Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN PRAKTIK KLINIK I

PUSKESMAS BARA-BARAYA

Dibuat Dan Disusun Dalam Rangka Mematuhi Syarat

Penyelesaian Mata Kuliah Praktik Klinik Pkm I Pada

Program Studi DIII Analis Kesehatan

Stikes Mega Rezky Makassar

Disusun Oleh :

Anggit Julianingsih Pisu 17 3145 453 070

Chezya Putri Palangi’ 17 3145 453 038

Novita Suardi 17 3145 453 080

Sandra Sahril 17 3145 453 106

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Klinik PKM I ini diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing CI Institusi Pembimbing CI Lahan

Ratih Feraritra D A, S.Si., M.Sc Andi Tenri Ummu, S.ST


NIDN : 0903029002 NIP : 198 61004 200604 2 0002

Disahkan Oleh :

Kepala Puskesmas Bara-baya

Padahari Selasa, tanggal 03, bulan 01,tahun 2019

Dr. Hj. FauziahDachlanSaleh,M.Kes


NIP : 19600224 198911 2 001
LEMBAR PENERIMAAN

Dibuat dan Disusun untuk Memenuhi Syarat Penyelesaian Mata Kuliah

Praktek Klinik PKM I Pada Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKkes Mega

Rezky Makassar.

PKM BARA-BARAYA MAKASSAR

Nama : Anggit Julianingsih Pisu Nama : Novita Suardi

NIM : 17 3145 453 070 NIM : 17 3145 453 080

Nama : Chezya Putri Palangi’ Nama : Sandra Sahril

NIM : 17 3145 453 038 NIM : 17 3145 453 106

Diterima Oleh:

Ketua Program Studi D-III AnalisKesehatan

STIKes Mega Rezky Makassar

Pada hari Selasa, Tanggal 03, Bulan 01, Tahun 2019

Ketua

Program Studi DIII Analis Kesehatan

Sulfiani, S.Si., M. Pd
NIDN : 09 270480 03
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur patut kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
karunia-Nya Sehingga Laporan PKM I dapat kami selesaikan tepat waktu. Praktek
Klinik ini dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan yang
bertempat di Puskesmas Bara-baraya.
Laporan praktek kimia klinik PKM I dibidang kesehatan disusun sebagain
hasil kegiatan Praktek Klinik PKM I pada tanggal 03 Desember 2018 s.d. 03
Januari 2018. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Praktek Klinik PKM I tahun ajaran 2018/2019 pada program studi D-III
Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar.
Dalam proses penyelesaian laporan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada
pembimbing lahan praktek pada Puskesmas Bara-baraya dan pembimbing institusi
yang telah dengan ikhlas bersedia membantu penyusun dalam proses penyelesaian
laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian laporan ini
masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya dan masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca semua guna penyempurnaan laporan ini.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kepada Tuhan Yang Maha_Esa

2. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudara yang telah memberikan

dukungan baik moral maupun materil.

3. Kepada Ibu Sulfiani, S.Si,M. Pdselaku Ketua program Studi DIII Analis

Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar, dan sebagai dosen pembimbing

Institusi I yang telah meberikan banyak arahan kepada kami serta masukan

dalam pembuatan laporan lengkap.


4. Kepada ibu dr.Hj. Fauziah saleh, M.kes, selaku kepala Puskesmas Bara-

Baraya Makassar.

5. Kepada bapak Muhtar Rajab, selaku kepala diklat Puskemas Bara-baraya

Makassar.

6. Kepada ibu Andi Tenri Ummu S.ST. selaku kepala laboratorium

Puskesmas Bara-baraya Makassar dan pembimbing CI lahan di Puskesmas

Bara-baraya Makassar yang telah membimbing kami selama

melaksanakan praktek klinik pengkayaan I di Puskesmas bara-baraya

sehingga kami mendapatkan banyak pengetahuan selama praktek

7. Kepada ibu Jumriani S. A. Md., AK. selaku pembimbing laboratorium

Puskesmas Bara-baraya Makasaar.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, 04 Januari 2019.

Penulis

Puskesmas Bara-Baraya
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 9


A. Latar Belakang ........................................................................................... 10
B. Tujuan ........................................................................................................ 11
C. Manfaat ...................................................................................................... 12
BAB II PROFIL PUSKESMAS BARA-BARAYA .......................................... 13
A. Gambaran Umum Lokasi Praktek .............................................................. 13
1. Lokasi Puskesmas ................................................................................... 13
2. Visi dan Misi Puskesmas Bara-Baraya................................................... 14
3. Tujuan Puskesmas Bara - Baraya ........................................................... 15
4. Tata nilai Bara-Baraya ............................................................................ 15
5. Budaya Kerja Puskesmas Bara-Baraya .................................................. 15
6. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 16
BAB III PROSEDUR PEMERIKSAAN ........................................................... 17
A. Alur Penerimaan Pasien ............................................................................. 17
B. Sampling .................................................................................................... 18
C. Sampling darah vena .................................................................................. 20
D. Cara sampling darah kapiler....................................................................... 21
E. Cara pengambilan spesimen urine ............................................................. 23
4) Wadah sampel diberi identitas pasien. ....................................................... 24
F. HEMATOLOGI ......................................................................................... 24
G. IMUNOLOGI DAN SEROLOGI .............................................................. 37
H. URINE RUTIN .......................................................................................... 51
J. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI......................................................... 64
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 70
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................................ 81
B. Saran ........................................................................................................... 82
DAFTAR LAMPIRAN

