Anda di halaman 1dari 25

MENGANALISIS DAN MENENTUKAN MATERI DAN METODE

PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM INTRUKSIONAL


RPP DI SMK

MAKALAH
untuk memenuhi tugas matakuliah
Perencanaan Pembelajaran
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. H. Amat Mukhadis

Oleh :
MUHAMMAD FAZA MUTAQIN (160513609647)
NOOR FAUZI (160513609629)
NUR ALAMSYAH SURYA NEGARA (160513609683)
TRI PUTRA WICAKSONO (160513609643)
YUDISWORO AJI (160513609686)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
Maret 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengurangi
kejenuhan belajar pada peserta didik adalah dengan mengembangkan bahan ajar.
Mengembangkan bahan ajar selayaknya merupakan kemampuan yang harus terus menerus
ditingkatkan oleh setiap guru. Jika seorang guru tidak memiliki kemampuan
mengembangkan bahan ajar yang bervariasi maka guru akan terjebak pada situasi
pembelajaran yang monoton dan cenderung membosankan bagi peserta didik.
Permasalahannya sekarang adalah pemahaman guru yang bervariasi tentang
Kurikulum 2013. Perbedaan pemahaman akan berdampak pada penjabaran kemampuan-
kemampuan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar sehingga berakibat makin
lebarnya variasi terhadap pemahaman dalam pengembangan bahan ajar dan media
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin
baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan
merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor
guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode
mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi
menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang
“kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan
guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai
teknik pelaksanaannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Apa yang dimaksud dengan materi pembelajaran ?
2) Bagaimana cara menentukan materi pembelajaran ?
3) Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
4) Bagaimana cara menentukan metode pembelajaran ?

1.3 TUJUAN
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan materi pembelajaran.
2) Mengetahui cara menentukan materi pembelajaran.
3) Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran.
4) Mengetahui cara menentukan metode pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN

Materi pembelajaran adalah isi (content) suatu pembelajaranyang harus dipelajarai


peserta didik agar ia dapat menguasai suatu kompetensi yang telah di tetapkan dalam
standar isi yang berupa kompetensi inti (KI) dan kopentensi dasar (KD). Jenis Materi
pembelajaran dapat dibedakan menjadi materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat diklasifikasikan lagi
menjadi empat jenis, yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reiguleth, 1987). Jenis
materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambing, nama tempat, nama
orang, dan sebagainya. Materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen
atau bagian suatu obyek. Materi prinsip adalah dalil, rumus, adigium, postulat, teorema,
atau hubungan antara konsep yang menggambarkan “jika… maka…”. Materi jenis
prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau
berurutan untuk mengerjakan suatu tugas.
Sedangkan materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap
atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, semangat dan minat
belajar, semangat bekerja, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk materi pembelajaran
aspek psikomotorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin dari suatu gerakan fisik
untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu pada level tertentu.

2.2 KEDUDUKAN MATERI PEMBELAJARAN

Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu
peserta didik dalam mencapai kompetensi tersebut (KI & KD). Masalah-masalah yang
timbul berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan,
urutan, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran dan sumber diperolehnya
materi pembelajaran. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi atau ditentukan
dengan tepat dengan tepat karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi
penyampaian, media, dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang
lingkup serta kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan
tidak lebih untuk dipelajari peserta didik guna mencapai kompetensi. Urutan (sequence)
perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan atau
menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih setepat mungkin agar tidak salah
mengajarkan atau mempelajarinya (misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi harus
dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan).

2.3 PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MATERI PEMBELAJARAN

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi


pembelajaran, prinsip relevansi, konsistensi, dan kecakupan. Prinsip relevansi
dimaksudkan untuk mendapatkan materi pembelajaran yang relevan atau berkaitan dengan
pencapaikan KI dan KD. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai
peserta didik berupa menghafal fakta, yakni menyebutkan nama atau bagian-bagian utama
motor bensin misalnya, maka materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik harus
berupa fakta tentang nama-nama bagian utama motor bensin.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika KD yang harus dikuasai peserta didik
berjumlah empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat
macam. Sebagai contoh, KD yang harus dikuasai peserta didik adalah melaksanakan untuk
tune up motor bensin yang mencakup tune up motor bensin dan penggunaan tools. Maka
materi pelajaran juga harus meliputi prosedur dalan tune up motor bensin dan penggunaan
tools sesuai SOP dan UU K3.
Sedangkan prinsip kecakupan dimaksudkan materi pembelajaran yang dipelajari
peserta didik hendaknya cukup memadai untuk menguasai KD yang telah ditetapkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit kurang
membantu peserta didik untuk mencapai KI dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya oleh karena
itu kecakupan juga menentukan pemahaman peserta didik untuk mencapai KI dan KD
sesuai harapan.

