Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh
PENDAHULUAN
Satu tantangan yang kerap dihadapi orang yang bekerja adalah munculnya
stres. Hampir semua orang yang bekerja termasuk auditor pasti pernah merasakan
stres ketika menjalani profesinya. Tingkat stres yang dihadapi bisa berbeda
menimbulkan rasa stres berlebihan. Tetapi tanggung jawab yang lebih sedikit atau
posisi yang lebih rendah tidak pula menjanjikan sebuah profesi yang
menyenangkan. Karena tekanan bisa jadi muncul secara situasional, misalnya saat
profesi di Indonesia dengan tingkat stres paling tinggi dan paling rendah. Survei
diikuti 86.000 responden karyawan dan pekerja yang tersebar di seluruh Indonesia
dan berasal dari berbagai industri serta profesi sejak Agustus 2015 hingga Januari
antara kehidupan dan pekerjaan). Pekerja dengan tingkat stres paling tinggi
Sementara pekerja dengan tingkat stres paling rendah memiliki profesi dengan
1
2
penelitian Miller, Mur dan Cohen (1988) dalam Rizkia dan Reskino (2015)
dinyatakan bahwa profesi auditor merupakan salah satu dari sepuluh profesi yang
merujuk pada penelitian Baker (1977) yang menyatakan bahwa profesi akuntansi
publik memiliki potensi konflik dan ketidakjelasan peran yang tinggi (Rizkia dan
Reskino, 2015).
individual untuk mengelola stres adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat
berolahraga juga dapat memberikan sebuah pengalihan dari tekanan kerja dan
keadaan relaksasi sehingga kondisi psikologis individu pun dapat menjadi lebih
tenang dan berpikir positif. Dengan memiliki waktu istirahat yang cukup, individu
juga dapat lebih membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga sehingga konflik
pekerjaan dan keluarga dapat lebih ditekan. Saat kondisi fisik dan psikologis
individu berada dalam kondisi yang baik maka tekanan yang terjadi dapat ditekan
pekerjaannya. Begitu pula dengan adanya asupan makanan sehat yang dianjurkan
3
yaitu dengan mengurangi alkohol dan rokok yang dapat mengancam kesehatan,
sehingga saat kondisi tubuh sehat maka secara psikis kondisi individu tersebut
Kondisi gaya hidup yang tidak baik akan berpengaruh terhadap kesehatan
fisik jasmani dan hasil kerja yang diberikan. Terkadang seringkali orang tidak
bekerja hinga larut malam, bahkan tidak tidur berhari-hari demi menyelesaikan
pekerjaan sebelum deadline. Padahal hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan,
beberapa kasus di Indonesia dan di luar negeri yang meninggal akibat kerja keras
berlebihan :
keuangan.
meninggal akibat meningitis pada tahun 2011. Rekan kerja Jie Pan
tak kenal lelah. Jing sering lembur untuk bisa meringankan beban kerja
rekan-rekannya.
4. Mina Mori (26) bunuh diri karena terlalu banyak bekerja lembur. Mori
bunuh diri pada Juni 2008, hanya dua bulan setelah bekerja di Watami
Mita bekerja tiga hari tanpa tidur. Mita bekerja nonstop selama 30 jam
pekerjaan juga dialami oleh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP). Beberapa kondisi karir di KAP berkontribusi pada situasi sulit yang
dihadapi auditor sehingga membuat auditor menghadapi tingkat stres yang tidak
pekerjaannya, yaitu:
1. Busy season, adalah masa saat seorang auditor bekerja lebih keras dari
hari kerja biasa. Pada saat busy season auditor dapat menghabiskan
hingga lebih dari sepuluh jam setiap hari selama beberapa bulan
dan perhatian dari para profesional, termasuk auditor (Lee, 2007 dalam
Gratia, 2014).
3. Auditor junior yang baru saja masuk harus menyediakan waktu untuk
2014).
masyarakat yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu: jasa
assurance dan jasa non assurance. Jasa assurance adalah jasa yang diberikan oleh
keputusan. Jasa non assurance adalah jasa yang diberikan oleh KAP yang tidak
6
memberikan pendapat atau suatu bentuk keyakinan lain seperti yang disediakan
ketika memberikan jasa assurance. Salah satu jasa assurance yang disediakan
KAP adalah jasa atestasi. Jasa atestasi adalah jasa seorang professional yang
independen dan kompeten untuk memberikan pendapat tentang asersi suatu entitas
sudah sesuai dalam hal yang material, dengan kriteria yang ditetapkan (Mulyadi,
2002).
hanya diminta untuk melayani kepentingan klien yang menggunakan jasa akuntan,
namun juga dituntut untuk melayani masyarakat umum. Tugas tersebut tidak serta
merta membuat para auditor berada pada posisi yang nyaman. Posisi sulit dapat
dialami auditor jika pihak-pihak eksternal, seperti klien dan masyarakat memiliki
kepentingan yang berbeda atau bahkan saling bertentangan. Posisi sulit semacam
pekerjaannya, auditor merasa tidak mendapat informasi yang cukup mengenai apa
menimbulkan stres bagi auditor. Situasi kerja yang memiliki tingkat stres yang
tinggi di KAP adalah hal yang sangat berpengaruh pada perilaku auditor.
Pengaruh pada perilaku yang dialami auditor ini seringkali tidak dirasakan dalam
jangka pendek. Pengaruh pada perilaku tersebut akan terlihat setelah melalui
rentang waktu yang cukup panjang. Meskipun setiap tekanan dapat diatasi oleh
auditor, namun dalam jangka panjang tekanan yang begitu banyak sepanjang karir
dan Ghozali, 2006). Pada jumlah tertentu, stres dapat membantu inividu dalam
menjadi hal yang merugikan bagi individu dan organisasi (Collins dan Killough,
negatif dari stres yang dialami oleh auditor. Pada praktiknya, auditor yang bekerja
di KAP merasakan beban kerja yang semakin berat saat datangnya busy season.
Seorang auditor dapat saja menangani dua atau lebih perusahaan yang
yang berada di luar daerah. Pada KAP-KAP kecil karyawan memiliki penugasan
yang cukup berat sebab bidang penugasan pajak, advising, kompilasi dan audit
kinerja ada pada karyawan yang sama (Wheeler et al, 1987 dalam Gratia, 2014).
