Anda di halaman 1dari 12

PENATAAN SIGNAGE DI PUSAT KOTA TANJUNG PURA

(Studi Kasus : Kawasan Pecinan Jalan Jenderal Sudirman,


Kota Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara)
Anthoni Rantho Sianipar1*, Nurlisa Ginting2
1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jalan Perpustakaan Kampus USU Medan 20155
2
Departemen Magister Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jalan Perpustakaan Gedung J7 Kampus USU Medan 20155
Email :* anthoniranthosianipar@gmail.com1, nurlisa.ginting@gmail.com2

ABSTRAK

Signage merupakan tanda/bentuk informasi yang mempengaruhi ruang terbuka pada suatu kawasan
secara visual. Pada pusat Kota Tanjung Pura terdapat beragam signage yang tumbuh dan
berkembang menghiasi wajah pusat kota. Namun seiring perkembangan waktu keberadaan signage
tersebut menimbulkan permasalahan yang mengakibatkan pencemaran visual pada kawasan
tersebut, seperti perletakan, kondisi fisik sudah rusak, ukuran dan desain yang tidak merefleksikan
kawasan yang harmonis dan identitas kota. Untuk itu penelitian ini akan menganalisa kawasan
penelitian dengan beberapa variabel signage seperti papan reklame, identitas kawasan, petunjuk
arah jalan, pencahayaan dan pewarnaan. Tujuannya adalah untuk memberikan suatu ide penataan
kembali signage sehingga tercipta citra kawasan yang menjadi daya tarik di kawasan pusat Kota
Tanjung Pura. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kualitatif dengan
peninjauan (observasi) langsung di lapangan. Kesimpulan penelitian ini adalah terciptanya tatanan
signage sebagai citra visual yang dapat meningkatkan aktivitas perdagangan (komersil) dan pariwisata
di kawasaan pusat Kota Tanjung Pura.

Kata Kunci : penataan, signage, Tanjung Pura

PENDAHULUAN oleh sebuah perusahaan untuk mampu bertahan


dalam kompetisi pasar sehingga menjadi bagian
Perkembangan suatu kawasan pusat kota tidak penting dalam advertising untuk memberikan
terlepas beberapa elemen yang saling banyak keuntungan ekonomis. Pada kota
keterkaitan. Signage sebagai salah satu elemen umumnya ditandai dengan keberadaan papan
yang sangat mempengaruhi suatu kawasan reklame komersil yang menghiasi wajah
secara visual, bahkan erat juga kaitannya dengan kawasan perkotaan. Ketika melintasi jalan-jalan
perkembangan ekonomi sosial kota tersebut. utama suatu kawasan perkotaan, hampir dapat
Sebelumnya signage dikenal dalam bentuk tanda dipastikan tidak bebas dari pemandangan
(sign) atau dalam bentuk aksara, seperti petunjuk berbagai jenis signage berupa papan reklame,
arah tempat, nama suatu tempat dan sebagainya. billboard, poster, papan nama toko/perusahaan,
Signage juga merupakan media luar ruang yang baliho, hingga papan informasi penunjuk jalan
wujudnya berbentuk tugu atau monumen kecil yang bertebaran di sepanjang jalan.
yang menyatu dengan lingkungan yang
ditempatinya (Supriyanto, 2008: 55). Menurut Menurut Kelly and Rosso (1991), berdasarkan
Kusrianto (2010 : 23), signage merupakan suatu sifatnya signage dibedakan menjadi 2 bagian,
visual grafis dalam dimensi besar yang dibuat yaitu : (1) Permanen (Sign Permanent), dapat
untuk menyampaikan informasi pada kalayak berbentuk bangunan atau elemen yang berdiri
umum dalam waktu tertentu. Keberadaan sendiri maupun sebagai elemen dari satu
Signage juga mampu menciptakan public image bangunan yang sifatnya permanen; (2)
yang mudah untuk dikenali bahkan mampu Sementara (Temporary Sign), bersifat tidak
bertahan dalam memori masyarakat dalam permanen atau sementara. Tanda ini dapat
jangka waktu yang lama (Folis, 1979 : 13). berbentuk bendera, umbul-umbul, spanduk, yang
Public image seperti inilah yang dibutuhkan umumnya dipasang pada bangunan, di depan
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 511
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura

toko, atau dipinggir-pinggir jalan serta memiliki rambu pada highway, lampu-lampu lalu-lintas,
masa waktu sesuai kebijakan dan perijinan rute perjalanan, tanda parkir, tanda berhenti,
setempat. penyeberangan pejalan kaki dan tanda
penunjuk arah; (3) Jati diri komersial
Oleh sebab itu signage merupakan salah satu (commercial identity), dimana penempatan sign
elemen penting pembentuk suatu kawasan, bila pada bangunan sebagai jatidiri pertokoan seperti
tidak ditangani dengan baik menimbulkan papan nama (name Plate), papan advertensi
ketidakteraturan visual suatu kawasan. (sign advertising) disepanjang jalan, atau blok
Penanganan dilakukan dengan cara penataan bangunan; (4) Tanda-tanda informasi
signage, sehingga identitas suatu kawasan dapat (informational sign), merupakan tanda-tanda
menjadi ciri khas yang konsisten secara (signs) yang berfungsi untuk memberikan
keseluruhan. Penataan signage juga tidak informasi seperti petunjuk arah, peta- peta dan
terlepas dari peraturan dan ketentuan yang tanda-tanda (signs) khusus yang menunjukkan
berlaku serta tetap mempertimbangkan lokasi parkir, subway atau halte bis. Dengan
kesesuaian karakter dan identitas kawasan informasi tersebut akan menuntun orang
sehingga mampu menambah kualitas visual menuju tujuan tertentu.
kawasan tersebut.
Pada dasarnya signage juga merupakan petunjuk
Kawasan pusat Kota Tanjung Pura Kabupaten informasi kepada orang yang sedang melintas,
Langkat, terdapat permasalahan tata informasi baik yang berjalan kaki maupun yang
(signage) yang kondisi dan keberadaannya menggunakan kendaraan. Sehingga signage
merefleksikan kawasan kumuh dan semraut. Hal dapat memberikan arahan kepada publik untuk
ini terlihat jelas seperti perletakan yang mencapai tujuan tertentu. Signage dapat
sembarangan bahkan menempel pada vegetasi, menuntun orang menuju suatu tempat dan dapat
kondisi fisik sudah lama bahkan menciptakan image bagi kota. Ada dua kategori
membahayakan pengguna jalan, ukuran dan signs (Carr, 1973), yaitu : (1) Public
desain tidak beraturan sehingga tidak menarik environmental information, merupakan semua
bahkan menutupi fasad bangunan, serta tidak jenis penanda yang ada dalam kawasan seperti
terdapat tanda yang menunjukkan identitas traffic signs, nama jalan, papan informasi,
kawasan tersebut. penunjuk arah, rute bis; (2) Private Signs,
merupakan penanda yang berhubungan dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah identifikasi dan kegiatan komersial. Penempatan signage pada
penataan kembali tata informasi (signage) sesuai ruang kota baik di bangunan maupun ruang
ketentuan, kebijakan serta kebutuhan yang terbuka, dapat memberikan dampak positif atau
mampu merefleksikan identitas kawasan negatif bagi kawasan tersebut.
Pecinan Kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat
secara visual. Shirvani (1985) mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan estetika lingkungan kota maka
Kajian Pustaka dituntut karakteristik signage sebagai berikut:
(1) Penggunaan signage harus dapat
Tata Informasi (Signage) Kawasan Perkotaan merefleksikan karakter suatu tempat; (2) Jarak
sign yang satu dengan yang lainnya harus
Tata informasi (signage) pada suatu kawasan memadai dan menghindari kepadatan dan
merupakan media komunikasi visual yang kekacaubalauan; (3) Penggunaan sign harus
berisikan pesan/informasi melaui integrasi harmonis dengan bangunan arsitektur dimana
bahasa visual dengan lingkungannya. Ada empat sign tersebut berada; (4) Pembatas lampu dan
fungsi utama signage/penandaan yang sign, kecuali untuk teater dan entertaiment lain.
dikemukakan oleh Rubenstein (1992) dalam Lokasi (penempatan) signage menurut
bukunya “Pedestrian Malls, Streetscape and peruntukannya, dibagi dalam zona-zona
Urban Spaces”, yaitu : (1) Jati diri (identitas) (Shirvani, 1985) : (a) Zona Pesdestrian
mal (mall identity), dapat berupa symbol atau (identifikasi), merupakan informasi untuk
logo untuk memberikan identitas suatu mal, kepentingan umum, agar mudah mengenali
dan logo tersebut dapat digunakan untuk suatu bangunan, rancangan etalase dan sebagainya.
informasi kepada publik; (2) Rambu-rambu lalu Sebagai petunjuk dan orientasi bagi para pejalan
lintas (traffic sign), yang meliputi rambu- kaki, untuk signage berukuran kecil; (b) Zona
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 512
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting

lalu lintas (traffic zone), yaitu penempatan pada Beberapa aturan penataan signage yang
badan atau pulau jalan. Untuk signage yang diberlakukan di Kota Cambridge, Ontario-
relevan sebagai kontrol dan pergerakan lalu Canada antara lain : (a) Signage yang baru harus
lintas dan sirkulasi; (c) Zona advertensi memiliki karakter kawasan dan tidak boleh
(advertising zone), merupakan penempatan pada menghalangi sirkulasi pejalan kaki; (b)
fasade bangunan, bagi signage berukuran besar. Pemasangan signage pada bangunan tidak
Penempatan signage di zona ini tidak diperbolehkan menutupi fasade bangunan; (c)
mengganggu sirkulasi pejalan kaki. signage pada jendela tidak boleh melebihi 25%
dari ukuran jendela; (d) Bangunan baru harus
Tidak ada efek yang menarik selain menggabungkan papan nama menjadi integral
pencahayaan pada malam hari (Appleyard dalam fitur fasad bangunan, bukan yang mendominasi
Semardon, 1986 : 16). Efek utama pencahayaan fitur overlay fasad; (e) Warna harus sesuai
adalah penerangan pada malam hari, karena dengan palet warna heritage bangunan dan
pada kondisi itu dapat terlihat node-node akibat berkoordinasi dengan bangunan bagian depan;
cahaya yang ditimbulkan pencahayaan oleh (f) Sign huruf, grafik dan warna harus dipilih
signage. Pencahayaan pada signage akan untuk mempromosikan karakter kawasan, dan
menambah suasana menjadi lebih hidup dan harus terlihat dari jarak yang sesuai berdasarkan
menarik karena aspek kejelasan, pencahayaan fungsi dan lokasi tanda; (g) Huruf teks harus
berfungsi estetis. Ada tiga dasar pencahayaan mudah dibaca, tidak reflektif, dan memiliki
signage, yaitu : (1) Internal Lighting, penyinaran warna kontras yang kuat ke latar belakang dan
yang berasal dari permukiman bidang; (2) Direct Angka harus ditampilkan dalam angka Romawi.
External Lighting, penerangan langsung dari
luar bidang seperti sportlight, lampu sorot; (3) Peraturan Perundang-undangan
External but integral to signage, penyinaran dari
luar tapi integral dengan signage, seperti lampu PERMEN PU No. 20/PRT/M/2010, penempatan
bolam. Selain faktor kejelasan (legibility), pemasangan iklan dan media informasi terkait
estetika merupakan pertimbangan utama dalam penenpatannya pada sisi terluar ruang milik
pemilihan warna signage. Karena sasaran jalan, desain dan pemilihan bahan/material yang
signage adalah untuk menarik perhatian publik digunakan. Pada pasal 10 ditegaskan tentang
yang melihatnya, maka signage dibuat dengan ketersediaan signage sebagai media informasi
warna-warna mencolok yang disesuaikan publik harus tidak mengganggu keamanan dan
dengan lingkungan sekitarnya agar tidak keselamatan pengguna jalan dan tidak
menimbulkan kontras terhadap lingkungan dan mengganggu fungsi ruang milik jalan.
tidak mengurangi efek negatif warna pada
kawasan. PERMEN Perhubungan RI Nomor Pm 13 Tahun
2014 tentang rambu lalu lintas yang dibagi
Studi Banding Signage di Kota Cambridge, berdasarkan jenisnya yaitu : (a) Rambu
Ontario-Canada Peringatan; (b) Rambu Larangan; (c) Rambu
Perintah; (d) Rambu Petunjuk.

Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 9


Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode


deskriptif kualitatif dengan peninjauan
(observasi) langsung di lapangan. Studi ini
bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan
signage di kawasan pusat Kota Tanjung Pura
dan menemukan kesesuaian papan reklame yang
meliputi, penempatan, ukuran, dan bentuk
Gambar 1. City Of Cambridge, Ontario-Canada, konstruksi signage terhadap karakteristik
Heritage District Design Guidelines, 2016 kawasan. Kajian ini terdiri dari pengumpulan
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 513
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura

data dengan identifikasi dan analisis data yang


menghasilkan suatu penataan papan reklame Papan informasi ini banyak terlihat terpasang
yang baik dalam suatu kawasan. disepanjang jalan baik yang menempel pada
bangunan, vegetasi, maupun berdiri di sepanjang
Metode pengumpulan data pada studi ini jalan pada kawasan. Namun keberadaan papan
dilakukan dengan beberapa cara yaitu : (a) reklame, media iklan, spanduk dan baliho ini
Survey Primer/Observasi secara langsung menimbulkan permasalahan, seperti
dengan melihat kondisi eksisting papan reklame ketidakteraturan penempatan/tata letak yang
di sekitar kawasan pecinan. (b) Survey sembarangan, kondisi sudah lama bahkan
Sekunder/Berupa kajian pustaka (literatur view) membahayakan pengguna jalan, desain tidak
dan data penunjang berupa kebijakan, standar, menarik sehingga tidak merefleksikan kawasan
serta peraturan-peraturan dari instansi yang tersebut serta ukuran dan orientasi yang
berkaitan dengan kawasan pusat Kota Tanjung berbeda-beda, menutupi fasad bangunan.
Pura.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Signage Kawasan Pusat Kota


Tanjung Pura

Objek penelitian yang dipilih adalah Pusat Kota


Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi
Sumatera Utara. Kawasan penelitian meliputi
kawasan pecinan dan kawasan cagar budaya
seperti yang tertera pada gambar 2. Pada
kawasan pecinan, signage didominasi oleh
papan reklame, media iklan, baliho, spanduk dan
lainnya. Sedangkan pada kawasan cagar budaya
lebih menonjolkan signage kawasan sebagai
identitas. Kedua kawasan ini dapat mewakili
visual ruang terbuka pusat kota Tanjung Pura.

Gambar 3. Kawasan Eksisting Signage Kawasan


(Sumber : Data Olah Primer)

Terdapat beberapa titik lokasi signage pada


kawasan penelitian yang akan diidentifikasi dan
dilakukan penataan (Gambar 3). Titik lokasi
diatas dapat mewakili semua permasalahan
kawasan penelitian. Signage didominasi pada
Jalan Jenderal Sudirman sebagai jalan nasional
antara Medan-Banda Aceh. Jalan ini cukup
ramai oleh kendaraan sehingga menarik
perhatian bagi para pedagang untuk membuka
Signage Kawasan Pecinan toko dengan menempatkan signage berupa
Signage Kawasan Cagar Budaya iklan, reklame dan lainnya untuk menjual
Gambar 2. Lokasi Kawasan Penataan Signage
(Sumber : Data Olah Primer) dagangannya.

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 514
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting

Pada gambar 3 nomor 1 adalah merupakan seperti: bentuk dan massa bangunan yang
lokasi pintu masuk kawasan pusat kota. Namun berbeda-beda, skala, penggunaan material,
belum ada signage berupa gapura selamat tekstur serta warna yang di terapkan pada kios-
datang sebagai penanda kawasan. Untuk kios juga mempengaruhi keserasian dan
gambar 3 nomor 2 adalah lokasi strategis untuk keseelarasan lingkungan. Garis sempadan
penempatan Master Plan berupa Peta Kawasan bangunan (GSB) sudah tidak jelas, kios-kios
untuk petunjuk arah bagi pendatang. Pada sudah sangat dekat dengan jalan. Kondisi ini
gambar 3 nomor 3 signage Mesjid Azizi yang menjadikan kawasan penelitian semraut.
sudah tua dan rusak dan tidak merefleksikan Dari hasil survey, dapat mengelompokkan jenis-
kawasan cagar budaya. jenis serta mengetahui jumlah papan reklame
yang ada di Jalan Jendral Sudirman, pusat kota
4 Tanjung Pura jenis papan reklame serta
jumlahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Papan Reklame pada Kawasan