2.4. LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN MATERI PEMBELAJARAN

Kriteria pokok yang harus diperhatikan guru dalam pemilihan atau pengembangan
materi pembelajaran adalah KI dan KD. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang
dipilih untuk suatu pembelajaran harus berisikan materi pembelajaran yang benar-benar
menunjang ketercapainya KI dan KD tersebut. Dengan kata lain, pemilihan dan
pengembangan materi pembelajaran harus berpijak dan merajuk pada KI dan KD.
Secara garis besar ada empat langkah yang harus di tempuh guru dalam pemilihan
materi pembelajaran, yaitu (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat pada KI dan KD
yang harus dipelajari peserta didik; (2) mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran;
(3) memilih materi pembelajaran yang relevan dengan KI dan KD; dan (4) memilih sumber
materi pembelajaran. Secara lebih operasinal keempat langkah tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
a. Mengidentifikasi Aspek-Aspek yang Terdapat dalam KI dan KD
Identifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam KI dan KD dapat diacukan pada hasil
pengembangan indikator KD sebagaimana telah dilakukan pada pembuatan silabus atau
kegiatan analisis kompetensi. Pada pengembangan indikator tersebut telah teridentifikasi
berbagai aspek KD yang harus dipelajari peserta didik yang mencakup kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Ketiga aspek tersebut memerlukan jenis materi pembelajaran
yang berbeda-beda yang harus dipelajari para peserta didik agar mereka mencapai
penguasaan kompetensi sebagaimana dirumuskan dalam KD. Karena KD merupakan
subkompetensi dari kompetensi sebagaimana terdapat dalam KI, maka identifikasi
aspek-aspek dalam keseluruhan KD yang terdapat dalam suatu KI akan menggambarkan
cakupan materi pembelajaran yang harus dipelajari para peserta didik untuk menguasai
KI tersebut.
b. Mengidentifikasi Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Berdasarkan berbagai aspek yang telah diidentifikasi dari masinh-masing KD dalam
suatu KI, maka materi pembelajaran yang harus dipelajari para peserta didik untuk
mencapai KI tersebut juga dapat dipilah menjadi jenis materi aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, materi pembelajaran
aspek kognitif secara terperinci dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur. Identifikasi jenis materi pembelajaran penting dilakukan
karena memiliki konsekwensi logis terhadap proses pembelajaran yang harus dirancang
guru agar dapat memudahkan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Hal tersebut mudah dipahami karena setiap jenis materi pembelajaran tertentu
memerlukan strategi atau metode pembelajaran, media dan sistem evaluasi/penilaian
yang berbeda-beda. Misalnya, metode untuk mengajarkan materi fakta atau informasi
verbal yang bersifat hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan ingatan”
(mnemonic), metode untuk mengajarkan materi yang bersifat prosedural adalah
“demonstrasi”, dan metode untuk mengajarkan materi bersifat psikomotorik, yang
menekankan pada keterampilan teknikal, adalah dengan pemberian tugas praktek yang
disertai dengan pemberian bimbingan langsung.
c. Memilih Jenis Materi yang Sesuai dengan KI dan KD
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran program kejuruan/produktif di SMK,
khususnya pada kelompok mata pelajaran C2 dan C3, maka hampir dapat dipastikan
bahwa hasil analisis terhadap aspek-aspek suatu KD akan menghasilkan kebutuhan
materi pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Oleh
karena itu materi pembelajaran yang harus dikembangkan guru juga mencakup tiga aspek
tersebut.
Cara yang dapat ditempuh guru untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang
akan diajarkan adalah dengan jalan menganalisis subskills (indikator) apa yang harus
dikuasi peserta didik. Berikut adalah contoh analisis subskills (indikator) untuk
mengidentifikasi jenis materi pembelajaran yang dituangkan pada rumusan “jika...
maka...”
1. Jika indikator yang harus dikuasi peserta didik berupa mengingat nama suatu objek,
simbol atau suatu peristiwa, maka materi pembelajaran yang harus dikembangkan
guru adalah “fakta”. Misalnya: nama-nama komponen mesin, nama-nama tools.
2. Jika indikator yang harus dikuasi peserta didik berupa kemampuan untuk
menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan
beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi, maka materi yang harus
dikembangkan guru adalah “konsep”. Misalnya : konsep adiabatis pada mesin
otomotif, konsep mesin 4 tak dan konsep mesin 2 tak.
3. Jika indikator yang harus dikuasai peserta didik berupa cara melakukan sesuatu atau
prosedur membuat sesuatu, maka materi yang harus dikembangkan guru adalah
“prosedur”. Contoh: prosedur setting karburator, prosedur tune up motor bensin.
4. Jika indikator yang harus dikuasi peserta didik berupa menentukan hubungan antara
beberapa konsep atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep, maka
maka materi pembelajaran yang harus dikembangkan guru termasuk dalam kategori
“prinsip”. Misalnya: cara menghitung kecepatan menghitung kecepatan potong, cara
menghitung dalam pembubutan.
5. Jika indikator yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih berbuat atau tidak
berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah, maka
materi pembelajaran yang harus dikembangkan guru adalah berupa aspek afektif,
sikap atau nilai. Misalnya: bekerja sesuai SOP, pentingnya menggunakan APD.
6. Jika indikator yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan perbuatan secara
fisik, maka materi pembelajaran yang harus dikembangkan adalah aspek
motorik/praktek. Misalnya: praktek overhaul mesin, praktek melakukan perawatan
AC mobil.
d. Memilih Sumber Materi Pembelajaran
Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang pengajar adalah memilih
materi pembelajaran yang diperlukan tersebut dari berbagai macam sumber yang ada
sesuai dengan aspek-aspek yang sebelumnya telah teridentifikasi dalam KI dan KD.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
1. Buku
2. Laporan hasil penelitian
3. Jurnal
4. Majalah ilmiah, dll.

