Anda di halaman 1dari 10

Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant di WKP Panas Bumi Gunung Lawu................................................................(Savitri dkk.

WILAYAH KESESUAIAN UNTUK LOKASI POWER PLANT DI WKP


PANAS BUMI GUNUNG LAWU
Studi Kasus di Gunung Lawu, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
(Suitable Areas for Geothermal Power Plant in Mount Lawu)

Shighia Ajeng Savitri, Tjiong Giok Pin, Ratna Saraswati


Departemen Geografi, Universitas Indonesia
Gedung H Kampus UI Depok, Depok
E-mail: shighia.ajeng@gmail.com

ABSTRAK
Energi panas bumi Gunung Lawu sebesar 195 MWe dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk
pembangkit listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimana saja wilayah yang sesuai untuk lokasi
power plant (PLTP) di Gunung Lawu dikaji dari segi keruangan. Analisis spasial menggunakan metode
tumpang tindih (overlay) antara variabel-variabel dengan bobot yang sama digunakan untuk mendapatkan
hasil yang menyeluruh sesuai dengan kriteria kesesuaian yang sudah ditentukan berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Yousefi dan Ehara (2008) serta Noorallahi (2005) sekaligus beberapa peraturan
pemerintah yang berlaku. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi hutan, kemiringan
lereng, kerapatan vegetasi, sungai, patahan, jaringan jalan, lahan terbangun, wilayah potensi panas bumi,
manifestasi, dan sumur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah yang sesuai untuk lokasi
power plant (PLTP) dengan mengacu kepada metode boolean yang menghasilkan dua klasifikasi yaitu
wilayah yang sesuai dan wilayah yang tidak sesuai. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa
wilayah yang sesuai untuk lokasi power plant (PLTP) tersebar ke arah barat dan timur dari letak Sesar
Sidoramping-Lawu dengan luas sebesar 372 hektar.

Kata kunci: kesesuaian area, PLTP, SIG, PJ

ABSTRACT
Mount Lawu has 195 MWe of geothermal energy that can be utilized as a source for power plant. This
research is conducted to find suitable location for geothermal power plant. Spatial analysis used in this
research to find the result thoroughly by overlaying method between variables (assumed as same weight)
based on researchs conducted by Yousefi and Ehara (2008), Noorallahi (2005), and government’s
regulations. GIS and remote sensing is used because it is cost-effective but still can review the overall of
working area. Forest, slope, vegetation density, river, faults, roads, build area, geothermal potential area,
geothermal manifestation, and well are being used as variables in this research. The objectives of this
research is to knowing suitable areas for geothermal power plant based on boolean methods that will be
resulted in two classifications, suitable areas and not suitable areas. The result showed suitable areas is 372
hectares and located spreading to the west and east part of Sidoramping-Lawu faults.

Keywords: suitable area, GPP, GIS, remote sensing

PENDAHULUAN
Eksplorasi dan eksploitasi dari energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan seperti
angin, panas matahari, air, panas bumi, dan bio-massa saat ini diperhitungkan sebagai pengganti
dari energi yang berasal dari fosil (Moghaddam dkk., 2014). Polusi dari gas buang yang
ditimbulkan oleh penggunaan energi yang berasal dari fosil menjadi salah satu penyebab
perubahan keadaan cuaca di bumi seperti pemanasan global sehingga membuat masyarakat dunia
saat ini semakin paham dengan pentingnya mencari sumber energi lain yang lebih ramah terhadap
lingkungan. Salah satu sumber energi yang dianggap ramah terhadap lingkungan adalah energi
panas bumi (Maehlum, 2013).
Panas bumi dapat digolongkan ke dalam energi yang ramah lingkungan karena tidak memiliki
banyak emisi gas buang jika dibandingkan dengan energi yang berasal dari fosil. Di Indonesia
keberadaan lokasi potensi panas bumi yang sebagian besar mengikuti jalur vulkanik sirkum

