْﺑت‬ “Aku bertaubat kepada Allah”.

‫ت‬ َ ‫ت ﯾَ ْﻌ َﻣﻠُونَ ِﻟﻠﱠذِﯾنَ اﻟﺗ ﱠ ْو َﺑﺔُ َوﻟَ ْﯾ‬


ِ ‫ﺳ‬ ِ ‫ﺳ ِﯾّﺋَﺎ‬ َ ‫ﺗ ُ ْﺑتُ ِإ ِﻧّﻲ ﻗَﺎ َل ْاﻟ َﻣ ْوتُ أ َ َﺣ َد ُھ ُم َﺣ‬
‫ﺿ َر ِإ َذا َﺣﺗ ﱠ ٰﻰ اﻟ ﱠ‬
َ‫ﺎر َو ُھ ْم ﯾَ ُﻣوﺗُونَ اﻟﱠذِﯾنَ َو َﻻ ْاﻵن‬ ٌ ‫ۚ◌ ُﻛﻔﱠ‬
“Taubat tidak diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang melakukan (dosa-dosa) kemudian
apabila sudah datang ajal kepada salah seorang diantara mereka”

‫ْاﻵنَ ﺗ ُ ْﺑتُ ِإﻧِّﻲ ﻗَﺎ َل‬


Kemudian baru dia mengatakan “sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah sekarang” (An Nisa :
18)

Kalau sudah datang ajal atau kematian maka tidak akan bermanfaat taubat seseorang.

ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬tapi tidak


Fira'un bertaubat ketika dia sudah datang ajal, beriman dengan Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
َ
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟﻰ َو‬
diterima oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

َ‫ْت َوﻗَ ْد آﻵن‬ َ ‫ْاﻟ ُﻣ ْﻔ ِﺳدِﯾنَ ِﻣنَ َو ُﻛ‬


َ ‫ﻧت ﻗَ ْﺑ ُل َﻋ‬
َ ‫ﺻﯾ‬
“Sekarang engkau bertaubat padahal sebelumnya engkau telah bermaksiat kepada Allah dan kau
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan” (Yunus : 91)

‫ﯾَﺷَﺎء ِﻟ َﻣ ْن َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ َوﯾَ ْﻐ ِﻔ ُر‬


“Dan Allah masih mengampuni”

‫َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ‬


“Yang lebih rendah dari itu (yang lebih rendah dari syirik)”

‫ﯾَﺷَﺎء ِﻟ َﻣ ْن‬
“Bagi siapa yang dikehendaki”.
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬bagi siapa yang
Dosa-dosa yang masih ada dibawah syirik maka diampuni oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
dikehendaki oleh Allah.

● Berzina : Dosa besar


● Riba : Dosa besar
● Membunuh : Dosa besar

Tapi dia (duuna syirk) ini adalah dosa-dosa besar yang dibawah kesyirikan. Orang yang
melakukannya didalam bahaya yang besar memang, akan tetapi tidak sampai kepada mengeluarkan
dia dari Islam.

Orang yang melakukan dosa besar berkurang keimanannya dan semakin banyak dia melakukan
dosa besar semakin banyak imannya yang berkurang dan dikhawatirkan dosa besar tersebut lama
kelamaan bisa membuat dia kepada kekufuran.

Orang yang melakukan dosa besar dalam keadaan bahaya tetapi tidak sampai mengeluarkan dia dari
keislaman.

‫َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ َو َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر‬


“Dan masih mengampuni yang lebih bawah dari itu”.

Yang lebih rendah dari kesyirikan `bagi orang yang dikehendaki oleh Allah, Berarti disana ada
orang yang dikehendaki di ampuni oleh Allah dari para pelaku dosa besar dan ada disana ada orang
yang dikehendaki tidak diampuni oleh Allah, artinya harus diazab

Oleh karena itu nanti dihari kiamat ketika kaum muslimin, orang-orang yang beriman melewati
jembatan As-shiroth maka ada diantara mereka yang selamat, menyebrangi Jahanam diatas
jembatan As-shiroth tersebut. Ada diantara mereka yang selamat dan tidak terkena luka sedikit pun,
seperti "para Nabi, para Rasul" dan ada diantara mereka yang selamat sampai kesebrang akan tetapi
terdapat luka, karena diatas jembatan As-shirath atau disekitar shirath ada besi-besi pengait yang
akan menyambar orang yang diperintahkan oleh Allah untuk disambar sesuai dengan dosa yang
dia lakukan, ada diantara orang-orang yang beriman yang sampai kesebrang akan tetapi dalam
keadaan terluka dan ada diantara orang yang beriman yang jatuh kedalam Neraka.

Berarti orang yang jatuh kedalam Neraka inilah yang Allah kehendaki tidak diampuni, artinya Allah
menghendaki untuk di azab, kalau diampuni maka Allah akan selamatkan dia diatas dari Jahanam
dan diselamatkan bisa menyebrangi Jembatan As-shirath, akan tetapi Allah menghendaki sebagian
pelaku dosa besar diantara orang yang beriman dihendaki untuk tidak diampuni artinya tidak
diampuni harus di azab terlebih dahulu dimasukkan ke dalam Neraka diadzab sesuai dengan hak
nya kemudian nanti akhirnya akan di masukan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬ ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬ke dalam surga.

