Anda di halaman 1dari 14

SIMPLISIA

Simplisia menurut departemen kesehatan Republik Indonesia


(1983), simplisia adalah bahan alam yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalamai pengolahan apappun dan berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari 3 macam
yaitu :

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,


bagian tanaman atau eksudat tanaman (isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya ataupun zat-zat nabati lainya yang
keluar dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamanannya dan
berupa zat kima murn)
2. Simplisia hewani adalah simplis yang merupakan hewan utuh,
sebagain hewan atau zat –zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia yang berupa
bahan pelican atau mineral yang belum diolah dengan cara
yang sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Pada umumnya simplisia ada beberapa tahapan sebgaia berikut:
(midian, dkk, 1988).
1) Pengumpulan bahan baku
Pada pengumpulan bahan baku senyawa ktif yang terkandung
dalam simplisia tergantung pada bagian tanaman digunakan,
umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan tempat tanaman
tumbuh.
2) Sortasi basah
Sortasi ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran dan bahan
asing lainya dari simplisia. Misalnya seperti tanah atau bahan
asing yang mengandung mikroba dalam jumlah yang tinngi
dapat mengurangi kualitas simplisia.
3) Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dari kotoran lainya dan
dilakukan dengan menggunakan air bersih

4) Perajanagan
Perjangan bahan simplisia dilakukan unutk memudahkan
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman
yang baru diambil, dijemur dahalu keadaan utuh selama 1 hari
dan dapat dirajang dengan pisau atau mesin perajang lainnya.
Perjangan diusahakan tipis agara pada saat pengeringan air
yang terdapat pada tanamaan mudah menguap dan
mempercepat waktu pengeringana.
5) Pengeringan
Pengeringan bertujuan mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktun yang
lebih lama. Pengeringan simplisia menggunakan alat
pengering simplisia supaya pada saat pengeringan kelembapan
udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan
bahan dapat dipantau dengan baik.
6) Sortasi kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda asing atau
kotorang yang masih ada di simplisia kering sortasi dilakukan
sebelum melakukan pengemasan simplisia.
7) Penyimpanan
Penyimpanan smplisia perlu diperhatikan agar tidak
mengakibatkan kerusakan pada simplisia, yaitu dengan cara
pengepakan, pembukusan dan pewadaan dan penyimpanannya
sesuai dengan syarat simplisia.
8) Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan saat penerimaan
simplisia. Simplisi yang diterima harus murni dan sesuai
dengan yang disebutkan oleh buku Farmakope Indonsia.
Simplisia dapat dikatan baik adalah dengan memeriksa
simplisia secara organoleptic, mikroskopik atau secara kimia.
Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikana kandungan kimia yang


dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat dengan
pelarut cair (Anonim,1986). Ekstraksi dilakukan untuk menyari
zat-zat aktif dari tanamana obat, hewan dan beberapa jenis ikan
lainya. Yang bertujuan menarik komponen kimia yang terdpata
pada bahan alam, dengan menggunakan prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan
terjadi pada lapisan kemudian berdifusi masuk dalam pelarut.
(Anonim,1986).
Macam- macam metode ekstrasksi bisa dliakukan dengan cara
panas dan cara dingin antara lain :
A. Cara dingin
1) Maserasi
Adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapak kali pengocokan
atau pengadukan pada suhu kamar. (anonym ,2000)
2) Perkolasi
Adalah ekstraksi dengan palrut yang selalu baru, yang
umumnya dilakukan dengan suhu ruangan. Perkolasi
terdidiri dari beberapa tahapan yaitu, pngembangan baha,
tahapan maserasi antara, tahapan perkolasi sebenarnya
(penetesan/ penampungan ekstrak) dilakukan terus
menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5
kali jumlah bahan

B. Cara panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature
pada titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut tertabatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama 3-5 kali sehingga proses ekstraksi
sempurna.

2) Soxhlet
Umumnya dilakuakan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin baik.

3) Digesti
Adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinyu)
pada temperature yang lebih tinggi dari temperature
kamar, secara umum dilakukan pada 40 – 500C.
4) Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature
96-980C selama waktu 15-20 menit di penangas air,
berupa bejana infus tercelup dalam pengas air mendidih
(Anonim, 2000).
KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan
komponen atas dasra perbedaan adsorbs atau partisi oleh fase
diam dibawah pengaruh gerakan pelarut pengembang atau
pelarut pengembang campur. Pemilihian pelarut sangat
dipengaruhi oleh polaritas zat kima yang dipisahkan.
(Mulya,M,1995).
KLT adalah kromrografi cair yang sampelnya diaplikasikan
sebagai noda atau goresan pada lapisan tipis lempeng plastic
atau logam.
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi
hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana
ada interaksi antara permukaan fase diam dengan fase geraknya.