11
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

mediterania dari Sumatera hingga Maluku dan sebagian lainnya di Kalimantan dan Papua. Wilayah
Gunung Lawu memiliki simpanan energi sebesar 195 MWe (Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, 2014) yang direncanakan oleh pemerintah untuk mulai beroperasi pada
tahun 2020 untuk mewujudkan rencana pemerintah dalam mencapai ketahanan energi nasional
dan menurunkan tingkat emisi karbon dioksida.
Rata-rata sebuah pembangkit listrik tenaga panas bumi menghasilkan sekitar 122 kilogram
CO2 dalam setiap MWe yang dihasilkan dalam satu jam. Nilai ini setara dengan satu per delapan
emisi karbon yang dihasilkan pembangkit energi yang menggunakan batu bara (Ritung, 2007).
Energi dari hasil penambangan panas bumi saat ini mayoritas masih digunakan untuk keperluan
pembangkit tenaga listrik karena kelebihannya yaitu nilai faktor kapasitas dari pembangkit listrik
panas bumi rata-rata sebesar 95%. Menurut Geothermal Energy Program (2012) dalam Noorollahi
(2015) power plant (PLTP) relatif membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas. Luas keseluruhan
lapangan panas bumi hanya membutuhkan lahan seluas 1-8 hektar dari setiap MW. Sementara itu
pembangkit listrik tenaga nuklir membutuhkan 5-10 hektar dari setiap MW dan pembangkit listrik
tenaga batu bara membutuhan 19 hektar dari setiap MW. Penentuan lokasi power plant saat ini
lebih bergantung kepada lokasi sumur serta kurang memperhatikan aspek lingkungan dan manusia
yang ada di lokasi tersebut, sehingga pada penelitian ini kedua aspek tersebut juga turut menjadi
pertimbangan dalam penentuan lokasi power plant. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dimana saja wilayah yang sesuai untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi
Gunung Lawu secara spasial berdasarkan aspek fisik, manusia, dan teknis yang ada di wilayah
penelitian.

METODE
Kerangka Alur Pikir

Salah satu pemanfaatan secara tidak langsung dari potensi energi panas bumi adalah
penggunaannya sebagai sumber untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Penentuan
wilayah kesesuaian untuk lokasi power plant (PLTP) berdasarkan tiga aspek yaitu fisik, sosio-
ekonomi, dan teknis. Aspek fisik merupakan aspek yang langsung berkaitan dengan kondisi alam
di wilayah penelitian, aspek sosio-ekonomi merupakan aspek yang memiliki kaitan untuk
mendukung kegiatan sehari-hari masyarakat di wilayah penelitian dalam beraktivitas, dan aspek
teknis adalah data sekunder hasil dari penelitian di lapangan untuk menunjang kegiatan eksploitasi
mendatang. Dari ketiga aspek tersebut kemudian dilakukan analisis tumpang tindih (overlay)
untuk mengetahui persebaran wilayah kesesuaian untuk lokasi power plant (PLTP) di Gunung
Lawu. Gambar 1 di bawah ini merupakan alur pikir dari penelitian yang dilakukan.

Gambar 1. Diagram alir penelitian.

12
Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant di WKP Panas Bumi Gunung Lawu................................................................(Savitri dkk.)

Pengumpulan Data

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi hutan, kemiringan lereng, kerapatan
vegetasi, sungai, patahan, jaringan jalan, lahan terbangun, wilayah potensi panas bumi,
manifestasi, dan sumur. Hasil dari analisis dengan metode tumpang tindih terhadap variabel
penelitian digunakan untuk mengetahui dimana saja wilayah yang sesuai untuk lokasi power plant
(PLTP) di Gunung Lawu secara spasial berdasarkan aspek fisik, manusia, dan teknis yang ada di
wilayah penelitian. Oleh karena itu data yang dibutuhkan meliputi citra Landsat 8, citra SRTM, data
administrasi, data potensi dan manifestasi panas bumi Gunung Lawu, data fungsi hutan, data
jaringan sungai, data patahan, data jaringan jalan, dan data lokasi sumur. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Teknik pemerolehan dilakukan baik
secara langsung melalui kegiatan survei lapang pada daerah penelitian (primer) maupun melalui
studi literatur dan pengajuan permohonan data ke beberapa instansi terkait (sekunder). Survei
lapangan di lokasi penelitian yang dilakukan bertujuan untuk verifikasi data spasial hasil olahan
sekaligus melakukan observasi kondisi lingkungan di wilayah penelitian. Pengambilan lokasi
verifikasi mengikuti hasil pengolahan data wilayah kesesuaian. Pelaksanaan verifikasi lapangan
tetap memperhitungkan medan dan bentukan lahan pada keadaan sebenarnya. Jika tidak
memungkinkan untuk menuju lokasi survei maka menggunakan alat bantu dengan citra satelit
resolusi tinggi Google Earth. Untuk lebih jelas mengenai keterangan sumber pemerolehan dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengumpulan data sekunder.


