Oleh :
Andrew Ronaldo Sumayku
(Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado,
ic3wat3r@gmail.com
Pingkan P. Egam
(Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado
Judy O. Waani
(Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado)
Abstrak
Melihat arah pengembangan kota Manado sebagai kota ekowisata yang berdaya saing tinggi mengacu dari
Visi Kota Manado sebagai Kota Cerdas, lebih membuka peluang terhadap pengembangan berbagai fungsi dan
aktifitas terutama pada kawasan reklamasi Boulevard On Bussiness. Koridor jalan Pierre Tendean berperan sebagai
sumbu penghubung kawasan tersebut sudah diwarnai dengan berbagai macam fungsi dan aktifitas tercermin dari
visualnya, citra kawasan pun dipertanyakan kejelasannya.
Penelitian ini mengkaji kualitas visual dari koridor Jalan Pierre Tendean dengan menggunakan media teori
serial vision menyangkut place dan content, untuk menentukan citra kawasannya. Dimana citra kawasan ditentukan
dari kualitas visual dan untuk melihat visualisasi koridor diperlukan media serial vision untuk menyusun sequences.
Untuk mempermudah dalam analisis, digunakan metode Fragmentasi terhadap visualisasi yang didapatkan, dimana
data – data visual diurutkan dalam sequences dan dibagi dalam beberapa fragment. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu kuantitatif dengan pendekatan statistik deskriptif.
Hasil Penelitian ini, menyimpulkan bahwa tingkat kualitas visual berdasarkan aspek legibility (pengenalan)
terbesar ada pada kawasan koridor Manado Town Square, sementara citra kawasan koridor Jalan Pierre Tendean
yaitu merupakan kawasan perniagaan dengan gaya arsitektur modern.
83
Zahnd (2012), menyebutkan bahwa koridor dibentuk B. Serial Vision
oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang Serial Vision merupakan suatu Pendekatan
membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dua secara visual yang bisa diterapkan dalam suatu
kawasan atau wilayah kota secara netral. Dengan pengamatan kota (Cullen,1961). Didalam bukunya
kata lain, koridor merupakan ruang berupa plaza, The Concise Townscape Gordon mengemukakan
jalan atau lorong memanjang yang terbentuk oleh bahwa seri pemandangan, atau gambaran – gambaran
deretan bangunan, pohon, atau perabot jalan untuk visual yang ditangkap oleh pengamat yang terjadi
menghubungkan dua kawasan dan menampilkan saat berjalan dari suatu tempat ke tempat yang lain
kualitas fisik ruang tersebut. Spesifikasi dan pada suatu kawasan, rekaman pandangan tersebut
karakteristik fisik dan non fisik pada suatu koridor menjadi potongan – potongan (fragmentasi) gambar
jalan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan yang bertahap dan membentuk suatu rekaman
wajah dan bentuk koridor itu sendiri. Keberadaan gambar kawasan.
suatu koridor sebagai pembentuk arsitektur kawasan Serial vision merupakan suatu media dalam
kota tidak akan lepas dari elemen-elemen pembentuk menyusun sequence, yang dalam hal ini sequence
citra koridor tersebut (Krier,1979), yaitu: merupakan tata urutan yang tersusun dan berlanjut
a. Wujud bangunan (continue) antara lingkungan satu dengan yang
Merupakan wajah atau tampak dan bentuk bangunan lainnya. Hal penting yang berkaitan dengan
yang ada di sepanjang koridor. Wajah dan bentuk penciptaan sequence terdiri atas:
bangunan tersebut merupakan tampak keseluruhan a. Existing View, adalah view yang berada di
dari suatu koridor yang mampu mewujudkan depan pengamat, pengamat berada dalam
identitas dan citra arsitektur suatu kawasan. existing view
b. Figure ground b. Emerging View, adalah view yang akan terjadi
Merupakan hubungan penggunaan lahan untuk massa atau yang akan muncul bila terjadi pergerakan
bangunan dan ruang terbuka. Struktur tata ruang kota pengamat
menurut Trancik (1986: 101) terdiri dari dua elemen Sementara didalam sequences faktor penting
pokok, yaitu massa bangunan kawasan (urban solid) yang perlu diamati berkaitan dengan
dan ruang terbuka kawasan (urban void). Kedua a. Place
elemen tersebut membentuk pola padat rongga ruang Pada dasarnya untuk merasakan suatu kesadaran
kota yang memperlihatkan struktur ruang kawasan terhadap posisi disini (here) dan disana (there),
kota dengan jelas. merasakan perbedaan berada di dalam, pada saat
c. Street and Pedestrian ways sedang memasuki ruang, diluar, dan sedang
Merupakan jalur jalan pergerakan kendaraan dan meninggalkan ruang. Berkenaan dengan reaksi
bagi pejalan kaki yang dilengkapi dengan parkir, pengamatan lingkungan terhadap posisi pengamat
elemen perabot jalan (street furniture), tata tanda dalam lingkungannya, sehingga diperoleh situasi
(signage), dan pengaturan vegetasi sehingga mampu yang dramatis dengan indikator posisi, hubungan
menyatu terhadap lingkungan. Koridor jalan dan jalur tempat, dan kontinuitas. Suatu koridor tidak hanya
pejalan kaki merupakan ruang pergerakan linear dirasakan sebagai bentuk ruang, tetapi dapat
sebagai sarana sirkulasi dan aktivitas manusia dengan dirasakan sebagai tempat bermakna (place) yang
skala padat. berhubungan dengan reaksi posisi tubuh pengamat
84
berada dalam suatu lingkungan tertentu sesederhana yang kuat pada setiap pengamatnya, dimana objek
apapun. bukan hanya lagi dapat dilihat tetapi dapat dirasakan.
b. Mengenai isi (content)
Bertujuan untuk eksplorasi rasa sehingga pengamat METODE PENELITIAN
dapat merasakan keunikan tempat oleh detail estetis
Penelitian ini menggunakan metode survey
yang diberikan pada tempat tertentu. Pembeda
dimana peneliti mencoba mendeskripsikan data yang
suasana oleh ini (this) dan itu (that) digunakan
diambil dari observasi lapangan secara kualitatif dan
mengisi suatu tempat berkaitan dengan fabrics of
kemudian mencoba menganalisis variabel data
town.
berdasarkan statistik kuantitatif. Untuk itu
C. Citra Kota
dibutuhkan data visual lapangan, memilah-milah data
Menurut kevin Lynch (1959), Suatu citra (Image)
kemudian melakukan scoring terhadap variabelnya.
Kota adalah hasil dari suatu kesan pengamatan
Survey adalah metode penelitian dengan
terhadap sesuatu yang terlihat. Lynch
menggunakan kuesioner sebagai instrumen
mengungkapkan bahwa identitas diperlukan bagi
pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh
seseorang untuk membentuk kepekaannya terhadap
informasi tentang sejumlah responden yang dianggap
suatu tempat, dan bentuk paling sederhana dari
mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses
kepekaan ruang (sense of place) adalah identitas.
pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat
Sebuah kesadaran dari seseorang untuk merasakan
terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai
sebuah tempat berbeda dari yang lain yaitu sebuah
instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari
tempat memiliki keunikan, kejelasan, dan
sejumlah responden yang diasumsikan mewakili
karakteristik tersendiri.
populasi secara spesifik (Kriyantono, 2006).
Bentuk keberhasilan pembentuk place dalam
Penelitian ini menggunakan pendekatan
menentukan citra kawasan kota seperti yang
kuantitatif dimana peneliti mencoba mengukur
dikemukakan Kevin Lynch meliputi:
fenomena visual yang ada dengan cara evaluasi
a. Legibility
scoring.
Kemudahan untuk dapat dipahami/dikenali.
Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi
Kesadaran dimana suatu bagian dapat dikenali dan
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, mendefinisikan
disusun dalam pola yang koheren. Sebuah kota yang
penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
legible dapat secara visual dikenali dengan mudah
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka
dari landmarknya atau distriknya.
sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa
c. Susunan dan Identitas
yang ingin diketahui.
Suatu citra kawasan dapat dianalisis dalam tiga
Teknik pengambilan sampel pada umumnya
komponen, identitas, struktur dan arti. Suatu citra
dilakukan secara random, pengumpulan data
seharusnya dapat diidentifikasi dimana satu berbeda
menggunakan instrumen penelitian, analisis data
dengan yang lainnya, kemudian objek satu dengan
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
yang lainnya memiliki hubungan satu sama lain,
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,
selain itu objek yang diamati memiliki suatu arti bisa
2009).
secara praktikal ataupun emosional.
