Anda di halaman 1dari 5

Pidato Singkat Tentang Kiat Mengurangi Kelalaian

Dalam hidup keseharian, sering kali kita terjerumus dalam ghaflah (kelalaian).

Yaitu pada saat-saat kita lupa terhadap Allah, waktu-waktu yang tidak diisi dengan dzikir,
fikir, dan ibadah lainnya.

Mari kita renungkan :

Betapa banyak waktu yang kita habiskan dalam obrolan yang tidak bermanfaat ?!.

Betapa banyak usia yang kita habiskan dengan menonton tayangan yang tidak bermanfaat
?!.

Itulah kondisi lalai. Dan inilah yang dilarang oleh Allah Swt dalam ujung ayat yang mulia :

َ‫والت ُك ْن ِمن اْلغافِ ِليْن‬

“Janganlah kamu termasuk orang yang lalai”. Surah Al-A’raf 205

Selain saat-saat lalai yang disebutkan tadi, masih ada sejumlah contoh kelalaian yang lebih
halus lagi, yang perlu kita cermati, seperti : Kelalaian mengingat kematian.

Kelalaian memohon syurga. Kelalaian berlindung diri kepada Allah dari syetan. Kelalaian
berbuat baik terhadap kedua orang tua.

Kelalaian mengontrol lidah, menguasai mata, mengendalikan emosi, menahan keinginan


untuk berbuat dosa.

Marilah kita menyadari bila dalam sehari semalam, kita tidak mengingat bahwa kita akan
mati, maka kita telah lalai.

Bila dalam 24 jam kita tidak pernah berdo’a memohon syurga dan memohon dijauhkan dari
neraka, niscaya kita telah lalai.

Bila tidak pernah terbetik di hati kita bahwa kita menghadapi musuh utama kita yaitu syetan,
berati kita telah lalai !.

Bila dalam sehari semalam kita tidak mengingat kebaikan ibu dan bapak kita dan tidak
mendo’akan mereka, berarti kita telah lalai !. Astaghfirullahal Al-Azhim.

Bila kita telah menyadari bahwa semua ini adalah kelalaian dan kita telah menyakini bahwa
kelalaian itu adalah dosa, maka kewajiban kita sebagai muslim–muslimah, ialah
mengurangi kelalaian. Mengalahkan kelalaian. Bangkit dari kelalaian.
Bagaimana caranya ?.

Berikut Ini Beberapa Kiat Untuk Mengurangi Kelalaian :

1. Menyusun Planning Ibadah Setiap Hari

Menyusun perencanaan ibadah yang menyeluruh setiap hari, adalah satu keharusan bila
kita ingin mengurangi kelalaian.

Oleh karena perencanaan ibadah yang menyeluruh berarti keinginan yang kuat untuk
meningkatkan kepatuhan kepada Allah, kemauan keras untuk memperbanyak amal shaleh
sepanjang hari.

Perencanaan seperti ini akan sangat memotivasi kita untuk meningkatkan ibadah dan
mengurangi kelalaian.

Sebagai contoh : Orang yang merencanakan untuk shalat shubuh di masjid, tentu lebih
termotivasi dibanding orang yang tidak merencanakan ibadah tersebut.

Contoh lain : orang yang merencanakan untuk membaca istighfar 100 X sehari, tentu tidak
sama dengan orang yang tidak merencanakannya.

Orang yang mempunyai perencanaan ibadah, telah memiliki rujukan muhasabah/


introspeksi dan telah menapak anak tangga peningkatan yang berkesinambungan. Allah
telah berfirman :

‫ت ِلغ ِد واتَّقُ ْوا هللا إِ َّن هللا خبِي ٌْر بِما ت ْعملُ ْون‬ ُ ‫ياأيُّها الَّ ِذيْن أمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللا و ْلت ْن‬
ٌ ‫ظ ْر ن ْف‬
ْ ‫س ما قدَّم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah setiap
jiwa memperhatikan (amal) apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. Surah Al-Hasyer : 18

Ayat yang mulia ini mengandung sebuah panggilan indah buat kita para hamba Allah yang
beriman, lalu disusul dengan perintah intropeksi yang diapit oleh dua perintah taqwa,
kemudian ditutup dengan penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang kita
kerjakan.

Penegasan ini bertujuan agar kita berusaha untuk senantiasa menghadirkan dibenak kita
keyakinan bahwa kita selalu diawasi oleh Allah.

Pengamalan Ayat mulia ini tentu memerlukan planning ibadah yang menyeluruh dan
berkesinambungan.

2. Selalu Bertanya Pada Diri Sendiri: “Apa Yang Sebaiknya Saya Lakukan Saat Ini ?”
Agar kita termotivasi untuk melawan dan mengalahkan kelalaian, agar kita senantiasa
terarah dan terpimpin, maka kita dianjurkan untuk selalu mengajukan pertanyaan ini kepada
diri kita sendiri : “Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?”.

Sebagai contoh :

Pada saat kita mendengar adzan, kita segera bertanya pada diri kita : “Apa yang sebaiknya
saya lakukan saat ini ?”.

Pertanyaan ini akan membangunkan kita dari kelalaian dan memotivasi kita untuk
memenuhi panggilan adzan.

Pada saat kita di masjid, bertanyalah pada diri sendiri : “Apa yang sebaiknya saya lakukan
di masjid ?”.

Pada saat kita di kendaraan, bertanyalah pada diri sendiri :”Apa yang sebaiknya saya
lakukan di kendaraan ?”.

Pada saat kita di pasar, bertanyalah pada diri sendiri : “Apa yang sebaiknya saya lakukan di
pasar ?”. Demikianlah seterusnya.

Pertanyaan ini sangat membantu untuk menghadirkan kasadaran akan penting dan
wajibnya kita patuh dan taat kepada Allah setiap saat dan di setiap tempat.

Landasan Qur’ani pertanyaan ini ialah beberapa Ayat Al-Qur’an tentang dekatnya hari
kiamat, tentang perintah untuk bersegera beramal shaleh, perintah untuk berlomba dalam
kebaikan. Sebagai contoh : Firman Allah :

ُ ‫غ ْفل ٍة ُم ْع ِر‬
‫ض ْون‬ ِ َّ‫إِ ْقترب ِللن‬
ُ ‫اس ِحسابُ ُه ْم و ُه ْم فِ ْي‬

“Telah dekat saatnya manusia dihisab, dan mereka dalam kelalaian dan mereka berpaling
“. ( Surah : Al-Anbiya’ : 1 )

Pertanyaan : “Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini”. adalah salah satu bentuk
pengamalan dari ayat yang mulia ini, agar kita mengingat hisab, mengingat akhirat, agar
kita tidak lalai dan tidak berpaling. Dalam surah lain, Allah Swt berfirman :

ْ ‫ض أ ُ ِعد‬
‫َّت ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬ ِ ‫ت واْأل ْر‬
ِ ‫سماوا‬ ُ ‫ع ْوا ِإلى م ْغ ِفرةٍ ِم ْن ر ِبِّ ُك ْم وجنَّ ٍة ع ْر‬
َّ ‫ضها ال‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫وس‬
“Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit
dan bumi, disiapkan untuk orang-orang yang bertaqwa”. (Surah : Ali –Imran : 133)

Pengamalan Ayat ini antara lain dengan selalu bertanya pada diri sendiri : “Apa yang
sebaiknya saya lakukan saat ini”.
Oleh karena pertanyaan ini akan menyadarkan kita untuk bersegera beribadah, bergegas
beramal, tidak menunda-nunda kebaikan.

Dalam surah lain, Allah SWT berfirman :

ِ ‫فا سْت ِبقُوا ْالخيْرا‬


‫ت‬

“Berlombalah kamu dalam kebaikan”. Q.S. : Al-Baqarah : 148.

Kalau kita bertanya : “Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?”. Maka kita bermaksud
untuk memotivasi diri kita untuk berlomba dengan orang lain dalam kebaikan dan amal
shaleh.

Singkatnya : pertanyaan : “Apa yang sebaiknya saya lakukan saat ini ?” adalah kiat yang
sangat baik untuk menghilangkan kelalaian, menghadirkan kesadaran dan memotivasi diri
untuk beribadah dan beramal shaleh.

3. Memperbanyak Dzikir

Kiat yang ketiga untuk menghilangkan kelalaian adalah: memperbanyak dzikir.


Memperbanyak dzikir adalah perintah Allah Swt :

ِ ‫ياأيُّها اَّل ِذيْن آمنُوا ا ْذ ُك ُر ْوا هللا ِذ ْك ًرا ك ِثي ًْرا وس ِبِّ ُح ْوهُ بُ ْكرة ً وأ‬
ً‫ص ْيل‬

“Wahai sekalian orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah dengan dzikir yang
banyak, bertasbihlah kamu kepadaNya setiap pagi dan setiap petang “. Surah Al-Ahzab :
41-12

Memperbanyak dzikir berarti berdzikir sesuai dengan sunnah Nabi Saw pada setiap saat,
kecuali pada saat kita di kamar mandi. Dzikir yang banyak ialah dengan mengulang ulangi
kalimat-kalimat thayyibah :

ِ‫ ال ح ْول وال قُوة ِإالَّ ِباهلل‬،‫ آل ِإله ِإالَّ هللا‬،‫ هللاُ أ ْكب ْر‬،ِ‫ ا ْلح ْم ُد هلل‬،ُ‫سبْحان هللا‬
ُ

“Maha suci Allah, segala Puji bagi Allah, Allah maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah,
tidak ada upaya dan tidak ada kekuatan, kecuali dari Allah”.

Membaca wirid, tahlil 100 X sehari :

‫آل ِإله ِإالَّ هللاُ وحْ دهُ ال ش ِريْك لهُ لهُ ْال ُم ْلكُ ولهُ ْالح ْم ُد و ُهو على ُك ِِّل ش ْيءٍ ق ِدي ٌْر‬

“Tidak ada Tuhan selain Allah, sendiriNya, tidak ada sekutu bagiNya, miliknya seluruh
kekuasaan. milikNya seluruh pujian. Dan DIA maha berkuasa atas segala sesuatu”.
Dzikir yang banyak yang sesuai dengan sunnah, sangat efektif menyambung hati kita
dengan Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.

Itulah tiga kiat mengatasi kelalaian dalam hidup keseharian. Marilah kita amalkan ketiga kiat
ini dengan niat ikhlas dan mujahadah yang tinggi, kemudian fastaqim ! (beristiqamalah) !

Oleh: Mudzakkir M. Arif, M

Anda mungkin juga menyukai