Cara Kerja :
1. Sampel ekstraksi dengan pelarut yang sesuai sehingga didapat
zat – zat yang akan dianalisa.
2. Siapkan chamber
3. Siapkan lempeng tipis kromatografi dengan cara diberi garis 2
cm dari bagian bawah dan 10 – 12 cm dari bagian bawah
4. Masukkan eluen ditambah sedikit air dan juga lempeng tipis
kromatografi
5. Tutup bejana dan biarkan selama 2 – 3 jam sampai terjadi
kesetimbangan
6. Tambahkan lagi eluen sampai kira-kira lempeng tipis dapat
tercelup
7. Dengan menggunakan pipa kapiler untuk kromatografi,
sampel ditotolkan pada lempeng tipis digaris bagian bawah
8. Lempeng tipis tersebut kemudian digantungkan pada chamber
dengan posisi bagian bawahnya terendam pada eluen, kemudian
dielusi sampai dengan mencapai garis batas bagian atas
9. Setelah dielusi, lempeng tipis tersebut dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan dan hindarkan dari panas yang berlebihan zat
warna akan timbul berupa bercak.
10. Tentukan titik tengah bercak
11.hitung Rf
SKRINING FITOKIMIA
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi
bioaktif yang belum tampak melalui tes atau pemeriksaan yang
dengan cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki
kandungan fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak
memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining fitokimia
merupakan tahap pendahuluan yang mempunyai tujuan
memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung di tanaman yang diteliti. (Kristianti dkk., 2008).
Flavonoid
merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang terdiri
dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai tumbuhan
dalam bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu
atau lebih grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007; Bhat et al., 2009).
Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang
disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino
(Bhat et al., 2009).Pemeriksaan golongan flavonoid dilakukan
dengan uji warna yaitu fitokimia untuk penentuan keberadaan
golongan flavonoid dan uji adanya senyawa polifenol. Uji
keberadaan senyawa flavonoid dari dalam sampel digunakan uji
Wilstatter, uji Bate-Smith, dan uji dengan NaOH 10%

ALKALOID
adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
membentuk cincin heterosiklik (Harborne, 1984). Alkaloid
banyak ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari
tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat
mencapai 10-15%.
Uji alkaloid dilakukan dengan cara melarutan ekstrak uji
sebanyak 2 mL diuapkan di atas cawan porselin hingga di dapat
residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 N.
Larutan yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi.
Tabung pertama ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi
sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi
Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan
pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga
pada tabung kedua dan endapan putih hingga kekuningan pada
tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid . (Jones and
Kinghorn, 2006).
SAPONIN
saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah
terdeteksi dalam lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida
adalah suatu kompleks antara gula pereduksi (glikon) Banyak
saponin yang punya satuan gula sampai 5 dan komponen asam
glukuronat. Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan
dengan pembentukan busa yang sewaktu mengekstraksi
tumbuhan atau memekatkan ekstrak (Harborne, 1987).
uji saponin dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak sampel
daun sebanyak 1 gram ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan akuades hingga seluruh sampel terendam,
dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan,
kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil. (Sangi et al., 2008)
TANIN
senyawa umum yang terdapat dalam tumbuhan dan memiliki
gugus fenol, memilki rasa sepat dan mampu menyamakkulit
karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin secara
kimia dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu tannin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis.
Uji tanin dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak sampel
kedalam metanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian
ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau
hijau (Sangi et al., 2008).
Terpenoid
merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat
diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut
minyak atsiri. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa
seperti monoterpen dan seskuiterpen yang mudah menguap,
diterpen yang sukar menguap, dan triterpen dan sterol yang tidak
menguap. Secara umum senyawa ini larut dalam lemak dan
terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan.
Uji dilakukan dengan cara melarutan uji sebanyak 2 mL diuapkan.
Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform, lalu
ditambah dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat. Selanjutnya,
campuran ini ditetesi dengan 2 mL asam sulfat pekat melalui
dinding tabung tersebut. Bila terbentuk warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya sterol. Jika hasil yang diperoleh berupa
cincin kecokelatan atau violet pada perbatasan dua pelarut,
menunjukkan adanya triterpenoid (Jones and Kinghorn, 2006;
Evans, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1, 11- 25, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman
Obat, Cetakan Pertama, 10 -11, 16, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Jones, W. P. and A. D. Kinghorn. 2006. Extraction of Plant
Secondary Metabolites. In: Sarker, S. D., Latif, Z. and
Gray, A. I., eds. Natural Products Isolation. 2nd Ed.
New Jersey: Humana Press. P.341-342
Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi.
2008. Buku Ajar Fitokimia.Surabaya: Jurusan Kimia
Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas
Midian Sirait dkk, 1985.Cara Pembuatan Simplisia, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.Hal 1-15.
Sangi, M.; Runtuwene, M.R.J.; Simbala, H.E.I. dan Makang,
V.M.A. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di
Kabupaten Minahasa Utara.Chemistry Progress. Vol 1,
hlm: 47-53

Anda mungkin juga menyukai