Anda di halaman 1dari 21

Abortus Kehamilan Mola Hidatidosa Blighted Missed Abortion

Imminent Ektopik Ovum


Definisi Terjadinya Kehamilan dimana Suatu kehamilan yang Tidak Abortus yang
perdarahan dari pertumbuhan berkembang tidak wajar terbentuknya ditandai dengan
uterus pada ovum yang telah dimana tidak ditemukan janin sejak embrio atau fetus
kehamilan < 20 dibuahi, janin dan hamper awal telah meninggal
minggu, dengan berimplintasi dan seluruh vili korialis kehamilan dalam kehamilan
hasil konsepsi tumbuh di tempat mengalami perubahan meskipun sebelum UK 20
masih dalam yang tidak normal, berupa degenerasi kantung gestasi minggu dan hasil
uterus dan viable, yaitu pada hidropik telah terbentuk konsepsi seluruhnya
dan serviks endometrium di masih tertahan dalam
tertutup luar kavum uteri kandungan, dimana
janin tidak
dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih
Tanda dan (Ada) amenorrhea Riwayat terlambat Amenorrhea Gejala keluhan kehamilan
gejala (Ada) tanda-tanda haid, gejala dan Keluhan subyektif kehamilan Tanda hamil sekunder
hamil hamil muda tanda kehamilan maupun obyektif pada (+):sore mamae menghilang
muda kehamilan muda yang breasts, nausea Uterus mengecil
lebih hebat dari and tiredness
kehamilan normal: Amenorrhea
hiperemesis sampai Tes kehamilan
tanda-tanda toksemia (+)
Tanda-tanda gerakan
janin atau ballottement
(-)
TFU/besar rahim lebih
besar dari usia
kehamilan (dari HPHT)
Gejala
klinis  Flek hingga  Flek hingga  Sedang hingga  Spotting,  Pendarahan
 Perdarahan sedang sedang massif/banyak, bisa perdarahan
pervagina berulang minimal
m  +/-  +  Minor
 ++
 Nyeri perut
bawah  Ada riwayat keluar
 TRIAS: amenore, jaringan seperti anggur
 Gejala lain perdarahan, dan  Keluar gelembung mola
rasa sakit bersama dengan
perdarahan
Pemeriksaa Serviks tertutup Serviks tertutup Tampak anemis (jika TFU TFU menetap dan
n fisik Uterus sesuai usia Uterus sedikit perdarahan banyak) Ballotement bahkan mengecil,
gestasi membesar dari Serviks terbuka (-), tak teraba tidak sesuai UK
normal Uterus lunak dan lebih janin
Nyeri goyang besar dari usia gestasi
porsio
Massa adneksa
Cairan bebas
intraabdomen
Serviks teraba
lunak
Tanda abdomen
akut: perut tegang
bagian bawah,
nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding
abdomen
Pemeriksaa Pada UK 6 Tidak ada kantung Gambaran badai salju UK 8-13 Uterus mengecil, GS
n minggu: GS (+) kehamilan dalam (snow flake pattern) minggu: GS mengecil, DJJ (-)
penunjang: UK 7 minggu: kavum uteri atau gambaran seperti (+) tapi fetus hingga UK 9 minggu
USG fetal pole (+) min Adanya kantung sarang lebah (honey (-) berdasar CRL
5 mm kehamilan diluar comb) GS lebih kecil
UK 8 minggu: kavum uteri dbanding UK
DJJ (+) Tidak
ditemukan
fetal pole pada
GS ukuran >25
LAPAROSKOPI mm
Lain Kadar hCG darah atau
urin  lebih tinggi dari Tes urin PPT (-)
kehamilan normal seminggu setelah
pertumbuhan
Histopatologi: kehamilan berhenti
gelembung-gelembung
yang keluar atau hasil
dari evakuasi bahan
dikirim ke lab PA
Terapi Observasi Laparotomi dan 1. Evakuasi mola Obat MRS: keluarkan
perdarahan, parsial hidatidosa Dilatasi dan jaringan nekrotik
bedrest, salpingektomi atau -Bila mola keluar kuret UK < 12 minggu:
hindarkan coitus salpingestomi spontan  kuret atau evakuasi dengan
Tokolitik: kuret isap. dilatasi dan kuretasi
isoxuprine tiap 8 Bila kanalis servikalis UK > 12 minggu:
jam belum terbuka  Serviks uterus masih
Preparat pasang laminaria  24 kaku  induksi
progesterone 2-3 jam kemudian  kuret dengan drip oksitosin
x 1 tab setaip 8-  minimal 1 minggu  10 IU dalam 500 cc
12 jam kuret ke II  lihat D5% 20 tpm, ulangi
tanda-tanda infeksi dan sampai total 50 IU
lain-lain. Kedua hasil dengan tetesan
bahan kerokan dikirim dipertahankan untuk
ke Lab. Patologi mencegah retensi
Anatomi cairan tubuh  janin
-Histerektomi: kerjakan keluar  kuret
pada wanita yang
umurnya sudah cukup ATAU:
(>35 tahun) dan jumlah Misoprostol dengan
anak cukup (anak 3-4) dosis 400 μg, ulangi
2. Pengawasan lanjutan tiga jam kemudian,
a. gejala klinis dengan dosis
 Keluhan utama maksimal tiga kali
 H: “history” penderita pemberian  angka
pernah mola keberhasilan
 B: “bleeding”, adanya complete abortion
perdarahan mencapai 84,1%
 E: “enlargement”,
pembesaran rahim
 S: “soft”, rahim masih
tetap lunak
b. Pemeriksaan lanjutan
dari GM (Gali Manini):
titrasi setiap minggu
sampai tiga minggu
berturut-turut (-) 
pasien dapat
dipulangkan dengan
pemberian kontrasepsi,
oral pil atau IUD,
sampai 1 tahun untuk
yang belum punya anak
dan 2 tahun untuk yang
sudah punya anak
Komplikasi Syok perdarahan KET: gejala akut Perdarahan: dapat Komplikasi dari kuretase:
Anemia abdomen akibat spontan dengan perforasi uterus, laserasi serviks,
Abortus insipient, pecahnya keluarnya gelembung perdarahan, sisa bagian janin atau
inkomplit, kehamilan ektopik atau pada waktu plasenta, dan infeksi
komplit dan gangguan evakuasi
hemodinamik Perforasi: spontan atau
hipovolemik karena tindakan
akibat pendarahan Emboli sel trofoblas:
pasien sesak mendadak,
kematian
Keganasan : korio
karsinoma
Tiroksikosis