Data Sumber Tahun
Administrasi Badan Informasi Geospasial 2016
Potensi dan Manifestasi Peta Kompilasi Geosain Kementerian 2014
Panas Bumi Gunung Lawu ESDM
Fungsi Hutan KLHK 2016
Jaringan Sungai Badan Pengelola Sumber Daya Air 2016
Patahan Peta Geologi Lembar Ponorogo 1508-1 1997
skala 1:100.000 Kementerian ESDM
Citra Landsat dan Citra SRTM glovis.usgs.gov. 2016
Jaringan jalan Dinas PU 2016
Lokasi Sumur Kementerian ESDM 2010

Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
Penginderaan Jauh (PJ). Proses pengolahan data terbagi menjadi empat tahapan yaitu proses
dijitasi, pengolahan data citra satelit, pengolahan dengan metode buffer dan pengolahan dengan
metode overlay. Proses dijitasi dilakukan pada peta kompilasi geosain untuk menghasilkan data
wilayah potensi dan data lokasi manifestasi panas bumi Gunung Lawu, dijitasi pada hasil publikasi
pengeboran landaian suhu sumur LWU-1 dan LWU-2 untuk menghasilkan titik lokasi sumur, dijitasi
Peta Geologi lembar Ponorogo 1508-1 skala 1:100.000 untuk menghasilkan data patahan.
Pengolahan citra satelit SRTM digunakan untuk mendapatkan data kemiringan lereng. Citra satelit
Landsat dilakukan koreksi radiometrik menurut USGS (2014) untuk mengurangi bias reflektan pada
Landsat 8 menggunakan algoritma yang berfungsi mengubah nilai Digital Number (DN) menjadi
nilai radiance seperti Rumus 1.

……………………………………………………………………………………..……(1)
dimana :
Lλ : Spektral Radiance (W/m2.sr.μm)
ML : Faktor skala perkalian radiansi untuk band (RADIANCE_MULT_BAND)
AL : Faktor skala penjumlahan radiansi untuk band (RADIANCE_ADD_BAND)
Qcal : Level 1 pixel value dalam DN

13
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

Koreksi geometrik tidak diperlukan dalam Landsat 8. Hal ini disebabkan karena Landsat 8
merupakan tipe Level 1 Terrain Corrected yang telah melalui proses penyesuaian data sensor dan
ephemeris serta menggunakan Ground Control Point (GCP) untuk mengatasi kesalahan
geometriknya (Herlambang dkk., 2016). Citra tersebut diolah dengan metode klasifikasi terbimbing
dengan bantuan ROI (Region of Interest) dari hasil dijitasi citra resolusi tinggi Google Earth untuk
menghasilkan data lahan terbangun. Selain itu citra Landsat diolah dengan perhitungan NDVI
untuk menghasilkan data kerapatan vegetasi berdasarkan tingkat kehijauannya seperti dalam
Tabel 2.

Tabel 2. Nilai NDVI dan tingkat kehijauan.


Kelas Kisaran NDVI Tingkat Kehijauan
1. -1 – 0.32 Jarang
2. 0.32 – 0.42 Sedang
3. > 0.42 Tinggi

Sumber: Departemen Kehutanan, 2006.

Gambar 2. Model builder penelitian.

Proses pengolahan dengan metode buffer dilakukan pada masing-masing kelas dalam setiap variabel
berdasarkan kriteria dalam Tabel 3. Setelah itu dilakukan proses pengolahan overlay menggunakan metode
intersect dari hasil klasifikasi data wilayah yang sesuai dari setiap variabel (Yousefi dan Ehara, 2008).
Metode intersect merupakan gabungan dari wilayah dengan kriteria yang sesuai setiap variabel penelitian
untuk menghasilkan data kesesuaian wilayah secara keseluruhan. Hasil dari pengolahan data dengan
metode ini kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan hasil dari permasalahan penelitian. Gambar 2
merupakan model builder yang digunakan dalam penelitian ini.