Role stress yang terdiri atas role ambiguity, role conflict, dan role
overload dalam tingkat yang tinggi akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap
terhadap turnover intention auditor (Jones et al., 2010). Pada tingkat individu,
situasi kerja yang penuh dengan tekanan menimbulkan masalah dan kadangkala
dari KAP. Pada tingkat organisasi, KAP juga akan mendapat dampak secara
langsung atau tidak langsung akibat tingkat stres yang dialami auditor. KAP akan
Kondisi karir yang berat membuat beberapa auditor mengalami role stress
yang seringkali membawa pengaruh terhadap job outcomes. Pada beberapa kasus,
kondisi karir yang berat membuat auditor merasa tidak nyaman dan seringkali
memutuskan untuk keluar dari KAP dan mencari bidang profesi lain selain di
KAP. Hal seperti ini tentu akan menimbulkan kerugian bagi KAP sendiri.
sumber daya manusia yang dimilikinya. Hal ini berlaku khususnya bagi
perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menyediakan jasa para profesional
Oleh sebab itu pada tingkat individu dan organisasi diperlukan sebuah
mekanisme yang mampu mengatasi role stress pada auditor dan memperbaiki job
outcomes yang diberikan auditor. Gratia (2014) memaparkan, dampak negatif role
stress terhadap job outcomes yang dimediasi oleh job burnout dan psychological
well-being dapat diminimalisasi dengan gaya hidup sehat oleh vitality dan
penting dalam mengatasi role stress dan mempertahankan atau memperbaiki job
berkaitan erat dengan seberapa baik kualitas gaya hidup sehat yang dijalani oleh
penting untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan psychological well-being yang
9
tinggi. Tingkat stres kerja yang tinggi diyakini dapat diatasi oleh setiap individu,
Gratia (2014). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gratia terletak
Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY, sedangkan penelitian ini
dilakukan pada auditor KAP di Kota Surabaya dan Malang. Adapun tujuan
replikasi adalah untuk menelaah apakah hal serupa berlaku pula pada konteks riset
yang berbeda.
1. Apakah tingkat role stress (role ambiguity, role conflict, dan role
being?
intention?
psychological well-being?
dari role stress yang dimediasi oleh job burnout dan psychological
turnover intention?
turnover intention.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
stres kerja yang dialami auditor agar hasil kerja para auditor dapat
maksimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan role stress, job burnout, job
dilakukan oleh Murtiasri dan Ghozali (2006) yang menguji kembali kondisi
burnout sebagai mediasi antara role stressor dengan job outcomes pada profesi
seluruh Indonesia yang terdaftar pada Direktori Kantor Akuntan Publik tahun
2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) kondisi burnout akan muncul
karena adanya pengaruh role stressor dan selanjutnya burnout tersebut akan
merupakan mediator bagi variabel kelebihan beban kerja (role overload) terhadap
job outcomes, namun bukan mediator bagi variabel konflik peran (role conflict)
Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja
pada penelitian ini adalah auditor junior yang bekerja di KAP Big Four di DKI
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) role conflict, role ambiguity, dan
role overload secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap job
satisfaction dan job performance auditor dan (ii) role conflict, role ambiguity, dan
13
14
disimpulkan bahwa pengaruh negatif role stress dan job burnout dapat
psychological well-being.
Dari hasil penelitian Sinaga dan Sinambela (2013) yang menguji pengaruh
stres kerja terhadap motivasi dan kinerja auditor pada akuntan publik di kota
Medan diketahui bahwa (i) stres kerja mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja
auditor secara signifikan, (ii) motivasi kerja mempengaruhi kinerja auditor secara
signifikan, dan (iii) stres kerja dan motivasi kerja secara simultan mempengaruhi
Jones et al., (2010). Responden penelitian ini adalah auditor KAP di Jawa Tengah
1. Role ambiguity dan role overload pada level yang tinggi berhubungan
positif dengan job burnout. Role conflict pada level yang tinggi
psychological well-being.
3. Job burnout pada level yang tinggi dan tidak dimediasi oleh
pada level yang tinggi dan tidak dimediasi oleh psychological well-
Job burnout pada level yang tinggi dan tidak dimediasi oleh
intention.
faktor yang dapat mereduksi stres kerja pada auditor melalui gaya hidup sehat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja disebabkan karena tiga faktor:
ketidakpastian, konflik, dan overload, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Swenney dan Summers (2002), Jones et al. (2010), serta Feldman dan Weitz
16
(1988) dan juga sesuai dengan Agency Theory. Hasil ini mengindikasikan bahwa
di dalam perusahaan atau kantor akuntan, konflik kepentingan juga terjadi. Hasil
ini juga menunjukkan bahwa ketika ada kondisi yang tidak pasti, konflik
bahwa ketika kondisi psikologis bagus, kepuasan kerja auditor akan meningkat
juga. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pronk et al. (2004), Goldsby et al. (2005),
Dari hasil penelitian Rizkia dan Reskino (2015) diketahui bahwa (i)
Healthy lifestyle berpengaruh signifikan terhadap job satisfaction akan tetapi role
lifestyle, role conflict dan role ambiguity tidak mempengaruhi job burnout
terhadap job satisfaction, dan (iii) Healthy lifestyle, role conflict dan role
satisfaction.
Riyadi (2002) peran dapat diartikan sebagai orientasi dan konsep dari
bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam oposisi sosial. Dengan peran
tersebut, sang pelaku baik itu individu maupun organisasi akan berprilaku
Dougherty dan Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer, 2003) teori peran
produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan. Lebih lanjut, Dougherty
suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para
produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur
perception) (Khan, et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris, 1997 dalam
Bauer, 2003).
melibatkan dua kelompok yang berperan sebagai aktor dan target. Beberapa
melibatkan auditor.
satu peran akan menjadi semakin sederhana, teratur dan konsisten, namun
peran yang harus dijalankan (Robbins, 2008). Setiap peran yang dijalankan
akan menjadi berbeda, tergantung di mana individu itu berada. Peran individu
saat berada dalam lingkungan pekerjaan tentu akan berbeda saat individu
kali berubah menjadi tekanan bagi individu itu sendiri. Tekanan yang dialami
oleh individu ini selanjutnya disebut sebagai role stress. Selye (1931) dalam
19
seorang individu baik secara psikis maupun secara fisik yang disebabkan oleh
disebabkan tuntutan dari organisasi lainnya, atas peranan yang diemban oleh
terdahulu dapat disimpulkan bahwa role stress terdiri atas tiga dimensi, yaitu
ekspektasi supervisor dan klien (Senatra 1980; Khan et al., 1964 dalam
Gratia, 2014). Lebih lanjut, role ambiguity juga dapat muncul ketika ada
harapan dari pihak lain (misalnya rekan kerja, atasan, dan klien) yang
mulai dari auditor junior, auditor senior, manajer, dan partner. Sebagai
pengarahan dan pembagian tugas yang jelas. Pada praktiknya, seringkali saat
auditor akan mulai bekerja auditor junior tidak mengetahui apa saja yang
20
situasi baru, klien baru, dan industri baru (Jones, 2007 dalam Gratia, 2014).
yang lain, role ambiguity dapat terjadi jika KAP mengalami perubahan
masalah-masalah seperti tuntutan dan tekanan atas pekerjaan yang lebih baik
dapat memunculkan beberapa konflik peran atau role conflict (Robbins, 2008
ekspektasi peran yang berlainan. Pada situasi ekstrem, hal tersebut meliputi
Ekspektasi peran adalah apa yang diyakini oleh orang lain mengenai
interaksi menjadi semakin kerap dan melibatkan berbagai kegiatan dan hal-
hal yang semakin luas. Di dalam KAP, konflik dapat terjadi saat ekspektasi
manajer audit berbeda dengan ekspektasi manajer audit lainnya. Konflik ini
Pada lingkup yang lebih luas role conflict terjadi berkaitan dengan dua
sebagai profesional harus tunduk pada kode etik profesi yang ditetapkan oleh
IAPI dan sebagai karyawan auditor harus patuh pada nilai-nilai organisasi.
Role conflict muncul apabila dalam perannya, auditor sebagai profesi maupun
yang dianut dalam organisasi dengan nilai-nilai yang harus dijunjung dalam
yang ditetapkan oleh kode etik profesi role conflict tidak akan terjadi
(Lathifah, 2008).
harus melaksanakan sejumlah tugas yang masuk akal bila dikerjakan satu per
ditentukan (Schick et al., 1990 dalam Gratia, 2014). Role overload dapat
terjadi ketika auditor memiliki beban pekerjaan sangat berat yang tidak sesuai
dengan waktu yang tersedia dan kemampuan yang dimiliki (Shick, Gordon,
dan Haka, 1990 dalam Murtiasri dan Ghozali, 2006). Berkaitan dengan role
overload, hal-hal yang biasanya menjadi keluhan auditor adalah jam kerja
yang tinggi, beban kerja yang berat, dan lingkungan kerja yang tidak
bersahabat.
datangnya busy season. Busy season adalah masa sibuk saat auditor memiliki
jumlah pekerjaan yang lebih banyak dari hari-hari biasanya, namun harus
berikutnya. Pada masa ini auditor memiliki tanggung jawab untuk melakukan
yang ringan apabila dikerjakan pada hari-hari biasa, namun pekerjaan itu
menjadi berat pada masa busy season sebab auditor dibebani dengan
pekerjaan yang banyak dan harus diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
kerja”. Norman, Jones, dan Wier (2010) dalam Gratia (2014) membangun
variabel job outcomes yang terdiri atas tiga dimensi, yaitu job performance,
bahwa kepuasan kerja atau job satisfaction ialah perasaan yang dirasakan
kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan
yang cepat terhadap keluhan-keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan
terhadap karyawan. Di sisi lain, kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan
terlalu kritis) biasanya tidak menyukai sebagian besar hal dalam hidupnya,
atau tidak puasnya seorang individu dalam sebuah organisasi akan membawa
Judge (2009) menerangkan ada empat respon yang bebeda satu sama lain
mengundurkan diri.
benar.
bahwa job performance tidak dapat dievaluasi dalam satu rentang waktu yang
singkat, tetapi dalam rentang waktu yang cukup panjang. Individu yang
25
organisasi (Mathis dan Jackson, 2001 dalam Sinaga dan Sinambela, 2013).
al. (2001) keinginan untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya
keinginan berpindah yang tinggi para staf akuntan telah menimbulkan biaya
kepentingan pekerjaan.
terlihat antara lain adanya biaya iklan, biaya perjalanan penerimaan, gaji dan
biaya yang dikeluarkan selama proses aplikasi dan wawancara calon pegawai
baru, dan biaya penempatan karyawan baru. Beberapa dampak yang termasuk
pindah, karyawan lain harus melakukan pekerjaan yang lebih banyak, tidak
bidang akuntansi. Hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara
berperan dalam aktivitas auditor sebagai individu adalah job burnout dan
psychological well-being.
Salah satu definisi burnout dapat diketahui dari Cordes & Dougherty
burnout adalah kondisi yang terjadi akibat gabungan dari tiga tendensi psikis,
(reduced personal accomplishment) dan sikap tidak peduli terhadap karir dan
exhaustion ini akan merasa hidupnya kosong, lelah dan merasa tidak dapat
tidak adanya aktualisasi diri, rendahnya motivasi kerja dan penurunan rasa
untuk mengevaluasi diri secara negatif sehubungan dengan prestasi yang telah
dicapainya.
dan kinerja diri sendiri. Orang yang mengalami depersonalisasi merasa tidak
ada satupun aktivitas yang dilakukannya bernilai atau berharga. Sikap ini
(dalam Gratia, 2014) yang menyatakan bahwa job burnout adalah hasil dari
akumulasi efek role stress. Role stress yang terdiri atas tiga dimensi (role
ambiguity, role conflict, dan role overload) mungkin tidak akan menimbulkan
dampak yang berlebihan jika terjadi tidak secara bersamaan, namun saat
ketiga hal tersebut dialami secara bersamaan hal tersebut dapat menutupi
sumber daya individu (Feldman dan Weitz, 1988 dalam Jones, Norman, dan
dapat terjadi setelah melalui jangka waktu yang cukup panjang dan dihasilkan
memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Sikap positif
30
memiliki tujuan hidup dan membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha
berikut ini:
with Others)
terhadap orang lain. Lebih lanjut, ia juga terisolasi dan putus asa
orang lain.
berpikir dan bertindak dengan cara yang pasti. Ciri lainnya adalah
baik.
setiap individu (Ryff, 1989; Ryff dan Keyes, 1995; Ryff, 1994; Ryff dan
adalah:
informasional.
pemusatan psikologis
masing-masing individu.
badan dan bagian-bagiannya. Definisi lain diberikan oleh Danna dan Griffin
yang baik, dan membatasi diri dari kelebihan konsumsi produk alkohol dan
hidup sehat berkaitan dengan tiga hal utama dalam hidup, yaitu:
sejak dini.
35
kesejahteraan sosial.
Menurut WHO, setidaknya ada empat hal utama yang harus menjadi
perhatian dalam menjalankan gaya hidup sehat. Empat hal tersebut adalah:
meningkat dua hingga tiga kali lipat. Oleh sebab itu WHO
2. Aktivitas fisik
kondisi fisik yang baik. Secara umum ada tiga komponen utama
atau berenang.
dan mineral.
d. Susu dan produk olahan susu seperti keju dan yoghurt adalah
4. Minuman beralkohol
dan energi (Ryan dan Frederick, 1997 dalam Gratia, 2014). Ryan dan
secara fisik seperti sakit, penyakit, dan kelelahan fisik, tetapi juga berkaitan
dengan faktor psikologis seperti perasaan jatuh cinta, dimilikinya tujuan, dan
Publik. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari
adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah
bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Bidang jasa Akuntan Publik
Akuntan Publik dan KAP dapat memberikan jasa audit lainnya dan jasa yang
ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab profesi akuntan publik tumbuh
peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan
keuangan. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam
pengambilan keputusan.
cukup berat sebab UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 2
perusahaan tidak hanya di kota tempat KAP beroperasi namun juga kota-kota
dibagi menjadi dua periode yaitu busy season dan low season. Masa busy
Desember. Masa sibuk ini terus berlangsung hingga bulan Maret, April atau
telah diaudit.
Gambar 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL
Gaya Hidup
Sehat
H4b+
H1a H5a+
H4c+
1b
H3c+ H5c-
H1c
Role H3b- Turnover
Overload Intention
2.4 Hipotesis
H3a : Job burnout pada level yang tinggi dan tidak dimediasi oleh
psychological well-being akan berhubungan negatif dengan job
satisfaction.
H3b : Job burnout pada level yang tinggi dan tidak dimediasi oleh
psychological well-being akan berhubungan negatif dengan job
performance.
H3c : Job burnout pada level yang tinggi dan tidak dimediasi oleh
psychological well-being akan berhubungan positif dengan
turnover intention.
psychological well-being
H5a : Gaya hidup sehat yang dimediasi oleh vitality dan peningkatan
psychological well-being, akan mengurangi efek negatif dari
43
H5b : Gaya hidup sehat yang dimediasi oleh vitality dan peningkatan
psychological well-being akan mengurangi efek negatif dari
role stress, yang dimediasi oleh job burnout dan psychological
well-being, sehingga menghasilkan hubungan positif dengan
job performance.
H5c : Gaya hidup sehat yang dimediasi oleh vitality dan peningkatan
psychological well-being, akan mengurangi efek negatif dari
role stress, yang dimediasi oleh job burnout dan psychological
well-being, sehingga menghasilkan hubungan negatif dengan
job turnover intention.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Emzir (2010) penelitian kuantitatif adalah analisis statistik dan data
yang dipengaruhi).
penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau
kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu data yang
kuesioner.
44
45
Waktu yang diambil peniliti dalam penelitian ini dimulai dari 1 Juli
3.2.1 Populasi
yang terdiri dari atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
3.2.2 Sampel
random sampling. Metode ini dipilih karena anggota populasi yakni seluruh
sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada . Auditor
berbagai jenjang karir, mulai dari auditor junior, auditor senior, manajer, dan
partner.
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
1. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah gaya hidup sehat dan
role stress yang terdiri atas tiga dimensi yaitu role ambiguity, role
terdiri atas tiga dimensi yaitu job satisfaction, job performance, dan
turnover intention.
konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat
yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
dengan ekspektasi supervisor dan klien (Senatra 1980; Khan et al., 1964
Gambar 3.1
MODEL VARIABEL ROLE AMBIGUITY
Q1
Q2
Q3 Role Ambiguity
Q4
Q5
pada lebih dari satu tekanan atau ekspektasi dan salah satu pihak yang
48
menjadi sulit atau mustahil (Khan et al., 1964 dalam Gratia, 2014). Pada
situasi ekstrim, hal tersebut meliputi situasi saat dua atau lebih ekspektasi
Rizzo et al pada tahun 1970. Setiap responden diminta untuk menjawab tiga
conflict. Skor yang rendah menunjukkan rendahnya tingkat role conflict yang
dialami responden.
Gambar 3.2
MODEL VARIABEL ROLE CONFLICT
Q6
Q7 Role Conflict
Q8
harus melaksanakan sejumlah tugas yang masuk akal bila dikerjakan satu per
bersamaan dalam periode waktu yang telah ditentukan (Schick et al., 1990
dalam Gratia, 2014). Variabel ini diukur menggunakan item pengukuran yang
menjawab tiga buah pertanyaan dengan skala likert 1 – 7. Skor yang rendah
49
Gambar 3.3
MODEL VARIABEL ROLE OVERLOAD
Q9
Role Overload
Q10
Job Burnout adalah hasil dari akumulasi efek role stress. Role stress
yang terdiri atas tiga dimensi (role ambiguity, role conflict, dan role
overload) mungkin tidak akan berlebihan jika terjadi tidak secara bersamaan,
namun saat ketiga hal tersebut dialami secara bersamaan hal tersebut dapat
menutupi sumber daya individu (Feldman dan Weitz 1988 dalam Gratia,
tidak mengalami job burnout atau mengalami pada tingkat yang rendah.
50
Gambar 3.4
MODEL VARIABEL JOB BURNOUT
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15 Job
Q16 Burnout
Q17
Q18
Q19
program pelatihan fisik secara rutin, diet seimbang, kebiasaan tidur yang baik,
mengandung alkohol dan tembakau (Danna dan Griffin 1999 dalam Gratia,
2014). Pada penelitian ini gaya hidup sehat diukur menggunakan Exercise
Gambar 3.5
MODEL VARIABEL GAYA HIDUP SEHAT
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
Healthy Lifestyle
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
kehidupan dan energi (Ryan dan Frederick 1997). Variabel ini diukur
Gambar 3.6
MODEL VARIABEL VITALITY
Q30
Q31
Q32
Vitality
Q33
Q34
Q35
memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain, dapat membuat
With Life Scale (SWLS). Responden penelitian diminta untuk menjawab lima
Gambar 3.7
MODEL VARIABEL PSYCHOLOGICAL WELL-BEING
Q36
Q37
Psychological
Q38
Well-Being
Q39
Q40
1976 dalam Setiawan dan Ghozali, 2006). Variabel ini diukur menggunakan
Hoppock’s Scale. Para responden penelitian ini diminta untuk menjawab tiga
Gambar 3.8
MODEL VARIABEL JOB SATISFACTION
Q41
Q43
prestasi ini telah ditetapkan oleh individu secara pribadi maupun oleh
Gambar 3.9
MODEL VARIABEL JOB PERFORMANCE
Q44
Q45
Q46
Q47
Q48
Q49
Job Performance
Q50
Q51
Q52
Q53
Q54
Q55
masa yang akan datang (Low et al., 2001 dalam Carolina, 2012). Pada
Gambar 3.10
MODEL VARIABEL TURNOVER INTENTION
Q57
Turnover
Q58
Intention
Q59
data seluruh KAP yang terdapat di Kota Surabaya dan Malang diperoleh dari
bekerja di KAP. Kuesioner pada penelitian ini terdiri atas pertanyaan tertutup
pengukuran.
jawaban responden.
Kisaran teoritis merupakan kisaran atas bobot jawaban yang secara teoritis
(SEM) berbasis component atau variance yang lebih dikenal dengan Partial
Least Square (PLS) adalah metode analisis yang powerfull karena PLS tidak
didasarkan pada banyak asumsi (Wold, 1985 dalam Gratia, 2014). Dengan
interval, atau ratio. Model komplek dengan 100 indikator dapat dianalisis
hanya dengan jumlah data 50. Lebih lanjut, PLS dapat digunakan untuk
menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten dan mampu
2006).
indikator yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5 harus
berikut:
2
( ∑ i )
ρc = 2
( ∑ i ) + ∑i var (εi )
(Ghozali, 2006).
arah (negatif atau positif) yang sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan.