Pemeriksaan
1. Pemeriksaan hemoglobin (Hb)………………………………….. 1
2. Pemeriksaan darah rutin (WBC, HGBT, PLT dan HCT)……….. 1
3. Pemeriksaan widal………………………………………………. 2
4. Pemeriksaan AU, GDS, dan COL……….……………………… 4
5. Pemeriksaan golongan darah…………………………………… 4
6. Pemeriksaan rapid HIVdan HBsAg……………………………. 5
7. Pemeriksaan glukosa, protein, bilirubin dan urobilinurin……. 6
8. Pemeriksaan plano atau rapid test……………………………….. 7
9. Pemeriksaan sedimen urin………………………………………. 7
10. Pembuatan dan pewarnaan slide BTA TB…………………….…. 8
11. Gambar proses adimistrasi pasien……………………………….. 10
12. Gambar foto bersama CI lahan………………………………….. 10
13. Gambar puskesmas bara-baraya…………………………………. 11
Tambahan
Gambar petawilayah puskesmas bara-baraya……………………........... 12
1. Gambar informasi layanan dan pelayanan PKM bara-baraya....… 12
2. Daftar Tabel pemeriksaan PKM Bara-baraya…………………… 13
3. Gambar denah puskesmas lantai I………………………………… 14
4. Gambar denah puskesmas lantai II……………………………….. 14
5. Gambar denah puskesmas lantai III……………………………….. 14
6. Stuktur Orgaisasi Puskesmas Bara-baraya…………………….… 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek klinik I merupakan hal yang penting bagi mahasiswa untuk belajar

dari pengalaman kerja praktis di suatu institusi. Sehingga dapat meningkatkan

kompetensi lulusan dan menjadi tambahan pengetahuan serta wawasan dunia

kerja.

PKM merupakan salah satu bentuk pelaksanaan mata kuliah Praktek

Klinik 1 program studi DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

pada semester 3. Program ini dilaksanakan dengan maksud untuk menambah

ilmu, terrmasuk dalam melakukan identifikasi permasalahan, analisis, dan

penyelesaian masalah, serta penerapan ilmu dan teknologi, khususnya bidang

kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus

diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya

disebut dengan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.


Status Praktek PKM merupakan hal yang penting bagi mahasiswa untuk

belajar dari pengalaman kerja praktis disuatu institusi. Dengan adanya praktek

ini, diharapkan dapat meningkatkan dan menghasilkan lulusan yang

berkompeten dalam bidang analis kesehatan dan menjadi tambahan

pengetahuan serta wawasan dalam dunia kerja. Termasuk dalam pengalaman

praktis seperti melakukan administrasi, identifikasi permasalahan, analisis, dan

penyelesaian masalah, serta penerapan ilmu dan teknologi, khususnya bidang

Analis Kesehatan.

B. Tujuan

Setelah melakukan Praktek Klinik I ini mahasiswa mampu:

1. Mengetahui alat-alat pemeriksaan yang ada dan yang akan digunakan

didalam laboratorium.

2. Melakukan berbagai pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan

hematologi, bakteriologi, kimia klinik dasar, parasitologi, immunologi dan

serologi.

3. Mengetahui cara melakukan sampling maupun persiapan specimen dan

pemahaman alur kerja labolatorium.

4. Mengetahui tentang perawatan alat-alat pemeriksaan.


C. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan Praktek Klinik I adalah:

1. Bagi pihak Mahasiswa:

a. Dapat memperoleh pengalaman nyata untuk mengaplikasikan keahlian

kedunia kerja sesuai dengan mata kuliah keahlian.

b. Untuk meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi dengan

masyarakat, khususnya bagi pasien, keluarga pasien dan dengan

sesama tenaga kesehatan lainnya.

c. Untuk mengetahui perkembangan alat-alat yang digunakan dalam

pemeriksaan di laboratorium sesuai perkembangan zaman.

2. Bagi pihak Institusi:

a. Memperoleh dan mendapatkan relasi (hubungan kerja) baik antara

institusi dengan instansi terkait seperti rumah sakit, puskesmas, klinik,

dan laboratorium–laboratorium yang ada di Makassar, Sulawesi

Selatan.

b. Dalam dilaksanakannya PKM ini pihak kampus akan memperoleh

masukan dari mahasiswa guna memperbaiki dan mengembangkan

kesesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja

3. Bagi pihak Puskesmas:

Dengan adanya PKM, pihak puskesmas dapat membentuk calon

Ahli Madya Analis Kesehatan yang kompoten, berkualitas dan

bertanggung jawab.
BAB II PROFIL PUSKESMAS BARA-BARAYA

A. Gambaran Umum Lokasi Praktek

1. Lokasi Puskesmas

Puskesmas Bara-Baraya merupakan Puskesmas yang terletak di jalan

Abu Bakar Lambogo No.143 Makassar, dengan luas wilayah kerja yaitu

0,96 m2,dengan enam batas wilayah kerja,yaitu :

a. Bara-Baraya Induk.

b. Bara-Baraya Timur.

c. Bara-Baraya Selatan.

d. Bara-Baraya Utara.

e. Kelurahan Lariang Bangi.

f. Kelurahan Barana.

Gambar 2.1. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya.

Di dalam peta menunjukkan bahwa jarak antara Stikes Mega Rezky

Makassar dengan Puskesmas Bara-Baraya adalah 8,1 km. Bila


menggunakan kendaraan motor waktu yang ditempuh sekitar 19 menit,

kendaraan mobil 22 menit, sedangkan bila menggunakan angkutan umum,

waktu yang ditempuh sekitar 30 menit.

Gambar 2.2. Rute Perjalanan dari Stikes Mega Rezky ke Puskesmas Bara-

Baraya.

2. Visi dan Misi Puskesmas Bara-Baraya

a. Visi

“Menjadikan Puskesmas yang mampu memberi pelayanan yang

bermutu menuju Makassar sehat dan nyaman”.