Keterangan:

Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba (2010, p.126-128)

Tanda tidak pasti hamil Tanda mungkin hamil Tanda pasti hamil
-Amenore (tidak haid) -Perut membesar -Gerakan janin dapat dilihat,
-Mual dan muntah -Uterus membesar dirasa, atau diraba, juga bagian-
-Mengidam (ingin makan khusus) -Tanda Hegar (konsistensi rahim lunak) bagian janin
-Pingsan -Tanda Chadwick (warna kebiruan atau -Denyut jantung janin (+)
-Anoreksia keunguan pada vulva, vagina, dan serviks
-Mamae menjadi tegang dan -Tanda Piscaseck (pembesaran uterus)
membesar -Tanda Braxton-hicks (uterus mudah
-Miksi sering kontraksi jika dirangsang)
-Konstipasi atau obstipasi -Teraba Ballottement (tanda adanya janin
-Pigmentasi (perubahan warna dalam uterus)
kulit) -Reaksi kehamilan positif (tes urin hCG)
-Epulis (hipertrofi papilla ginggiva)
-Varises (pemekaran vena-vena)

GAMBARAN USG

Abortus Imminens

Blighted
ovum
Pada trimester 1

Pada
trimester
2
ABORTUS IMMINENS

DEFINISI

Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,

dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup.

PENYEBAB

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebabnya antara lain:

a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.

b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus

dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik.

c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi

maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.

2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta

terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan

muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun

kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,

mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.

4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus. Terutama

retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain

keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada

serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.

TANDA DAN GEJALA

Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak

sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau

tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.


DIAGNOSIS

• Tanda dan gejala abortus imminens

• Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks,

tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa

• Tes kehamilan positif

• Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin

Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau non viabel dan

membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi

pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,

pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur

kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak

dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi

pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia

gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%. Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%;

dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila

embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.

Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri.

Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17 mm tanpa mudigah

diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifisitas dan nilai prediksi positif 100%. Adanya

hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.

Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG

menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko

(bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan antara usia

kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian

keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian

keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas
jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga

lebih dari 20 minggu sebesar 97%.

BIOKIMIA SERUM IBU

Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial

Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin yang

terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial

diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed

abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens

pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang

kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens.

Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk

membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus

imminens yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifitas angka prediksi positif 88,3% dan

82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita yang mengalami abortus imminens namun

kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun

penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang aktivitas

jantung janin.

Pemeriksaan kadar progesteron

Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga pemeriksaan tunggal dapat

digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis

kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel

dengan sensitivitas 100%.

PENCEGAHAN

1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko

keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.

2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang

bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan

fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai

pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil

dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan

pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat

kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang

tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.

PENATALAKSANAAN AKTIF

1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti pasti tentang efektivitasnya,

namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.

2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan dapat mempercepat pematangan serviks

oleh prostaglandin E dalam semen dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.

3. Progesteron. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen dapat menurunkan kontraksi uterus

lebih cepat daripada tirah baring, selain itu penggunaannya tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau

perdarahan antepartum yang merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan

progestogen dan hCG tidak menimbulkan kelainan kongenital.

4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tandatanda infeksi.

5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan penggunaannya.

6. Profilaksis Rh - konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus-kasus dengan

perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.

PROGNOSIS

Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, perdarahan

antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan

lamanya perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung

lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.


KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat

yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran

(abortus) maka disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET).

Penelitian Cunningham tahun 2001: berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2003

terdapat satu dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik

adalah kehamilan tuba fallopi, yang sebagian besar (80%) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun keatas serta

dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua. Insiden kehamilan ektopik

meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur 20 sampai 40 tahun dengan umur rata-rata 30

tahun. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik

juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut),atau serviks (leher rahim).

Gejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri di perut samping kiri atau kanan bawah,

perdarahan dari vagina, nausea, nyeri bahu dan pusing. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi dini kehamilan ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan HCG.

Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 100 kehamilan. Kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dengan

adanya kerusakan tuba falopi karena penyakit radang panggul (PID) atau karena infeksi lain, seperti usus buntu

yang pecah atau bedah perut.

Penggunaan kontrasepsi IUD dan pil progesteron dapat meningkatkan terjadinya kehamilan ektopik.

Kontrasepsi IUD bisa menyebabkan peradangan di dalam rahim sedangkan pil yang mengandung hormon

progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut

silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

Penyebab kehamilan ektopik dapat diketahui dan dapat juga tidak, atau bahkan belum diketahui. Sebagian

besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan

menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Beberapa faktor penyebab kehamilan

ektopik, meliputi faktor uterus, tuba dan ovum. Ada juga faktor-faktor yang dapat digeneralisasi sebagai faktor

mekanis dan faktor fungsional.


Terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan:

a. Hasil konsepsi mati dini. Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil, konsepsi

mati secara dini, karena kecilnya kemungkinan diresorbsi.

b. Terjadi abortus. Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas dalam

lumen. Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta

membentuk timbunan darah kedalam ruang abdomen. Tuba tampak berwarna biru saat dilakukan operasi

c. Tuba fallopi pecah. Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah. Jonjot villi

menembus tuba, sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan timbunan darah kedalam ruangan abdomen.

Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk melakukan implantasi

menjadi kehamilan abdominal sekunder.

GEJALA KLINIK

Manifestasi klinis kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau terjadi ruptura tuba. Sering juga

dijumpai rasa nyeri dan gejala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai

dengan usia tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba. Karena tuba dalam keadaan lembek.

Trias gejala klinik kehamilan ektopik;

Amenorea

Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Dengan amenorea dapat dijumpai

tanda-tanda hamil muda, yaitu morning sickness, mual-muntah, terjadi perasaan ngidam.

Nyeri abdomen

Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen

tergantung dari perdarahan didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat

terjadi nyeri di daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglasi

akan terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat buang air besar.