Setiap muslim akan masuk ke dalam surga sampai para pelaku dosa besar, tapi ada diantara mereka
yang langsung dan ada diantara mereka yang di azab terlebih dahulu karena dosa yang dilakukan.

Pelaku dosa besar sebagaimana "ini adalah aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah di hari kiamat
adalah

‫ﷲ ﻣﺷﯾﺋﺔ ﺗﺣت‬
ُ ‫”ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬.
“Dibawah kehendak Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Jika Allah menghendaki maka Allah akan mengampuni dan kalau Allah menghendaki maka Allah
tidak mengampuni.

‫َذ ِﻟ َك دُونَ َﻣﺎ َو َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر‬


“Dan Allah masih mengampuni yang selain yang dibawah itu ”

‫ﯾَﺷَﺎء ِﻟ َﻣ ْن‬
ُ ‫”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
“Bagi siapa yang dikehendaki oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Diantara contoh kesyirikan adalah menyembelih untuk selain Allah, Menyembelih adalah ibadah,
ُ ‫ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬berfirman:
Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫ﺻ َﻼ ِﺗﻲ ِإ ﱠن ﻗُ ْل‬ َ ‫ ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻣﯾنَ َربّ ِ ِ ﱠ�ِ َو َﻣ َﻣﺎ ِﺗﻲ َو َﻣ ْﺣ َﯾ‬,‫ﯾك َﻻ‬
ُ ُ‫ﺎي َوﻧ‬
َ ‫ﺳ ِﻛﻲ‬ َ ‫َوﺑِ ٰ َذ ِﻟ َك ۖ◌ ﻟَﮫُ ﺷ َِر‬
ُ‫ْاﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾنَ أ َ ﱠو ُل َوأَﻧَﺎ أ ُ ِﻣ ْرت‬
“Katakanlah sesungguhnya shalatku dan sembelihanku, hidup dan matiku adalah untuk Allah
Rabbul ‘alamin”. (Al-An’am 162-163)

Shalatnya adalah untuk Allah, tidak boleh seseorang melakukan shalat untuk selain Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
ُ ‫َو‬
َ َ
‫ﺗﻌَﺎﻟﻰ‬

ُ ُ‫َوﻧ‬
‫ﺳ ِﻛﻲ‬
ُ ُ‫ )ﻧ‬artinya sembelihan, Sebagaimana Sabda Nabi ‫ﷺ‬
Demikian pula untuk sesembelihannya (‫ﺳ ِﻛﻲ‬

‫ﻧﺳﯾﻛﮫ ﻧﺳك ٲ‬
"Hendaklah engkau menyembelih sebuah sesembelihan"

ْ hanya
ِ ‫)اﻟﻌَﺎﻟَ ِﻣﯾنَ َربّ ِ ِ ﱠ‬
“Katakanlah sesungguhnya shalatku dan sembelihanku, hidup dan matiku (�
untuk Allah”

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
Tidak boleh diserahkan kepada selain Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Orang yang menyerahkan sembelihan kepada selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah
didalam ibadah tersebut, demikian pula firman Allah

َ َ‫َوا ْﻧ َﺣ ْر ِﻟ َر ِﺑّ َك ﻓ‬
‫ﺻ ِّل‬
“Hendaklah engkau shalat untuk Rabb mu dan hendaklah engkau menyembelih untuk Rabb”.

َ َ‫) ِﻟ َرﺑِّكَ ﻓ‬, Demikian pula (‫)وا ْﻧ َﺣ ْر‬


Shalat untuk Allah (‫ﺻ ِّل‬ َ
ُ ‫”ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬. (Al-Kautsar 2)
“Hendaklah engkau menyembelih hanya untuk Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Dalam sebuah hadits, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu mengatakan

‫ﻛﻠﻣﺔ ﺑﺄرﺑﻌﺔ وﺳﻠم ﻋﻠﯾﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ رﺳول ﺣدﺛن‬


“Rasulullah mengabarkan kepada dengan empat kalimat,

Yang pertama

َ‫َﯾر ذَﺑَ َﺢ َﻣن ﷲُ ﻟَ َﻌن‬


ِ ‫ﷲِ ِﻟﻐ‬
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah ����������� ��
��������”.

"Dilaknat oleh Allah dan di doakan oleh Rasulullah supaya orang tersebut mendapatkan laknat dari
ُ ‫"ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬
Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Yang dimaksud dengan laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah, diantaranya adalah orang yang
menyembelih untuk selain Allah.

Apa yang dimaksud menyembelih untuk selain Allah?

Menyembelih seekor hewan dengan tujuan bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada makhluk
tersebut. Kata beliau disini

‫ﻟﻠﺟن ﯾذﺑﺢ ﻛﻣن‬


Seperti orang yang menyembelih dengan maksud bertaqarub dan mendekatkan diri kepada Jin

ُ ‫ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬. Dan Jin disini oleh manusia dinamakan


Maka ini adalah termasuk syirik kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
dengan banyak nama, ada yang dinamakan dengan penguasa laut selatan, dinamakan dengan mbah
fulan, kiyai fulan, nyai fulan, mereka semua adalah Jin. meskipun diberi nama oleh manusia dengan
berbagai nama, seperti yang terjadi misalnya di negara kita.