B. Misi

1) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan.

2) Meningkatkan sistem informasi dan menajemen puskesmas.

3) Meningkatkan kemitraan.

4) Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat.


3. Tujuan Puskesmas Bara - Baraya

a. Peningkatan sumber daya manusia.

b. Pemberian pelayanan prima kepada seluru masyarakat tampa

membedakan status sosial.

c. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat.

4. Tata nilai Bara-Baraya

a. Keikhlasan.

Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan

sepenuh hati tanpa pamrih.

b. Sikap.

Dalam memberikan pelayanan yang efektif dan efisien berdasarkan

standar profesi.

c. Profesionalisme.

Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien berdasarkan standar

profesi.

d. Komitmen

Janji pada diri sendiri atau orang lain yang tercermin dalam tindakan.

e. Inisiatif dan Inofatif.

Memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri dengan ide-ide kreatif

serta memberikan terobosan bagi peningkatan pelayanan kesehatan.

5. Budaya Kerja Puskesmas Bara-Baraya

a. Senyum dan sapa memberi pelayanan.


b. Ramah kepada semua pengunjung.

c. Empati kepada pasien.

d. Ikhlas melaksanakan pekerjaan.

e. Sigap dan tanggap permasalahan kesehatan.

6. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai secara langsung (utama),

sedangkan prasarana merupakan fasilitas penunjang dari sarana.

Adapun sarana yang terdapat pada Puskesmas Bara-Baraya yaitu

kursi roda, tempat duduk, ranjang bagi pasien rawat inap. Khusus untuk

laboratorium, terdapat beberapa sarana seperti mikroskop, centrifuge,

lemari pendingin, alat-alat gelas, kursi, meja, AC, rotator, Sysmax XP-100

atau Hematologi analyzer, dan alat pemeriksaan dan pewarnaan BTA.

Untuk prasarana, prasarana yang terdapat pada Puskesmas Bara-

Baraya yaitu ruang poli umum, ruang tunggu, apotik, ruang UGD, loket,

ruang ganti petugas, ruang poli gigi, ruang TB dan kusta, ruang poli gigi,

ruang bersalin, ruang rawat inap, ruang rawat inap persalinan, mushola,

dapur, gudang, toilet, lift, tangga, dan laboratorium.

Laboratorium terdiri dari beberapa bagian :

a. Ruang Tunggu Pasien

b. Tempat Administrasi

c. Tempat Pengambilan Sampel

d. Ruang Kerja

e. Toilet/WC
BAB III

PROSEDUR PEMERIKSAAN

A. Alur Penerimaan Pasien

PASIEN
DATANG

SURAT PERMINTAAN
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

REGISTRASI/REKAM
MEDIK

INFORMET CONTEN

PENERIMAAN/PENGAMBILAN
SAMPEL

PEMERIKSAAN
SAMPEL

HASIL
PEMERIKSAAN
DI SERAHKAN
KE PASIEN
B. Sampling

Prosedur tetap penanganan spesimen adalah prosedur baku yang dibuat

oleh petugas atau pemimpin laboratorium yang membuat aspek tata cara

melakukan penerimaan, pemberian identitas,penyimpanan spesimen rujukan

yang telah dilakukan dan pemeriksaan sampel yang telah dilaksanakan di

Laboratorium PKM Bara-Baraya Makassar.

1. Pemberian Identitas Spesimen

a. Pemberian identitas pada spesimen dilakukan oleh petugas

laboratorium

b. Identitas yang telah lengkap ditulis pada buku register sesuai dengan

formulir permintaannya.

Pemberian identitas pada wadah sampel (tabung reaksi, botol, slide)

berupa nomor register lab, yaitu dengan menggunakan spidol permanent yang

ditulis langsung pada wadah spesimen.

2. Pengambilan spesimen

a. Pada pasien rawat jalan :

1) Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium.

2) Pemanggilan pasien dilakukan sesuai nomor urut antrian atau nama

pasien.

3) Konfirmasi persiapan dilakukan sesuai permintaan klinis yang

diberikan (misalnya puasa).


4) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, misalnya : spoit,

tourniquet, autoklik, lanset, dan kapas alkohol 70% maupun strip

pemeriksaan yang akan dilakukan (misalnya GDS, AU, dan COL).

5) Pemberian label atau kode pada wadah yang sudah disiapkan

sesuai dengan nomor register Laboratorium.

6) Diatur posisi pasien, duduk atau berbaring agar pasien merasa

nyaman.

7) Penjelasaan seperlunya diberikan pada pasien.

8) Sampling sampel atau specimen dilakukan secara benar.

9) Spesimen atau sampel yang telah diambil dimasukan pada wadah

yang telah diberi nomor register.

b. Pada pasien rawat inap :

1) Pengambilan spesimen atau sampel dilakukan oleh petugas

laboratorium

2) Sebelum keruangan perawatan, petugas menyiapkan alat dan bahan

yang dibutuhkan untuk pengambilan spesimen.

3) Petugas menemui pasien yang akan diambil spesimennya dan

menanyakan identitas pasien sesuai format yang ada.

4) Wadah yang telah disiapkan diberi label atau kode sesuai dengan

nomor kode Laboratorium.

5) Penjelasan seperlunya diberikan oleh petugas kepada pasien,

6) Sampling specimen dilakukan secara benar.


7) Spesimen yang telah diambil dimasukkan dalam wadah yang

telah disediakan.

8) Wadah yang telah berisi spesimen segera dibawa ke laboratorium

dan diperiksa sesuai tes dari permintaan dokter.

C. Sampling darah vena

1. Tujuan :

Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi

syarat untuk dilakukan pemeriksaan.