Perdarahan

Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah

yang bervariasi. Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan

dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai jatuh dalam

keadaan syok.
DIAGNOSIS

-Terdapat trias kehamilan ektopik

-Terdapat kenaikan beta HCG 200 mIU/lier

-Penderita tampak anemis dan sakit

-Tensi turun/normal dan meningkat

-Dapat terjadi syok, akral dingin

-Perut kembung

-Terdapat cairan bebas-darah

-Nyeri saat perabaan

-Cavum douglasi menonjol dan nyeri

-Serviks nyeri goyang

-Teraba nyeri pada tuba dengan hamil ektopik dan teraba tumor

TERAPI

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah

tatalaksana yang disarankan yaitu dengan obat-obatan atau operasi.


MOLA HIDATIDOSA

DEFINISI

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan

hidrofobik.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara – negara

barat. Di negara – negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan, di negara – negara berkembang 1:100 atau

600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31

Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat Asiregar (Medan) tahun 1982: 11 – 16 per 1000 kehamilan; Soetomo

(Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai

lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas

kemungkinan menderita mola lebih besar.

PATOLOGI

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung – gelembung berisi cairan jernih merupakan kista – kista kecil

seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang – kadang ditemukan jaringan

mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan

yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang

berdiameter lebih dari 1 cm. Mola hidatidosa terbagi menjadi:

1. Mola Hidatidosa Sempurna

Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit

dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok – kelompok menggantung pada

tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:

- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus

- Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

- Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

- Tidak adanya janin dan amnion.


2. Mola Hidatidosa Parsial

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan

janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular,

sementara villi – villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak

terkena.

ETIOLOGI

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat menyebabkan antara lain:

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari Tropoblast

3. Keadaan sosioekonomi yang rendah

4. Paritas tinggi

5. Kekurangan protein

6. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

GEJALA KLINIS

a. Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan

b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala utama dari mola

hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat

menyebabkan anemia defisiensi besi.

c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan.

d. Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun ballotement

e. Hiperemesis. Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat.

f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke – 24

g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti

h. Tirotoksikosis

DIAGNOSIS

1. Klinis

a. Berdasarkan anamnesis
b. Pemeriksaan fisik

Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola (mola face)

Palpasi : - Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

- Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

Pemeriksaan dalam :

- Memastikan besarnya uterus

- Uterus terasa lembek

- Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

2. Laboratorium

Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik dan imunologik

(Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek

molahidatidosa

3. Radiologik

- Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin

- USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

4. Uji Sonde (cara Acosta-sison)

Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.

5. Histopatologik

Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab. Patologi Anatomi

PENATALAKSANAAN

1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

b. - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

- Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.

c. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum penderita.

d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.
e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan

uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

2. Pengawasan Lanjutan

- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

 Setiap minggu pada Triwulan pertama

 Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

 Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

 Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

- Keadaan Serviks

- Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

- 1x seminggu sampai hasil negatif

- 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

- 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

- 1x3 bulan selama tahun berikutnya

- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

KOMPLIKASI

- Perdarahan yang hebat sampai syok

- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

- Infeksi sekunder

- Perforasi karena tindakan atau keganasan


BLIGHTED OVUM dan MISSED ABORTION

DEFINISI

Blighted ovum atau kehamilan anembrionik adalah kehamilan patologik/kegagalan kehamilan dini dimana

mudigah tidak terbentuk sejak awal. Disamping mudigah, kantong kuning telur juga tidak terbentuk.

Blighted ovum harus dibedakan dari kehamilan normal, dimana mudigah masih terlalu kecil untuk dapat dideteksi

dengan alat USG (biasanya kehamilan 5 minggu).

Missed abortion atau retensi janin mati adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu dimana janin

tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Disebutkan juga bahwa dikatakan sebagai missed abortion

jika diagnosis abortus inkompletus dan abortus insipiens telah disingkirkan.

ETIOLOGI

Wanita dengan Blighted ovum dan Missed abortion sebagian besar secara klinis datang sebagai suatu abortus

imminens. Sehingga penyebabnya sama halnya dengan penyebab abortus.