14
Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant di WKP Panas Bumi Gunung Lawu................................................................(Savitri dkk.)

Tabel 3. Kriteria kesesuaian variabel penelitian.

No. Variabel Kriteria Kesesuaian Sumber

Sesuai Tidak Sesuai


1 Fungsi Hutan 1. Hutan Lindung Hutan Konservasi UU No. 41 Tahun 1991, PP
2. Hutan Produksi No. 68 Tahun 1998, PP No.
24 Tahun 2010
3. Area Penggunaan
Lain
2 Kemiringan 0 - 40% > 40% Permen PU
Lereng No.41/PRT/M/2007

3 Jaringan > 200 meter dari bibir 0 - 200 meter dari bibir PP No. 38 Tahun 2011
Sungai sungai sungai
4 Patahan > 200 meter dari patahan 0 - 200 meter dari Yousefi dan Ehara (2008)
patahan

5 Kerapatan 1. Jarang Tinggi Noorollahi (2005)


Vegetasi 2. Sedang
6 Jaringan Jalan > 100 meter dari jalan 0 - 100 meter dari Yousefi dan Ehara (2008)
jalan

7 Lahan > 500 meter dari 0 - 500 meter dari Permen PU


Terbangun permukiman permukiman No.41/PRT/M/2007
8 Wilayah 0 – 3 km dari wilayah >3 km dari wilayah Yousefi dan Ehara (2008)
Potensi potensi potensi

9 Manifestasi > 100 meter dari 0 – 100 meter dari Yousefi dan Ehara (2008)
manifestasi manifestasi

10 Lokasi Sumur > 200 meter dari sumur 0 – 200 meter dari Yousefi dan Ehara (2008)
sumur

Analisa Data

Analisis yang digunakan adalah metode analisis spasial dan deskriptif. Analisis spasial
dilakukan pada teknik jangkauan (buffer) dari variabel-variabel penelitian berdasarkan kriteria
kesesuaian dari setiap variabel (Tabel 3). Pada penelitian ini, bobot dari semua variabel dianggap
sama dengan mengacu pada metode boolean dimana terdapat dua klasifikasi berdasarkan hasil
buffer yaitu wilayah yang sesuai dan wilayah yang tidak sesuai. Setelah itu kemudian dilakukan
teknik intersect pada wilayah yang sesuai dari setiap variabel untuk mendapatkan hasil wilayah
kesesuaian untuk lokasi power plant (PLTP) di Gunung Lawu. Metode tumpang tindih menjadi
dasar analisis geografi yang memperlihatkan hasil data secara visual dalam bentuk peta. Analisa
secara deskriptif dari hasil pengolahan data untuk menjelaskan dan mendeskripsikan jawaban dari
permasalahan penelitian dan diperkuat dengan hasil verifikasi di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kriteria Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant (PLTP)

Aspek Fisik
Variabel yang digunakan dalam aspek ini adalah fungsi hutan, kemiringan lereng, kerapatan
vegetasi, jarak dari sungai, dan jarak dari patahan. Terdapat hutan konservasi yang terletak di
sebelah barat dari wilayah penelitian yang merupakan bagian dari Taman Hutan Raya K.G.P.A.A
Mangkunagoro I dan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yang terletak di Kabupaten Karanganyar.

