Keterangan:
Tanda tidak pasti hamil Tanda mungkin hamil Tanda pasti hamil
-Amenore (tidak haid) -Perut membesar -Gerakan janin dapat dilihat,
-Mual dan muntah -Uterus membesar dirasa, atau diraba, juga bagian-
-Mengidam (ingin makan khusus) -Tanda Hegar (konsistensi rahim lunak) bagian janin
-Pingsan -Tanda Chadwick (warna kebiruan atau -Denyut jantung janin (+)
-Anoreksia keunguan pada vulva, vagina, dan serviks
-Mamae menjadi tegang dan -Tanda Piscaseck (pembesaran uterus)
membesar -Tanda Braxton-hicks (uterus mudah
-Miksi sering kontraksi jika dirangsang)
-Konstipasi atau obstipasi -Teraba Ballottement (tanda adanya janin
-Pigmentasi (perubahan warna dalam uterus)
kulit) -Reaksi kehamilan positif (tes urin hCG)
-Epulis (hipertrofi papilla ginggiva)
-Varises (pemekaran vena-vena)
GAMBARAN USG
Abortus Imminens
Blighted
ovum
Pada trimester 1
Pada
trimester
2
ABORTUS IMMINENS
DEFINISI
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup.
PENYEBAB
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun
kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus. Terutama
retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak
sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau
• Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau non viabel dan
membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi
pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur
kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak
dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi
pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia
gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%. Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%;
dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila
embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri.
Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17 mm tanpa mudigah
diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifisitas dan nilai prediksi positif 100%. Adanya
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG
menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko
(bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan antara usia
kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian
keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian
keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas
jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin yang
terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial
diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed
abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens
pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang
kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens.
Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk
membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus
imminens yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifitas angka prediksi positif 88,3% dan
82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita yang mengalami abortus imminens namun
kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun
penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang aktivitas
jantung janin.
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga pemeriksaan tunggal dapat
digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis
kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel
PENCEGAHAN
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko
keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang
bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil
dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan
pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat
kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang
tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.
PENATALAKSANAAN AKTIF
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti pasti tentang efektivitasnya,
namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan dapat mempercepat pematangan serviks
3. Progesteron. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen dapat menurunkan kontraksi uterus
lebih cepat daripada tirah baring, selain itu penggunaannya tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau
perdarahan antepartum yang merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan penggunaannya.
perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.
PROGNOSIS
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, perdarahan
antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan
lamanya perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat
yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran
Penelitian Cunningham tahun 2001: berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2003
terdapat satu dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik
adalah kehamilan tuba fallopi, yang sebagian besar (80%) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun keatas serta
dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua. Insiden kehamilan ektopik
meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur 20 sampai 40 tahun dengan umur rata-rata 30
tahun. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik
juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut),atau serviks (leher rahim).
Gejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri di perut samping kiri atau kanan bawah,
perdarahan dari vagina, nausea, nyeri bahu dan pusing. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi dini kehamilan ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan HCG.
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 100 kehamilan. Kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dengan
adanya kerusakan tuba falopi karena penyakit radang panggul (PID) atau karena infeksi lain, seperti usus buntu
Penggunaan kontrasepsi IUD dan pil progesteron dapat meningkatkan terjadinya kehamilan ektopik.
Kontrasepsi IUD bisa menyebabkan peradangan di dalam rahim sedangkan pil yang mengandung hormon
progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut
silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
Penyebab kehamilan ektopik dapat diketahui dan dapat juga tidak, atau bahkan belum diketahui. Sebagian
besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan
menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Beberapa faktor penyebab kehamilan
ektopik, meliputi faktor uterus, tuba dan ovum. Ada juga faktor-faktor yang dapat digeneralisasi sebagai faktor
a. Hasil konsepsi mati dini. Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil, konsepsi
b. Terjadi abortus. Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas dalam
lumen. Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta
membentuk timbunan darah kedalam ruang abdomen. Tuba tampak berwarna biru saat dilakukan operasi
c. Tuba fallopi pecah. Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah. Jonjot villi
menembus tuba, sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan timbunan darah kedalam ruangan abdomen.
Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk melakukan implantasi
GEJALA KLINIK
Manifestasi klinis kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau terjadi ruptura tuba. Sering juga
dijumpai rasa nyeri dan gejala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai
dengan usia tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba. Karena tuba dalam keadaan lembek.
Amenorea
Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Dengan amenorea dapat dijumpai
tanda-tanda hamil muda, yaitu morning sickness, mual-muntah, terjadi perasaan ngidam.
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen
tergantung dari perdarahan didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat
terjadi nyeri di daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglasi
akan terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat buang air besar.
Perdarahan
Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah
yang bervariasi. Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan
dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai jatuh dalam
keadaan syok.
DIAGNOSIS
-Perut kembung
-Teraba nyeri pada tuba dengan hamil ektopik dan teraba tumor
TERAPI
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah
DEFINISI
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan
hidrofobik.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara – negara
barat. Di negara – negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan, di negara – negara berkembang 1:100 atau
600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31
Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat Asiregar (Medan) tahun 1982: 11 – 16 per 1000 kehamilan; Soetomo
(Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai
lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas
PATOLOGI
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung – gelembung berisi cairan jernih merupakan kista – kista kecil
seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang – kadang ditemukan jaringan
mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan
yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit
dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok – kelompok menggantung pada
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan
janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular,
sementara villi – villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak
terkena.
ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat menyebabkan antara lain:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
GEJALA KLINIS
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala utama dari mola
hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan.
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Tirotoksikosis
DIAGNOSIS
1. Klinis
a. Berdasarkan anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola (mola face)
Palpasi : - Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
Pemeriksaan dalam :
2. Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik dan imunologik
(Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek
molahidatidosa
3. Radiologik
- USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.
5. Histopatologik
PENATALAKSANAAN
1. Evakuasi
b. - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
- Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.
e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan
2. Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
b. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan Serviks
c. Laboratorium
- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
KOMPLIKASI
- Infeksi sekunder
DEFINISI
Blighted ovum atau kehamilan anembrionik adalah kehamilan patologik/kegagalan kehamilan dini dimana
mudigah tidak terbentuk sejak awal. Disamping mudigah, kantong kuning telur juga tidak terbentuk.
Blighted ovum harus dibedakan dari kehamilan normal, dimana mudigah masih terlalu kecil untuk dapat dideteksi
Missed abortion atau retensi janin mati adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu dimana janin
tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Disebutkan juga bahwa dikatakan sebagai missed abortion
ETIOLOGI
Wanita dengan Blighted ovum dan Missed abortion sebagian besar secara klinis datang sebagai suatu abortus
PATOLOGI
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted
ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurkan dalam
waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola kamosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa; dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena
Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat tejadi proses mumifikasi: janin mengering dan karena
cairan amnion menjadi kurang akibat diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
segera dikeluarkan ialah terjadinya maserasi: kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
secara normal. Trofoblas selanjutnya berkembang dalam beberapa minggu, tetapi fetal
pole gagal untuk tumbuh Regresi dari trofoblas yang biasanya terjadi pada minggu ke 8-9 menghentikan
pertumbuhan uterus, menyebabkan menurunnya kadar hCG, progesteron dan estradiol, dan pasien merasa tidak
hamil.
DIAGNOSIS
Diagnosis blighted ovum secara ultrasonografi reatif mudah dan akurat, gestasional sac atau kantong gestasi
biasanya lebih kecil dibandingkan usia kehamilan. Pada kasus yang jarang kantong gestasi berukuran normal atau
lebih besar namun fetal pole dan tanda kehidupan tidak didapatkan. Bentuk dinding gestasional sac tidak spesifik,
bisa bulat, angular atau pipih. Atau tidak ditemukannya fetal pole pada kantong gestasi yang berukuran lebih dari
25 mm. ketebalan trofoblas ireguler dan sebagian perkembangannya sedikit atau tidak ada.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan. Pada awalnya kehamilan tampak normal dengan amenorea, mual dan muntah,
perubahan pada mammae, dan pembesaran uterus. Setelah janin mati dengan atau tanpa perdarahan pervaginam,
gejala subyektif kehamilan menghillang, mammae agak mengendor, uterus tidak lagi membesar bahkan mengecil,
tes kehamilan menjadi negatif. Bila Missed abortion terjadi dalam waktu lama, ukuran uterus aan lebih kecil lagi
akibat absorbs cairan dari dalam kantong kehamilan dan maserasi janin. Dengan USG dapat ditentukan apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.Penemuan USG: Gestational sac diameter ≥20 mm
with no fetal pole/yolk sac or < 20 mm with no change 7 days apart or fetal pole > 6 mm with no fetal heart activity
TATALAKSANA
Pada beberapa kasus, Missed abortion dapat diekspulsi secara spontan, dan akan berlangsung sebagaimana
proses abortus spontan lainnya. Jika retensi janin mati mencapai trimester kedua, plasenta dapat melekat erat pada
dinding uterus sehingga jarang terjadi ekspulsi sponttan, dan juga dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Lakukan dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi hasil konsepsi dengan kue tajam, aspirasi vakum atau
keduanya. Pada uterus dengan besar <12 minggu lakukan dilatasi serviks dengan laminaria selama kira-kira
12 jam dalam kanalis servikalis, lalu diperlebar dengan dilatators Hegar sampai cunam ovum atau jari dapat
masuk dalam kavum uteri. Komplikasi: perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, sisa bagian janin atau
2. Secara medisinalis
Obat yang dipakai sebagai abortifum adalah penghambat sintesis progesterone, menginduksi kontraksi
miometrium, antagonis aksi progesterone atau penghambat perkembangan trofoblas metotreksat, epostan,
MANADO PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER 2011, Jurnal e-Biomedik (eBM) (1): 1, hlm. 40-
44.
Manuaba, IBG, dkk, 2010, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, S, 2011, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwno Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S, 2011, Ilmu Kandungan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwno Prawirohardjo.
Sucipto, NI, 2013, Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan, CDK Journal