1
NO JENIS PAPAN REKLAME JUMLAH

1. Papan Reklame Menempel 16 buah


2. Papan Reklame Menggantung 28 buah
2
3. Papan Reklame Tiang satu Kaki 4 buah
4. Papan Reklame Spanduk 15 buah

JUMLAH 68 buah
(Sumber : Survey Lapangan 2017)
3
Baliho atau papan reklame yang berukuran
Gambar 4. Identifikasi Signage Kawasan besar, termasuk dalam kategori Freestanding
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) Sign atau tanda-tanda, dalam hal ini papan
reklame yang berdiri sendiri yang didukung
Untuk gambar 3 nomor 4 merupakan oleh satu tiang (pole sign), adapun sifatnya
persimpangan jalan pada kawasan yang belum KIBL
AT

Permanent Sign yang berfungsi sebagai papan


mempunyai signage penunjuk arah jalan. Advertisi (signboard), komersial yang
NGAN
SERA

maksudnya untuk mempublikasikan kepentingan


TANG
AI BA
SUNG

dagang, memiliki jangka waktu pasang tertentu,


sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau
PASAR
PAJAK

PASAR
PAJAK
diundangkan, dalam hal ini peraturan
WALET
pemerintah daerah sebagai penghasilan daerah
WALET
serempat.
WALET

WALET WALET

WALET

WALET

WALET

WALET

Titik-titik penempatannya telah diatur oleh


WALET
NASIONAL

WALET
/ LINTAS
HAMZAH

WALET
JL. AMIR

pemerintah serta telah diadakan perjanjian


5 kontrak terlebih dahulu antara pemerintah
dengan pemasang iklan, untuk titik-titik
penempatan baliho terletak di tempat-tempat
MAKAM TOKOH
KERAJAAN
MELAYU
AN

yang strategis agar mudah dilihat oleh orang


NG
RA
SE
NG
TA
BA
AI
NG

yang lewat, pemasangannya tegak lurus dengan


SU

Gambar 5. Papan Reklame/Iklan di Kawasan Komersil


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) jalan dan kadang sedikit serong, dimaksudkan
untuk dapat melihat sejelas dan selama
Pada gambar 5 terdapat papan reklame yang mungkin papan reklame tersebut. Dimensi
besar hingga menutupi hampir seluruh fasad Baliho juga merupakan faktor yang harus
bangunan. Pemilik bangunan ruko membangun diperhatikan, hal ini berkaitan dengan
tanpa memperhatikan kondisi sekitarnya, luasan dan ketinggian papan reklame, luas
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 515
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura

ruang, penempatan (lokasi), dan kecepatan teratur sehingga tercipta harmonis kawasan
pergerakan agar tidak menimbulkan kekacauan yang selaras dengan lingkungan sekitar.
visual dan ketidakserasian terhadap lingkungan
sekitar. Jenis papan reklame kain/spanduk kawasan
pusat kota Tanjung Pura juga cukup banyak,
Untuk kawasan pusat kota Tanjung Pura yang dari hasil survey, reklame kain/spanduk
memiliki tingkat kecepatan kendaraan dan banyak digunakan oleh pedagang makanan,
dimensi bangunan yang rendah, seharusnya politisi untuk kampanye, pada warung -warung
dimensi Baliho juga tidak terlalu besar dan penjual makanan. Pemasangan spanduk
harus memperhatikan estetika lingkungan menggunakan tali dan diikatkan ke sembarang
sekitar. Tetapi karena tuntutan tingkat tempat. Reklame ini juga banyak digunakan oleh
pendapatan pajak reklame, maka dimensi yang para politisi yang ingin megkapanyekan dirinya.
ada pada daerah tersebut tidak terpengaruh dari KIBL
AT
Papan reklame dari kain banyak digunakan
faktor-faktor diatas. karena praktis, murah, termasuk dalam
NGAN

kategori Temporary Sign, karena bersifat


SERA
TANG
AI BA
SUNG

sementara/temporer serta dapat dilepas dan


dipasang setiap saat (tidak permanen), dan
PASAR
PAJAK

PASAR
PAJAK
memilki batas waktu sesuai dengan kebijakan KIBL
AT

9 WALET

perijinan setempat.
RANG
AN

WALET
G SE

WALET

WALET WALET
BATAN

WALET

WALET

WALET
AI

WALET
SUNG

WALET
NASIONAL

WALET
/ LINTAS
HAMZAH

WALET
JL. AMIR

6
PASAR
PAJAK

PASAR
PAJAK

WALET

MAKAM TOKOH
KERAJAAN
MELAYU
AN

WALET
NG

WALET
RA

WALET WALET
SE

8
WALET

WALET
NG
TA

WALET
BA
AI

WALET
NG

WALET
SU

NASIONAL

WALET
/ LINTAS
HAMZAH

WALET
JL. AMIR

MAKAM TOKOH
KERAJAAN
MELAYU
AN
NG
RA
SE
NG
TA
BA
AI
NG
SU

Gambar 7. Reklame Kain / Spanduk pada Kawasan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)

Pada gambar 7, terdapat reklame kain berupa


Gambar 6. Baliho pada Kawasan. spanduk yang digantung antar bangunan. Papan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) reklame dari kain ada yang berfungsi sebagai
informasi, khususnya yang berupa reklame
Pada gambar 6 terdapat baliho yang sudah tua spanduk, untuk menginformasi- kan kegiatan di
dan besar. Terdapat beberapa papan reklame suatu lokasi, keterangan tentang keadaan suatu
yang berukuran berbeda-beda dan tidak lingkungan, selain itu juga berfungsi sebagi
seragam. Selain itu penggunaan Baliho identitas kios dan ada yang bersifat komersial
tersebut kurang tepat karena tidak merefleksikan yang maksudnya adalah untuk mempublikasikan
karakter setempat. Jarak yang satu dengan yang kepentingan dagang, profesi, komoditi,
lainnya harus memadai dan menghindari pelayanan jasa, hiburan dan lain-lain. Reklame
kepadatan dan ketidakteraturan. Kondisi fisik spanduk termasuk jenis signage yang berfungsi
dari konstruksi baliho sudah berkarat dan sudah sebagai informasi, yaitu untuk
lama tidak dilakukan perawatan. Kondisi ini menginformasikan kegiatan di suatu lokasi,
dikuatirkan membahayakan pengguna jalan. sedangkan klasifikasinya termasuk kedalam
Baliho atau papan iklan besar yang jenis snipesing, karena diletakkan/dipasang
mendominasi visual dapat menciptakan pada pohon atau tiang, dan bersifat sementara.
pengaruh visual yang negatif pada kawasan.
Perlu dilakukan peremajaan papan iklan dengan Signage yang menempel pada bangunan,
dimensi yang seragam serta penempatan yang kebanyakan digunakan sebagai identitas kios
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 516
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting

atau toko yang bersangkutan. Signage yang bangunan masih banyak yang tidak selaras,
menempel pada dinding bangunan dikategorikan karena proporsi telalu besar.
sebagai wall sign, yang menjadi satu kesatuan
dengan dinding bangunannya. Pemasangan Penempatan papan reklame merupakan faktor
papan reklame jenis ini cukup praktis, serta yang sangat memepengaruhi penataan papan
mudah, hanya ditempel ke dinding maupun reklame agar terlihat rapi dan teratur, darihasil
pohon dengan menggunakan lem maupun survey lokasi, ada beberapa titik penempatan
paku (Gambar 8). Papan reklame jenis ini papan reklame yang sekiranya cukup
banyak di jumpai di kawasan pusat kota Tanjung bermasalah, dalam konteks peraturan
Pura yang dipasang di sembarang tempat, pemerintah, implementasi penempatan pada
sehingga kebersihan dan keindahan jalan tidak daerah lingkungan pendidikan yang kurang
terpelihara. Selain itu efek setelah reklame mencerminkan kawasan pendidikan. Titik-titik
tersebut rusak cukup menggangu bila tidak tersebut merupakan salah satu sampel dari
dibersihkan secara total, terutama yang permasalahan yang umum terjadi di jalan Jendral
menggunakan bahan dari kertas dan ditempel ke Sudirman pusat kota Tanjung Pura, terutama
dinding dengan menggunakan lem. pada penempatannya.
KIBL
AT
AN
RANG

Trotoar/bahu jalan di kawasan pusat kota


G SE
TAN
AI BA
SUNG

Tanjung Pura umumnya berupa reklame tiang,


dipasang dengan cara menanam tiang dari pipa
PASAR
PAJAK

PASAR
PAJAK
besi ke dalam trotoar yang digali dan dicor
WALET

dengan semen. Penempatannya sendiri cukup


WALET

WALET

WALET
WALET

WALET
mengganggu, baik sirkulasi maupun visual
pejalan kaki. Jalur pedestrian yang memiliki
WALET

WALET

WALET

WALET
NASIONAL

WALET
/ LINTAS
HAMZAH

WALET
JL. AMIR

lebar kurang lebih 150 cm sudah cukup sempit,


diambil lagi untuk lahan parkir, kunci dari
perancangan pedestrian agar nyaman adalah
MAKAM TOKOH
KERAJAAN
MELAYU

adanya keseimbangan antara penggunaan


pedestrian area dengan fasilitas bagi
AN
NG
RA
SE
NG
TA
BA
AI
NG

Gambar 8. Reklame Menempel pada Vegetasi kendaraan bermotor, dalam hal ini tempat
SU

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) parkir, selain itu adanya penempatan tiang
papan reklame dengan jarak antar tiang papan
Pada gambar 8 terdapat poster dan reklame yang reklame yang terlalu dekat, banyaknya
menempel pada vegetasi/pohon disepanjang pepohonan yang ada juga memberikan kesan
jalan. Sasaran dan fungsi papan reklame ini adanya pembatas jalur pedestrian yaitu antara
yaitu sebagai jati diri komersial (commercial kios-kios pedagang dengan tiang-tiang papan
identity) sebagai jatidiri pertokoan, seperti reklame dan pepohonan, sehingga pejalan kaki
papan nama (name plate), sign advertising terkesan berjalan pada ruang yang cukup sempit.
(papan reklame). Agar penerapannya tidak
menimbulkan kepadatan, dan ketidakteraturan Posisi papan reklame diatas banyak yang
visual, perlu adanya penataan jarak pemasangan dipasang tidak teratur, ada yang kearah jalan
antar reklame, penggunaan papan reklame harus maupun kearah jalur pedestrian, selain itu
dapat merefleksikan karakter kawasan, dalam ketinggian yang cukup rendah, jumlahnya yang
hal ini kawasan pendidikan, juga harus harmonis terlalu banyak, lokasi yang saling berdekatan
dengan bangunan Arsitektur dimana papan jarak dan ukuran papan reklame kurang
reklame tersebut berada (Richardson dalam memadai dan kurang diatur sedemikian rupa
Shirvani, 1985). Untuk pemasangan papan sehingga jarak penglihatan terlalu dekat, hal ini
reklame menggantung di kawasan pusat Kota juga menimbulkan kepadatan dan kekacaubalaun
Tanjung Pura, masih belum standar pemerintah visual. Pemerintah telah mengeluarkan
yang menetapkan bahwa ketinggian ruang peraturan mengenai pemasangan papan reklame
bebas minimal 2,50 meter, sedangkan pada pada trotoar, yaitu dengan ketentuan bahwa
kenyataannya kurang dari yang ditetapkan ketinggian ruang bebas minimal adalah 2,50
pemerintah, yaitu hanya sekitar 2 meter. Selain meter untuk reklame kecil, selain itu
itu banyak papan reklame yang menjorok ke pemasangan papan reklame tidak boleh
badan jalan. Dilihat dari keselarasan dengan melebihi/ menjorok ke badan jalan.
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 517
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura

Sasaran dan fungsi papan reklame ini yaitu ketidakteraturan visual; (3) Larangan untuk
sebagai jati diri komersial (commercial identity) papan iklan yang besar, yang mendominasi
sebagai jatidiri pertokoan, seperti papan visual sehingga menimbulkan pengaruh visual
nama (name plate), sign advertising (papan yang negative; (4) Kualitas rancangan dan
reklame). Papan reklame yang berada pada ukuran papan reklame pribadi harus diatur
trotoar termasuk dalam klasifikasi Freestanding untuk membentuk kesesuaian, serta
Sign atau tanda-tanda (papan reklame) yang mengurangi persaingan antar sesama iklan.
berdiri sendiri yang didukung oleh satu tiang
(pole sign), adapun sifatnya Permanent Sign Penataan Kawasan Pusat Kota Tanjung Pura
yang berfungsi sebagai papan Advertisi
(signboard), komersial yang maksudnya untuk Setiap memasuki kawasan perkotaan pastinya
mempublikasikan kepentingan dagang, memiliki ada sesuatu sign sebagai penanda bahwasanya
jangka waktu pasang tertentu, sesuai dengan telah tiba di suatu kawasan yang baru, biasanya
ketentuan yang berlaku atau diundangkan. ditandai dengan sebuah landmark ataupun
Untuk itu perlu adanya penataan ulang terhadap sebuah tanda (sign) juga sebagai
papan reklame yang ada atau kios-kios penanda/identitas kawasan. Namun kondisi
pedagang agar terlihat lebih rapi. kawasan pecinan, belum memiliki sign sebagai
penanda kawasan pusat Kota Tanjung Pura.
Di kawasan pusat kota Tanjung Pura
Penempatan Papan Reklame di luar sarana dan
prasarana kota yaitu pada bangunan pribadi
yang membuka toko maupun jasa, di sepanjang
jalan tersebut. Pemasangannya paling banyak
diterapkan oleh pedagang pemilik t o k o ,
karena adanya kebebasan pemasangan, di luar
sarana dan prasarana kota. Jenis reklame yang
dipasang adalah reklame papan, reklame kain,
dengan cara menempel, menggantung pada
bangunan maupun menggunakan tiang sebagai
penyangga. Karena ada kebebasan pemasangan,
serta kurangnya aturan yang baku serta
kurangnya pengawasan, maka timbul persaingan
antar pedagang untuk memasang papan reklame
pada daerahnya agar menarik perhatian
konsumen. Dilihat dari penempatannya,
reklame pada kios cukup membantu dalam
memberikan identitas toko tersebut. Selain pada
toko, penempatan papan reklame sering terlihat
pada kios- kios rokok yang bersifat tidak
permanen, biasanya berupa reklame menempel
mengenai suatu produk rokok, hal ini cukup Gambar 9. Titik Lokasi Penataan Signage Kawasan
efektif, karena kios-kios tersebut rata-rata (Sumber : Data Olah Primer)
menjual rokok, sehingga penawaran iklan ini
cukup mengena secara langsung kepada Penataan kawasan penelitian dilakukan pada
konsumen. lokasi yang terdapat pada gambar 9. Pada
kawasan ini terdapat bangunan cagar budaya
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kawasan pusat kota, kondisi penanda sign
dalam pemasangan maupun perletakannya, kawasan tersebut sangat tidak terawat padahal
sehingga informatif dilihat dan tidak terkesan pemerintah daerah telah menetapkan banguanan
semrawut, antara lain : (1) Penggunaan papan tersebut cagar budaya Kabupaten Langkat
reklame harus harmonis dengan bagunan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Langkat
arsitektur di sekitar lokasi; (2) Jarak dan Nomor 9 Tahun 2013 Tentang RTRW
ukuran tanda- tanda harus memadai dan diatur Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033. Perlu
sedemikian rupa agar menjamin jarak adanya penataan signage sebagai identitas
penglihatan dan menghindari kepadatan dan kawasan sebagai tanda citra bangunan cagar
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 518
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting

budaya terjaga dan dapat mudah di ini. Kondisi ini perlu adanya penataan signage
identifikasikan oleh pengunjung baik wisatawan berupa keseragaman desain yang tidak menutupi
lokal maupun mancanegara. fasad bangunan toko di kawasan tersebut.
Signage reklame seragam dengan dimensi yang
1 sama untuk memberikan kesan visual kawasan
yang sama, keseragaman ini diterapkan pada
seluruh reklame baik, produk, barang maupun
makanan serta hanya warna reklame yang
memberikan perbedaan pada visual kawasan.