15
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

Kelas kemiringan lereng terluas di wilayah penelitian adalah kelas lereng di atas 40% yang
mayoritas berada di sekitar lereng Gunung Lawu yang berada di tengah dan menuju ke arah timur
laut dari wilayah penelitian.
Wilayah dengan kemiringan lereng terkecil yaitu kelas lereng 0-2% yang berada di pinggir dari
jalan provinsi di sebelah selatan wilayah penelitian yang merupakan akibat adanya patahan dan
sebagian lainnya di sekitar wilayah puncak dari Gunung Lawu. Untuk kerapatan vegetasi terbesar
di wilayah penelitian adalah kerapatan sedang yang mengelilingi kaki Gunung Lawu. Wilayah
dengan kerapatan rendah berada di wilayah puncak gunung dan sebagian di sebelah selatan
wilayah penelitian. Jaringan sungai di Gunung Lawu berada di sebelah selatan dan mengalir
menuju ke arah barat daya dari Kabupaten Karanganyar yaitu Kali Blumbang dan Kali Samin.
Jaringan sungai yang menuju ke wilayah Kabupaten Magetan bernama Kali Sawur yang mengalir
menuju ke arah tenggara dari wilayah penelitian.
Kali Gondang yang ada di sebelah utara wilayah penelitian mengalir ke arah utara menuju
Kabupaten Ngawi serta juga terdapat sungai-sungai musiman dengan ukuran yang relatif lebih
kecil jika dibandingkan dengan sungai tetap. Patahan yang ada di Gunung Lawu terbagi menjadi
dua bagian besar yaitu patahan melintang di arah barat laut – tenggara membelah Gunung Lawu
menjadi dua bagian yang bermula dari kaki gunung bagian barat daya hingga kaki gunung bagian
tenggara dan Sesar Lawu-Sidoramping yang melintang di arah utara – selatan dari Gunung Lawu.
Patahan yang melintang di arah barat laut – tenggara membelah Gunung Lawu mengakibatkan
adanya graben yang luas dan dapat diamati dari sepanjang jalan provinsi yang menghubungkan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magetan.
Dari hasil pengolahan data (tergambar pada Gambar 4) diketahui bahwa fungsi hutan yang
sesuai tersebar hampir di semua bagian wilayah penelitian dengan persentase sebesar 96.6%.
atau 8.415 hektar, kelas kemiringan yang sesuai tersebar di sebelah timur dan selatan wilayah
penelitian dan juga di sekitar puncak dari Gunung Lawu dengan persentase 55% dan luas sebesar
4.793 hektar, tingkat kerapatan vegetasi yang sesuai tersebar di hampir seluruh wilayah penelitian
dengan persentase 82.5% dan luas sebesar 7.184 hektar, wilayah yang berada di luar radius 200
meter dari bibir sungai tersebar dengan luas sebesar 2.077 hektar dengan persentase 24%, dan
wilayah yang berada di luar radius 200 meter dari lokasi patahan dengan luas sebesar 6.958
hektar dengan persentase sebesar 79.9% dari total luas wilayah penelitian.

Sumber : Pengolahan Data, 2017.


Gambar 4. Wilayah kesesuaian berdasarkan fungsi hutan; kemiringan lereng; kerapatan vegetasi; jarak dari
sungai; jarak dari patahan.

16
Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant di WKP Panas Bumi Gunung Lawu................................................................(Savitri dkk.)

Aspek Sosio-Ekonomi
Variabel yang digunakan dalam aspek ini adalah jarak dari jaringan jalan dan jarak dari lahan
terbangun. Terdapat jaringan jalan yang ada di sebelah selatan mengarah ke sebelah tenggara
dan barat daya wilayah penelitian yang merupakan jaringan jalan provinsi yang menghubungkan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magetan serta jalan lain yang sedikit bagiannya berada di
sebelah utara wilayah penelitian. Di sekitar jaringan jalan terdapat lahan terbangun yang memiliki
pola mengikuti jaringan jalan karena jalan merupakan faktor penting dalam mendukung kegiatan
masyarakat sehari-hari. Lahan terbangun yang berada di ketinggian tertinggi adalah di daerah
Cemoro Sewu, Kabupaten Magetan. Lahan terbangun mayoritas berada di sekitar kaki Gunung
Lawu bagian sebelah barat dan di sebagian sebelah selatan dari wilayah penelitian karena pada
wilayah tersebut memiliki kemiringan lereng yang tidak terlalu curam. Wilayah yang sesuai adalah
wilayah yang berada di luar radius 100 meter dari jaringan jalan dengan luas sebesar 8.480 hektar
yang merupakan dominasi di wilayah penelitian dengan persentase sebesar 97.4% dari total luas
wilayah penelitian. Berdasarkan variabel jarak dari lahan terbangun, wilayah yang berada di luar
radius 500 meter dari lahan terbangun merupakan wilayah yang sesuai dengan luas sebesar 5.971
hektar yang merupakan dominasi di wilayah penelitian dengan persentase sebesar 68.6% dari
total luas wilayah penelitian yang terletak di arah tengah menuju arah utara dan timur serta
sebagian di arah tenggara. Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 8 merupakan gambaran dari
wilayah kesesuaian berdasarkan aspek sosio-ekonomi.

Sumber : Pengolahan Data, 2017.


Gambar 6. Wilayah kesesuaian berdasarkan jarak dari jaringan jalan dan jarak dari lahan terbangun.

Aspek Teknis
Luas wilayah potensi sebesar 1.246 hektar yang terletak di sekitar wilayah puncak Gunung
Lawu. Setelah dilakukan pengolahan dengan metode jangkauan dari wilayah potensi dengan
radius sebesar 3 kilometer didapatkan hasil wilayah jangkauan dari potensi panas bumi sebesar
8.707 hektar yang di dalamnya terdapat beberapa jenis manifestasi seperti fumarol dan mata air
panas sekaligus sumur seperti LWU-1 dan LWU-2. Manifestasi yang terdapat di wilayah penelitian
yaitu fumarol Candradimuka dan Tamansari yang letaknya di tengah wilayah penelitian dekat
dengan wilayah dari puncak Gunung Lawu dan termasuk dalam administrasi Kabupaten Magetan.
Manifestasi Mata Air Panas Ngerak berada di sebelah barat laut wilayah penelitian dan
termasuk dalam administrasi Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan jarak dari lokasi manifestasi,
wilayah yang sesuai adalah wilayah yang berada di luar radius 100 meter dari lokasi manifestasi
dengan luas sebesar 8.698 hektar yang mendominasi wilayah penelitian dengan persentase
sebesar 99.9% dari total luas wilayah penelitian. Selain lokasi manifestasi, salah satu variabel dari
aspek teknis adalah wilayah kesesuaian berdasarkan jarak dari lokasi sumur.
Terdapat dua lokasi sumur yang letaknya di dekat jalan provinsi yaitu sumur LWU-1 yang
berada di sebelah barat daya wilayah penelitian dan sumur LWU-2 yang berada di sebelah
tenggara wilayah penelitian. Sumur LWU-1 termasuk dalam administrasi Kabupaten Karanganyar
sementara sumur LWU-2 berada di administrasi Kabupaten Magetan. Berdasarkan jarak dari lokasi
sumur wilayah yang sesuai adalah wilayah yang berada di luar radius 200 meter dari lokasi sumur

17
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

dengan luas sebesar 8.682 Ha yang mendominasi sebesar 99.7% dari total luas wilayah penelitian.
Gambar 7 merupakan gambaran dari wilayah kesesuaian berdasarkan aspek teknis.

Sumber : Pengolahan Data, 2017.


Gambar 7. Wilayah kesesuaian berdasarkan jangkauan dari wilayah potensi.

Sumber : Pengolahan Data, 2017.


Gambar 8. Wilayah kesesuaian berdasarkan jarak dari manifestasi.

Sumber : Pengolahan Data, 2017.


Gambar 9. Wilayah kesesuaian berdasarkan jarak dari lokasi sumur .

18
Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant di WKP Panas Bumi Gunung Lawu................................................................(Savitri dkk.)

Wilayah Kesesuaian untuk Lokasi Power Plant (PLTP)

Setelah dilakukan pengolahan data dengan metode tumpang tindih (overlay) terhadap
kriteria kesesuaian dari setiap variabel penelitian. Didapatkan hasil wilayah yang sesuai untuk
lokasi power plant (PLTP) seluas 372 hektar dengan persentase sebesar 4,3% dari total luas
wilayah penelitian. Wilayah puncak Gunung Lawu dengan lokasi fumarolnya membentuk batasan
terhadap wilayah yang sesuai karena keberadaan Sesar Sidoramping-Lawu yang membentang dari
arah utara-selatan dan berada di tengah wilayah penelitian sehingga mayoritas wilayah kesesuaian
tersebar ke arah timur dan barat dari keberadaan sesar tersebut. Wilayah kesesuaian yang berada
di sebelah barat dari patahan mendapat batasan yang terlihat dengan jelas di pinggir bagian
sebelah barat dari wilayah penelitian barat karena pada wilayah tersebut terdapat banyak lahan
terbangun dan terdapat hutan konservasi. Wilayah kesesuaian yang berada di tengah mengarah
ke selatan mendapatkan batasan yang jelas terlihat di pinggir sebelah selatan dimana terdapat
banyak jaringan sungai dengan keberadaan patahan dan tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi.
Wilayah kesesuaian di sebelah timur dan timur laut dari keberadaan Sesar Sidoramping-Lawu
dibatasi di pinggir sebelah timur karena pada daerah tersebut banyak terdapat lereng curam
dengan tingkat kemiringan di atas 40% dengan kerapatan vegetasi tinggi. Wilayah kesesuaian di
sebelah utara dari wilayah penelitian dibatasi di pinggir sebelah utara karena keberadaan patahan
dengan keberadaan lahan terbangun dan kerapatan vegetasi yang tinggi di sebelah barat laut.
Gambar 10 merupakan gambaran wilayah kesesuaian untuk lokasi power plant (PLTP).

KESIMPULAN
Wilayah yang sesuai untuk lokasi power plant (PLTP) adalah seluas 372 hektar dengan
persentase sebesar 4.3% dari total luas wilayah penelitian. Persebarannya ke arah barat dan timur
dari Sesar Sidoramping-Lawu yang berada di tengah wilayah penelitian. Wilayah kesesuaian
memiliki batasan yang terlihat jelas di pinggir sebelah barat karena terdapatnya banyak lahan
terbangun yang dipengaruhi oleh kemiringan lereng di wilayah tersebut yang tidak terlalu curam.
Batas wilayah kesesuaian di pinggir sebelah selatan wilayah penelitian yang terlihat jelas adalah
terdapatnya patahan dengan kemiringan lereng yang tidak terlalu curam sehingga dimanfaatkan
sebagai jalur jalan provinsi dengan beberapa lahan terbangun yang ada di jalan tersebut. Pada
penelitian ini memiliki tujuan hanya untuk mengetahui wilayah yang sesuai untuk lokasi power
plant (PLTP) dengan tidak melakukan pembobotan di masing-masing variabelnya, sehingga tidak
terdapat analisa berdasarkan tingkat kesesuaian lahannya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih Penulis ucapkan kepada Tjiong Giok Pin, S.Si, M.Si selaku Pembimbing I dan Dra.
Ratna Saraswati selaku Pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktu, ilmu, kesabaran,
dan juga arahan kepada Penulis dalam penyusunan penelitian ini hingga selesai. Serta pihak-pihak
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terhadap dukungan dan bantuan yang diberikan
kepada Penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan. (2006). Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove . Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan, BPDAS Pemali Jratun.
Herlambang., Ferdianto, Ricky., Novranza, Kms. 2016. Pemetaan Kelurusan Menggunakan Remote Sensing
dan Korelasi terhadap Manifestasi Permukaan di Daerah Geothermal Kepahiang, Bengkulu . Jakarta :
Seminar Nasional Fisika Volume V, Oktober 2016. ISSN : 2339 – 0654.
Maehlum, Mathias Aarre. (2013). Geothermal Energy Pros and Cons. Juni 1, 2013.
<http://energyinformative.org/geothermal-energy-pros-and-cons>
Moghaddam, M. K. (2014). Spatial Analysis and Multi-Criteria Decision Making for Regional-Scale Geothermal
Favorability Map. Geothermics 50 (2014) 189-2011, 1. Retrieved Februari 21, 2017
Munandar, Arif. dan Simarmata, Robertus S.L. (2011) Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung
Lawu Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM.
Noorollahi, Younes. (2005). Application of GIS and Remote Sensing in Exploration and Environmental

19
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

Management of Namafjall Geothermal Area, N-Iceland. Reykjavik : Geothermal Training Programme


The United Nations University. ISBN 9979-68-164-0
Peraturan Menteri ESDM Pengganti SK Menteri PU No. 1211.k/1995.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 12 Tahun 2017 tentang
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
USGS. 2014. Landsat 8 Sensors. Landsat Imagery Courtesy of NASA Goddard Space Flight Center and U.S.
Geological Survei published on June 14, 2014.
Yousefi, Hossei. dan Ehara, Sachio. (2008). Geothermal Potential Site Selection Using GIS in Iran . California
:Proceedings Thirty-Second Workshop on Geothermal Reservoir Enginering Stanford University, January
22-24 2007. SGP-TR-183.

20

Anda mungkin juga menyukai