Apabila hipotesis yang ditetapkan memiliki arah negatif, namun hasil analisis
menunjukkan hasil positif maka hipotesis penelitian ditolak. Hal tersebut juga
berlaku sebaliknya.
dalam penelitian ini adalah sebesar 1,96 dengan tingkat signifikasi 0,05 (two-
simple random sampling karena anggota populasi yakni seluruh auditor KAP
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Auditor yang
berbagai jenjang karir, mulai dari auditor junior, auditor senior, manajer, dan
partner.
Publik (KAP) di Kota Surabaya dan Malang. Total kuesioner penelitian yang
oleh KAP yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Berikut ini
disajikan rincian deskripsi sampel penelitian dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
61
62
Tabel 4.1
Tingkat Pengumpulan Sampel
KETERANGAN JUMLAH PERSENTASE
Total kuesioner yang disebarkan 134 100,00%
Total kuesioner yang kembali 110 82,09%
Total kuesioner yang tidak kembali 24 17,91%
Total kuesioner yang dapat diolah 110 82,09%
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari 134 kuesioner yang
jumlah kuesioner yang dapat diolah adalah 110 kuesioner atau 82,09%.
Tabel 4.2
Demografi Responden
KETERANGAN FREKUENSI PERSENTASE
USIA 20-24 tahun 52 47,3%
25-29 tahun 30 27,3%
30-34 tahun 18 16,4%
35-39 tahun 6 5,5%
40-44 tahun 2 1,8%
45-49 tahun 2 1,8%
110 100,0%
JENIS KELAMIN
Laki-laki 65 59,1%
Perempuan 45 40,9%
110 100,0%
LAMA BERGABUNG DI KAP
1-5 tahun 98 89,1%
6-10 tahun 11 10,0%
>10 tahun 1 0,9%
110 100,0%
63
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 110 orang auditor
KAP Kota Surabaya dan Malang yang menjadi responden dalam penelitian
berumur 30–34 tahun sejumlah 18 orang atau 16,4%, dan responden yang
berumur 35–39 tahun sejumlah 6 orang atau 5,5%. Sementara responden yang
berumur 40–44 tahun dan 45–49 tahun memiliki persentase yang sama yaitu
1,8% atau sejumlah 2 orang. Responden dalam penelitian ini mayoritas 59,1%
bergabung dengan KAP selama 1–5 tahun sebanyak 98 orang atau 89,1% dan
11 orang atau 10,0% telah bergabung dengan KAP selama 6–10 tahun,
64
sementara 1 orang atau 0,9% responden telah bergabung dengan KAP selama
pajak, 1 orang sebagai konsultan, dan 1 orang memiliki fungsi dalam KAP
satu fungsi sejumlah 107 orang atau 97,3% dan auditor yang memegang 2
pegawai tetap sejumlah 89 orang atau 80,9% dan 21 orang atau 19,1%
standar deviasi. Kisaran teoritis merupakan kisaran atas bobot jawaban yang
adalah nilai terendah sampai nilai tertinggi atas bobot jawaban responden
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Teoritis Sesungguhnya
Variabel N
Kisaran Median Kisaran Mean SD
Role Ambiguity 110 5 35 20 19 35 29,06 2,855
Role Conflict 110 3 21 12 3 16 8,26 2,772
Role Overload 110 2 14 8 4 12 8,85 1,709
Job Burnout 110 9 63 36 20 55 34,88 6,724
Gaya Hidup Sehat 110 10 70 40 36 67 54,13 8,029
Vitality 110 6 42 24 25 42 33,42 3,706
Psychological Well-Being 110 5 35 20 14 32 24,36 3,568
Job Satisfaction 110 3 21 12 11 21 15,28 2,206
Job Performance 110 12 94 53 40 80 65,74 7,874
Turnover Intention 110 3 21 12 3 21 12,51 3,418
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas, gambaran umum dari 110 data sampel yang
4.2 Pembahasan
Gambar 4.1
FULL MODEL SEM SMARTPLS
apabila loading factor bernilai positif dan lebih besar dari 0,6. Hasil
Tabel 4.4
Uji Convergent Validity menggunakan Loading Factor
Standard
Original T-Statistic
Variabel Indikator Error
Sample (O) (|O/STERR|)
(STERR)
RA1 0,763 0,049 15,500
Role Ambiguity RA3 0,870 0,027 31,890
RA4 0,908 0,015 60,143
RC1 0,923 0,014 65,339
Role Conflict
RC2 0,914 0,022 41,774
Role Overload RO1 1,000
JB1 0,775 0,028 27,560
Job Burnout JB6 0,840 0,024 35,300
JB7 0,853 0,023 37,698
HL3 0,808 0,051 15,905
HL4 0,938 0,014 68,990
Healthy Lifestyle HL5 0,881 0,020 44,896
HL6 0,953 0,008 121,681
HL7 0,892 0,015 61,404
V1 0,783 0,028 27,798
V2 0,633 0,076 8,305
V3 0,864 0,029 30,161
Vitality
V4 0,648 0,052 12,440
V5 0,713 0,051 13,999
V6 0,718 0,046 15,563
69
Tabel 4.5
Uji Convergent Validity menggunakan AVE
Variabel Laten AVE
Role Ambiguity 0,721
Role Conflict 0,844
Role Overload 1,000
Job Burnout 0,677
Healthy Lifestyle 0,803
Vitality 0,534
Psychological Well-Being 0,655
Job Satisfaction 0,556
Job Performance 0,614
Turnover Intention 0,715
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
bahwa apabila composite reliability bernilai lebih besar dari 0,7 maka
berikut:
Tabel 4.6
Uji Reliabilitas
Variabel Laten Composite Reliability
Role Ambiguity 0,885
Role Conflict 0,916
Role Overload 1,000
Job Burnout 0,863
Healthy Lifestyle 0,953
Vitality 0,872
Psychological Well-Being 0,883
Job Satisfaction 0,788
Job Performance 0,950
Turnover Intention 0,882
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
Tabel 4.7
Indikator pengukur variabel Role Ambiguity
Loading
Variabel Indikator
Factor
Kesesuaian pekerjaan (RA1) 0,763
Role
Tujuan dan sasaran yang jelas dan terencana (RA3) 0,870
Ambiguity
Mengetahui dengan pasti apa yang diharapkan (RA4) 0,908
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
RA3 = 0,870 RA
dan terencana (RA3) sebesar 0,870. Hal ini berarti keragaman variabel
yang jelas dan terencana (RA3) sebesar 87,0%. Dengan kata lain,
apa yang diharapkan (RA4) sebesar 0,908. Hal ini berarti keragaman
73
dengan pasti apa yang diharapkan (RA4) sebesar 90,8%. Dengan kata
90,8%.
sebesar 0,908. Hal ini berarti indikator mengetahui dengan pasti apa
Tabel 4.8
Indikator pengukur variabel Role Conflict
Loading
Variabel Indikator
Factor
Bekerja di bawah kebijakan dan pedoman yang saling
0,923
Role bertentangan (RC1)
Conflict Menerima tugas tanpa tenaga untuk
0,914
menyelesaikannya (RC2)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
paling tinggi yaitu sebesar 0,908. Hal ini berarti indikator bekerja di
Role Conflict.
Tabel 4.9
Indikator pengukur variabel Role Overload
Loading
Variabel Indikator
Factor
Role Bekerja dengan pengarahan atau perintah yang tidak
1,000
Overload jelas (RO1)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
RO1 = 1,000 RO
jelas (RO1) sebesar 1,000. Hal ini berarti keragaman variabel Role
Tabel 4.10
Indikator pengukur variabel Job Burnout
Loading
Variabel Indikator
Factor
Emosi tersalurkan melalui pekerjaan (JB1) 0,775
Job Mudah merasakan bagaimana perasaan klien (JB6) 0,840
Burnout Khawatir pekerjaan dapat memberatkan secara
0,853
emosional (JB7)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
76
JB7 = 0,853 JB
84,0%.
paling tinggi yaitu sebesar 0,853. Hal ini berarti indikator khawatir
Tabel 4.11
Indikator pengukur variabel Healthy Lifestyle
Loading
Variabel Indikator
Factor
Memilih untuk berolahraga agar terbebas dari frustasi
0,808
(HL3)
Merasa lebih baik setelah berolahraga (HL4) 0,938
Healthy Olahraga membuat kondisi fisik begitu prima (HL5) 0,881
Lifestyle Mengatur pikiran menjadi lebih baik ketika
0,953
berolahraga (HL6)
Mempertahankan diet sehat yang mencakup konsumsi
0,892
4 sehat 5 sempurna (HL7)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
HL7 = 0,892 HL
78
fisik begitu prima (HL5) sebesar 0,881. Hal ini berarti keragaman
88,1%.
lebih baik ketika berolahraga (HL6) sebesar 0,953. Hal ini berarti
79
sebesar 89,2%.
tinggi yaitu sebesar 0,953. Hal ini berarti indikator mengatur pikiran
di bawah ini:
80
Tabel 4.12
Indikator pengukur variabel Vitality
Loading
Variabel Indikator
Factor
Hidup terasa bertenaga (V1) 0,783
Merasa sangat hidup dan berapi-api (V2) 0633
Memiliki energi dan semangat (V3) 0,864
Vitality
Memandang masa depan setiap hari (V4) 0,648
Selalu terjaga dan bersiaga (V5) 0,713
Merasa berenergi (V6) 0,718
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
V1 = 0,783 V V2 = 0,633 V
V3 = 0,864 V V4 = 0,648 V
V5 = 0,713 V V6 = 0,718 V
loading indikator hidup terasa bertenaga (V1) sebesar 0,783. Hal ini
sebesar 86,4%.
setiap hari (V4) sebesar 0,648. Hal ini berarti keragaman variabel
setiap hari (V4) sebesar 64,8%. Dengan kata lain, kontribusi indikator
(V5) sebesar 0,713. Hal ini berarti keragaman variabel Vitality mampu
loading yang paling tinggi yaitu sebesar 0,864. Hal ini berarti
Tabel 4.13
Indikator pengukur variabel Psychological Well-Being
Loading
Variabel Indikator
Factor
Kehidupan sangat ideal (PWB1) 0,840
Kondisi kehidupan sangat baik (PWB 2) 0,876
Psychological
Well-Being Puas terhadap kehidupan (PWB 3) 0,721
Mendapat hal-hal penting yang diingikan dalam
0,792
hidup (PWB4)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
berikut:
yang diingikan dalam hidup (PWB3) sebesar 0,721. Hal ini berarti
yang diingikan dalam hidup (PWB4) sebesar 0,792. Hal ini berarti
(PWB2) memiliki nilai loading yang paling tinggi yaitu sebesar 0,876.
Tabel 4.14
Indikator pengukur variabel Job Satisfaction
Loading
Variabel Indikator
Factor
Menyukai pekerjaan saat ini (JS1) 0.802
Job Puas terhadap pekerjaan (JS2) 0.797
Satisfaction Tidak ada rekan yang lebih menyukai pekerjaannya
0.624
(JS3)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
JS3 = 0,624 JS
sebesar 79,7%.
Dengan kata lain, kontribusi indikator tidak ada rekan yang lebih
memiliki nilai loading yang paling tinggi yaitu sebesar 0,802. Hal ini
Satisfaction.
Tabel 4.15
Indikator pengukur variabel Job Performance
Loading
Variabel Indikator
Factor
Puas terhadap kuantitas hasil pekerjaan (JP1) 0.611
Puas terhadap kualitas hasil pekerjaan (JP2) 0.725
Puas terhadap kemampuan komunikasi lisan (JP3) 0.780
Puas terhadap kemampuan komunikasi tertulis (JP4) 0.800
Puas terhadap kemampuan untuk menerima
tanggung jawab dan inisiatif positif yang dimiliki 0.866
(JP5)
Puas terhadap kemampuan dalam menggunakan
0.843
keahlian profesional yang dimiliki (JP6)
Job Puas terhadap kemampuan untuk mematuhi
Performance kebijakan dan prosedur (JP7) 0.801
pekerjaan (JP2) sebesar 0,725. Hal ini berarti keragaman variabel Job
sebesar 80,0%.
untuk mematuhi kebijakan dan prosedur (JP7) sebesar 0,801. Hal ini
untuk beradaptasi dengan situasi baru (JP9) sebesar 0,864. Hal ini
baru (JP9) sebesar 86,4%. Dengan kata lain, kontribusi indikator puas
sebesar 78,8%.
sebesar 64,1%.
memiliki nilai loading yang paling tinggi yaitu sebesar 0,866 Hal ini
Tabel 4.16
Indikator pengukur variabel Turnover Intention
Loading
Variabel Indikator
Factor
Memilih pekerjaan lain yang lebih ideal dibanding
0,869
pekrjaan saat ini (TOI1)
Turnover Berpikir untuk berpindah perusahaan sejak awal
0,838
Intention bekerja di KAP ini (TOI2)
Akan bekerja di KAP ini untuk tiga tahun ke depan
0,829
(TOI3)
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
berikut:
pekrjaan saat ini (TOI1) sebesar 0,869. Hal ini berarti keragaman
pekerjaan lain yang lebih ideal dibanding pekrjaan saat ini (TOI1)
pekerjaan lain yang lebih ideal dibanding pekrjaan saat ini (TOI1)
perusahaan sejak awal bekerja di KAP ini (TOI2) sebesar 0,838. Hal
83,8%.
untuk tiga tahun ke depan (TOI3) sebesar 0,829. Hal ini berarti
indikator akan bekerja di KAP ini untuk tiga tahun ke depan (TOI3)
KAP ini untuk tiga tahun ke depan (TOI3) dalam mengukur variabel
ideal dibanding pekrjaan saat ini (TOI1) memiliki nilai loading yang
paling tinggi yaitu sebesar 0,869. Hal ini berarti indikator memilih
pekerjaan lain yang lebih ideal dibanding pekrjaan saat ini (TOI1)
Turnover Intention.
93
eksogen, atau dengan kata lain untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel
Adapun hasil Goodness of fit Model yang telah diringkas dalam tabel
berikut:
Tabel 4.17
Goodness of fit Model
Variabel R2
Vitality 0,251
Job Burnout 0,468
Job Satisfaction 0,397
Job Performance 0,291
Psychological Well Being 0,193
Turnover Intention 0,463
Q2 = 1 – ( (1 – R12) (1 – R22 ) (1 – R32 ) (1 – R42 ) (1 – R52 ) (1 – R62 ) )
Q2 = 1 – ( (1 – 0,251) (1 – 0,468) (1 – 0,397) (1 – 0,291 ) (1 – 0,193 ) (1 – 0,463) )
Q2 = 0,926
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
R-square variabel Vitality bernilai 0,251 atau 25,1%. Hal ini dapat
Healthy Lifestyle sebesar 25,1%, atau dengan kata lain kontribusi variabel
sebesar 74,9% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak dibahas dalam
penelitian ini.
94
dijelaskan oleh variabel Role Ambiguity, Role Conflict dan Role Overload
sebesar 46,8%, atau dengan kata lain kontribusi variabel Role Ambiguity, Role
Conflict dan Role Overload terhadap variabel Job Burnout sebesar 46,8%,
Being sebesar 39,7%, atau dengan kata lain kontribusi variabel Job Burnout
Being sebesar 29,1%, atau dengan kata lain kontribusi variabel Job Burnout
Lifestyle dan Vitality sebesar 19,3%, atau dengan kata lain kontribusi variabel
sebesar 46,3%, atau dengan kata lain kontribusi variabel Job Burnout dan
Q-Square predictive relevance (Q2) bernilai 0,926 atau 92,6%. Hal ini
dijelaskan oleh keseluruhan variabel sebesar 92,6%, atau dengan kata lain
Tabel 4.18
Uji Hipotesis Direct Effect
Standar
Variabel Variabel Original d Error T-Statistic
Eksogen Endogen Sample (O) (STER (|O/STERR|)
R)
Role Ambiguity Job Burnout 0,412 0,052 7,893
Role Conflict Job Burnout 0,498 0,048 10,378
Role Overload Job Burnout -0,235 0,052 4,490
Healthy Lifestyle Vitality 0,501 0,063 8,004
Psychological 2,604
Job Burnout -0,188 0,072
Well-Being
Psychological 0,164
Healthy Lifestyle 0014 0,088
Well-Being
Psychological 7,968
Vitality 0,505 0,063
Well-Being
Job Burnout Job Satisfaction 0,281 0,075 3,753
Psychological
Job Satisfaction 0,539 0,051 10,628
Well-Being
Job Burnout Job Performance 0,210 0,064 3,298
Psychological
Job Performance 0,479 0,059 8,145
Well-Being
Turnover
Job Burnout 0,636 0,052 12,259
Intention
Psychological Turnover
0,191 0,066 2,910
Well-Being Intention
Sumber: Output smartPLS dari data primer diolah, 2018
Job Burnout.
97
Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan Role Conflict terhadap Job
Burnout.
Job Burnout.
Vitality.
statistic > 1,96. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan Job
statistic < 1,96. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan
statistic > 1,96. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan Vitality
Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan Job Burnout terhadap Job
Satisfaction.
statistic > 1,96. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan Job
statistic > 1,96. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan Job
nilai T-statistic > 1,96. Hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan
Tabel 4.19
Uji Hipotesis Indirect Effect
SE T-
Eksogen Mediasi 1 Mediasi 2 Endogen Indirect
Indirect Statistic
Role Psychological
Job Burnout -0,049 0,019 2,655
Ambiguity Well-Being
Role Job
Job Burnout 0,105 0,035 3,033
Ambiguity Satisfaction
Role Job
Job Burnout -0,039 0,019 2,043
Ambiguity Performance
Role Turnover
Job Burnout 0,003 0,019 0,159
Ambiguity Intention
Role Psychological Job
Job Burnout -0,025 0,010 2,521
Ambiguity Well-Being Satisfaction
Role Psychological Job
Job Burnout -0,014 0,006 2,166
Ambiguity Well-Being Performance
Role Psychological Turnover
Job Burnout -0,027 0,010 2,575
Ambiguity Well-Being Intention
Role Psychological
Job Burnout -0,113 0,029 3,949
Conflict Well-Being
Role Job
Job Burnout 0,240 0,042 5,681
Conflict Satisfaction
Role Job
Job Burnout -0,090 0,036 2,486
Conflict Performance
Role Turnover
Job Burnout 0,007 0,042 0,159
Conflict Intention
Role Psychological Job
Job Burnout -0,057 0,016 3,542
Conflict Well-Being Satisfaction
Role Psychological Job
Job Burnout -0,032 0,012 2,718
Conflict Well-Being Performance
Role Psychological Turnover
Job Burnout -0,061 0,016 3,699
Conflict Well-Being Intention
Role Psychological
Job Burnout -0,149 0,035 4,239
Overload Well-Being
Role Job
Job Burnout 0,319 0,048 6,667
Overload Satisfaction
Role Job
Job Burnout -0,120 0,047 2,554
Overload Performance
Role Turnover
Job Burnout 0,009 0,056 0,159
Overload Intention
Role Psychological Job
Job Burnout -0,075 0,020 3,747
Overload Well-Being Satisfaction
Role Psychological Job
Job Burnout -0,042 0,015 2,807
Overload Well-Being Performance
101
bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Job Burnout.
Psychological Well-Being.
bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Job Burnout.
bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Job Burnout.
bahwa nilai T-statistic < 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
Psychological Well-Being.
105
Psychological Well-Being.
Psychological Well-Being.
bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Job Burnout.
bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Job Burnout.
Psychological Well-Being.
Psychological Well-Being.
pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini
108
pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai T-statistic > 1,96. Hal ini
Psychological Well-Being.
Psychological Well-Being.
Psychological Well-Being.
Psychological Well-Being.
Tabel 4.20
Direct Indirect Effect
Eksogen Mediasi 1 Mediasi 2 Endogen Direct Indirect Total
Role
Job Burnout 0,412* 0,412
Ambiguity
Role Psychological
Job Burnout -0,077* -0,077
Ambiguity Well-Being
Role Job
Job Burnout 0,116*
Ambiguity Satisfaction
0,074
Role Psychological Job
Job Burnout -0,042*
Ambiguity Well-Being Satisfaction
Role Job
Job Burnout 0,087*
Ambiguity Performance
0,049
Role Psychological Job
Job Burnout -0,037*
Ambiguity Well-Being Performance
Role Turnover
Job Burnout 0,262* 0,247
Ambiguity Intention
112
Persamaan 1:
Job Burnout = 0,412 Role Ambiguity + 0,498 Role Conflict - 0,235 Role
Overload
terhadap Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Ambiguity
terhadap ngaruh. Hal ini berarti semakin tinggi Role Conflict maka
terhadap Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Overload maka
Persamaan 2 :
terhadap Vitality. Hal ini berarti semakin baik Healthy Lifestyle maka
Persamaan 3 :
0,505 Vitality
Well-Being.
signifikan.
melalui Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Ambiguity maka
melalui Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Conflict maka
116
melalui Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Overload maka
Being melalui Vitality. Hal ini berarti semakin baik Healthy Lifestyle
signifikan.
Persamaan 4 :
terhadap Job Satisfaction. Hal ini berarti semakin tinggi Job Burnout
positif dan signifikan terhadap Job Satisfaction. Hal ini berarti semakin
Satisfaction.
Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Ambiguity maka cenderung
Job Satisfaction.
positif dan signifikan terhadap Job Satisfaction melalui Job Burnout. Hal
Satisfaction.
Satisfaction.
Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Overload maka cenderung
Job Satisfaction.
Satisfaction.
Persamaan 5 :
terhadap Job Performance. Hal ini berarti semakin tinggi Job Burnout
Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Ambiguity maka
Job Performance.
Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Conflict maka
Well-Being. Hal ini berarti semakin tinggi Role Conflict maka cenderung
Performance.
Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Overload maka
Being. Hal ini berarti semakin baik Healthy Lifestyle maka cenderung
Performance.
Persamaan 6 :
terhadap Turnover Intention. Hal ini berarti semakin tinggi Job Burnout
Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Ambiguity maka
signifikan.
Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Conflict maka
Job Burnout. Hal ini berarti semakin tinggi Role Overload maka
signifikan.
Being. Hal ini berarti semakin baik Healthy Lifestyle maka cenderung
Intention.
endogen dapat diketahui melalui total efek yang paling besar. Hasil analisis
terhadap Job Burnout adalah Role Conflict dengan total efek sebesar 0,498.
Psychological Well-Being.
Turnover Intention adalah Job Burnout dengan total efek sebesar 0,600.
BAB V
5.1 Simpulan
0,412. Role Conflict terhadap Job Burnout memiliki koefisien direct sebesar
0,498. Role Overload terhadap Job Burnout memiliki koefisien direct sebesar
-0,235. Maka dapat disimpulkan bahwa Role Ambiguity dan Role Conflict
terhadap Vitality dengan koefisien direct sebesar 0,501. Gaya Hidup Sehat
130
Being dengan koefisien direct sebesar 0,014. Gaya Hidup Sehat berpengaruh
ini tidak mampu membuktikan bahwa Gaya Hidup Sehat (Healthy Lifestyle)
akan mengurangi efek negatif dari Role Stress yang dimediasi oleh Job
yang dimaksud atau tidak dan apakah maksud dari semua pernyataan dalam
2. Jumlah sampel data yang dianalisis relatif kecil yaitu sebanyak 110 data,
3. Alat statistik yang digunakan adalah smartPLS 2.0 bukan merupakan versi
terbaru yakni smartPLS 3.0 yang mungkin lebih komplit dan lebih akurat dari
5.3 Saran
di atas, sehingga kesimpulan dari hasil penelitian ini perlu dikaji ulang. Oleh
langsung kepada objek dengan cara wawancara agar informasi yang didapat
lebih handal.
atau menggunakan alat statistik SEM yang lain seperti software AMOS,
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, Rahmi. 2017. “Daftar Profesi di Indonesia dengan Tingkat Stres Paling
Tinggi”.
https://wolipop.detik.com/read/2017/02/28/191501/3434504/1133/daftar-
profesi-di-indonesia-dengan-tingkat-stres-paling-tinggi
Grant, Ken, David W. Cravens, George S. Low, and William C. Moncrief. 2001.
“The Role of Satisfaction with Territory Design on The Motivation,
Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople”. Journal of The Academy of
Marketing Science, Vol. 29, No. 2.
Gratia, Angelina Ave. 2014. “Pengaruh Gaya Hidup Sehat terhadap Psychological
133
Well-Being dan Dampaknya pada Auditor KAP (Studi Empiris pada Auditor
Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan DIY)”. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Jones, Ambrose, Carolyn Strand Norman dan Benson Wier. 2010. “Healthy
Lifestyle As A Coping Mechanism For Role Stress In Public Accounting”.
Behavioral Research Accounting American Accounting Association Vol. 22,
No. 1.
Murtiasri, Eka dan Imam Ghozali. 2006. “Anteseden dan Konsekuensi pada
Auditor: Pengembangan Terhadap Role Stress Model”. Disajikan pada
Simposium Nasional Akuntansi, Padang, Indonesia, 23-26 Agustus 2006.
Paramitha, Novena Mayayu. 2014. “Pengaruh Gaya Hidup Sehat untuk Mengatasi
Turnover Intentions yang Terjadi di Akuntan Publik”. Jurnal Akuntansi
Bisnis. Vol. 13, No. 25.
Paramitha, Nyayu Kemala. 2009. “Pengaruh Role Stress Auditor Internal terhadap
Kinerja Internal Audit (Penelitian pada Departemen Internal Audit PT PLN
(Persero))”. Universitas Widyatama Bandung.
Rizkia, Putri dan Reskino. 2015. “Pengaruh Healthy Lifestyle, Role Ambiguity dan
Role Conflict terhadap Job Satisfaction Dimediasi oleh Job Burnout dan
134
Robbins, S.P., and T.A., Judge, 2008. “Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Ryff, Carol D dan Corey Lee M. Keyes. 1995. “The Structure of Psychological
Well-Being Revisited”. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.
69, No. 4.
Setiawan, Ivan Aries dan Imam Ghozali. 2006. “Akuntansi Keperilakuan, Konsep
dan Kanjian Empiris Perilaku Akuntan”. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sinaga, Tibul dan Mutiara Sinambela. 2013. “Pengaruh Stres Kerja terhadap
Motivasi dan Kinerja Auditor pada Akuntan Publik di Kota Medan”. Jurnal
Akuntansi, Vol. XVII, No. 1, h. 75-83.
TOI1 <-
Turnover 0,868674 0,870189 0,026845 0,026845 32,358493
Intentions
TOI2 <-
Turnover 0,837659 0,838030 0,041048 0,041048 20,406619
Intentions
TOI3 <-
Turnover 0,829149 0,829912 0,029784 0,029784 27,838349
Intentions