2. Prinsip :

Darah vena diambil dengan cara melakukan penusukan pada

pembuluh darah vena, darah akan masuk pada ujung semprit, dilanjutkan

dengan menarik torak ataupiston sampai volume darah yang dikehendaki.

3. Pra-analitik :

a) Persiapan pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

b) Persiapan sampel :Darah vena

c) Alat dan Bahan :

1) Alat

Alat yang digunakan ialah spoit , tourniquet, tabung EDTA,

dan rak tabung.

2) Bahan

Bahan yang digunakan ialah kapas alkohol 70% dan

Antikoagulan EDTA 10% atau Natrium sitrat 3,8%.


d) Lokasi pengambilan darah :

1) Mediana fossa cubiti

2) Chepalic vein

3) Bashilic vein

4. Analitik

a. Alat dan bahan disiapkan sebelum melakukan sampling.

b. Lengan pasien dibendung dengan tourniquet.

c. Vena cubiti, dicari dan didesinfeksi dengan kapas alkohol 70%,

kemudian biarkan hingga mengering.

d. Vena ditusuk menggunakan spoit dengan lubang jarumnya menghadap

ke atas.

e. Darah diambil sesuai kebutuhan. Setelah cukup, ikatan tourniquet

dilepaskan dan bekas tusukan ditutup dengan kapas alkohol.

f. Jarum dilepaskan dari lengan dan alirkan darah dari spoit kedalam

tabung EDTA yang disediakan.

D. Cara sampling darah kapiler

1) Tujuan :

Untuk mendapatkan sampel darah kapiler yang baik dan memenuhi

syarat untuk dilakukan pemeriksaan.

2) Prinsip :

Melakukan penusukan dengan pengambilan darah kapiler pada

bagian ujung jari secara aseptik dan mendapatkan sampel darah perifer

atau bagus.
3) Pra Analitik:

a. Persiapan pasien :Pasien tidak memerlukan persiapan khusus

b. Persiapan sampel :Darah kapiler

c. Alat dan Bahan

1) Alat

Alat yang digunakan ialah autoclick, lancet steril dan

wadah specimen atau strip pemeriksaan yang akan digunakan.

2) Bahan

Bahan yang digunakan ialah kapas alkohol 70% dan kapas

kering atau tissue.

d. Lokasi pengambilan darah

1) Ujung jari atau anak daun telinga (untuk orang dewasa).

2) Tumit atau ibu jari kaki (untuk bayi dan anak kecil).

4) Analitik :

a. Alat dan bahan disiapkan sebelum melakukan sampling.

b. Autoclickdiisi dengan lancet steril.

c. Tempat pengambil darah didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% dan

biarkan hingga mengering.

d. Bagian jari yang akan ditusuk dipegang dan kemudian ditusuk dengan

autoklik.

e. Tetes darah pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering, lalu

tetes darah berikutnya diambil sesuai kebutuhan pemeriksaan

f. Bekas tusukan dibersikan dengan kapas steril.


E. Cara pengambilan spesimen urine

1) Tujuan :

a. Mengambil sempel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa

urine rutin atau atau diagnostik yang meliputi test kultur dan

sensivitas.

b. Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine.

c. Untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam urine secara lengkap

sehingga dapat membantu menegaskan diagnosa dokter pemeriksa.

2) Pra Analitik :

a. Persiapan pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusu.

b. Persiapan sampel : Sampel urin sewaktu.

c. Alat dan bahan

1) Alat

Alat yang digunakan ialah wadah atau pot sampel urin.

2) Bahan

Bahan yang digunakan ialah urin dan label atau kode pasien.

d. Pembagian urine :

Sampel urine terbagi 4 yaitu sampel urine sewaktu, urine pagi,

urine post prandial dan urine 24 jam.

1) Urine pagi

Adalah urine yang dikeluarkan pada pagi hari setelah

bangun tidur, urinenya lebih pekat dari urine siang, baik untuk

pemeriksaan sedimen urine, bj urine, protein, atau test kehamilan.


2) Urine Sewaktu

Adalah urine yang dikeluarkan oleh pasien pada waktu

yang waktunya tidak ditentukan khusus.Urine sewaktu baik untuk

pemeriksaan rutin.

3) Urine post prandial

Adalah urine yang dikeluarkan pertama kali setelah makan

(2 jam setelah makan) baik untuk pemeriksaan reduksi/gula.

4) Urine 24 jam

Adalah urine yang dikumpulkan selama 24 jam

e. Cara penampungan urine :

1) Wadah tempat penampungan urine diberikan pada pasien.

2) Pasien diminta mengambil contoh urine ke kamar kecil/ toilet

sesuai yang dikehendaki (sewaktu, pagi, postprandial) dan jenis

pemeriksaan.

3) Pasien diminta untuk menyerahkan urine yang diminta

kelaboratorium.

4) Wadah sampel diberi identitas pasien.

F. HEMATOLOGI

1. Pemeriksaan darah rutin

a. Metode

Hematologi analayzer / sysmex XP-100 autometik.

b. Tujuan

1) Pemeriksaan Jumlah Trombosit


Untuk mengetahui jumlah trombosit dalam darah dan

adanya indikasi Trombositosis dan Trombositopenia.

2) Pemeriksaan Jumlah Leukosit

Untuk mengetahui jumlah sel darah putih atau leukosit

dalam darah dan adanya indikasi Leukositosis dan Leukopenia.

3) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

Untuk mengetahui kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah

dan mengetahui adanya indikasi penyakit anemia.