Gambar 10. Penataan Signage Pintu Masuk Kawasan


(Sumber : Hasil Data Olah)

Strategi untuk tanda sign adalah harus adanya


sebuah tanda sign dalam memasuki kawasan
berupa gapura agar memberikan komunikasi
bahawasanya telah berada di kawasan Pusat
Kota Tanjung pura seperti pada gambar 10.
Gapura dibuat harus mampu merefleksikan 5
kawasan budaya kesultanan langkat sebagai
bagian dari sejarah kawasan.

Gambar 12. Penataan Reklame pada Bangunan Toko.


(Sumber : Hasil Data Olah)

Pada gambar 12, papan reklame yang menempel


tidak boleh menutupi fasad bangunan. Menurut
Shirvani (1985) bahwa Zona advertensi
Gambar 11. Penataan Signage sebagai Identitas (advertising zone), merupakan penempatan pada
Kawasan. (Sumber : Hasil Data Olah) fasade bangunan, bagi signage berukuran besar.
Dimensi signage untuk jalan-jalan dalam kota
Signage sebagai identitas kawasan harus dimiliki pasti akan berbeda dengan jalan bebas hambatan
pada kawasan ini dengan membuat monumen di seperti jalan tol. Perlu diperhatikan
persimpangan jalan utama seperti pada gambar pertimbangan skala signage yang disesuaikan
11. Pada pusat kota, kawasan pecinan dengan jangkauan dan proporsi sign terhadap
merupakan kawasan komersil yang sudah lama lingkungan sekitar. Penempatan signage di zona
berdiri mulai dari masa Kesultanan Langkat. Ini ini tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki.
terbukti dengan bangunan-bangunan yang Untuk kawasan pusat kota Tanjung Pura yang
sebahagian masih berdiri kokoh meskipun tidak memiliki tingkat kecepatan kendaraan dan
terawat dengan baik. Selain bentuk visual dimensi bangunan yang cukup rendah,
bangunan seragam, bangunan ini masih sehingga dimensi Baliho juga tidak terlalu
digunakan sebagai toko yang menjual berbagai besar dengan memperhatikan jarak antar
kebutuhan lokal. bangunan yang cukup dekat.
Penempatan, dimensi dan konstruksinya Baliho harus dipasang dengan konstruksi kuat
menghilangkan citra kawasan pecinan yang dan aman serta tetap dilakukan pengawasan
sebahagian sudah berubah bentuk oleh keinginan terhadap kondisi fisik secara berkala. Dengan
para pemilik toko. Terdapat banyak plank kondisi tersebut, maka dilakukan penataan
reklame menutupi fasad bangunan bersejarah dengan menciptakan keseragaman dimensi
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 519
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura

baliho dan dengan jarak yang sama (Gambar Pencahayaan dibuat dengan pemasangan lampu
13). Dengan perletakan dan dimensi tata spotlight yang mampu memberi penerangan
informasi ini akan menciptakan kawasan yang pada malam hari (Gambar 14). Untuk pemilihan
indah serta terhindar dari pencemaran visual. warna, dipilih untuk menarik perhatian publik
yang melihatnya, seperti dengan warna –warna
6 mencolok yang disesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya agar tidak menimbulkan kontras
terhadap lingkungan dan tidak mengurangi efek
negatif warna pada kawasan.

Papan reklame kain/spanduk di jalan Jendral


Sudirman pusat kota Tanjung Pura juga cukup
banyak, dan pada umumnya diikat di antara
tiang listrik, vegetasi maupun pilar lainnya. Juga
terdapat spanduk/poster yang ditempel pada
bangunan maupun vegetasi. Ada juga yang
Gambar 13. Penataan Perletakan dan dimensi Baliho tergantung dan membahayakan pengguna jalan.
yang seragam pada Kawasan. Kondisi ini dibiarkan begitu saja tanpa ada
pengawasan sehingga membuat kawasan
Jarak sign yang satu dengan yang lainnya harus menjadi semraut dan kumuh.
memadai dan menghindari kepadatan dan
kekacaubalauan (Shirvani, 1985). Dalam hal ini, 8
dimensi berhubungan dengan luasan dan
ketinggian signage. Beberapa faktor yang
mempengaruhi adalah lokasi (penempatan), luas
ruang, dan kecepatan pergerakan (Kelly and
Rosso, 1991).

Menurut Appleyard bahwa Tidak ada efek yang


menarik selain pencahayaan pada malam hari.
Dengan memanfaatkan efek penerangan pada
malam hari dibuat kombinasi pencahayaan yang
tidak beraturan sehingga signage akan
menambah suasana menjadi lebih hidup dan Gambar 15. Penataan Perletakan Papan reklame
menarik. Dasar pencahayaan signage pada kain/spanduk.
kawasan ini adalah Direct External Lighting,
penerangan langsung dari luar bidang. Dibuat Pada umumnya spanduk yang terdapat pada
dengan didominasi oleh sportlight ataupun kawasan ini berisi poster politik dan lainnya.
lampu sorot. Oleh sebab itu penantaan dibuat dengan
menyediakan lokasi/tempat khusus yang
permanen oleh pemerintah daerah. Sehingga
7 dapat disewakan dengan cara menempel pada
plank tersebut.