2.5 MENENTUKAN CAKUPAN DAN URUTAN MATERI PEMBELAJARAN

Menurt Agus sudjimat (perencanaan pembelajaran kejuruan, 2014:226) cakupan atau


ruang lingkup ,kedalaman,dan urutan materi pembelajaran penting diperhatikan karena akan
berpengaruh terhadap proses pembelajaran peserta didik. Hal ini ada benarnya karena porsi
dan ketepatan waktu dalam menyajikan materi akan berpengaruh terhadap keberhasilan peserta
didik dalam belajar,dengan sudah diaturnya cakupan dan materi pembelajaran maka peserta
didik akan dimudahkan proses belajarnya karena mereka sudah terhindar dari pemberian materi
yang terlau dalam atau pemberian materi yang terlalu dangkal, atau belajar terlalu sedikit atau
terlalu banyak

Menetukan Cakupan Materi Pembelajaran

Dalam menentukan cakupan atau kedalaman materi pembelajaran hal yang penting
dilakukan oleh guru,guru harus memahami dan mengerti jenis materi pembelajaran guna
pemilihan straegi dan pemilihan media pembelajaran yang cocok, apakah aspek yang akan
diberikan berupa aspek kongnitif ( fakta,konsep prinsip,dan prpsedur), aspek afektif ataukah
aspek psikomotorik.

Selain jenis materi pembelajaran hal yang harus diperhatikan yaitu menentukan
keluasan cakupan dan kedalaman materi pembelajaran ,keluasan cakupan pembelajaran
mengambarkan seberapa banyak materi yang dimasukan kedalam sebuah pembelajaran ,dan
kedalaman materi pembelajaran berkaitan dengan detail detail konsep yang terkandung di
dalamnya yang harus di kuasai oleh peserta didik,conthnya apa bila pada bidang otomotif di
SMK kopetesi kelistrikan bodi diajarkan pada setiap jenjang yaitu kela X,XI,XII namun
keluasan dan kedalaman materi yang diberikan berbeda pada kelas X siswa hanya mengenal
dan mengidentifikasi komponen beserta cara kerjanya sedangkan pada kelas XII siswa sudah
diajarkan tentang diagnosis masalah yang terjadi dan juga tindakan yang harus diambil untuk
penyelesaian masalah dalam kelistikan bodi kendaraan

Prinsip lain yang harus diperhatikan oleh guru adalah kecukupan masteri (adequancy.prinsip
ini berkaitan dengan cukup tidaknya materi yang akan diberikan ke siswa agar siswa tidak
mendapat materi yang kurang atau malah berlebihan misalnya suatu KD berbunyi merangkai
kelistrikan bodi maka uraian materi yang mencakup adalah 1.penguasaan konsep wiring
diagram kelistrikan bodi, 2.Prosedur perangkaian keistrikan bodi 3. Praktik perangakian
kelistrikan bodi kendaraan

Menentukan Urutan Materi Pembelajaran

Urutan ( sequencing) materi pelajaransangat penting dilakukan oleh guru karena akan
berkaitan dengan kemudahan belajar atau memahami materi seorang siswa ,semakin runtut
penyajianya maka semakin mudah untuk dipahami begitu pula sebaliknya semakin tidak runtut
materi makan akan semakin sulit dipahami contohnya sangat sederhana misalkan materi
kelistrikan pada kendaraan maka mka materi yang pertama diberikan adalah kelistrikan dasar
yang berisi tentang pengenalan komponen komponen kelestrikan secara umum yang ada pada
kendaraan selanjutnya baru dilanjutkan dengan kelistrikan bodi dan kelistrikan engine yang
memiliki tingkat kesulitan yang lebih

Peran Guru Dalam Pengembangan Dan Penyampaian Materi Pembelajaran

Dalam hal ini dapat di identifikasikan menjadi tiga tipe pembelajaran yaitu

 Suatu pembelajaran dimana guru mengembangkan materiatau bahan pembelajaran


individual
 Pembelajaran dimana guru memilih dan mengubah bahan pembelajaran yang ada sesuai
dengan strategi pembelajaran yang telah dirancangnya
 Pemebelajaran dimana guru tidak mengunakan materi atau bahan ajar tetapi
menyampaikan pembelajaran sesuai dengan strategi yang telah dirancangya