4) Pemeriksaan Hematokrit

Untuk mengukur volume sel darah merah dalam darah dan

mengetahui adanya sebua indikasi penyakit yang ditimbulkan.

c. Prinsip

Pengukuran berdasarkan atas penyerapan sinar akibat interaksi

sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan

atau zat warna yang dilewatinya, dengan cara sampel darah dicuci

selama 200 kali lalu dicampurkan dengan hemolizying kemudia

dihitung kadar hemoglobin (Hb) dan leukositnya (WBC), kemudian

untuk mengitung eritrosit (RBC), trombosit (PLT) dan hematokrit

(HCT) darah dicuci kembali selama 200 kali. Lalu semua data diolah

untuk ditampilkan pada layar monitor dan terprin secara automatis

hasil yang didapat.


d. Dasar Teori

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan

komponen yang terkandung didalamnya.Dari ilmu itu berkembanglah

cara/metode penelitian tentang darah yang semakin berkembang,

kemudian dibuatlah alat Hematology Analyzer (Aulia D, 2015).

Hematology Analyzer adalah salah satu alat laboraturium yang

berfungsi untuk pengukuran dan pemeriksaan sel darah dalam sampel

darah.Dimana alat ini biasa digunakan dalam bidang kesehatan dan

juga alat ini dapat membantu mendiagnosa penyakit yang diderita

seseorang pasien seperti kanker, diabetes, dll (Aulia D, 2015).

e. Pra Analitik

1) Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

2) Persiapan Sampel : Darah EDTA vena

3) Alat dan Bahan :

a. Alat

Alat yang di gunakan ialah mesin sysmex XP-100, rak

tabung EDTA, spoit, dan rotator.

b. Bahan

Bahan yang di gunakan ialah darah EDTA (vena), kapas

alkohol 70%, label, air pembilas/cellclean, dan darah control.

f. Analitik

1) Alat dan bahan disiapkan sebelum melakukan sampling.


2) Pemerikasaan dilakukan terhadap ketersediaan reagensia dan juga

ketersediaan kertas print yang terdapat pada alat sysmex XP-100.

3) Pemeriksaan dilakukan terhadap selang-selang dan kabel power

beserta tempat pembuangan limbah pada alat sysmex XP-100 yang

akan digunakan.

4) Alat dihidupkan dengan ditekan skalar on/off yang berada pada sisi

kanan bawa alat.

5) Alat dipastikan dalam status ready lalu dimasukan nomor darah

control tersebut terlebih dahulu, lalu darah control dimasukan

dibawa aspiration probe pada alat.

6) Menunggu beberapa saat, hingga hasil control keluar, jika nilai

control sudah masuk maka alat siap digunakan.

7) Pengisian nama pasien dilakukan beserta nama operator yang

tertera pada layar monitor alat.

8) Terlebih dahulu dihomogenkan secara perlahan sampel darah

EDTA (vena) yang telah diambil untuk diperiksa pada rotator.

9) Penutup tabung EDTA dibuka dan diletakan dibawah aspiration

probe dimana ujung probe menyentuh dasar tabung.

10) Tombol star/enter ditekan untuk memulai proses.

11) Setelah terdengan bunyi beeb-beeb dua kali (running) diawal dan

riense terturun, maka tabung sampel darah dapat diambil dengan

cara diturunkan sampel dari probe secara perlahan-lahan.


12) Hasil pembacaan akan ditampilkan pada layar dan secara automatis

hasil yang diperoleh tercetak pada kertas prin.

13) Alat dimatikan dengan menekan tombol shutdown dan diikuti

prosedur tersebut dengan menggunakan air pembersih atau

cellclean bila semua pemeriksaan telah selesai.

g. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1) Hemoglobin (Hb) : P = 12-14 gr/dl

L = 14-16 gr/dl

2) Leukosit (WBC) : 4.000 -10.000/mm3

3) Trombosit (PLT) : 150.000 – 450.000/mm3

4) Hematokrit (HCT) : P = 37 – 40 %

L = 40 – 48 %

2. Pemeriksaan darah rutin

a. Metode

Manual

1) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

a) Tujuan

Untuk mengetahui kadar Hemoglobin (Hb) yang dimiliki

oleh pasien.
b) Prinsip

Hemoglobin akan diubah menjadi hematin asam, kemudian

warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar

dalam alat.

c) Dasar Teori

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang

dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dengan

rangka protoporphyrin dan globulin (tetraphyrin) menyebapkan

warnah merah pada darah.Dengan menggunakan Metode Sahli

merupakan metode estimasi kadar hemoglobin yang tidak teliti,

karena alat homoglobinometer tidak dapat distandarkan dan

pembandingan warna secara visual tidak teliti. Metode sahli

juga kurang teliti karena karboxyhemoglobin, methemoglobin,

dansulfhemoglobin tidak dapat diubah menjadi hematin

asam.(Aulia D, 2015).

d) Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan

khusus.

2. Persiapan Pasien : Darah langsung atau darah kapiler.

3. Alat dan Bahan

a. Alat
Alat yang digunakan ialah lanset, autoklik, tabung

sahli, pipet sahli (Hb), batang pengaduk, dan selang

penghisap.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah larutan HCl 0,2 N, dan

kapas alkohol 70%.

e) Analitik

1. Alat dan bahan disiapkan sebelum melakukan sampling.

2. HCl 0,1 N dipipet kedalam tabung sahli sampai tanda ‘2’.

3. Darah dipipet sebanyak 20 µl, hapuslah darah yang melekat

pada sebelah luar ujung pipet.

4. Darah dialirkan kedalam tabung yang berisi HCl 0,1 N,

hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

5. Pipetnya diangkat sedikit, lalu diisap cairan jernih / hcl

dibilaslah 2-3 kali bertujuan membersihkan darah yang

menempel pada pipet, lalu dikeluarkan pipet dari tabung.

6. Isi tabung dihomogenkan perlahan-lahan, lalu di diamkan

beberapa saat hingga terbentuk warna coklat tua.

