Anda di halaman 1dari 2

Pemilihan dan Penulisan Built Project untuk ARCHINESIA Bookgazine

Disusun oleh Dinda berdasarkan briefing oleh Imelda Akmal pada 12 Februari 2017
(transkrip lengkap dapat dilihat pada Dropbox “IAAW Studio Kit” file 20170217 - Briefing Built Project - Intan-Kanya.docx)

I. Pemilihan proyek yang masuk ARCHINESIA


 ARCHINESIA dibuat sebagai publikasi yang prominen secara visual,
ditunjang dengan tulisan yang mampu membangun diskusi bagi arsitek.
Karena porsi materi visual yang lebih mencolok, kriteria utama pemilihan
proyek yang akan masuk ARCHINESIA adalah dari segi visual.
 Umumnya dipilih proyek yang tampil dengan cutting-edge, provokatif, serta
ada dobrakan atau exercise desain yang melebihi arsitektur pada umumnya.
Misalnya bentuk, pemakaian bahan, program ruang, atau pengalaman ruang
yang tidak biasa. Dengan kata lain, proyek yang tidak mediocre.
o Contoh umum proyek mediocre adalah bangunan pemerintahan
(kantor/sekolah dan sebagainya) dengan kolom yang ukurannya
normatif mengikuti ketentuan struktur 40x20, kolom menonjol dari
dinding, dan sebagainya.
 Porsi proyek arsitek Indonesia adalah 50% dari proyek yang dimuat

II. Penulisan Built Project


 Target pembaca ARCHINESIA adalah profesional arsitektur di lingkup
ASEAN. Karena itu, tulisan Built Project dibuat dengan gaya bahasa yang
menjurus kepada akademis (mendekati penulisan jurnal, namun dipastikan
tetap enak dibaca).
 Konten penulisan berfungsi untuk membangun diskusi mengenai arsitektur.
Ada yang dipertanyakan dalam tulisan, didukung argumentasi yang
berdasarkan teori.
 Tulisan yang dibuat mendekati kritik arsitektur, namun tidak dengan kritik
gamblang (biasanya kritik dilakukan secara implisit, dengan memberi
kalimat tanya mengenai aspek tertentu. Hal ini dilakukan karena budaya
arsitek di Indonesia masih enggan menerima/membuat kritik, karena
dianggap “mencela”, sementara kritik sebetulnya bersifat
“mempertanyakan”).
 Salah satu contoh cara menulis built project:
1) Melihat gambar dan membaca sinopsis yang diberikan arsitek
2) Menjelaskan dengan kata-kata sendiri dan ditunjang teori, apa yang
dimaksud/ingin dicapai oleh arsitek (harus jelas apabila mengutip),
bisa ditambahkan penjelasan semisal “konsep ini terlihat pada
ruangan ini, yang memiliki ... ” (dst)
3) Mempertanyakan: apakah isu yang diangkat berhasil atau tidak
untuk diselesaikan melalui desain, apakah penulis setuju atau tidak
dengan sang arsitek
 Karena teks cukup pendek (±4000 karakter dengan spasi), dianjurkan
untuk mengambil satu isu/tema saja untuk dibahas dalam tulisan.
 Ada pendalaman pemikiran dari penulis yang tertuang dalam teks (melebihi
penulisan deskriptif pada buku-buku IAAW yang mentitikberatkan
keindahan visual, misalnya House Series dan buku coffee table lainnya).
Penulis mempelajari materi publikasi (foto, gambar, deskripsi arsitek),
membaca buku-buku yang terkait dengan isu yang diangkat, lalu
“mengendapkan” semua informasi tersebut sebelum membuat tulisan.
 Rekomendasi bacaan untuk referensi penulisan kritis:
o Relativitas oleh Adi Purnomo (wajib dibaca oleh semua pemagang)
o Sejarah Arsitektur oleh Setiadi Sopandi
o Arsitektur Yang Lain oleh Avianti Armand
o Perjalanan Malam Hari oleh Yuswadi Saliya
o Twenty Buildings Every Architect Must Understand oleh Simon
Unwin
o Analysing Architecture oleh Simon Unwin
o Writing About Architecture oleh Alexandra Lange

Anda mungkin juga menyukai