Dalam konteks pembelajaran program kejuruan /produktif di SMK saaat ini ,maka peran guru
yang tepat dalam pengembangan dan penyampaian pembelajaran adalah guru memilih dan
mengubah materi pembelajaran yang ada agar sesuai dengan ebutuhan siswa untuk mencapai
KI dan KD yang telah ditetapkan dalam standat is.
2.6 MEMILIH METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran merupakan cara – cara yang dapat dipakai pengajar untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dengan tujuan utama tercapainya tujuan pembelajaran
dan hasil pembelajaran, sedangkan menurut Sudjimat (2014:204) metode pembelajaran adalah
berbagai cara yang berbeda dalam membelajarkan peserta didik untuk mencapai hasil
pembelajaran (kompetensi) yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Dalam perancangan sistem pembelajaran model Kurikulum 2013 (K-13), metode


pembelajaran merupakan komponen yang penting setelah materi pembelajaran, metode
pembelajaran memiliki keterkaitan yang erat dengan strategi pembelajaran sebagaimana
terdapat dalam silabus. Berbagai kegiatan psikis, fisik, dan atau interaksi peserta didik dengan
berbagai sumber belajar sebagaimana dijabarkan pendidik dalam silabus harus dapat
disintesiskan ke dalam satu atau lebih metode pembelajaran yang sesuai. Berbagai metode
pembelajaran yang dihasilkan dari sintesis proses belajar peserta didik sebagaimana dipaparkan
dalam silabus itulah yang harus dipilih dan dinyatakan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) oleh pendidik.

Pemahaman secara komprehensif para pendidik terhadap pemilihan metode


pembelajaran dibuktikan dari hasil kajian empirik dan temuan penelitian bahwa sebagian besar
rumusan "strategi Pembelajaran" yang dirumuskan pendidik dalam silabus memiliki tingkat
kesesuaian yang sangat rendah dengan jenis "metode" dan rumusan "skenario/Langkah-
langkah pembelajaran" yang dikembangkan dalam RPP-nya. Hal tersebut menjadikan sebuah
tantagan besar para pendidik untuk terus meningkatkan pemahamannya secara komprehensif
tentang silabus dan RPP serta keterkaitan antara keduanya dalam implementasi K-13 saat ini.
Hal ini dikarenakan, implementasi K-13 menurut para pendidik untuk mengembangkan silabus
dan RPP yang lebih “rumit” jika dibandingkan dengan silabus dan RPP KTSP yang lalu.
Kerumitan tersebut terjadi karena implementasi K-13 menuntut peserta didik untuk mampu
merancang pembelajaran yang inovatif, tetapi juga menggunakan pendekatan saintifik dalam
rangka pengembangan keterampilan saintifik/ilmiah para peserta didik.

Untuk mampu memilih dan menetapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif
dalam pembelajaran program produktif di SMK( pembelajaran mata pelajaran kelompok C2
dan C3), maka penting bagi para pendidik untuk memahami terlebih dahulu pengertian metode
pembelajaran dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Dalam pemilihan metode pembelajaran hal – hal yang dapat diperhatikan sebagai
berikut :

1. Pemilihan metode pembelaran itu bergantung pada hasil pembelajaran ( kompetensi)


yang harus dicapai atau dikuasai peserta didik.
2. Metode pembelajaran tertentu cocok untuk membelajarakan peserta didik untuk
mencapai kompetensi tertentu secara efektif, tetapi belum tentu cocok untuk
membelajarakan kompetensi lainnya.
3. Pemmilihan metode pembelajaran dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang ada di
mana metode pembelajaran tersebut akan diimplementasikan.

Dengan ketiga hal yang telah disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
proses pembelajaran tidak ada metode pembelarajaran tunggal atau hanya menggunakan satu
metode saja, meainkan menggunakan multi metode dan penggunaan multi metode disesuaikan
dengan kondisi yang ada.

2.7 PERTIMBANGAN DALAM MEMLIH METODE PEMBELAJARAN

Dalam memilih metode pembelaran ada tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu sebagai
berikut :

1. Kondisi pembelajaran
2. Karakteristik pembelajaran
3. Tuntutan standart proses dalam kurikulum

Ketiga faktor diatas akan di jelaskan sebagai berikut

1. Kondisi pembelajaran
Kondisi pembelaran adalah berbagai faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran sifatnya adalah
“given” , sehingga yang harus dilakukan pendidik harus menerima apa adanya dan
tidak bisa memanipulasi.
Kondisi pembelajaran yang dimaksud yaitu mencakup :
a. Kompetensi
Kompetensi yang dimaksud adalah KD dari kelompok mata pelajaran C2 dan C3
baik pada ranah KI 1,2,3 maupun 4 yang telah ditetapkan oleh direktorat pembinaan
SMK. Berdasarkan dari sifat kondisi pembelajaran berbagai KD tersebut harus
diterima apa adanya dan tidak boleh diubah.
b. Karakteristik bidang studi/mata pelajaran
Karakteristik bidang studi mengacu pada struktur dan tipe isi bidang studi. Struktur
bidang studi ada tiga yaitu : konseptual, prosedural dan teoritik. Sedangakan tipe isi
bidang studi mencangkup fakta, konsep, prinsip, prosedur, sikap dan keterampilan.
Dalam konteks pembelajaran program produktif di SMK, struktur dan tipe isi
budang studinya tergolong prosedural.
c. Kendala
Kendala adalah berbagai keterbatasan sumber belajar yang ada di satuan
pendidikan, baik yang berkaitan dengan dana, media, personalia, waktu, alat, bahan,
dan lain – lain. Jika kita berada pada ranah kelompok mata pelajaran C2 dan C3 di
SMK, komponen yang menjadi pertimbangan besar yaitu media, bahan dan
peralatan praktikum.
d. Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik berkaitan dengan berbagai aspek kualitas perseorangan
perserta didik, misalnya jenis kelamin, usia, gaya kognitif, gaya belajar, motivasi
belajar, bakat mekanik, IQ, EQ, dan lain – lain. Pada umumnya karakteristik
pembelajaran tidak menjadi pertimbangan yang besar dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat, karena pada kenyataannya setiap satuan pendidikan atau
setiap sekolahan masih menerapkan menyetarakan karakteristik peserta didiknya.
2. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran yang dimaksud adalah karakteristik pembelajaran abad XXI
dan harus sesuai dengan kondisi dan tuntutan global saat ini.
Karakteristik pembelajaran yang sesuai dengan abad XXI yaitu
a. Mampu membuat peserta didik belajar secara aktif
b. Melatih berfikir tingkat tinggi ( kritis, kreatif, inovatif)
c. Melatih pemecahan masalah
d. Membangun kooperatif, kolaboratif dan suportif
e. Mengembangkan soft skil
f. Memanfaatkan multimedia
g. Menekankan pada proses dan pencapaian kompetensi
h. Menggunakan berbagai sumber belajar dan interdispliner
i. Menempatkan guru lebih sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik.

Tabel. Pegeseran paradigma pembelajaran abad XXI


Ciri abad XXI Modus Pembelajaran
Informasi (tersedia dimana saja, kapan Pembelajaran diarahkan untuk
saja) mendorong peserta didik mencari tahu
dari berbagai sumber/observasi, bukan
diberi tahu.
Komputasi (lebih cepat menggunakan Pembelajaran diarahkan untuk
komputer) mendorong peserta didik mampu
merumuskan masalah(menanya) bukan
menyelesaikan masalah (menjawab)
Otomasi (Menjangkau segala pekerjaan Pembelajaran diarahkan untuk
rutin) mendorong peserta didik berpikir
analitis (pengambilan keputusan) bukan
hanya berpikir mekanistis (rutin)
Komunikasi (dari mana saja, ke mana Pembelajaran diarahkan untuk
saja) mendorong peserta didik melakukan
kerjasama dan kolaborasi
menyelesaikan masalah.

Selain perubahan modus pembelajaran yang ditampilkan pada tabel diatas, ciri
pembelajaran abad XXI juga ditandai dengan pergeseran pusat belajar dari TCL (Teacher
Centered Learning) menjadi SCL (Student Centered Learning).

Menurut Huba dan Freed (2000) perubahan TCL menjadi SCL disampaiakn pada tabel
berikut :

Teacher Centered Learning Student Centered Learning


Pengetahuan ditranfer dari pendidik ke Peserta didik secara aktif
peserta didik mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajarinya
Peserta didik menerima pengetahuan Peserta didik secara aktif terlibat dalam
secara pasif pengelolaan pengetahuan
Menekankan pada penguasaan materi Menekankan pada penguasaan materi
dan pengembangan karakter
Biasanya memanfaatkan media tunggal Memanfaaatkan banyak media
Fungsi pendidik sebagai pemberi Fungsi pendidik sebagai fasilitator dan
informasi utama dan evaluator evaluasi dilakukan bersama siswa.
Proses pembelajaran dan penilaian Proses pembelajaran dan penilaian
dilakukan secara terpisah dilakukan saling berkesinambungan dan
terintregrasi.
Menekankan pada jawaban yang benar a. Penekanan pada proses
saja pengembangan pengetahuan
b. Kesalahan dinilai dapat menjadi
salah satu sumber belajar
Sesuai untuk mengembangkan ilmu Sesuai untuk mengembangkan ilmu
dalam satu disiplin saja. dengan cara pendekatan indisipliner.
Iklim belajar lebih individualis dan Iklim belajar dikembangkan lebih
kompetitif bersifat kolaboratif, suportif dan
kooperatif.
Hanya peserta didik yang dianggap Peserta didik dan pendidik belajar
melakukan proses pembelajaran bersama di dalam mengembangkan
pengetahuan, konsep dan keterampillan
Pertemuan di kelas/lab merupakan Peserta didik dapat belajar tidak hanya
bagian terbesar dalam proses dari pertemuan di kelas/lab saja tetapi
pembelajaran. dapat menggunakan berbagai cara dan
kegiatan.
Penekanan pada tuntasnya materi Penekanan pada pencapaian kompetensi
pembelajaran
Penekanan bagaimana cara pendidik Penekanan bagaimana cara peserta didik
melakukan pembelajaran dapat belajar dengan menggunakan
berbagai bahan ajar, metode
interdisipliner, penekanan pada Problem
Based Learning dan Competency