Terkadang setiap tahun atau setiap waktu tertentu menyembelih seekor kerbau atau menyembelih
seekor hewan kemudian di lempar ke laut atau dilempar ke sungai dan tujuannya adalah untuk
mendekatkan diri kepada yang menunggu dari sungai ataupun laut tersebut, supaya tidak terjadi
banjir, supaya tidak memudharati orang-orang yang tinggal di sekitar sungai tersebut. maka ini
ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬dan bahkan ini adalah termasuk syirik besar, yang
adalah termasuk syirik kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
mengeluarkan seseorang dari Islam membatalkan amalannya, kalau dia meninggal dunia dalam
ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬tidak akan mengampuni dosanya.
keadaan berbuat syirik ini maka Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

‫ﻟﻠﻘﺑر أو ﻟﻠﺟن ﯾذﺑﺢ ﻛﻣن‬


“Atau dia menyembelih untuk kuburan”

Maksudnya adalah untuk yang dikuburkan di tempat tersebut, meskipun yg dikuburkan adalah
seorang Nabi, kalau dia menyembelih seekor hewan dengan tujuan untuk bertaqarub kepada yang
dikuburkan baik itu seorang nabi atau seorang wali atau orang yang shaleh sekalipun maka ini
adalah termasuk syirik

‫ﺑﮫ ﯾﺷرك أن ﯾﻐﻔر ﻻ ﷲ إن‬


“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik”

‫ﺷﯾﺋﺎ ﺑﮫ ﺗﺷرﻛوا وﻻ ﷲ واﻋﺑدوا‬


“Hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”

Sesuatu apapun masuk didalamnya adalah para nabi, oleh karena itu orang-orang nashrani, mereka
adalah orang-orang musyrik meskipun mereka menyembah seorang Nabi sekalipun, Nabi 'Isa
'alayhissalam yang disembah oleh orang-orang nashrani adalah seorang Nabi yang mulia, bahkan
termasuk Ulul azmi, termasuk 5 Nabi yang paling utama (afdhal), disembah oleh orang-orang
Nashrani.

Disembah oleh orang-orang Nashrani, apakah berarti mereka bukan orang-orang yang musyrik?,
kita katakan tetap orang musyrik

َ ‫ۖ◌ َﻣ ْرﯾَ َم ا ْﺑ ُن ْاﻟ َﻣ ِﺳﯾ ُﺢ ُھ َو ﱠ‬


‫� ِإ ﱠن ﻗَﺎﻟُوا اﻟﱠذِﯾنَ َﻛﻔَ َر ﻟَﻘَ ْد‬
“Sungguh kafir orang-orang yang mengatakan bahwasanya Al-Masih (Nabi 'Isa) adalah
Allah” (Al-Ma’idah 72)

Dan apa yang beliau sebutkan hanyalah sekedar contoh, disana banyak contoh-contoh kesyirikan
yang tidak beliau sebutkan disini karena ini adalah kitab yang ringkas.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 12 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 1
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 1

Halaqah yang ke-12, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

"Pembatal Keislaman Yang Kedua"

Beliau rahimahullahu berkata :

‫اﻟﺛﱠﺎﻧِﻲ‬: ‫ط ﷲِ َوﺑَﯾْنَ ﺑَ ْﯾﻧَﮫُ َﺟ َﻌ َل َﻣ ْن‬


َ ‫ﺳﺎ ِﺋ‬ ُ ‫ﺷﻔَﺎ َﻋﺔَ َوﯾ ْﺳﺄَﻟُ ُﮭ ْم ﯾَ ْد‬
َ ‫ﻋو ُھ ْم َو‬ ‫اﻟ ﱠ‬، ‫َﻋﻠَ ْﯾ ِﮭ ْم َوﯾَﺗ َ َو ﱠﻛ ُل‬
‫ﻋﺎ َﻛﻔَ َر‬ ً ‫ِإ ْﺟ َﻣﺎ‬
Yang Kedua kata beliau diantara pembatal-pembatal keIslaman:

“Barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara-perantara berdoa kepada mereka
dan meminta kepada mereka syafaat dan bertawakkal kepada mereka (‫ )إِﺟْ َﻣﺎﻋًﺎ َﻛﻔ ََر‬maka dia telah kufur
dengan kesepakatan para ulama”.

Ini adalah pembatal keIslaman yang kedua

Yang bisa mengeluarkan seseorang dari agamanya, membatalkan amalannya dan seandainya dia
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬tidak akan
meninggal dalam keadaan dia tidak bertaubat dari perbuatan ini maka Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
mengampuni dosanya. Dan ini adalah termasuk kufur, termasuk kesyirikan sebagaimana nanti akan
kita jelaskan.

Beliau mengatakan

“Diantara pembatal-pembatal keIslaman adalah orang yang menjadikan antara dia dengan Allah
perantara-perantara dimana dia berdoa kepada perantara-perantara tersebut dan meminta kepadanya
syafaat dan bergantung kepadanya”.

Maka perbuatan seperti ini adalah perbuatan yang diharamkan didalam agama Islam dan dia adalah
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
termasuk syirik, termasuk kekufuran kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara, maksudnya adalah didalam ibadah
menjadikan disana makhluk baik seorang Nabi, atau seorang Malaikat atau orang yang shalih atau
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, mendekatkan dia kepada
yang lain sebagai perantara didalam ibadah dia kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
Allah atau menjadikan dia sebagai syufa'a yang memberikan syafa’at baginya disisi Allah dan
bergantung kepada perantara tersebut, bertawakal kepada perantara tersebut, maka ini adalah
perbuatan yang diharamkan.