Lokasi penelitian terletak di kawasan pesisir
d. Imageability
kota Manado, tepatnya pada kawasan pusat bisnis
Kemampuan untuk mendatangkan kesan dimana
Boulevard on Bussiness (BoB), sementara obyek
kualitas dari objek fisik mampu memunculkan citra
85
penelitian lebih mengacu pada visualisasi koridor akan menciptakan suatu sequences apabila kita
jalan Pierre Tendean, kawasan yang dimaksud berjalan dari titik awal yang berada pada tugu Wolter
memiliki potensi besar dalam pengembangan Monginsidi dan Pierre Tendean, perlahan dan secara
berbagai sektor seperti ekonomi, wisata, perikanan, bertahap menuju titik akhir yang berada pada
dan juga sebagai kawasan permukiman. Jalur yang Jembatan Soekarno. Berikut merupakan rekaman
cukup panjang diambil untuk penerapan serial vision serial vision pada jalan Pierre Tendean.
sebagai media dalam mengamati agar apabila ada A. Fragmentasi Serial Vision
perubahan citra dari setiap kawasan akan dapat lebih Fragmentasi berasal dari bahasa inggris yang berarti
terlihat jelas melalui fragmen – fragmen yang bagian, penggalan, kepingan, pecahan, sementara
membentuk suatu sequences. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia fragmentasi
Pengumpulan data menggunakan kamera merupakan suatu cuplikan, atau dapat berupa suatu
sebagai instrumen untuk mendapatkan data bagian yang tidak sempurna.
visualisasi gambaran koridor yang diteliti, data Dalam penelitian ini tujuan yang terutama yaitu
primer lainnya berupa kuesioner yang dijalankan untuk mengetahui citra kawasan jalan Pierre Tendean
untuk mengetahui penilaian responden terhadap dengan melihat keseluruhan visual yang ditampilkan
variabel – variabel penelitian yang dalam hal ini sepanjang koridor melalui suatu keutuhan serial
kualitas visual koridor. Sementara untuk data lainnya vision. Fragmentasi visual yang dimaksudkan disini
berupa studi literatur menyangkut teori – teori untuk memilah – milah dalam mempermudah analisa,
seputar koridor, sequences dan citra kawasan. mengelompokkan dalam cuplikan – cuplikan agar
Cara pengambilan data dokumentasi visual dalam menganalisa bisa lebih teroganisir.
yaitu dimulai dengan titik awal lokasi penelitian Jenis – jenis pembagian wilayah peneliti
terpilih yaitu pada tugu Wolter monginsidi dan Pierre gunakan dalam proses fragmentasi, dimana prinsip
Tendean, berjalan searah menuju titik akhir pembagian wilayah digunakan dalam menentukan
penelitian yaitu pada jembatan soekarno dengan pembagian fragmen – fragmen. Terdapat dua jenis
mangambil foto setiap kira – kira 50 meter sehingga pembagian menurut Bintarto(1979) yaitu formal
membentuk sequences. region atau uniform region dan nodal region.
Variabel yang dikaji menyangkut keberhasilan Wilayah formal (formal region) merupakan
pembentuk place dalam pembentukan citra kawasan pembagian wilayah menurut keseragaman atau
yaitu legibility, susunan dan identitas serta homogenitas tertentu dapat ditinjau dari fisik
imageability. geografisnya maupun dari sosial budayanya
sementara Wilayah fungsional (nodal region)
HASIL DAN PEMBAHASAN
meninjau pembagian dari adanya kegiatan yang
Apabila kita berjalan dari suatu tempat ke saling berhubungan secara fungsional.
tempat yang lain, pada suatu kecepatan yang sama, Fragmentasi yang dilakukan berdasarkan
maka kita akan melihat suatu rekaman penglihatan pengelompokkan secara formal region dimana yang
(visual) yang berlanjut secara bergantian dan terus membatasi suatu dengan yang lain merupakkan
menerus seakan – akan lingkungan sekitar kita kondisi fisik geografis, namun juga merupakan batas
bergerak membentuk suatu scenic/sequences (Cullen, – batas kawasan yang masing – masing diklaim
1961). Begitu pula kawasan koridor jalan Pierre pengembang kawasan.
Tendean atau biasa disebut Boulevard on Bussiness,
86
Kawasan pesisir jalan Pierre Tendean terdiri Fragment 3
atas empat bagian besar lahan reklamasi, masing – Kawasan Mantos, berikut merupakan rangkaian
masing dipisahkan oleh teluk – teluk kecil yang sequencesnya
terbentuk sebagai pembatas antara lahan – lahan yang
direklamasi.
Peneliti membagi kawasan pesisir menjadi
enam fragment berdasarkan masing – masing
pengembang yang ada pada kawasan reklamasi
pesisir boulevard dengan asumsi setiap pengembang
memiliki gayanya masing – masing.