3. Tuntutan Standar Proses Dalam Kurikulum


Faktor yang ke tiga yaitu tuntutan standar proses dalam kurikulum, dalam kurikulum
K-13 berbeda dengan kurikulum KTSP 2006 maupun pada kurikulum sebelumnya.
Dalam standar proses (Permendikbud Nomor 65 tahun 2013) dijelaskan bahwa ssuai
dengan standart kompetensi lulusan dan standar isi maka prinsip pembelajaran yang
digunakan :
1. Dari peserta didik diberitahu menuju peserta didik mencari tahu
2. Dari pendidik yang sebagai satu – satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah.
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu
6. Dari pembelajaran yang memekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
8. Peningkatan dan keseimbangan keterampilan fisikal ( hardskill ) dan keterampilan
mental (softskill)
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pelajar sepanjang hayat.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai – nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodho), membangun kemauan (ing madyo mangun karso) dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran ( tut wuri
handayani)
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
12. Pembelajran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah pendidik, siapa saja
adalah peserta didik dan dimana saja adalah kelas.
13. Pemanfaaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pembelajaran.
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

2.8 Metode Pembelajaran Yang Disarankan

Berdasarkan paparan pada bagian sebelumnya dapat dikerucutkan/diringkas beberapa


karakteristik metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk matapelajaran kejuruan
Kelompok Program Keahlian (C2) dan Paket Keahlian (C3) yang memiliki struktur isi
prosedural sebagai berikut: (1) mampu menimbulkan belajar aktif pada diri peserta didik; (2)
memperkuat proses berpikir dan pemecahan masalah; (3) mengembangkan hardskills
(terutama keterampilan montorik), softskills, dan karakter; (4) menumbuhkan belajar
kolaboratif, kooperatif dan suportif; (5) lebih menempatkan guru sebagai fasilitator dan
motivator; dan (6) memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan berbagai sumber belajar.
Terkait karakteristik keenam, interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar,
Glickman (1991) dan Reigeluth (1999) menekankan pentingnya interaksi antara peserta didik
dengan berbagai komponen sistem pembelajaran baik yang berupa manusia sumber belajar
lainnya.

Reigeluth dan Moore (1999) mengklasifikasi interaksi belajar (inter-action for


learning) dalam pembelajaran menjadi dua, yaitu human inter-action dan non-human
interaction.

Dalam konteks pembelajaran program kejuruan di SMK, terutama pembelajaran


program produktif yang berupa praktikum di sekolah dan di industri, human interaction dapat
terjadi antara peserta didik dengan semua orang terlibat dalam pembelajaran praktikum
tersebut, baik dengan peserta didik lainnya, guru, laboran, teknisi, instruktur maupun
narasumber lainnya yang secara sengaja dirancang oleh guru atau pihak industri untuk
dilibatkan dalam proses pembelajaran. Sedangkan non-human interaction dapat berwujud
dalam bentuk interaksi peserta didik dengan berbagai peralatan dan pemesinan, interaksi
peserta didik dengan jobsheet dan berbagai sumber tercetak lainnya, terutama manual book,
interaksi peserta didik dengan berbagai media, interaksi peserta didik dengan benda kerja, dan
interaksi peserta didik dengan lingkungan kerja terutama bagi peserta didik yang sedang
melaksanakan program praktik industri.

Berdasarkan keenam karakteristik metode pembelajaran untuk mata pelajaran kejuruan


di SMK, berikut ini diuraikan dua model pembelajaran yang berpotensi memiliki keenam
karakteristik tersebut, yaitu model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning,
PrBL) dan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)

Problem Based Learning

a. Pengertian

Problem Based Learning (PrBL) adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan
penyelesaian masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Barrows & Tamblyn
(1980) yang menyatakan “ Sebagai model pembelajaran, PrBL menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Oleh karena itu
PrBL sangat cocok untuk digunakan pada pembelajaran program produktif yang menekankan
pada pemecahan masalah, misalnya teknik otomotif.

b. Prinsip Dasar
1. Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal, pertanyaan, dsb) yang perlu
diselesaikan
2. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik untuk mencari solusinya:
peserta didik mencari/membentuk pengetahuan baru untuk menyelasaikan masalah
c. Tujuan PBL
1. Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar
2. Menilai sejauh mana pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari
d. Beberapa kelebihan PBL
1. PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk
melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif
2. PBL merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan secara
mendalam
3. PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: kompleks dan berubah ubah
sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi
e. Kompetensi yang dikembangkan
1. Beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan
2. Mengenali dan memahami masalah serta mampu membuat keputusan yang
beralasan dalam situasi baru
3. Menalar secara kritis dan kreatif
4. Mengadopsi pendekatan yang lebih universal atau menyeluruh
5. Mempraktikkan empati dan menghargai sudut pandang orang lain
6. Berkolaborasi secara produktif dalam kelompok
7. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menemukan cara untuk
mengatasi kelemahan diri; self-directed learning
f. Karakteristik Masalah PBL
1. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu, pertanyaan atau hasil identifikasi
dari keadaan yang ada di sekitar peserta didik
2. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang jelas sehingga merangsang
peserta didik untuk mencari informasi untuk memperjelasnya
3. Masalah harus cukup kompleks dan ambigu sehingga peserta didik terdorong untuk
menggunakan berbagai strategi penyelesaian masalah, teknik dan ketrampilan
berpikir.
4. Masalah harus bermakna dan ada hubungannya dengan kehidupan sehari hari
sehingga peserta didik termotivasi mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan
masalah dan mengujinya secara praktis.
g. Sumber Pembelajaran
1. Bahan bacaan, baik yang disediakan secara langsung maupun yang ada di sekitar
tempat belajar
2. Informasi dari narasumber (dijelaskan sekilas dan berdasarkan pertanyaan peserta
didik)
3. Lingkungan dan hasil uji coba praktis
4. Sumber sumber lain yang dapat diakses peserta didik
h. Metode dalam PBL
1. Diskusi kelompok
2. Belajar mandiri (individual)
3. Eksperimen kelompok
4. Observasi gejala dan wawancara terhadap narasumber
5. Komparasi dengan hasil hasil penyelesaian masalah yang sudah ada
i. Karakteristik Kelompok
1. Peserta didik dibagi secara acak
2. Jumlah anggota kelompok berkisar antara 5-8 orang
3. Heterogen (latar belakang dan kemampuan cukup beragam)
4. Waktu kerja disesuaikan dengan jadwal belajar dan kesedian anggota kelompok
j. Peran Guru
1. Guru berperan sebagai fasilitator
2. Menyusun ‘trigger problems’
3. Guru juga dapat berperan sebagai narasumber terutama untuk informasi yang sulit
diperoleh dari sumber lain
4. Memastikan jalannya proses pembelajaran dan setiap anggota kelompok terlibat
5. Melakukan evaluasi
k. Langkah langkah PBL
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih
2. Guru membantu peserta didik mendifinisikan dan mengorganisasi tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
3. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
5. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses proses yang mereka gunakan.

Pembelajaran Berbasis Proyek

a) Pengertian

Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning, PjBL) merupakan model


pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di
kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas, Mergendoller & Michaelson, 1999). Oleh
karena itu PjBL sangat tepat diterapkan di SMK yang tidak hanya menerapkan pembelajaran
berbasis kompetensi (competency-based learning, CBT) tetapi juga pembelajaran berbasis
produksi (production-based learning, PBT). Melalui pembelajaran kerja proyek, kreativitas
dan motivasi peserta didik akan meningkat (Clegg, 2001; Clegg & Bearh, 2001). PjBL
mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat
atau meyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang
sesungguhnya. Karenanya PjBL sangat cocok digunakan untuk program pembelajaran
produktif di SMK, terutama yang berorentasi untuk menghasilkan produk.

b) Langkah-langkah Pembelajaran
1. Perencanaan Pekerjaan
a) Inventarisasi jenis pekerjaan (job), kompetensi dasar, dan produk yang dapat
dihasilkan.
 Inventarisasi Kompetensi Dasar
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kompetensi dasar (KD)
yang terdapat dalam kurikulum/silabus.
 Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu kepada jenis pekerjaan yang
ada di kurikulum, Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan/atau
standar pekerjaan lain yang ada di DU/DI/masyarakat. Setiap Paket
Keahlian pada umumnya memiliki lebih dari satu bidang/jenis pekerjaan
yang dapat di isi oleh lulusan
 Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekerjaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk yang dapat
dihasilkan oleh setiap bidang/jenis pekerjaan sehingga peserta didik
memiliki orientasi produk yang akan dihasilkan pada setiap pembelajaran.
Hasil inventarisasi tersebut dapat dituangkan dalam tabel seperti berikut ini

Tabel 8.6 Daftar Nama Produk Setiap Bidang Pekerjaan

No Bidang/Jenis Pekerjaan Nama Produk (barang/jasa)


1 P1 Pr1
Pr2
2 P2 Pr3
Pr4
3 P3 Pr5
Pr6

b) Analisis Kompetensi Kompetensi Dasar Terhadap Produk (Barang/Jasa)

Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan, bidang pekerjaan dan produk


tersebut, selanjutnya digunakan untuk menganalisis kompetensi dasar yang dibutuhkan
untuk menghasilkan setiap produk dan bidang pekerjaan dengan menggunkaan tabel
8.7

Tabel 8.7 Analisis Kompetensi Dasar terhadap Jenis Produk

Kompetensi Dasar Kode Standar Kompetensi


KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 KDn
Produk
Pr1 √ √ √
Pr2 √ √ √ √
Pr3
Pr4

Baris pada kolom 1 di isi dengan kode produk (nama barang/jasa), sedangkan kolom
berikutnya di isi dengan kode Kompetensi Dasar hasil inventarisasi dari Silabus.
Menentukan kompetensi dasar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk
(barang/jasa) dengan memberi tanda cek (√) pada kolom kompetensi dasar terkait. Hasil
analisis kompetensi dasar terhadap jenis produk pada tabel 8.7 dapat dimaknai sebagai
berikut.