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬telah mengutus para Rasul, para Nabi sebagai perantara, antara Allah dengan
Betul, Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
makhluk-Nya, namun perantara disini maksudnya didalam menyampaikan risalah. Allah menjadikan
disana Malaikat sebagai rasul, Allah menjadikan disana manusia sebagai rasul yaitu sebagai perantara
Allah dengan manusia.

Allah tidak mewahyukan kepada masing-masing dari kita, memberitahukan kepada masing-masing dari
kita secara langsung akan tetapi Allah mengangkat disana para rasul menyampaikan risalah dari Allah,
menyampaikan Al-Quran, menyampaikan Al-Kitab, menyampaikan wahyu disampaikan kepada kita,
para rasul 'alayhimussalam adalah perantara di dalam menyampaikan risalah dari Allah kepada
manusia.

ُ�
‫ط ِﻔﻲ ﱠ‬ ْ ‫ﺳ ًﻼ ْاﻟ َﻣ َﻼ ِﺋ َﻛ ِﺔ ِﻣنَ َﯾ‬
َ ‫ﺻ‬ ِ ‫ۚ◌ اﻟﻧﱠ‬
ُ ‫ﺎس َو ِﻣنَ ُر‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬telah memilih para utusan dari kalangan malaikat dan juga dari kalangan
“Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
manusia”. (Al-Hajj : 75)

Malaikat dan juga para rasul mereka adalah perantara bukan di dalam ibadah kita kepada Allah' akan
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬kepada kita. Adapun orang yang didalam
tetapi di dalam menyampaikan risalah dari Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
ibadahnya menjadikan disana perantara antara dia dengan Allah dan dia berdoa kepada perantara
tersebut dan meminta kepadanya syafa'at, bertawakkal kepadanya maka ini tidak diperbolehkan di
dalam agama islam dan ini adalah termasuk syirik.

Di antara dalilnya Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an tentang agama orang-orang musyrikin yaitu
kaumnya Rasulullah ‫( ﷺ‬orang-orang Quraisy), Allah sebutkan didalam 2 ayat didalam Al-Quran yang
menyebutkan diantara kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin quraisy

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
1. Firman Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

َ‫ُون ِﻣ ْن َو َﯾ ْﻌﺑُدُون‬
ِ ‫�ِ د‬ ‫ﺿ ﱡرھُ ْم َﻻ َﻣﺎ ﱠ‬ ُ ‫ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ ٰ َھؤ َُﻻ ِء َو َﯾﻘُوﻟُونَ َﯾ ْﻧ َﻔﻌُ ُﮭ ْم َو َﻻ َﯾ‬ ِ ‫ۚ◌ ﱠ‬
ُ ‫� ِﻋ ْﻧ َد‬
‫� أَﺗُﻧَﺑِّﺋُونَ ﻗُ ْل‬
َ ‫ت ِﻓﻲ َﯾ ْﻌﻠَ ُم َﻻ ِﺑ َﻣﺎ ﱠ‬ِ ‫ﺳ َﻣ َﺎوا‬ ‫ض ِﻓﻲ َو َﻻ اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ ۚ◌ ْاﻷ َ ْر‬ ُ ‫َوﺗ َ َﻌﺎﻟَ ٰﻰ‬
‫ﯾُ ْﺷ ِر ُﻛونَ َﻋ ﱠﻣﺎ‬
“Dan mereka (orang-orang musyrikin quraisy)

َ‫ُون ِﻣ ْن ﯾَ ْﻌﺑُدُون‬
ِ ‫�ِ د‬
‫ﱠ‬
Menyembah kepada selain Allah

ُ َ‫ﯾَ ْﻧﻔَﻌُ ُﮭم َو َﻻ ﯾ‬


‫ﺿ ﱡر ُھ ْم َﻻ َﻣﺎ‬
Yang tidak memberikan mudharat mereka dan juga tidak memberikan manfaat

َ‫َو َﯾﻘُوﻟُون‬
Kemudian mereka mengatakan

‫ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ ٰ َھؤ َُﻻ ِء‬ ِ ‫ۚ◌ ﱠ‬


ُ ‫� ِﻋ ْﻧ َد‬
Mereka ini (orang-orang shalih) kami sembah

ِ ‫ۚ◌ ﱠ‬
ُ ‫� ِﻋ ْﻧ َد‬
‫ﺷﻔَﻌَﺎ ُؤﻧَﺎ‬
Mereka adalah orang-orang yang memberikan syafa’at kepada kami disisi Allah

‫�َ أَﺗُﻧَﺑِّﺋُونَ ﻗُ ْل‬


‫ﱠ‬
Apakah kalian memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak Allah ketahui dilangit maupun dibumi
Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan" (Yunus : 18)

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬mengabarkan kepada kita tentang hakikat dari peribadatan sebagian


Dalam ayat ini Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
orang-orang musyrikin yang ada di zaman nabi ‫ﷺ‬.

Bahwasanya ada diantara mereka yang menjadikan orang-orang yang shalih sebagai (syufa'a)
menjadikan mereka sebagai orang-orang yang memberikan syafa’at bagi mereka disisi Allah.

