Review Jurnal Identifikasi Karakteristik Dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi Di Kawasan Usaha Peternakan Bogor
Review Jurnal Identifikasi Karakteristik Dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi Di Kawasan Usaha Peternakan Bogor
200110170295
Kelas F
Review Jurnal
Identifikasi karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di
Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan jenis sapi perah yang paling banyak dipelihara
di Indonesia. Potensi sapi perah keturunan FH dapat dimaksimumkan dengan perbaikan mutu
bibit, diantaranya mengidentifikasi berbagai sifat kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh
bibit yang berkualitas. Sifat kualitatif seperti karakteristik sapi perah FH merupakan salah satu
hal yang diperhitungkan dalam pemilihan calon bibit. Sifat kuantiatif seperti ukuran tubuh erat
kaitannya dengan produksi dan dapat dijadikan acuan untuk memilih calon bibit selain dari
catatan produksi susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan ukuran tubuh
sapi perah Fries Holland (FH) laktasi di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Bogor.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 mengenai “Standarisasi Mutu
Bibit Ternak Sapi Perah” yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran dan
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa sifat kuantitatif yang diamati dalam
hal ini adalah ukuran tubuh sapi perah FH di Jawa Barat, pengukuran sendiri dikelompokan
menjadi 3 tingkatan yakni pedet, dara, dan sapi laktasi (dewasa). Sifat kualitatif sebagian besar
sapi perah FH di Jawa Barat memiliki ciri-ciri khusus bangsa berupa tanda segitiga putih di dahi
sebanyak 94,4%, ujung bulu ekor berwarna putih sebanyak 99,4%, dan kejelasan batas antar
warna kulit hitam putih sebanyak 87,5%. Sapi perah FH di Jawa Barat memiliki variasi warna
kulit hitam putih sebanyak 98,5%, dengan punggung yang membentuk garis lurus 94,7%
Subjek penelitian yang digunakan yaitu sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu
23 ekor laktasi 1,37 ekor laktasi 2,25 ekor laktasi 3 dan 15 ekor laktasi 4 yang dipelihara oleh
peternak sapi perah di KUNAK Bogor. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survey
dengan teknik penentuan peternak secara purposive sampling, dan pengambilan sampel ternak
dengan metode random sampling menggunakan alat pengumpul data berupa tongkat ukur, pita
ukur, form checklist, dan alat penunjang lainnya seperti alat tulis, kalkulator, laptop berisi
progam ms.excel serta kamera digital lalu analisis data menggunakan analisis deskriptif
sederhana.
Sapi perah Fries Holland laktasi yang berada di KUNAK Bogor memiliki tanda putih
dengan kriteria “Jelas – Besar”. Jika mengacu pada penelitian mengenai Standarisasi Mutu Bibit
Ternak yang dilakukan pada tahun 2002, keberadaan tanda putih pada dahi yang sesuai dengan
ciri bangsa sapi perah FH murni kini mengalami penurunan dari yang semula 29,4%. Hal ini
atas putih-hitam, yaitu warna dominan putih dengan sedikit bercak hitam. Warna bulu ujung ekor
seluruhnya berwarna putih, hal ini sudah sesuai dengan standarisasi ciri bangsa pada sapi perah
FH murni. Jika mengacu pada penelitian mengenai Standarisasi Mutu Bibit Sapi Perah yang
dilakukan pada tahun 2002, hal ini merupakan sebuah kemajuan karena pada tahun 2002 didapat
data warna putih pada rambut bagian bawah ekor sebesar 99,4%.
Secara keseluruhan mayoritas warna kaki bagian bawah sapi perah FH laktasi yang
terdapat di KUNAK Bogor berwarna putih. Hal tersebut sangat sesuai dengan standarisasi ciri
bangsa sapi perah FH yang menyatakan bahwa standar bibit sapi perah FH murni memiliki
Panjang Badan
Panjang badan sapi perah pada tiap periode laktasi menunjukkan adanya perbedaan. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan umur ternak tersebut ketika pertama kali mengalami pubertas,
pada saat tersebut ternak mengalami titik infleksi. Selain itu, pengaruh manajemen pemberian
pakan maupun dari genetik ternak itu sendiri menjadi faktor penentu ukuran tubuh tubuh ternak
tersebut.
Panjang badan sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor tergolong seragam, karena nilai
koefisien variasi tersebut masih di bawah 10%. Hal tersebut dikarenakan keseragaman
pemeliharaan yang dilakukan peternak di KUNAK, salah satunya yaitu pakan yang berasal dari
KPS Bogor. Jika panjang badan sapi perah FH laktasi hasil pengukuran di KUNAK Bogor
dibandingkan dengan data panjang badan yang diambil pada penelitian mengenai Standarisasi
Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002 Panjang badan sapi perah FH laktasi di KUNAK
Bogor mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh banyaknya perubahan, salah
Tinggi Pundak
Tinggi pundak sapi perah pada tiap periode laktasi menunjukkan adanya perbedaan
walaupun tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur ternak tersebut ketika
pertama kali mengalami pubertas, yaitu pada saat tersebut ternak mengalami titik infleksi. Selain
itu, manajemen pemberian pakan dan genetik juga mempengaruhi ukuran tubuh seekor ternak.
Tinggi pundak sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor tergolong seragam, karena nilai
koefisien variasi tersebut masih di bawah 10%. Hal tersebut dikarenakan keseragaman
pemeliharaan yang dilakukan peternak di KUNAK, salah satunya yaitu pakan yang berasal dari
KPS Bogor. Jika tinggi pundak sapi perah FH laktasi hasil pengukuran dibandingkan dengan
Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002, tinggi pundak sapi perah FH laktasi
di KUNAK Bogor mengalami sedikit penurunan. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh
Lingkar Dada
Lingkar dada sapi perah pada tiap periode laktasi menunjukkan adanya perbedaan. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan umur ternak tersebut ketika pertama kali mengalami pubertas
dimana pada saat tersebut ternak mengalami titik infleksi. Faktor lain yang mempengaruhi
lingkar dada sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor tergolong seragam, karena nilai
koefisien variasi tersebut masih di bawah 10%. Hal tersebut dikarenakan keseragaman
pemeliharaan yang dilakukan peternak di KUNAK, salah satunya yaitu pakan yang berasal dari
KPS Bogor. Jika lingkar dada sapi perah FH laktasi hasil pengukuran di KUNAK Bogor
dibandingkan dengan data Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002 Lingkar
dada sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor secara keseluruhan mengalami sedikit penurunan.
Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor lingkungan.
Berdasarkan hasil dan pengamatan dapat disimpulkan sapi perah FH laktasi yang terdapat
di KUNAK Bogor umumnya mengalami kehilangan ciri khas pada tanda putih di dahi dan warna
bagian atas ekor. Mengacu pada Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002,
terjadi penurunan mutu kualitiatif pada keberadaan tanda putih di dahi serta bulu ujung ekor.
Ukuran tubuh sapi perah laktasi di KUNAK Bogor pada umumnya sudah seragam. Mengacu
pada Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002, terjadi peningkatan pada
panjang badan namun tinggi pundak dan lingkar dada mengalami penurunan.