Tabel 1 Panjang Koridor Tiap Fragment
Gambar 3 Sequence Fragment 3 Bagian I
Fragment 1
Kawasan boulevard mall, berikut merupakan
rangkaian sequencesnya
Fragment 4
Kawasan Megamas, berikut merupakan rangkaian
sequencesnya
Fragment 2
Kawasan Godbless park, berikut merupakan
rangkaian sequencesnya
87
koridor fragment 1. Hal ini berdasarkan tingkat
perkunjungan dari setiap responden yang dapat
dibilang sering dengan skor 201, dimana 1.43%
menyatakan jarang melewati atau berkunjung, 30%
menyatakan cukup sering, 48,57% menyatakan
sering, dan 20% menyatakan sangat sering
berkunjung ataupun melewati kawasan tersebut.
Sementara dalam hal pengenalan sequence, sebagian
Gambar 6 Sequence Fragment 4 Bagian II besar responden menyatakan bahwa Objek yang
Fragment 5 dikenal sebagai acuan yaitu hotel quality disusul
Kawasan Monaco bay, berikut merupakan rangkaian hotel lion dan kemudian ex boulevard mall. Berikut
sequencesnya merupakan gambaran peta mental koridor Fragment
1,
88
nilai 192. Responden menyatakan sering acuan untuk mengenali koridor fragment 3 yaitu
berkunjung/melewati fragment 2 sebesar 50%, terbesar pada bangunan Manado Town Square 1
35,71% menyatakan cukup sering sebesar 40% dan Manado Town Square 3 sebesar
berkunjung/melewati, 12,86% menyatakan sangat 25,71%
sering, dan 1,43% jarang . Objek yang paling dikenal
adalah Godbless Park sebesar 41,43%, sementara
yang lain mengenalnya melalui Godbless Sculpture
sebesar 28,57%. Berikut merupakan peta mental
fragment 2,
89
Objek amatan yang menjadi acuan yang paling
dikenal yaitu MTC sebesar 45,71% dan Megamall
sebesar 34,29%. Berikut merupakan peta mental
pengenalan fragment 4,
90
Hal yang menjadi acuan untuk menentukan
kesamaan baik fungsi maupun identitas tiap fragment
berdasarkan variabel susunan dan identitas yaitu
bentukan dan gubahan massa bangunan yang ada
pada koridor jalan Pierre Tendean. Sequences yang
terlihat berbeda dapat menjadi sequences yang
menjadi acuan untuk mengenali koridor jalan Pierre
Tendean Citra dari setiap fragment dapat
mempengaruhi persepsi pengamat terhadap citra
Gambar 14 Peta mental Fragment 6 fragment yang lainnya
Kemiripan/persamaan dalam fragment 6 2. Citra Koridor Jalan Pierre Tendean yaitu
mayoritas pada bentuk bangunan dan massanya merupakan koridor perniagaan dengan fungsi
sebesar 32,86% selain itu warna bangunan juga terbesar pertokoan dan mall, diikuti dengan fungsi
berpengaruh sebesar 28,57%. Sementara hal yang perhotelan dengan mayoritas langgam arsitektur
berbeda pada fragment 6 didapati pada sequence 75 modern.
sebesar 60% dengan faktor pembedanya yaitu view
vocal point (jembatan Soekarno) sebesar 65,71%. DAFTAR PUSTAKA
Untuk fungsi yang terlihat mayoritas responden Bintarto, & Surastopi, H. (1979). Metode Analisis
menjawab pertokoan/mall sebesar 74,29% sedangkan Geografi. Jakarta: LP3ES.
Cullen, G. (1961). The Concise Townscape. London:
untuk langgam arsitektur sebagian besar responden
Architectural Press.
menjawab modern sebesar 54,29%.
Kasiram, M. (2008). Metodologi Penelitian
Kuantitatif - Kualitatif. Malang: UIN Malang
PENUTUP
Press.
A. Kesimpulan
Krier, R. (1979). Urban Space. London: Academy
Berdasarkan hasil penelitian penulis mencoba Group Ltd.
Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset
menyimpulkan bahwa:
Komunikasi. Jakarta: Psikologi Komunikasi.
1. Tingkat kualitas visual berdasarkan variabel Lynch, K. (1959). The Image Of The City.
legibility terbesar ada pada Koridor Fragment 3, Cambridge: Massachusetts Institute of
Technology.
diikuti dengan Fragment 1, Fragment 4, Fragment 2,
Moughtin, C. (1992). Urban Design: Street and
Fragment 6 dan yang terakhir Fragment 5. Objek
Square. Architectural Press Hardcover.
yang menjadi acuan untuk mengenali koridor
Sugiyono. (2009). Metode Deskriptif, Edisi ke dua.
berdasarkan variabel legibility terbesar yaitu Bandung: Alfabeta .
Jembatan Soekarno sehingga menjadikannya layak Zahnd, M. (2012). Model Baru Perancangan Kota
yang Kontekstual. Semarang Soegijapranata
untuk disebut sebagai Landmark
University Press.
91