PATOLOGI

Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted

ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurkan dalam

waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini

menjadi mola kamosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya

tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa; dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena

terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat tejadi proses mumifikasi: janin mengering dan karena

cairan amnion menjadi kurang akibat diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih

lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak

segera dikeluarkan ialah terjadinya maserasi: kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena

terisi cairan, dan seluruh janin berwama kemerah-merahan.


Pada blighted ovum, ovum yang telah dibuahi berkembang menjadi blastokis dan berimplantasi pada uterus

secara normal. Trofoblas selanjutnya berkembang dalam beberapa minggu, tetapi fetal

pole gagal untuk tumbuh Regresi dari trofoblas yang biasanya terjadi pada minggu ke 8-9 menghentikan

pertumbuhan uterus, menyebabkan menurunnya kadar hCG, progesteron dan estradiol, dan pasien merasa tidak

hamil.

DIAGNOSIS

Diagnosis blighted ovum secara ultrasonografi reatif mudah dan akurat, gestasional sac atau kantong gestasi

biasanya lebih kecil dibandingkan usia kehamilan. Pada kasus yang jarang kantong gestasi berukuran normal atau

lebih besar namun fetal pole dan tanda kehidupan tidak didapatkan. Bentuk dinding gestasional sac tidak spesifik,

bisa bulat, angular atau pipih. Atau tidak ditemukannya fetal pole pada kantong gestasi yang berukuran lebih dari

25 mm. ketebalan trofoblas ireguler dan sebagian perkembangannya sedikit atau tidak ada.

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara

spontan atau setelah pengobatan. Pada awalnya kehamilan tampak normal dengan amenorea, mual dan muntah,

perubahan pada mammae, dan pembesaran uterus. Setelah janin mati dengan atau tanpa perdarahan pervaginam,

gejala subyektif kehamilan menghillang, mammae agak mengendor, uterus tidak lagi membesar bahkan mengecil,

tes kehamilan menjadi negatif. Bila Missed abortion terjadi dalam waktu lama, ukuran uterus aan lebih kecil lagi

akibat absorbs cairan dari dalam kantong kehamilan dan maserasi janin. Dengan USG dapat ditentukan apakah

janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.Penemuan USG: Gestational sac diameter ≥20 mm

with no fetal pole/yolk sac or < 20 mm with no change 7 days apart or fetal pole > 6 mm with no fetal heart activity

or < 6 mm with no change 7 days apart.

TATALAKSANA

Pada beberapa kasus, Missed abortion dapat diekspulsi secara spontan, dan akan berlangsung sebagaimana

proses abortus spontan lainnya. Jika retensi janin mati mencapai trimester kedua, plasenta dapat melekat erat pada

dinding uterus sehingga jarang terjadi ekspulsi sponttan, dan juga dapat terjadi gangguan pembekuan darah.

Pengeluaran hasil konsepsi:


1. Secara operatif

Lakukan dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi hasil konsepsi dengan kue tajam, aspirasi vakum atau

keduanya. Pada uterus dengan besar <12 minggu lakukan dilatasi serviks dengan laminaria selama kira-kira

12 jam dalam kanalis servikalis, lalu diperlebar dengan dilatators Hegar sampai cunam ovum atau jari dapat

masuk dalam kavum uteri. Komplikasi: perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, sisa bagian janin atau

plasenta, dan infeksi.

2. Secara medisinalis

Obat yang dipakai sebagai abortifum adalah penghambat sintesis progesterone, menginduksi kontraksi

miometrium, antagonis aksi progesterone atau penghambat perkembangan trofoblas  metotreksat, epostan,

prostaglandin, mifepriston, misoprostol (dosis 200 ug 4x1 tab).


DAFTAR PUSTAKA
Logor, SCD, dkk, 2013, TINJAUAN KASUS KEHAMILAN EKTOPIK DI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU

MANADO PERIODE 1 JANUARI 2010 – 31 DESEMBER 2011, Jurnal e-Biomedik (eBM) (1): 1, hlm. 40-

44.

Manuaba, IBG, dkk, 2010, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta:EGC.

Naylor, CS., 2010, Obstetri-Ginekologi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, S, 2011, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwno Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S, 2011, Ilmu Kandungan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwno Prawirohardjo.

Sucipto, NI, 2013, Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan, CDK Journal

(40):7, hal 492-495.

Anda mungkin juga menyukai