Menurut Rubenstein (1992) dalam bukunya


“Pedestrian Malls, Streetscape and Urban
Spaces” menerangkan bahwa tanda-tanda
informasi (informational sign), merupakan
tanda-tanda (signs) yang berfungsi untuk
memberikan informasi seperti petunjuk arah,
peta- peta dan tanda-tanda (signs) khusus yang
menunjukkan lokasi parkir, subway atau halte
bis. Dengan informasi tersebut akan menuntun
orang menuju tujuan tertentu. Untuk Kota
Gambar 14. Penataan Pencahayaan dan Warna Tanjung Pura belum memiliki master
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 520
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting

plan/grand design yang mengakibatkan Pada kawasan penelitian akan dibuatkan


kekaburan informasi tujuan di sekitar kawasan. petunjuk arah bagi publik pejalan kaki dengan
Untuk itu diperlukan master plan/grand design desain serta penempatan pada setiap
yang ditempatkan pada lokasi yang strategis persimpangan jalan. Diharapkan akan
memberikan kenyamanan kepada publik menuju
serta mudah untuk dilihat. suatu tempat tertentu pada kawasan. Hal ini juga
diperkuat dengan PERMEN Perhubungan RI
Nomor Pm 13 Tahun 2014.

Rubenstein (1992) dalam bukunya “Pedestrian


Malls, Streetscape and Urban Spaces” juga
menjelaskan bahwa signage merupakan Jati diri
(identitas) mal (mall identity), dapat berupa
symbol atau logo untuk memberikan identitas
suatu mal, dan logo tersebut dapat digunakan
untuk suatu informasi pada public. Mendukung
unsur informatif signage system terhadap
bangunan cagar budaya agar memberikan
arsitektur visual kawasan.
Gambar 16. Penataan Signage Master Plan berupa
Peta Kawasan
(Sumber : Hasil Data Olah)

Menurut Carr (1973), signage juga merupakan


petunjuk informasi kepada orang yang sedang
melintas, baik yang berjalan kaki maupun yang
menggunakan kendaraan. Sehingga signage
dapat memberikan arahan kepada publik untuk
mencapai tujuan tertentu. Signage dapat
menuntun orang menuju suatu tempat dan dapat Gambar 18. Penataan Signage Mesjid Azizi
menciptakan image bagi kota. (Sumber : Hasil Data Olah)

Penataan kembali desain signage Mesjid Azizi


4 dengan dimensi yang proporsional pada kawasan
tersebut memberikan informatif visual terdapat
bagunan cagar budaya yang dilindungi oleh
Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 9
Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033,
pasal 30.

KESIMPULAN

Tata informasi (signage) yang ada pada kawasan


pusat kota Tanjung Pura saat ini belum tertata
dengan baik. Kumuh dan semraut bahkan tidak
mencerminkan identitas kawasan sebagai
kawasan yang memiliki nilai sejarah Kesultanan
Langkat.

Belum adanya Peraturan daerah yang mengatur


secara tegas dan detail tentang tata kelola
signage memperparah keberadaan signage itu
sendiri pada kawasan. Penempatan signage di
sembarang tempat, desain yang tidak
mencerminkan karakter kawasan, dimensi
signage yang sampai menutupi fasad bangunan
Gambar 17. Penataan Petunjuk Arah bagi Pejalan
maupun visual ruang terbuka, serta kenyamanan
Kaki.
konstruksi papan reklame/baliho yang dapat

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 521
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura

membahayakan pengguna jalan, mendominasi Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New
keberadaan signage di kawasan tersebut. York: Van Nostrand Reinhold.
City Of Cambridge, Ontario-Canada, Heritage
Dengan kondisi seperti itu, maka sangat District Design Guidelines, 2016
diperlukan suatu program penataan yang Baines, Phil and Catherina Dixon. 2002. Signs
Lettering In The Environment.
mengacu pada PERMEN PU No. Dharmawan, E.Teori Dan Implementasi
20/PRT/M/2010 dan PERMEN Perhubungan RI Perancangan Kota, 2003
Nomor Pm 13 Tahun 2014. Penulis mencoba De Chiare & Koppelman,1997, Standart Perancangan
merekomendasikan suatu ide penataan signage Tapak.
sebagai salah satu elemen penting untuk Gallion-Einser, 1963,Urban Pattern, New York,
terciptanya karakter kawasan guna menunjang Van Nostrand Company Inc. Josep &
peningkatan sektor pariwisata di Kawasaan koppleman, Lee E, 1990, Guide For Cities,
Pusat Kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jakarta,Penerbit Erlangga
Robson,W.A., ed. Great Cities of the World:Their
Government, Politics and Planing. New York:
Macmillan Publishing Co, 1995
DAFTAR PUSTAKA Wood, Robert C. 1400 Government. Cambridge:
Havard University Press.
Kusrianto, Adi. Pengantar Tipografi. Jakarta: Elex Zahnd, markus. Perancangan kota secara
Media Komputindo. 2010, hlm 23. terpadu, teori perancangan kota dan
Supriyanto, Sugeng. Meraih Untung dari Spanduk penerapannya. Yogyakarta. 1999
hingga Billboard. Yogyakarta: Pustaka Appleyard, Donald. Livable Streets. London:
Grhatama. 2008, hlm. 55. University of California Press, Ltd. 1981, hlm.
Follis, John. Architectural Signing and Graphics. 16.
London: The Architectural Press Ltd., 1979, Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 9
hlm. 13. Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang
Rubenstein, Harvey. Pedestrian malls, streetscapes Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033.
and urban spaces.Canada: John Willey & Sons, PERMEN PU No. 20/PRT/M/2010 Tentang
Inc. 1992, hlm. 139. Penempatan Pemasangan Iklan dan Media
Rubenstein, Harvey. A guide to site planning and Informasi.
landscape construction. Canada: John Wiley & PERMEN Perhubungan RI Nomor Pm 13 Tahun
Sons, Inc. 1996, hlm. 141. 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas.
Carr, S. (1973). City, sign and light: a policy study.
MIT Press, Cambridge University Press

Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 522
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai