ABSTRAK
Signage merupakan tanda/bentuk informasi yang mempengaruhi ruang terbuka pada suatu kawasan
secara visual. Pada pusat Kota Tanjung Pura terdapat beragam signage yang tumbuh dan
berkembang menghiasi wajah pusat kota. Namun seiring perkembangan waktu keberadaan signage
tersebut menimbulkan permasalahan yang mengakibatkan pencemaran visual pada kawasan
tersebut, seperti perletakan, kondisi fisik sudah rusak, ukuran dan desain yang tidak merefleksikan
kawasan yang harmonis dan identitas kota. Untuk itu penelitian ini akan menganalisa kawasan
penelitian dengan beberapa variabel signage seperti papan reklame, identitas kawasan, petunjuk
arah jalan, pencahayaan dan pewarnaan. Tujuannya adalah untuk memberikan suatu ide penataan
kembali signage sehingga tercipta citra kawasan yang menjadi daya tarik di kawasan pusat Kota
Tanjung Pura. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kualitatif dengan
peninjauan (observasi) langsung di lapangan. Kesimpulan penelitian ini adalah terciptanya tatanan
signage sebagai citra visual yang dapat meningkatkan aktivitas perdagangan (komersil) dan pariwisata
di kawasaan pusat Kota Tanjung Pura.
toko, atau dipinggir-pinggir jalan serta memiliki rambu pada highway, lampu-lampu lalu-lintas,
masa waktu sesuai kebijakan dan perijinan rute perjalanan, tanda parkir, tanda berhenti,
setempat. penyeberangan pejalan kaki dan tanda
penunjuk arah; (3) Jati diri komersial
Oleh sebab itu signage merupakan salah satu (commercial identity), dimana penempatan sign
elemen penting pembentuk suatu kawasan, bila pada bangunan sebagai jatidiri pertokoan seperti
tidak ditangani dengan baik menimbulkan papan nama (name Plate), papan advertensi
ketidakteraturan visual suatu kawasan. (sign advertising) disepanjang jalan, atau blok
Penanganan dilakukan dengan cara penataan bangunan; (4) Tanda-tanda informasi
signage, sehingga identitas suatu kawasan dapat (informational sign), merupakan tanda-tanda
menjadi ciri khas yang konsisten secara (signs) yang berfungsi untuk memberikan
keseluruhan. Penataan signage juga tidak informasi seperti petunjuk arah, peta- peta dan
terlepas dari peraturan dan ketentuan yang tanda-tanda (signs) khusus yang menunjukkan
berlaku serta tetap mempertimbangkan lokasi parkir, subway atau halte bis. Dengan
kesesuaian karakter dan identitas kawasan informasi tersebut akan menuntun orang
sehingga mampu menambah kualitas visual menuju tujuan tertentu.
kawasan tersebut.
Pada dasarnya signage juga merupakan petunjuk
Kawasan pusat Kota Tanjung Pura Kabupaten informasi kepada orang yang sedang melintas,
Langkat, terdapat permasalahan tata informasi baik yang berjalan kaki maupun yang
(signage) yang kondisi dan keberadaannya menggunakan kendaraan. Sehingga signage
merefleksikan kawasan kumuh dan semraut. Hal dapat memberikan arahan kepada publik untuk
ini terlihat jelas seperti perletakan yang mencapai tujuan tertentu. Signage dapat
sembarangan bahkan menempel pada vegetasi, menuntun orang menuju suatu tempat dan dapat
kondisi fisik sudah lama bahkan menciptakan image bagi kota. Ada dua kategori
membahayakan pengguna jalan, ukuran dan signs (Carr, 1973), yaitu : (1) Public
desain tidak beraturan sehingga tidak menarik environmental information, merupakan semua
bahkan menutupi fasad bangunan, serta tidak jenis penanda yang ada dalam kawasan seperti
terdapat tanda yang menunjukkan identitas traffic signs, nama jalan, papan informasi,
kawasan tersebut. penunjuk arah, rute bis; (2) Private Signs,
merupakan penanda yang berhubungan dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah identifikasi dan kegiatan komersial. Penempatan signage pada
penataan kembali tata informasi (signage) sesuai ruang kota baik di bangunan maupun ruang
ketentuan, kebijakan serta kebutuhan yang terbuka, dapat memberikan dampak positif atau
mampu merefleksikan identitas kawasan negatif bagi kawasan tersebut.
Pecinan Kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat
secara visual. Shirvani (1985) mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan estetika lingkungan kota maka
Kajian Pustaka dituntut karakteristik signage sebagai berikut:
(1) Penggunaan signage harus dapat
Tata Informasi (Signage) Kawasan Perkotaan merefleksikan karakter suatu tempat; (2) Jarak
sign yang satu dengan yang lainnya harus
Tata informasi (signage) pada suatu kawasan memadai dan menghindari kepadatan dan
merupakan media komunikasi visual yang kekacaubalauan; (3) Penggunaan sign harus
berisikan pesan/informasi melaui integrasi harmonis dengan bangunan arsitektur dimana
bahasa visual dengan lingkungannya. Ada empat sign tersebut berada; (4) Pembatas lampu dan
fungsi utama signage/penandaan yang sign, kecuali untuk teater dan entertaiment lain.
dikemukakan oleh Rubenstein (1992) dalam Lokasi (penempatan) signage menurut
bukunya “Pedestrian Malls, Streetscape and peruntukannya, dibagi dalam zona-zona
Urban Spaces”, yaitu : (1) Jati diri (identitas) (Shirvani, 1985) : (a) Zona Pesdestrian
mal (mall identity), dapat berupa symbol atau (identifikasi), merupakan informasi untuk
logo untuk memberikan identitas suatu mal, kepentingan umum, agar mudah mengenali
dan logo tersebut dapat digunakan untuk suatu bangunan, rancangan etalase dan sebagainya.
informasi kepada publik; (2) Rambu-rambu lalu Sebagai petunjuk dan orientasi bagi para pejalan
lintas (traffic sign), yang meliputi rambu- kaki, untuk signage berukuran kecil; (b) Zona
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 512
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting
lalu lintas (traffic zone), yaitu penempatan pada Beberapa aturan penataan signage yang
badan atau pulau jalan. Untuk signage yang diberlakukan di Kota Cambridge, Ontario-
relevan sebagai kontrol dan pergerakan lalu Canada antara lain : (a) Signage yang baru harus
lintas dan sirkulasi; (c) Zona advertensi memiliki karakter kawasan dan tidak boleh
(advertising zone), merupakan penempatan pada menghalangi sirkulasi pejalan kaki; (b)
fasade bangunan, bagi signage berukuran besar. Pemasangan signage pada bangunan tidak
Penempatan signage di zona ini tidak diperbolehkan menutupi fasade bangunan; (c)
mengganggu sirkulasi pejalan kaki. signage pada jendela tidak boleh melebihi 25%
dari ukuran jendela; (d) Bangunan baru harus
Tidak ada efek yang menarik selain menggabungkan papan nama menjadi integral
pencahayaan pada malam hari (Appleyard dalam fitur fasad bangunan, bukan yang mendominasi
Semardon, 1986 : 16). Efek utama pencahayaan fitur overlay fasad; (e) Warna harus sesuai
adalah penerangan pada malam hari, karena dengan palet warna heritage bangunan dan
pada kondisi itu dapat terlihat node-node akibat berkoordinasi dengan bangunan bagian depan;
cahaya yang ditimbulkan pencahayaan oleh (f) Sign huruf, grafik dan warna harus dipilih
signage. Pencahayaan pada signage akan untuk mempromosikan karakter kawasan, dan
menambah suasana menjadi lebih hidup dan harus terlihat dari jarak yang sesuai berdasarkan
menarik karena aspek kejelasan, pencahayaan fungsi dan lokasi tanda; (g) Huruf teks harus
berfungsi estetis. Ada tiga dasar pencahayaan mudah dibaca, tidak reflektif, dan memiliki
signage, yaitu : (1) Internal Lighting, penyinaran warna kontras yang kuat ke latar belakang dan
yang berasal dari permukiman bidang; (2) Direct Angka harus ditampilkan dalam angka Romawi.
External Lighting, penerangan langsung dari
luar bidang seperti sportlight, lampu sorot; (3) Peraturan Perundang-undangan
External but integral to signage, penyinaran dari
luar tapi integral dengan signage, seperti lampu PERMEN PU No. 20/PRT/M/2010, penempatan
bolam. Selain faktor kejelasan (legibility), pemasangan iklan dan media informasi terkait
estetika merupakan pertimbangan utama dalam penenpatannya pada sisi terluar ruang milik
pemilihan warna signage. Karena sasaran jalan, desain dan pemilihan bahan/material yang
signage adalah untuk menarik perhatian publik digunakan. Pada pasal 10 ditegaskan tentang
yang melihatnya, maka signage dibuat dengan ketersediaan signage sebagai media informasi
warna-warna mencolok yang disesuaikan publik harus tidak mengganggu keamanan dan
dengan lingkungan sekitarnya agar tidak keselamatan pengguna jalan dan tidak
menimbulkan kontras terhadap lingkungan dan mengganggu fungsi ruang milik jalan.
tidak mengurangi efek negatif warna pada
kawasan. PERMEN Perhubungan RI Nomor Pm 13 Tahun
2014 tentang rambu lalu lintas yang dibagi
Studi Banding Signage di Kota Cambridge, berdasarkan jenisnya yaitu : (a) Rambu
Ontario-Canada Peringatan; (b) Rambu Larangan; (c) Rambu
Perintah; (d) Rambu Petunjuk.
METODE PENELITIAN
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 514
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting
Pada gambar 3 nomor 1 adalah merupakan seperti: bentuk dan massa bangunan yang
lokasi pintu masuk kawasan pusat kota. Namun berbeda-beda, skala, penggunaan material,
belum ada signage berupa gapura selamat tekstur serta warna yang di terapkan pada kios-
datang sebagai penanda kawasan. Untuk kios juga mempengaruhi keserasian dan
gambar 3 nomor 2 adalah lokasi strategis untuk keseelarasan lingkungan. Garis sempadan
penempatan Master Plan berupa Peta Kawasan bangunan (GSB) sudah tidak jelas, kios-kios
untuk petunjuk arah bagi pendatang. Pada sudah sangat dekat dengan jalan. Kondisi ini
gambar 3 nomor 3 signage Mesjid Azizi yang menjadikan kawasan penelitian semraut.
sudah tua dan rusak dan tidak merefleksikan Dari hasil survey, dapat mengelompokkan jenis-
kawasan cagar budaya. jenis serta mengetahui jumlah papan reklame
yang ada di Jalan Jendral Sudirman, pusat kota
4 Tanjung Pura jenis papan reklame serta
jumlahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1
NO JENIS PAPAN REKLAME JUMLAH
JUMLAH 68 buah
(Sumber : Survey Lapangan 2017)
3
Baliho atau papan reklame yang berukuran
Gambar 4. Identifikasi Signage Kawasan besar, termasuk dalam kategori Freestanding
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) Sign atau tanda-tanda, dalam hal ini papan
reklame yang berdiri sendiri yang didukung
Untuk gambar 3 nomor 4 merupakan oleh satu tiang (pole sign), adapun sifatnya
persimpangan jalan pada kawasan yang belum KIBL
AT
PASAR
PAJAK
diundangkan, dalam hal ini peraturan
WALET
pemerintah daerah sebagai penghasilan daerah
WALET
serempat.
WALET
WALET WALET
WALET
WALET
WALET
WALET
WALET
/ LINTAS
HAMZAH
WALET
JL. AMIR
ruang, penempatan (lokasi), dan kecepatan teratur sehingga tercipta harmonis kawasan
pergerakan agar tidak menimbulkan kekacauan yang selaras dengan lingkungan sekitar.
visual dan ketidakserasian terhadap lingkungan
sekitar. Jenis papan reklame kain/spanduk kawasan
pusat kota Tanjung Pura juga cukup banyak,
Untuk kawasan pusat kota Tanjung Pura yang dari hasil survey, reklame kain/spanduk
memiliki tingkat kecepatan kendaraan dan banyak digunakan oleh pedagang makanan,
dimensi bangunan yang rendah, seharusnya politisi untuk kampanye, pada warung -warung
dimensi Baliho juga tidak terlalu besar dan penjual makanan. Pemasangan spanduk
harus memperhatikan estetika lingkungan menggunakan tali dan diikatkan ke sembarang
sekitar. Tetapi karena tuntutan tingkat tempat. Reklame ini juga banyak digunakan oleh
pendapatan pajak reklame, maka dimensi yang para politisi yang ingin megkapanyekan dirinya.
ada pada daerah tersebut tidak terpengaruh dari KIBL
AT
Papan reklame dari kain banyak digunakan
faktor-faktor diatas. karena praktis, murah, termasuk dalam
NGAN
PASAR
PAJAK
memilki batas waktu sesuai dengan kebijakan KIBL
AT
9 WALET
perijinan setempat.
RANG
AN
WALET
G SE
WALET
WALET WALET
BATAN
WALET
WALET
WALET
AI
WALET
SUNG
WALET
NASIONAL
WALET
/ LINTAS
HAMZAH
WALET
JL. AMIR
6
PASAR
PAJAK
PASAR
PAJAK
WALET
MAKAM TOKOH
KERAJAAN
MELAYU
AN
WALET
NG
WALET
RA
WALET WALET
SE
8
WALET
WALET
NG
TA
WALET
BA
AI
WALET
NG
WALET
SU
NASIONAL
WALET
/ LINTAS
HAMZAH
WALET
JL. AMIR
MAKAM TOKOH
KERAJAAN
MELAYU
AN
NG
RA
SE
NG
TA
BA
AI
NG
SU
atau toko yang bersangkutan. Signage yang bangunan masih banyak yang tidak selaras,
menempel pada dinding bangunan dikategorikan karena proporsi telalu besar.
sebagai wall sign, yang menjadi satu kesatuan
dengan dinding bangunannya. Pemasangan Penempatan papan reklame merupakan faktor
papan reklame jenis ini cukup praktis, serta yang sangat memepengaruhi penataan papan
mudah, hanya ditempel ke dinding maupun reklame agar terlihat rapi dan teratur, darihasil
pohon dengan menggunakan lem maupun survey lokasi, ada beberapa titik penempatan
paku (Gambar 8). Papan reklame jenis ini papan reklame yang sekiranya cukup
banyak di jumpai di kawasan pusat kota Tanjung bermasalah, dalam konteks peraturan
Pura yang dipasang di sembarang tempat, pemerintah, implementasi penempatan pada
sehingga kebersihan dan keindahan jalan tidak daerah lingkungan pendidikan yang kurang
terpelihara. Selain itu efek setelah reklame mencerminkan kawasan pendidikan. Titik-titik
tersebut rusak cukup menggangu bila tidak tersebut merupakan salah satu sampel dari
dibersihkan secara total, terutama yang permasalahan yang umum terjadi di jalan Jendral
menggunakan bahan dari kertas dan ditempel ke Sudirman pusat kota Tanjung Pura, terutama
dinding dengan menggunakan lem. pada penempatannya.
KIBL
AT
AN
RANG
PASAR
PAJAK
besi ke dalam trotoar yang digali dan dicor
WALET
WALET
WALET
WALET
WALET
mengganggu, baik sirkulasi maupun visual
pejalan kaki. Jalur pedestrian yang memiliki
WALET
WALET
WALET
WALET
NASIONAL
WALET
/ LINTAS
HAMZAH
WALET
JL. AMIR
Gambar 8. Reklame Menempel pada Vegetasi kendaraan bermotor, dalam hal ini tempat
SU
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017) parkir, selain itu adanya penempatan tiang
papan reklame dengan jarak antar tiang papan
Pada gambar 8 terdapat poster dan reklame yang reklame yang terlalu dekat, banyaknya
menempel pada vegetasi/pohon disepanjang pepohonan yang ada juga memberikan kesan
jalan. Sasaran dan fungsi papan reklame ini adanya pembatas jalur pedestrian yaitu antara
yaitu sebagai jati diri komersial (commercial kios-kios pedagang dengan tiang-tiang papan
identity) sebagai jatidiri pertokoan, seperti reklame dan pepohonan, sehingga pejalan kaki
papan nama (name plate), sign advertising terkesan berjalan pada ruang yang cukup sempit.
(papan reklame). Agar penerapannya tidak
menimbulkan kepadatan, dan ketidakteraturan Posisi papan reklame diatas banyak yang
visual, perlu adanya penataan jarak pemasangan dipasang tidak teratur, ada yang kearah jalan
antar reklame, penggunaan papan reklame harus maupun kearah jalur pedestrian, selain itu
dapat merefleksikan karakter kawasan, dalam ketinggian yang cukup rendah, jumlahnya yang
hal ini kawasan pendidikan, juga harus harmonis terlalu banyak, lokasi yang saling berdekatan
dengan bangunan Arsitektur dimana papan jarak dan ukuran papan reklame kurang
reklame tersebut berada (Richardson dalam memadai dan kurang diatur sedemikian rupa
Shirvani, 1985). Untuk pemasangan papan sehingga jarak penglihatan terlalu dekat, hal ini
reklame menggantung di kawasan pusat Kota juga menimbulkan kepadatan dan kekacaubalaun
Tanjung Pura, masih belum standar pemerintah visual. Pemerintah telah mengeluarkan
yang menetapkan bahwa ketinggian ruang peraturan mengenai pemasangan papan reklame
bebas minimal 2,50 meter, sedangkan pada pada trotoar, yaitu dengan ketentuan bahwa
kenyataannya kurang dari yang ditetapkan ketinggian ruang bebas minimal adalah 2,50
pemerintah, yaitu hanya sekitar 2 meter. Selain meter untuk reklame kecil, selain itu
itu banyak papan reklame yang menjorok ke pemasangan papan reklame tidak boleh
badan jalan. Dilihat dari keselarasan dengan melebihi/ menjorok ke badan jalan.
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 517
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura
Sasaran dan fungsi papan reklame ini yaitu ketidakteraturan visual; (3) Larangan untuk
sebagai jati diri komersial (commercial identity) papan iklan yang besar, yang mendominasi
sebagai jatidiri pertokoan, seperti papan visual sehingga menimbulkan pengaruh visual
nama (name plate), sign advertising (papan yang negative; (4) Kualitas rancangan dan
reklame). Papan reklame yang berada pada ukuran papan reklame pribadi harus diatur
trotoar termasuk dalam klasifikasi Freestanding untuk membentuk kesesuaian, serta
Sign atau tanda-tanda (papan reklame) yang mengurangi persaingan antar sesama iklan.
berdiri sendiri yang didukung oleh satu tiang
(pole sign), adapun sifatnya Permanent Sign Penataan Kawasan Pusat Kota Tanjung Pura
yang berfungsi sebagai papan Advertisi
(signboard), komersial yang maksudnya untuk Setiap memasuki kawasan perkotaan pastinya
mempublikasikan kepentingan dagang, memiliki ada sesuatu sign sebagai penanda bahwasanya
jangka waktu pasang tertentu, sesuai dengan telah tiba di suatu kawasan yang baru, biasanya
ketentuan yang berlaku atau diundangkan. ditandai dengan sebuah landmark ataupun
Untuk itu perlu adanya penataan ulang terhadap sebuah tanda (sign) juga sebagai
papan reklame yang ada atau kios-kios penanda/identitas kawasan. Namun kondisi
pedagang agar terlihat lebih rapi. kawasan pecinan, belum memiliki sign sebagai
penanda kawasan pusat Kota Tanjung Pura.
Di kawasan pusat kota Tanjung Pura
Penempatan Papan Reklame di luar sarana dan
prasarana kota yaitu pada bangunan pribadi
yang membuka toko maupun jasa, di sepanjang
jalan tersebut. Pemasangannya paling banyak
diterapkan oleh pedagang pemilik t o k o ,
karena adanya kebebasan pemasangan, di luar
sarana dan prasarana kota. Jenis reklame yang
dipasang adalah reklame papan, reklame kain,
dengan cara menempel, menggantung pada
bangunan maupun menggunakan tiang sebagai
penyangga. Karena ada kebebasan pemasangan,
serta kurangnya aturan yang baku serta
kurangnya pengawasan, maka timbul persaingan
antar pedagang untuk memasang papan reklame
pada daerahnya agar menarik perhatian
konsumen. Dilihat dari penempatannya,
reklame pada kios cukup membantu dalam
memberikan identitas toko tersebut. Selain pada
toko, penempatan papan reklame sering terlihat
pada kios- kios rokok yang bersifat tidak
permanen, biasanya berupa reklame menempel
mengenai suatu produk rokok, hal ini cukup Gambar 9. Titik Lokasi Penataan Signage Kawasan
efektif, karena kios-kios tersebut rata-rata (Sumber : Data Olah Primer)
menjual rokok, sehingga penawaran iklan ini
cukup mengena secara langsung kepada Penataan kawasan penelitian dilakukan pada
konsumen. lokasi yang terdapat pada gambar 9. Pada
kawasan ini terdapat bangunan cagar budaya
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kawasan pusat kota, kondisi penanda sign
dalam pemasangan maupun perletakannya, kawasan tersebut sangat tidak terawat padahal
sehingga informatif dilihat dan tidak terkesan pemerintah daerah telah menetapkan banguanan
semrawut, antara lain : (1) Penggunaan papan tersebut cagar budaya Kabupaten Langkat
reklame harus harmonis dengan bagunan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Langkat
arsitektur di sekitar lokasi; (2) Jarak dan Nomor 9 Tahun 2013 Tentang RTRW
ukuran tanda- tanda harus memadai dan diatur Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033. Perlu
sedemikian rupa agar menjamin jarak adanya penataan signage sebagai identitas
penglihatan dan menghindari kepadatan dan kawasan sebagai tanda citra bangunan cagar
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 518
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Anthoni Rantho Sianipar, Nurlisa Ginting
budaya terjaga dan dapat mudah di ini. Kondisi ini perlu adanya penataan signage
identifikasikan oleh pengunjung baik wisatawan berupa keseragaman desain yang tidak menutupi
lokal maupun mancanegara. fasad bangunan toko di kawasan tersebut.
Signage reklame seragam dengan dimensi yang
1 sama untuk memberikan kesan visual kawasan
yang sama, keseragaman ini diterapkan pada
seluruh reklame baik, produk, barang maupun
makanan serta hanya warna reklame yang
memberikan perbedaan pada visual kawasan.
baliho dan dengan jarak yang sama (Gambar Pencahayaan dibuat dengan pemasangan lampu
13). Dengan perletakan dan dimensi tata spotlight yang mampu memberi penerangan
informasi ini akan menciptakan kawasan yang pada malam hari (Gambar 14). Untuk pemilihan
indah serta terhindar dari pencemaran visual. warna, dipilih untuk menarik perhatian publik
yang melihatnya, seperti dengan warna –warna
6 mencolok yang disesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya agar tidak menimbulkan kontras
terhadap lingkungan dan tidak mengurangi efek
negatif warna pada kawasan.
KESIMPULAN
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 521
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Penataan Signage di Pusat Kota Tanjung Pura
membahayakan pengguna jalan, mendominasi Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New
keberadaan signage di kawasan tersebut. York: Van Nostrand Reinhold.
City Of Cambridge, Ontario-Canada, Heritage
Dengan kondisi seperti itu, maka sangat District Design Guidelines, 2016
diperlukan suatu program penataan yang Baines, Phil and Catherina Dixon. 2002. Signs
Lettering In The Environment.
mengacu pada PERMEN PU No. Dharmawan, E.Teori Dan Implementasi
20/PRT/M/2010 dan PERMEN Perhubungan RI Perancangan Kota, 2003
Nomor Pm 13 Tahun 2014. Penulis mencoba De Chiare & Koppelman,1997, Standart Perancangan
merekomendasikan suatu ide penataan signage Tapak.
sebagai salah satu elemen penting untuk Gallion-Einser, 1963,Urban Pattern, New York,
terciptanya karakter kawasan guna menunjang Van Nostrand Company Inc. Josep &
peningkatan sektor pariwisata di Kawasaan koppleman, Lee E, 1990, Guide For Cities,
Pusat Kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jakarta,Penerbit Erlangga
Robson,W.A., ed. Great Cities of the World:Their
Government, Politics and Planing. New York:
Macmillan Publishing Co, 1995
DAFTAR PUSTAKA Wood, Robert C. 1400 Government. Cambridge:
Havard University Press.
Kusrianto, Adi. Pengantar Tipografi. Jakarta: Elex Zahnd, markus. Perancangan kota secara
Media Komputindo. 2010, hlm 23. terpadu, teori perancangan kota dan
Supriyanto, Sugeng. Meraih Untung dari Spanduk penerapannya. Yogyakarta. 1999
hingga Billboard. Yogyakarta: Pustaka Appleyard, Donald. Livable Streets. London:
Grhatama. 2008, hlm. 55. University of California Press, Ltd. 1981, hlm.
Follis, John. Architectural Signing and Graphics. 16.
London: The Architectural Press Ltd., 1979, Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 9
hlm. 13. Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang
Rubenstein, Harvey. Pedestrian malls, streetscapes Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033.
and urban spaces.Canada: John Willey & Sons, PERMEN PU No. 20/PRT/M/2010 Tentang
Inc. 1992, hlm. 139. Penempatan Pemasangan Iklan dan Media
Rubenstein, Harvey. A guide to site planning and Informasi.
landscape construction. Canada: John Wiley & PERMEN Perhubungan RI Nomor Pm 13 Tahun
Sons, Inc. 1996, hlm. 141. 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas.
Carr, S. (1973). City, sign and light: a policy study.
MIT Press, Cambridge University Press
Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia “ 522
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara