Anda di halaman 1dari 13

KASUS KORUPSI DAN SUAP OLEH GUBERNUR JAMBI ZUMI ZOLA

DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ACTUS HUMANUS, TATANAN


MORAL SUBJEKTIF DAN TATANAN MORAL OBJEKTIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat moral

Oleh:

Pramudhea Indhyani Susetyo (52416024)

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2018
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI............................................................................................................2

Abstrak.....................................................................................................................3

1. Pendahuluan......................................................................................................4

Kronologi Kejadian..............................................................................................4

2. Kasus Zumi Zola Ditinjau Dari Tindakan Manusia Sebagai Actus Humanus..5

3. Kasus Zumi Zola Dipandang Dari Sudut Tatanan Moral Subjektif..................6

a. Perbuatan Manusiawi dan Faktor-Faktor Nilai Moral..................................6

b. Hati Nurani....................................................................................................7

c. Hati Nurani Yang Tumpul.............................................................................8

d. Prinsip Refleksi Dari Hati Nurani Yang Benar.............................................9

4. Kasus Zumi Zola Di Pandang Dari Sudut Tatanan Moral Objektif................10

a. Hukum.........................................................................................................10

KESIMPULAN......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
KASUS KORUPSI DAN SUAP OLEH GUBERNUR JAMBI ZUMI ZOLA
DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ACTUS HUMANUS, TATANAN
MORAL SUBJEKTIF DAN TATANAN MORAL OBJEKTIF

Pramudhea Indhyani Susetyo

Abstrak
Dewasa ini kita sering temukan kasus-kasus yang banyak terjadi di kanca
politik Indonesia. Tidak lupa kita tahu penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang
yang dilakukan oleh oknum pemimpin daerah sering terjadi.Salah satu bentuk
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan adalah tindakan korupsi.Beberapa
dapat dilihat dari sudut pandang tindakan manusia (actus humanus), tatanan moral
dan hukum yang ada di suatu negara.Bukan hanya kasus korupsi saja, dengan kata
lain seperti gratifikasi dan suap juga banyak terjadi. Dibalik itu, hukum dan
Undang-Undang yang mengatur hal tersebut sebenarnya sudah ada dan sudah
dijalankan, meskipun pada kenyataannya, praktek korupsi dan sejenisnya sering
dilakukan oleh oknum pejabat di Indonesia.

Kata Kunci : Actus Humanus, Moral, Hukum.


1. Pendahuluan

Kronologi Kejadian.
Pada Januari 2018, Komisi Pemberantasan Korupsi menyelidiki kasus
dugaan korupsi dan suap yang dilakukan oleh Gubernur Jambi (aktif pada saat itu)
yaitu Zumi Zola. Penyelidikan itu dilakukan atas dugaan suap terkait pengesahan
R-APBD Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2018.Febri Diansyah selaku juru bicara
KPK mengatakan, pada saat proses penyelidikan berlangsung KPK memeriksa
sebayak 10 orang saksi dari DPRD Jambi, Pemprov Jambi, swasta, dimana
didalamnya juga ada Zumi Zola. Kemudian KPK menemukan bukti awal yang
dirasa cukup untuk menaikkan status proses penyelidikan menjadi penyidikan
(https://nasional.kompas.com/read/2018/08/06/20181831/zumi-zola-segera-
disidang-terkait-kasus-gratifikasi-dan-suap). KPK telah mengantongi dua nama
sebagai tersangka yaitu Gubernur Jambi Zumi Zola dan Arfan Pelaksana Tugas
Kepala Dinas Pekerjan Umum Provinsi Jambi.

Sejak tanggal 24 Januari 2018 tersangka Zumi Zola dan Arfan dilakukan
penyidikan oleh KPK setelah bukti awal ditemukan. Setelah dilakukan penyidikan
oleh KPK, ditemukan dugaan suap yang dikumpulkan Arfan terkait pengesahan
R-APBD untuk Zumi Zola dan juga untuk anggota DPRD Jambi. KPK
mengumumkan bahwa Zumi Zola dan Arfan ditetapkan sebagai tersangka pada 2
Februari 2018, dan KPK terus melakukan penggeledahan atas kasus ini. KPK
menggeledah Rumah Dinas Gubernur dan vila di daerah Tanjung Jebung,
ditemukan sejumlah uang rupiah, uang dolar Amerika, dan dokumen proyek yang
juga akan disita KPK. Dugaan suap yang diterima Zumi Zola dan Arfan senilai
Rp. 6 miliar.

Kasus suap yang menimpa Zumi Zola dan Arfan yang menerima uang
senilai Rp. 6 miliar diduga agar hadir dalam rapat pengesahan R-APBD Jambi
2018. Karena sebelumnya ada dugaan anggota DPRD tidak hadir dalam rapat
karena tidak adanya jaminan dari pihak Pemprov. Jaminan yang dimaksud adalah
uang suap atau uang ketok. Diduga, adanya kepentingan pihak Eksekutif agar
pihak DPRD Jambi menyetujui anggaran yang diajukan Pemprov Jambi. Dalam
kasus yang menimpa Zumi Zola dan Arfan maka, disangkakan telah melanggar
Pasal 12B atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 no 55 ayat 1
KUHP.

Jaksa penuntut umum kemudian menuntut Zumi Zola 8 tahun penjara.


Tuntutann itu berdasarkan pertimbangan salah satunya sikap Zumi Zola saat
persidangan berlangsung. Zumi Zola juga telah mengakui perbuatannya kepada
majelis hakim, sehingga atas beberapa pertimbangan, maka ia dituntut 8 tahun
penjara. Atas terbuktinya Zumi Zola menerimima gratifikasi dan memberi suap,
maka Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat menjatuhkan pidana terhadap Zumi Zola
sebagai tedakwa berupa penjara selama 8 tahun pidana dan denda sebesar Rp. 1 M
subsider 6 bulan kurungan. Dimana jaksa juga merinci penerimaan gratifikasi
yang didapat Zumi Zola dari rekan swasta yang sering menangani proyek di
lingkungan Pemprov Jambi.

2. Kasus Zumi Zola Ditinjau Dari Tindakan Manusia Sebagai Actus


Humanus

Agustinus W. Dewantara (2017:13) menyebutkan bahwa : Actus humanus


identik dengan free act (tindakan bebas). Dalam tindakan yang mengungkapkan
kebebasan, manusia adalah subjek tindakan. Jadi, bilamana manusia disebut
bebas? Bila manusia yang bersangkutan adalah subjek bagi perbuatannya. Sebagai
subjek, ia lantas bertanggungjawab atas konsekuensi dari tindakan tersebut.
Dimana kebebasan mengandalkan dua hal,yaitu: tahu dan mau! Artinya, hanya
apabial manusia itu mengetahui dan menghendaki, ia disebut ,manusia bebas, dan
dengan demikian ia bertanggungjawab atasnya.

Lantas apa yang telah dilakukan oleh seorang Gubernur, dimana ia menjadi
pemimpin bagi rakyatnya, menjadi teladan bagi masyaraktanya seharusnya ia
melakukan tindakan yang patut dicontoh. Apa yang telah Zumi Zola lakukan
merupakan tindakan pengkhianatan atas wewenang dan kekuasaan yang telah
dipercayakan oleh masyarakatnya. Berbicara dari sudut pandang Actus humanus
yang merupakan tindakan manusia yang manusiawi, tindakan dengan akal. Apa
yang dilakukan Zumi Zola juga dapat dikaitkan dengan tindakan bebas, ia
mengetahui apa yang dilakukan dan ia juga menghendaki atas perbuatannya.
Begitupun ia bertanggungjawab atas perbuatan yang ia kehendaki.

Tidak terlepas dari itu, kebebasan adalah tahu dan mau. Zumi Zola serorang
Gubernur, ia tahu tindakan yang ia akan lakukan adalah tindakan yang melanggar
hukum, sebuah pengkhianatann janji kepada rakyatnya. Dia juga mau, dimana ia
melakukan semua ini tanpa ada paksaan, karena hakikat kebebasan adalah tidak
adanya paksaan. Agustinus W. Dewantara (2017:12) menyebutkan bahwaactus
humanus mengandalkan bahwa rasio manusia berada dalam fungsinya sedemikian
rupa sehingga ia adalah tuan dan pemilik atas perbuatannya sendiri. Manusia
dalam actus humanus ini memiliki idealisme. Jadi, dapat ditegaskan lagi bahawa
tindakan Zumi Zola dapat dikatakan adalah perbuatannya sendiri menggunakan
rasio sebagaimana manusia menggunakan akal budinya.

3. Kasus Zumi Zola Dipandang Dari Sudut Tatanan Moral Subjektif

a. Perbuatan Manusiawi dan Faktor-Faktor Nilai Moral.


Pada dasarnya, tindakan manusia adalah tindakan yang tidak satu, atau tidak
tunggal, melainkan kompleks. Tindakan terdiri dari elemen-elemen perbuatan
yang kompleks. Karena dalam melakukan suatu tindakan didalamnya ada
beberapa rentetan motivasi untuk melakukan tindakan tersebut. Berkaitan dengan
kasus yang diangkat, adalah bentuk tindakan pencurian, korupsi. Setiap bentuk
pencurian memiliki penilaian moral yang berbeda atau kompleks.

Ketika seseorang melakukan perbuatan mencuri atas dasar kebutuhan, seperti


tidak ada pakaian ganti pada saat bencana alam maka ia harus melakukan tindakan
mencuri. Hal ini akan dipandang berbeda apabila kita lihat dengan tindakan
korupsi yang dilakukan seorang Gubernur yang bisa dikatakan hidup
berkecukupan namun dia melakukan hal tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Maka dengan itu banyak keragaman dalam menilai tindakan manusia, sehingga
membuktikan bahwa tindakan manusia itu kompleks.. Agustinus W. Dewantara
(2017:19) menyebutkan bahwa berbicara tentang perbuatan manusia, kita dapat
membedakan antara Volition berarti kehendak dalam artian tegas apaka suatu
tindakan dapat dikatakan baik atau buruk secara moral, dan action merupakan
cetusan kehendaka yang ada dibawah kontrol kita.Yang terjadi saat ini, tindakan
yang dilakukan Zumi Zola yang menjadi terdakwa kasus korupsi R-APBD Jambi
dapat dinilai buruk secara moral dan perwujudannya (action)dalam tindakannya
dia sudah terbukti korupsi.

b. Hati Nurani
Berbicara masalah hati nurani, yang disentuh pertama kali oleh hati nurani adalah
pengetahuan atau kesadaran yaitu pengetahuan dari hati. Dengan itu berarti hati
manusia memiliki pengetahuan. Hati nurani merupakan soal akal budi (raiso)
yang dimaksudkan adalah hati kita didalamnya memiliki semacam pertimbangan
yang membimbing kehendak atau tindakan kita kita. Hati nurani sering kali
disebut suara Tuhan, lantas bagaimana dengan mereka yang tidak mempercayai
adanya Tuhan? Apakah mereka memiliki hati nurani? Meskipun mereka tidak
mengenal Tuhan, aturan dan larangan-laranganNya, serta sabda-sabdaNya,
manusia bisa melakukan tindakan yang melanggar perintah Tuhan karena Tuhan
hadir di dalam diri mereka.

Tidak ada alasan bagi manusia yang tidak mengenal Tuhan untuk bertindak
sekenanya, sebab mereka memiliki hati nurani yang dapat membimbing perbuatan
mereka. Fenomena hati nurani merupakan fenomena pertimbangan boleh atau
tidaknya, baik atau buruknya segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia. hati
nurani disebut juga “synderesis” dalam bahasa Inggris disebut “conscience” yang
berhubungan langsung dengan kesadaran. Hati nurani lantas dipahami sebagai
suatu kesadaran batin yang ada dalam hati manusia yang membimbing hidup
manusia, yang pemeriksaannya atas problem kehidupan bersifat
sekaligus/serentak/menyeluruh (Agustinus W. Dewantara (2017:20)).

Berbicara mengenai kasus yang saya angkat pada paper ini berhubungan langsung
dengan hati nurani seorang Zumi Zola. Dia memiliki keyakinan, jelas Dia
bertuhan. Pun seharusnya dia mengetahui apa saja yang diperintahkan oleh
Tuhannya, dan apapun yang sudah dilarang oleh Tuhannya. Kendati demikian
ketika seharusnya melakukan perintah Tuhanya sebagai manusia ciptaannya, alih-
alih justru dia melakukan apa yang sudah dilanggar. Kasus yang menimpanya saat
ini jika dilihat dari sisi hati nurani, bagaiamana peran hati nuraninya saat ia akan
melakukan tindakan yang melanggar itu, apakah dia mengabaikan suara
Tuhannya?

Sudah dijelaskan bahwa hati nurani berhubungan dengan kesadaran, hati nurani
lah yang membimbing manusia dalam masalah kehidupannya. Kesadaran disini
adalah kesadaran batin, saat Zumi Zola melakukan tindakannya, hati nurani akan
membimbingnya. Barangkali Ia mengabaikan suara Tuhan itu, hingga dia berani
melakukan laranganNya. Ada bermacam-macam hati menurut Agustinus W.
Dewantara dalam bukunya Filsafat Moral Pergumulan Etis Keseharian Hidup
Manusia yaitu, hati nurani sesat,hati nurani bimbang, hati nurani tajam, skrupel
dan tumpul.

c. Hati Nurani Yang Tumpul


Dapat dijelaskan bahwa kasus yang menimpa seorang Zumi Zola dapat
dikategorikan pada hati nurani yang tumpul. Mengapa demikian? Hal ini dapat
dijelaskan melalui pengertian dan ciri- ciri hari yang tumpul. Hati nurai tumpul
adalah hati nurani yang kurang peka pada nilai-nilai kebenaran. Hal ini dapat
disebabkan oleh sikap hedonisme,sekulearisme,konsumerisme,dan materialis.
Manusia kerap menomorsatukan hal-hal tersebut sehingga pelan-pelan kebenaran
hidup tersisih. Lantas apa itu hedonisme, sekularisme, konsumerisme dan
materialis. Mengapa hal tersebut merupakan penyebab hati manusia menjadi
tumpul?

Dalam kasus ini, dapat dijelaskan sebenarnya hati tumpul seorang Zumi Zola
dapat disebabkan oleh dua fator dari empat faktor diatas. Yaitu, hedonisme dan
materialis. Hedonisme adalah pandangan yang menggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan adalah tujuan hidup dari tindakan manusia. sehingga manusia yang
merefleksikan pandangan ini akan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin.
Sedangangkan materilisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar dari
segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan
semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatau yang mengatasi alam
(https://www.plimbi.com ). Dengan demikian mengapa Zumi Zola dapat
dikatakan hatinya tumpul karena Hedonisme dan Materialis?

Berhubungan dengan hedonisme, seorang Zumi Zola yang melakukan tindakan


korupsi, suap dan gratifikasi dapat diketahui apa dasar atau motif dibalik
melakukan tidakan itu. Jawabnnya pasti ada. Ada disini adalah hal yang
mendasari Zumi Zola melakukan tindakan tersebut, yaitu ingin mendapat
kesenangan dan kenikmatan. Dari hasil tindakan itulah, suap,korupsi dan
gratifikasi Ia mendapat banyak hasil. Sebut saja uang. Untuk apa uang tersebut?
Yang pasti sesudah Ia mendapatkan itu ia akan mendapat kesenangan. Dengan itu
Zumi Zola dapat dikatakan orang yang menganut Hedonisme karena tindakannya
yang hanya mencari kesenangan.

Sedangkan materialis, dari pengertiannya saja sudah dapat kita simpulkan, sudah
jelas ia mengesampingkan beberapa hal demi mendapatkan materi, atau berupa
uang. Pandangan ini secara jelas menuntunnya untuk melakukan tindakannya
tersebut. Karena alih-alih melihat dampaknya tetapi justru nampaknya Ia tidak
memperdulikan hal tersebut sehingga melakukan tindakan itu. Dari kedua
penyebab tersebut dan dihubungkan dengan peristiwa yang menimpa Zumi Zola,
seharusnya kita sebagai generasi penerus tidak boleh mencontohnya. Kita punya
hati nurani, hati nurani adalah suara Tuhan. Apa yang menjadi suaraNya
seharusnya kita dengarkan bahka kita lakukan. Hal tersebut sebenarnya adalah
yang terbaik untuk kita, kita tidak perlu memiliki hati nurani yang tumpul. Agar
kita tidak terjerumus kedalam hal-hal buruk. Agar kita tidak terjerumus dan tidak
memiliki hal yang tumpul maka kita harus melakukan perbuatan yang sudah
diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi laranganNya.

d. Prinsip Refleksi Dari Hati Nurani Yang Benar


Agustinus W. Dewantara (2017) Filsafat Moral Pergumulan Etis Keseharian
Hidup Manusia ada beberapa prinsip dari hati nurani yang benar, namun disini
sayahanya mengambil beberapa yang tepat untuk kasus ini dan selayaknya
direfleksikan oleh yang bersangkutan.

1. Bonum communae bono privato praeferri debet: kepentingan umum lebih


penting/harus selalu diutamakan daripada kepentingan pribadi.
2. Occasio proxima peccati evitanda: kesempatan yang paling dekat dengan
dosa harus dihiliangkan.
3. Prinsip teleologis: tujuan tindakn harus selalu masuk akal, benar dan
terarah kepada kebaikan (meski menghadapi risiko yang sulit)
4. Bonum faciendum, malum vitandum: kebaikan harus dilakukan dan
keburukan harus dihindari)

Dari kasus yang menimpa Zumi Zola sangat kita pahami bahwa tindakannya
bukanlah untuk kepentingan umum atau untuk rakyatnya, melainkan untuk
pribadinya. Dan dia tidak menghilangkan perbuatan yang paling dekat dengan
dosa, malah justru ia lakuksn. Hal ini membuatnya terjerat dengan kasus yang
menimpanya saat ini. Dari ke empat refleksi hati nurani diatas dapat disimpulkan
bahwasannya, segala tindakan yang sifatnya umum, tidak menimbulkan dosa
harus selalu diutamakan, karena itu yang terpenting.

4. Kasus Zumi Zola Di Pandang Dari Sudut Tatanan Moral Objektif

a. Hukum
Apa itu hukum? Hukum adalah sesuatu yang mengikat, berupa aturan yang
dihimpun bersama. Hukum menurut Thomas aquinas ada hukum yang disebut
positif. Positif disini bukan melawan negati. Lantas bagaimana? Hukum positif
adalah hukum yang diletakkan atau diberlakukan dalam masyarakat. Thomas
menggagas hukum yang berupa perintah dan larangan sebagai:

i. Ordo rationis atau ordinance of reason (tatanan akal budi) menurut


Aquinas yang disebut akal budi adalah recta ratio. Dimana manusia
sejauh ini memiliki akal budi yang sehat., manusia memiliki segala apa
yang perlu untuk berpikir dan menghendaki yang benar bagi dirinya dan
bagi sesama. Oleh karena itu, akal budi akan mengantar manusia kepada
sang pencipta. Hukum itu tentang akal budi. Maksudanya adalah hukum
didasarkan pada kebenara sejauh akal budi manusia dapat memikirkannya.
Tidak setiap peraturan hukum yang diperintahkan itu mengikat secara
moral. Hanya perintah dan larangan yang lolos dari akal budi saja yang
memiliki daya ikat. Dari kasus yang saya angkat, berkaitan dengan hukum
dan moral seorang kepala daerah. Hukum yang berlaku dan ditegakkan,
rasanya tidak dihiraukan oleh Zumi Zola. Sudah jelas mengenai Undang-
Undang Korupsi dan Gratifikasi telah ditregakkan di Indonesia, lantas
mengapa ia masih melanggar itu. Berhubungan dengan moral? Tentu
demikian. Layakkah dia disebut sebagai pelangar hukum dan sehingga
moralnya dipertanyakan?
Ketika ia melanggar Pasal 12B atau pasal 11 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 Tentang Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 no 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Dengan bunyi
pasal 12B adalah “pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya” sedangkan bunyi pasal 12 :
“Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Sudah jelas bahwa dia adalah seroang pelanggar hukum. Moral? Tentu
moralnya buruk. Jika dia seorang pemimpin yang selayaknya dia tidak
berbuat demikian, moralnya sungguh baik. Namun pada kenyataannya
materilah yang membutakannya hingga ia lupa moralitas. Berbicara
masalah akal budi yang merupakan sumber hukum. Dapat dihubungkan
dalam suatu pertanyaan, jika ia melanngar hukum, kemana akal budinya?
Hilangkah? Bahkan sudah dikatakan bahwa manusia setingginya berakal
budi?
ii. Tatanan akal budi dimaksudkan untuk mengejar bonum communae yaitu
kesejahteraan umum. Dapat dikatakan bahwa hukum dibuat untuk
kesejahteraan umum. Hukum tidak akan pernah dibuat untuk kepentingan
pribadi, golongan melainkan untuk kesejahteraan umum. Bentuk hukum
berupa peraturan utuk manusia agar hidup mereka lebih baik, damai, aman
dan sejahtera. Dari pengertian tersebut secara jelas dikatakan, hukum
dibuat agar manusia dalam menjalankan kehidupan lebih baik, nyaman,
damai dan sejahtera serta hukum dibuat untuk kepentingan banyak orang.
Sehingga, dari kasus Zumi Zola dia melanggar hukum dan melakukan
perbuatan itu untuk kepentingannya sendiri, ia mengorbakan hidup seluruh
rakyat yang dia pimpin. Untuk itu hukum di negeri ini harus diteggakkan,
guna hidup rakyat Indonesia yang lebih baik.

KESIMPULAN
Dari kasus korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Jambi Zumi Zola dapat
kita simpulkan bahwa ia telah melanggar nilai-nilai moral yang ada di Indonesia,
juga moral sebagai manusia. Selain itu, apa yang dilakukannya jelas melanggar
hukum yang ada. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus menghindari
perilaku seorang pemimpin yang korupsi seperti yang dilakukan oleh Zumi Zola
agar Indonesia bebas korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup


Manusia)
Belarminus, Robertus. 2018. Kronologi Awal KPK Usut Suap Gubernur Jambi
Zumi Zola[Internet]. Tersedia di:
https://regional.kompas.com/read/2018/02/03/18073741/kronologi-awal-kpk-usut-
kasus-suap-gubernur-jambi-zumi-zola . Tanggal akses 15/11/2018
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_31_99.htm. Tanggal akses 20/11/2018

Anda mungkin juga menyukai