Bagaimana caranya?
Caranya adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada orang-orang shalih tersebut, baik dengan
berdoa, seperti yang disampaikan disini mengatakan

“Ya fulan berilah aku ini, jauhkanlah aku dari ini”, Atau meminta kepada mereka syafaat dengan
mengatakan: “Ya fulan berilah aku syafa'at disisi Allah”.

Allah berfirman:

َ‫ُون ِﻣ ْن َوﯾَ ْﻌﺑُدُون‬ ُ َ‫ﯾَ ْﻧﻔَﻌُ ُﮭ ْم َو َﻻ ﯾ‬


‫ﺿ ﱡرھُ ْم َﻻ َﻣﺎ ﱠ‬
ِ ‫�ِ د‬
“Dan mereka (orang-orang musyrikin Quraisy) beribadah kepada selain Allah yang tidak memberikan
mudharat kepada mereka dan juga tidak memberikan manfaat”

Di antara ibadahnya kepada orang-orang shalih tersebut berdoa, dan doa adalah ibadah,
mengatakan “Ya fulan” ini adalah permintaan dan ini adalah doa, berdoa kepada selain Allah yang tidak
memberikan mudharat dan juga tidak memberikan manfaat.

Seseorang beribadah harusnya kepada Dzat yang memberikan mudharat dan juga memberikan
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
manfaat yaitu Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬yang kebaikan ditangan-Nya, apabila Allah menghendaki kebaikan bagi


Dialah Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
seseorang, memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak ada yang bisa menolaknya dan apabila
Allah menghendaki mudharat maka tidak ada yang bisa menolaknya.

‫ﺳ ْﺳ َك َو ِإ ْن‬
َ ‫�ُ َﯾ ْﻣ‬
‫ﺿ ٍ ّر ﱠ‬ َ ‫ﺿ ِﻠ ِﮫ َرا ﱠد ﻓَ َﻼ ِﺑ َﺧﯾ ٍْر ﯾُ ِر ْد َك َو ِإ ْن ۖ◌ ُھ َو ِإ ﱠﻻ ﻟَﮫُ َﻛﺎ ِﺷ‬
ُ ‫ف ﻓَ َﻼ ِﺑ‬ ْ َ‫ۚ◌ ِﻟﻔ‬
‫ﯾب‬
ُ ‫ﺻ‬ ِ ُ‫ور َو ُھ َو ۚ◌ ِﻋﺑَﺎ ِد ِه ِﻣ ْن ﯾَﺷَﺎ ُء َﻣ ْن ﺑِ ِﮫ ﯾ‬ ُ ُ‫اﻟر ِﺣﯾ ُم ْاﻟﻐَﻔ‬
‫ﱠ‬
“Kita beribadah kepada Dzat yang memberikan manfaat dan juga memberikan mudharat” (Yunus : 107)

Adapun orang-orang musyrikin Quraisy Allah mengatakan

َ‫ُون ِﻣ ْن َوﯾَ ْﻌﺑُدُون‬ ُ َ‫ﯾَ ْﻧﻔَﻌُ ُﮭ ْم َو َﻻ ﯾ‬


‫ﺿ ﱡر ُھ ْم َﻻ َﻣﺎ ﱠ‬
ِ ‫�ِ د‬
“Mereka menyembah kepada selain Allah yang tidak memberikan mudharat dan juga tidak memberikan
manfaat”

Yaitu kepada orang-orang yang shalih tersebut yang mereka sudah meninggal dunia, menolong diri
mereka sendiri tidak mampu, bagaimana mereka bisa menolong orang lain

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Halaqah - 13 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 2


by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 2

Halaqah yang ke-13, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Kenapa mereka berdoa kepada orang-orang yang shalih tersebut? Mereka mengatakan,

‫ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ ٰ َھؤ َُﻻ ِء‬


ُ ‫� ِﻋ ْﻧ َد‬
ِ‫ﱠ‬
"Kami berdoa kepada mereka bukan berkeyakinan bahwasanya mereka mencipta, memberikan rizki
dan juga mengatur alam semesta akan tetapi, tujuan kami berdoa kepada mereka adalah

ُ ‫�ِ ِﻋ ْﻧ َد‬
‫ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ‬ ‫ﱠ‬
"Supaya mereka memberikan syafa’at bagi kami disisi Allah"

ُ ‫ ﺗَ َﻌﺎ َﻟﻰ َو‬didalam Al-Quran,


Inilah tujuan orang-orang musyrikin dan ini dikabarkan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
ini adalah hakikat ibadah sebagian orang-orang musyrikin. Ketika mereka datang kekuburan Latta
ada yang mengatakan Latta ini adalah nama orang shalih yang dahulu apabila datang musim haji dia
sering datang memberi makan kepada orang-orang yang melakukan ibadah haji, ketika dia
meninggal dunia dijadikanlah dia sebagai salah satu berhala, datang orang-orang musyrikin ke
kuburannya dengan maksud untuk meminta syafa'at.

‫ﺷﻔَ َﻌﺎ ُؤﻧَﺎ ٰ َھؤ َُﻻ ِء‬


ُ ‫� ِﻋ ْﻧ َد‬
ِ‫ﱠ‬
“Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allah”

Ini adalah ucapan orang-orang musyrikin, beralasan supaya mendapatkan syafa'at disisi Allah ُ ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
ُ
‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬dengan cara beribadah kepada orang-orang shalih tersebut, bergantung kepada mereka,
berdoa kepada mereka, beri'tikaf disekitar kuburan mereka, bertaqarub kepada mereka supaya
ُ ‫ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬
mereka memberikan syafa’at bagi mereka disisi Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰ َو‬membantah aqidah ini, membantah keyakinan orang-orang musyrikin,


Kemudian Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
Allah mengatakan

‫� أَﺗُﻧَﺑِّﺋُونَ ﻗُ ْل‬
َ ‫ت ﻓِﻲ ﯾَ ْﻌﻠَ ُم َﻻ ِﺑ َﻣﺎ ﱠ‬ ِ ‫ْاﻷ َ ْر‬
‫ض ﻓِﻲ َو َﻻ اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺳ َﻣ َﺎوا‬
“Katakanlah wahai Muhammad kepada orang-orang musyrikin, apakah kalian (wahai orang-
orang musyrikin) mengabarkan kepada Allah sesuatu yang Allah tidak ketahui di langit maupun di
bumi”

Dari mana kalian tahu bahwasanya orang-orang shalih tersebut yang mereka sudah meninggal dunia,
dari mana kalian tahu bahwasanya mereka kelak akan memberikan syafa’at bagi kalian, dengan cara
kalian berdoa kepada mereka yaitu dengan cara seperti ini.

Apakah kalian mengabarkan kepada Allah, sesuatu yang Allāh tidak ketahui?

Ini adalah bantahan Allah terhadap orang-orang musyrikin, mereka berkata atas nama Allah yang
ُ ‫ ﺗ َ َﻌﺎ َﻟﻰ َو‬tidak pernah mengabarkan, Allah tidak pernah
tidak mereka ketahui, padahal Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
mengabarkan bahwasanya untuk mendapatkan syafa'at dari orang-orang shalih pada hari kiamat
dengan cara mendekatkan diri kepada mereka, beribadah kepada mereka, berdoa kepada mereka.

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎ َﻟﻰ َو‬tidak pernah mengabarkannya demikian, demikian pula Rasulullah ‫ﷺ‬, lalu dari
Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
mana cara seperti ini, cara seperti ini berasal dari diri mereka sendiri, persangkaan dari mereka,
kemudian Allah mengatakan

ُ ‫ﯾُ ْﺷ ِر ُﻛونَ َﻋ ﱠﻣﺎ َوﺗ َ َﻌﺎﻟَ ٰﻰ‬


ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
“Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang sekutukan”
Allah mengatakan,

‫ﯾُ ْﺷ ِر ُﻛونَ َﻋ ﱠﻣﺎ‬


Allah mengatakan bahwasanya perbuatan ini adalah termasuk syirik, karena Allah mengatakan

ُ ‫ﯾُ ْﺷ ِر ُﻛونَ َﻋ ﱠﻣﺎ َوﺗَﻌَﺎﻟَ ٰﻰ‬


ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
“Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan”

Allah memberi nama perbuatan yang mereka lakukan sebagai perbuatan syirik, oleh karena itu
disini beliau mengatakan,

‫ﻋﺎ َﻛﻔَ َر‬


ً ‫إِ ْﺟ َﻣﺎ‬
Ini adalah perbuatan kufur, ini adalah termasuk perbuatan syirik, ini dalil yang pertama

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 14 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 3
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 3

Halaqah yang ke-14, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

Dalil yang kedua

ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
② Firman Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

َ‫ﻧَ ْﻌﺑُ ُد ُھ ْم َﻣﺎ أ َ ْو ِﻟﯾَﺎ َء دُوﻧِ ِﮫ ِﻣ ْن اﺗ ﱠ َﺧذُوا َواﻟﱠذِﯾن‬ ِ ‫� إِ ﱠن ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ‬


‫� إِﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ إِ ﱠﻻ‬ َ ‫ﯾَ ْﺣ ُﻛ ُم ﱠ‬
‫ﯾَ ْﺧﺗ َ ِﻠﻔُونَ ﻓِﯾ ِﮫ ُھ ْم َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺑَ ْﯾﻧَ ُﮭ ْم‬ ◌ۗ ‫� ِإ ﱠن‬ َ ‫ِب ُھ َو َﻣ ْن ﯾَ ْﮭدِي َﻻ ﱠ‬ ٌ ‫ﺎر َﻛﺎذ‬ ٌ ‫َﻛﻔﱠ‬
“Dan orang-orang yang menjadikan sekutu bagi Allah.

apa yang mereka katakan?

‫ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ‬
‫�ِ ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ‬
dan orang-orang yang menjadikan sekutu (tandingan-tandingan) bagi Allah yang mereka namakan
syufa'a, mereka mengatakan

‫ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ‬
‫�ِ ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ‬
"Tidaklah kami menyembah kepada mereka, menyerahkan ibadah kepada mereka berdoa kepada
mereka"

‫ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ‬
‫�ِ إِﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ إِ ﱠﻻ‬
"Supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah"

Kami adalah orang jauh dari Allah, kami adalah orang yang banyak berbuat maksiat, banyak
melakukan dosa, banyak lalai kepada Allah, sedangkan orang-orang yang shalih tersebut mereka
adalah memiliki derajat yang tinggi disisi Allah.

ِ ‫ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ‬
‫� ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ‬
“Tidaklah kami beribadah kepada mereka, berdoa kepada mereka, meminta syafaat kepada mereka
ُ ‫”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬.
kecuali supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Ini adalah tujuan orang-orang musyrikin, ingin dekat kepada Allah dengan cara berdoa kepada orang-
orang yang shalih, Kemudian Allah membantah dan mengatakan

َ ‫ۗ◌ َﯾ ْﺧﺗ َ ِﻠﻔُونَ ﻓِﯾ ِﮫ ُھ ْم َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺑَ ْﯾﻧَ ُﮭ ْم َﯾ ْﺣ ُﻛ ُم ﱠ‬


‫� ِإ ﱠن‬
“Sesungguhnya Allah akan menghukumi diantara mereka”

Yaitu antara Rasulullah ‫ ﷺ‬dan orang-orang musyrikin tersebut, siapa yang benar diantara mereka,
apakah Rasulullah ‫ ﷺ‬yang mengajak kepada tauhid dan memperingatkan kepada mereka dari
kesyirikan ataukah yang benar adalah orang-orang musyrikin tersebut yang mereka berdoa dan
beribadah kepada orang-orang yang shalih dengan maksud mendekatkan diri mereka kepada Allah
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
َ ‫ۗ◌ ﯾَ ْﺧﺗ َ ِﻠﻔُونَ ﻓِﯾ ِﮫ ُھ ْم َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺑَ ْﯾﻧَ ُﮭ ْم ﯾَ ْﺣ ُﻛ ُم ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬
ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬akan menghukumi diantara mereka di dalam apa yang perselisihkan”
“Sesungguhnya Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

َ ‫ِب ھُ َو َﻣ ْن ﯾَ ْﮭدِي َﻻ ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬ ٌ ‫َﻛﻔﱠ‬
ٌ ‫ﺎر َﻛﺎذ‬
“sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang

‫ﻛﻔﺎف ﻛﺎذب‬
"Orang yang berdusta dan dia kufur kepada Allah ُ‫( ”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو ﺳُ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬Az-Zumar : 3)

Ini menunjukkan bahwasanya apa yang diucapkan oleh orang-orang musyrikin tersebut yang pertama
ini adalah kedustaan, karena Allah mengatakan

َ ‫ِب ھُ َو َﻣ ْن ﯾَ ْﮭدِي َﻻ ﱠ‬
‫� إِ ﱠن‬ ٌ ‫َﻛﺎذ‬
“Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang dusta”

Menunjukkan bahwasanya ucapan mereka

ِ ‫ُز ْﻟﻔَ ٰﻰ ﱠ‬
‫� ِإﻟَﻰ ِﻟﯾُﻘَ ِ ّرﺑُوﻧَﺎ ِإ ﱠﻻ ﻧَ ْﻌﺑُ ُدھُ ْم َﻣﺎ‬
Adalah ucapan yang tidak benar, tidak benar bahwasanya orang-orang shalih tersebut mendekatkan
ُ ‫)ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
diri mereka (orang-orang yang menyembahNya kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Allah katakan ini adalah kedustaan,* kedustaan atas nama Allah dan Allah lebih tahu tentang hakikat.

Kemudian Allah mensifati sebagai (‫ )ﻛﻔﺎر‬menunjukkan bahwasanya perbuatan ini adalah termasuk
kekufuran, bahkan kekufuran yang sangat. karena Allah mengatakan (‫ )ﻛﻔﺎر‬dan orang-orang Arab
membedakan antara kaffar dengan kafir, kafir artinya adalah orang yang kafir, tapi kalau sudah
mengatakan kaffar berarti orang yang sangat kafir.

ٌ ‫َﻛﻔﱠﺎر َﻛﺎذ‬
َ ‫ِب ھُ َو َﻣ ْن َﯾ ْﮭدِي َﻻ ﱠ‬
‫� ِإ ﱠن‬
“Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang dusta dan dia sangat kufur kepada
ُ ‫”ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬.
Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Menunjukkan bahwasanya cara seperti ini adalah cara yang tidak dibenarkan secara syariat tidak
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬, tidak diajarkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, demikian pula ini adalah (dien)
diajarkan oleh Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
agama orang-orang musyrikin yang diperangi Rasulullah ‫ﷺ‬.

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
Halaqah - 16 Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 5
by Rory Rachmad | in HSI-NI at 29 Juli
Download audio : Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 5

Halaqah yang ke-16, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul
Wahab at Tamimi rahimahullah

Demikian pula Allah mengabarkan dengan lisan Nabi-Nya bahwasanya para Nabi dan Rasul

‫ﯾﺻﻠون ﻗﺑورھم ﻓﻲ أﺣﯾﺎء‬


Para nabi dan rasul mereka hidup di dalam kuburan mereka dalam keadaan (‫ ) ﯾﺻﻠون‬dalam keadaan
ُ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬
mereka shalat kepada Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬

Para Nabi dan Rasul hidup di alam Barzakh, akan tetapi kehidupan mereka berbeda dengan kehidupan
kita di dunia, kehidupan yang lebih sempurna dari pada kehidupan para syuhada dari pada kehidupan
manusia yang lain.

Sekali lagi kehidupan mereka lain dengan kehidupan kita. dan mereka tidak mendengar dan tidak
melihat apa yang terjadi di sini, tidak mengharuskan bahwasanya orang yang hidup di alam yang lain
dia mendengar apa yang terjadi di alam yang lain.

Dia hidup dan kita hidup di sini tetapi dia hidup di alam yang lain (di alam barzakh) sedangkan kita di
alam dunia, dan tidak ada keharusan dia mendengar apa yang kita lakukan di sini. Sebagaimana kita
disini sama-sama di alam dunia, kita hidup dan orang yang di mekkah juga hidup akan tetapi tidak ada
keharusan mereka mendengar apa yang kita ucapkan sekarang disini, padahal mereka hidup dan
sama-sama di alam dunia, bagaimana dengan yang hidup di alam yang lain.

Demikian pula seorang bayi yang ada di dalam perut ibunya, dia dalam keadaan hidup tetapi dia
berada di alam yang lain, di alam rahim dan tidak ada keharusan meskipun dia hidup mendengar apa
yang kita ucapkan yaitu orang yang sudah lahir didunia. Sama-sama hidup tetapi tidak ada keharusan
saling mendengar satu dengan yang lain, demikian pula para Nabi dan rasul orang-orang yang shalih,
mereka hidup di alam kuburnya akan tetapi tidak ada keharusan mereka mendengar apa yang kita
ucapkan.

ُ ‫ُد َﻋﺎ َء ُﻛ ْم ﯾَ ْﺳ َﻣﻌُوا َﻻ ﺗ َ ْد‬


‫ﻋو ُھ ْم ِإ ْن‬
“Kalau kalian meminta kepada mereka (berdoa kepada mereka) niscaya mereka tidak mendengar apa
yang kalian ucapkan” (Fathir : 14)

ُ ‫ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ َو‬kabar dari Allah bahwasanya mereka tidak mendengar apa yang
Ini adalah kabar dari Allah ُ‫ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫ‬
kita ucapkan.

‫ﺳ ِﻣﻌُوا َوﻟَ ْو‬


َ ‫ﻟَ ُﻛ ْم ا ْﺳﺗ َ َﺟﺎﺑُوا َﻣﺎ‬
“Seandainya mereka mendengar sekalipun (‫ ) ۖ ﻟَ ُﻛ ْم ا ْﺳﺗ َ َﺟﺎﺑُوا َﻣﺎ‬niscaya mereka tidak akan bisa meng-ijabahi
/mengabulkan doa seseorang”.

Seandainya mereka bisa mendengar tidak bisa meng-ijabahi, lalu untuk apa seseorang berdoa kepada
mereka, seandainya mereka mendengar pun tidak bisa mereka mengabulkan. Jadi mereka hidup di
alam Barzakh tidak mengharuskan mereka mendengar apa yang kita ucapkan.

Beda antara orang yang shalih dalam keadaan hidup bersama kita di dunia dengan orang yang shalih
yang sudah meninggal dunia. Apabila orang yang shalih tersebut didunia hidup bersama kita, berada di
dekat kita, mendengar ucapan kita boleh kita meminta doa darinya namun apabila sudah meninggal
dunia maka tidak halal /tidak boleh kita meminta kepada orang shaleh tersebut, meskipun hanya
meminta doa.

Rasulullah ‫ ﷺ‬membedakan antara beliau dalam keadaan hidup dan beliau dalam keadaan meninggal
dunia. Dalam keadaan hidup beliau bisa mendoakan tapi ketika beliau sudah meninggal dunia maka
beliau tidak bisa mendoakan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari di dalam kitabul mardha, 'Aisyah radhiyallahu
'anha ketika beliau sakit kepala dan mengatakan

َ ْ‫ارأ‬
‫ﺳـﺎه‬ َ ‫َو‬
َ ْ‫ارأ‬
Kalau dalam bahasa Indonesia kurang lebih “aduh sakit kepalaku” demikian beliau mengatakan ( ‫ﺳـﺎه‬ َ ‫)و‬
َ

Kemudian Rasulullãh ‫ ﷺ‬mendengar ucapan Aisyah dan dia merasakan sakit dikepalanya

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda

‫ﻟك وأدﻋو ﻟك ﻓﺄﺳﺗﻐﻔر ﺣﻲ وأﻧﺎ ﻛﺎن ﻟو ذاك‬


“Wahai Aisyah seandainya itu terjadi (yaitu) seandainya engkau sakit dan sakitmu ini menjadikan
engkau meninggal dunia (menjadi sebab engkau meninggal dunia sebelum aku), seandainya itu
terjadi (‫ )ﺣﻲ وأﻧﺎ‬dan aku dalam keadaan masih hidup (‫ )ﻟك وأدﻋو ﻟك ﻓﺄﺳﺗﻐﻔر‬niscaya aku akan memohonkan
ampun untukmu dan niscaya aku akan mendoakan kebaikan untukmu”

Ini adalah ucapan Rasulullah ‫ ﷺ‬dimana beliau membedakan antara beliau dalam keadaan hidup dan
beliau dalam keadaan meninggal dunia. Seandainya beliau masih hidup niscaya bisa mendoakan, tapi
kalau beliau sudah meninggal dunia maka beliau tidak bisa mendoakan dan tidak bisa memohonkan
ampun untuk orang lain bahkan kepada istrinya sendiri tidak bisa. Ini adalah hiburan Rasulullah
‫ ﷺ‬kepada 'Aisyah

“selama aku masih hidup, niscaya aku akan mendoakan kebaikan untukmu”

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Anda mungkin juga menyukai