7. Aquadest ditambahkan tetes demi tetes melalui dinding

tabung, sambil diaduk dengan batang pengaduk hingga

warna larutan dalam tabung sesuai dengan warna standar

pada Haemometer.
8. Kadar hemoglobin dibaca dengan satuan gram per desiliter

(g/dl).

f) Pasca Analitik

Nilai rujukan

I. Laki-laki : 14-16 g/dl

II. Perempuan : 12-14 g/dl

2. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit

a. Tujuan

Untuk mengetahui jumlah trombosit yang diperiksa

pada sampel darah pasien.

b. Prinsip

Darah diencerkan dengan larutan asam lemak, sehingga

sel-sel eritrosit akan mengalami hemolysis serta darah menjadi

lebih encer sehingga sel-sel leukosit lebih mudah dihitung.

c. Dasar Teori

Lekosit (White Blood Cell) adalah sel yang membentuk

komponen darah.Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu

tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari

sistem kekebalan tubuh.Sel darah putih tidak berwarna,

memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat

menembus dinding kapiler/diapedesis (Bakta. I Made 2013).

Lekosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada

eritrosit dengan rasio 1 : 700. Dalam keadaan normalnya


terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam

seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000

sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000

sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus

leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per

tetes. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan

ini disebut Lekositosis dan bila jumlah kurang dari 4000

sel/mm3 maka disebut leukopenia (Riswanto. 2013).

d. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan

khusus

2. Persiapan Sampel : Darah vena atau darah EDTA

3. Alat dan Bahan :

a. Alat

Alat yang digunakan ialah tabung, lanset

steril, mikroskop, kamar hitung, deck glass, tabung

reaksi, autoclick dan rak tabung reaksi.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah kapas alkohol

70%, larutan turk, dan darah vena/darah EDTA.

e. Analitik

1. Alat dan bahan disiapkan sebelum melakukan sampling.


2. Larutan turk dipipet sebanyak 0,5 ml lalu dimasukkan ke

dalam tabung reaksi

3. Sampel darah vena atau darah EDTA dipipet yang telah

diambil sebanyak 20 µl dan dimasukan didalam tabung

yang berisi larutan turk.

4. Tabung tersebut dihomogenkan dengan perlahan-lahan.

5. Cairan dalam tabung dipipet dan dimasukkan kedalam

kamar hitung yang telah ditutupi dengan deck glas.

6. Jumlah sel leukosit dengan mikroskop pada pembesaran

objektif 10x , kotak yang dihitung sebanyak 2 kotak

besar.

f. Perhitungan

1. Factor pengenceran (FP) =

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑘 + 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ

0,5 𝑚𝑙 + 0,02 𝑚𝑙
0,02 𝑚𝑙

FP = 26 X

2. Volume kotak besar = P x L x T

= 1 x 1 x 0,1 = 0,1 mm3

3. Volume 4 kotak besar = 4 x 0,1 mm3

= 0,4 = 4/10 mm3

4. Jumlah sel yang dihitung = N sel

5. Jumlah sel leukosit permikroliter darah


= 10/4 x 26 x N sel

= 65 x N sel

g. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Laki-laki dan Perempuan : 4.000 – 10.000 / mm3.

3. Pemeriksaan Laju Endap Darah ( LED)

a. Tujuan

Untuk mengetahui nilai laju endap darah seseorang

yang diperiksa dalam satuan mm/jam.

b. Prinsip

Darah dengan antikoagulan tertentu dimasukan kedalam

alat tertentu dengan ukuran tertentu dan dalam posisi tegak

lurus, kemudian kecepatan pengendapan sel darah diukur

dalam waktu tertentu yang terlihat sebagai tinggi kolom plasma

dan dinyatakan dalam satuan mm/jam.

c. Dasar Teori

Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya

Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu

pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan

sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan

memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu

jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka

makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.Tinggi ringannya


nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat

dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi

radang.Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan

dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang

tinggi.Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah

tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum

tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah

masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung

pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Namun

biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan

tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah diatas normal.

Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju

Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju

Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek

perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju

Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung

cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja

dengan baik (Rahma. 2015).

d. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien :Pasien tidak memerlukan persiapan

khusus.

2. Persiapan Sampel : Darah vena langsung atau darah EDTA


Alat dan Bahan :

a. Alat

Alat yang digunakan ialah rak tabung

wastergren, pipet wastergren, selang penghisap,

stopwacht, tabung reaksi, rak tabung, spoit, dan

torniqwet.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah kapas alkohol

70%, sampel darah vena, larutan natrium sitrate 3,8%

untuk darah tanpa antikoagulan (EDTA), dan larutan

NaCl 0,9% untuk darah yang menggunakan

antikoagulan (EDTA).

e. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan Disiapkan sebelum

melakukan sampling.

2. Tabung reaksi yang telah disediakan diisi 0,4 ml Natrium

Sitrat 3,8%.

3. Sampel darah dipipet sebanyak 1,6 ml dan dimasukkan

kedalam tabung yang telah berisi Natrium Sitrat 3,8% .

4. Larutan tersebut kemudian dihomogenkan beberapa saat .

5. Darah yang telah tercampur dengan natrium Sitrat 3,8%

dipipet dengan menggunakan tabung westergren yang

terpasang penghisap sampai tanda 0.


6. Tabung westergren berisi sampel darah diposisikan tegak

lurus pada rak LED (jangan lupa membuka penghisap pada

tabung).

7. Stopwatch Diatur selama 1 jam untuk menunggu hasil

LED.

8. Hasil Dilihat setelah 1 jam dan dicatat mm menurunnya

eritrosit atau LED yang terbentuk.

f. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Wanita : < 20 mm/jam.

2. Pria : < 10 mm/jam.

G. IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

1. Pemeriksaan Widal

a. Tujuan

Untuk mendeteksi adanya antibody terhadap Salmonella

typhi dan Salmonella Paratyphi dalam serum

b. Prinsip

Kemampuan antibody dalam serum pasien dalam

mengaglutinasi antigen Salmonella O (antigen somatik) dan

Salmonella H (antigen flagela).Titer antibody ditunjukkan dengan

pengenceran tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi.

c. Dasar Teori
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin

digunakan sejak tehun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa

reaksi antara antibody aglutinin dalam serum penderita yang telah

mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap Antigensomatik (0)

dan Flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga

terjadi aglutinasi (Rahma, 2015).

d. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien :Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

2. Persiapan sampel :Darah vena.

3. Alat dan bahan :

a. Alat

Alat yang digunakan ialah slide, pipet tetes atau

mikropipet, dan datang Pengaduk.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah serum sampel darah,

suspensi antigen O, H, dari Salmonella typhy.

e. Analitik

1. Plate kaca disiapkan yang terdiri dari 8 buah lingkaran.

2. 1 tetes antigen O, H diteteskan pada tiap lingkaran.

3. 1 tetes serum ditambahkan pada tiap lingkaran yang berisi suspensi

antigen.

4. Suspense dihomogenkan ditiap lingkaran.

5. Plate dirotator selama 1 menit.


6. Hasil dibaca kurang dari 1 menit.

f. Pasca Analitik

Nilai rujukan :

1) (-) : Tidak terdapat aglutinasi pada suspensi antigen + serum.

2) (+) : Terdapat aglutinasi pada suspensi antigen + serum.

2. Pemeriksaan Golongan Darah

a. Tujuan

Untuk mengetahui golongan darah sistem A,B, AB, O.

b. Prinsip

Adanya reaksi antara aglutinogen yang terdapat dalam sel

darah merah dan aglutinin dalam plasma yang sesuai menyebaban

terjadinya aglutinasi.

c. Dasar Teori

Golongan darah adalah pengaplikasian darah dari suatu

individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada
permukaan membran sel darah merah.Hal ini disebabkan karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein.

d. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusu.

2. Persiapan Sampel : Darah kapiler.

3. Alat dan Bahan :

a. Alat

Alat yang digunakan ialah objek glass, autoklik, lanset,

dan batang pengaduk.

b. Bahan:

Bahan yang digunakan ialah sampel darah kapiler,

kapas alkohol 70%, serum anti A (biru), serum anti B (kuning)

dan serum anti AB (putih).

e. Analitik

1. Reagen anti A, B dan AB yang akan digunakan disiapkan

sebelum melakukan sampling.

2. Ujung jari didensifeksi dengan kapas alkohol 70 %.

3. Ujung jari ditusuk dengan autocklik yang berisi lancet.

4. Tetesan darah pertama dibuang, lalu tetesan kedua diteteskan

diatas objek glass/kartu golongan darah.

5. Jari pasien ditutup dengan kapas kering


6. Serum Anti A, B, dan AB diteteskan pada masing-masing

lingkaran sesuai kode (pada objek glas). Darah pasien diteteskan

pula di samping anti sera.

7. Darah dicampur dengan menggunakan pengaduk.

8. Darah dihomogenkan dengan membuat gerakan melingkar.

9. Reaksi diperhatikan apakah terdapat aglutinasi yang terjadi

f. Pasca Analitik

1. Pembacaan hasil :

Anti-A Anti-B Anti-O

Golongan darah
+ - -
A

Golongan darah
- + -
B

Golongan

darah
+ + -
AB

Golongan darah

O
- - -

Tabel 1 : pembacaan slaid golongan darah


Gambar 2 : terjadinya aglutinasi pada golongan darah

Keterangan :

Positif (+) : Jika terjadi aglutinasi pada antigen menadakan Positif pada

golongan darah.

Negatif (-) :Jika tidak terjadi aglutinasi pada antigen menadakan

Negatif pada golongan darah.

3. Pemeriksaan HIV

a. Tujuan

Untuk mendeteksi keberadaan virus HIV atau antibody HIV

dalam sampel .
b. Prinsip

Berdasarkan reaksi kromatografi yang menimbulkan garis

warna merah pada control (C) dan tes (T) jika terdapat antibody

terhadap HIV type 1 dan HIV type 2 di dalam serum , plasma dan

darah pasien.

c. Dasar Teori

HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit

AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,

sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi ( Ariandi 2015).

d. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusu.

2. Persiapan Sampel : Darah kapiler.

3. Alat dan Bahan :

a. Alat

Alat yang digunakan ialah pipet tetes, autoclick, dan

lancet steril.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah darah kapiler segar, kapas

alkohol 70%, HIV-1/2 rapid test, dan reagen dilution buffer

e. Analitik

1. Disiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Didesinfeksi aera tangan yang akan ditusuk menggunakan autoklik

yang telad diisi lanset steril sebelumya.


3. Dipipet darah yang keluar pada bekas tusukan.

4. Diteteskan darah sebanyak 20 kedalam lubang sampel.

5. Ditambahkan dua tetes dilution buffer kedalam lubang sampel.

6. Dibiarkan selama beberapa menit dan diperhatikan reaksi yang

terbentuk.

f. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Positif : Terbentuk 2 garis berwarna, yaitu : satu garis pada zona

garis tes 1 (T1) dan atau tes 2 (T2). Garis warna pada zona 1

menandakan infeksi HIV-1 dan garis warna pada zona 2

menandakan infeksi HIV-2.

2. Negatif : Apabila terbentuk satu garis berwarna pada zona garis

control (C) saja.