1. Produk (Pr1) dapat dikerjakan pada pembelajaran KD1, KD2, KD4


2. Produk (Pr2) dapat dikerjakan pada pembelajaran KD1, KD2, KD3 dan KD5,
demikian selanjutnya untuk produk yang lain.
3. Produk (Pr1) dan (Pr2) dapat digunakan sebagai pilihan oleh peserta didik untuk
digunakan sebagai tugas pada pembelajaran KD1 dan KD2
4. Setelah seluruh kompetensi dasar teridentifikasi terhadap produk yang ada, maka
pendidik menetapkan alternatif produk yang akan dikembangkan untuk setiap
kompetensi dasar yang dipelajari. Alternatif produk yang teridentifikasi dapat
dipilih oleh peserta didik untuk mempelajari KD tersebut.
c) Penetapan Bukti Belajar
Berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar terhadap produk, selanjutnya guru
harus menetapkan bukti bukti belajar (evidence of learning) yang akan digunakan
sebagai acuan dalam penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan Model Pembelajaran
Pembelajaran dengan pendekatan PjBL dapat dilaksanakan dengan langkah langkah
sebagai berikut

a) Guru menyampaikan
1. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2. Strategi pembelajaran dengan pendekatan project work
3. Alternatif judul/nama produk/jasa yang dapat dipilih peserta
4. Ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik
untuk setiap judul/nama produk/jasa
5. Menyusun dan menetapkan pedoman penilaian kompetensi sesuai dengan
judul project work
6. Memfasilitasi bimbingan kepada peserta didik dengan memanfaatkan
lembar bimbingan
b) Peserta didik
1. Memilih salah satu judul/nama produk/jasa dan menyusun rencana project
work sesuai dengan judul yang dipilih di bawah bimbingan guru. Kerangka
rencana project work sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh guru
2. Melakukan proses belajar sesuai dengan proses produksi yang telah
direncanakan. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rambu rambu yang telah
tetapkan dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan guru. Proses
belajar menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang dibuktikan
dengan bukti belajar (evidence of learning) dan di organisasi dalam bentuk
portofolio
3. Mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio
4. Melaksanakan kegiatan kulminasi (presentasi/pengujian/penyajian/display)
5. Menyusun laporan sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilain hasil belajar dengan model PjBL pada dasarnya adalah penilaian standar
kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, kesesuain
produk/jasa, dan kesesuaian waktu pelaksanaan. Komponen PjBL yang dinilai
terdiri dari penyusunan rencana proyek, pelaksanaan proses produksi, laporan,
kegiatan dan kulminasi (presentasi/pengujian/penyajian/display). Peserta didik
dinyatakan kompeten apabila memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan pada
indikator dari setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai mengacu pada
pedoman penilaian dan pelaporan hasil belajar peserta didik SMK pada kurikulum
2013 saat ini.
c) Keutungan Belajar Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai keuntungan bagi peserta didik,
yaitu: (1) meningkatkan motivasi, yang ditandai dengan tekun belajar samapai
kelewat batas dan berusaha keras dalam mencapai proyek; (2) meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah; (3) meningkatkan kolaborasi,
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi; (4)
meningkatkan keterampilan mengelola sumber melalui praktik pengorganisasi
proyek, membuat alokasi waktu dan sumber sumber lain seperti perlengakapan
untuk menyelesaikan tugas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Materi pembelajaran adalah isi (content) suatu pembelajaranyang harus dipelajarai


peserta didik agar ia dapat menguasai suatu kompetensi yang telah di tetapkan dalam standar
isi yang berupa kompetensi inti (KI) dan kopentensi dasar (KD). Jenis Materi pembelajaran
dapat dibedakan menjadi materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi pembelajaran, prinsip relevansi, konsistensi,
dan kecakupan. Secara garis besar ada empat langkah yang harus di tempuh guru dalam
pemilihan materi pembelajaran, yaitu (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat pada KI
dan KD yang harus dipelajari peserta didik; (2) mengidentifikasi jenis-jenis materi
pembelajaran; (3) memilih materi pembelajaran yang relevan dengan KI dan KD; dan (4)
memilih sumber materi pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan cara – cara yang dapat dipakai pengajar untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dengan tujuan utama tercapainya tujuan pembelajaran
dan hasil pembelajaran, sedangkan menurut Sudjimat (2014:204) metode pembelajaran adalah
berbagai cara yang berbeda dalam membelajarkan peserta didik untuk mencapai hasil
pembelajaran (kompetensi) yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Dalam memilih
metode pembelajaran ada tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu sebagai berikut : (1) Kondisi
pembelajaran, (2) Karakteristik pembelajaran, (3) Tuntutan standart proses dalam kurikulum.
DAFTAR RUJUKAN

Afandi, Muhamad, Evi Chamalah, Oktarina Puspita. 2013. Model dan Metode Pembelajaran
di Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS

Sudjimat, Dwi Agus. 2014. Perencanaan Pembelajaran Kejuruan. Malang: Universitas Negeri
Malang (UM PRESS)

Anda mungkin juga menyukai