3. Invalid/tes gagal : Apabila tidak terbentuk garis berwarna pada

zona control (C) maka tes dinyatakan gagal dan ulangi tes dengan

alat yang baru.

Gambar 3 : perbandinganhasil positif dan negative HIV


4. Pemeriksaan Kehamilan (Plano Test)

a. Tujuan

Untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin dalam

urin dan juga mendeteksi adanya kehamilan.

b. Prinsip

Urine wanita hamil mengandung α dan β HCG (monoclonal HCG

lengkap).Pada area sampel terdapat anti α HCG.Di area

tesmengandung anti β HCG, sedangkan pada area kontrol mengandung

anti β HCG dan monoclonal HCG lengkap (α dan β HCG).

c. Dasar Teori

Jika strip urine dicelupkan pada urine wanita hamil, maka

monoclonal HCG lengkap dalam urine akan bereaksi dengan anti α

HCG (di area tes) dan anti HCG yang berlebih akan berikatan dengan

monoclonal HCG lengkap dan β HCG (di area kontrol). Bila ikatan

tersebut telah membentuk ikatan sandwich, maka akan terlihat tanda

garis merah.

d. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

2. Persiapan Sampel :Urine pagi atau urine sewaktu.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan ialah wadah atau pot sempel urine

yang sterildan tes strip.


b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah urine pagi.

e. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan sampling.

2. Urine pasien ditampung pada wadah urine.

3. Strip plano tes dicelupkan ke dalam sampel urine, jangan melewati

pada tanda batas.

4. Hasil strip ditunggu beberapa saat sampai timbul garis bewarna

merah pada strip.

f. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Hasil negatif (-) : Jika terbentuk satu garis di area control

2. Hasil positif (+) : Jika terbentuk dua garis di area tes dan control.

Gambar 4 : Perbandingan hasil plano positif dan negative


5. Pemeriksaan HBSAg

a. Tujuan

Untuk mendeteksi keberadaan penyakit hepatitis B atau antibody

HBSAg dalam sampel .

b. Prinsip

Imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan pada

bantalan sampel bereaksi dengan partikel yeng telah dilapisi dengan

anti HBs (antibodi). Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang

strip membran untuk berikatan dengan antibody spesifik. Pada daerah

tes, sehingga akan menghasilkan garis warna.

c. Dasar Teori
HBsAg merupakan suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan

serum atau plasma dimana bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg

dalam serum atau plasma membrane yang dilapisi dengan anti HBsAg

antibody pada daerah garis test selama proses pemeriksaan, sampel

serum atau plasma bereksi dengan partikel yang ditutupi dengan anti

HBsAg antibodi, campuran tersebut akan meresap sepanjang membrane

kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada membrane dan

menghasilkan suatu hasil positif pada daerah test, jika tidak

menghasilkan garis yang berwarna pada daerah test menunjukan hasil

yang negatif.

d. Pra Analitik

1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus.


2. Persiapan sampel : Darah kapiler.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu autocklik,

piper tetes HBSAg dan strip tes.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu darah

kapiler, lanset, kapas alkohol dan tisu.

e. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan sampling.

2. Jari yang akan ditusuk dengan lanset didesinfeksi dengan kapas

alkohol.

3. Jari ditusuk dengan lanset dan darah pertama di hapus dengan

tisu.

4. Darah dipipet dengan pipet HBSAg sebanyak 20 mikron,

kemudian dimasukkan ke dalam bantalan strip.

5. Darah kemudian didiamkan beberapa saat sampai terbentuk garis

warna dan dicatat hasil yang didapatkan.

f. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Positif : Terbentuk 2 garis berwarna, yaitu : satu garis pada zona

garis tes 1 (T1) dan atau tes 2 (T2). Garis warna pada zona 1
menandakan infeksi hepatitis B dan garis warna pada zona 2

menandakan infeksi hepatitis B.

2. Negatif : Apabila terbentuk satu garis berwarna pada zona garis

control (C) saja.

3. Invalid/tes gagal : Apabila tidak terbentuk garis berwarna pada

zona control (C) maka tes dinyatakan gagal dan ulangi tes dengan

alat yang baru.

6. Pemeriksaan Sifilis

a. Tujuan

Untuk melihat adanya antibody sifilis dalam darah / serum.

b. Prinsip
Bersatunya antibodi dengan antigen Treponemal membentuk garis

berwarna.

c. Dasar Teori
Syphilis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri spirocheta

dengan sebutan Treponema pallidum (Syphilis). Jika diobati,

organisme-organisme berpindah di seluruh tubuh dan dapat

menyebabkan kerusakan ke banyak organ-organ, syphilis adalah

penyakit yang mengancam kehidupan jika tidak diobati dini

sepenuhnya. Respon serologi untuk syphilis melibatkan produksi dari

antibodi untuk berbagai antigen, termasuk antibodi tidak spesifik dan

antibodi spesifik anti-syphilis. Respon deteksi pertama untuk infeksi

adalah produksi dari spesifik anti-treponemal IgM, yang dapat di


deteksi dalam 4-7 hari setelah muncul kanker dan sampai akhir minggu

kedua dari infeksi; anti-treponemal IgG muncul sekitar 4 minggu

kemudian. Pada saat gejala penyakit syphilis, sebagian besar pasien

terdeteksi memiliki kedua IgG dan IgM.

d. Pra Analitik

1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus.

2. Persiapan sampel : Darah kapiler.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu autoklik,

pipet kapiler dan strip tes sifilis.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu darah

kapiler, kapas alkohol. Lanset, larutan buffer dan tisu.

e. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum melakukan

sampling.

2. Jari yang akan ditusuk dengan lanset didesinfeksi dengan kapas

alkohol.

3. Jari ditusuk dengan lanset dan darah pertama di hapus dengan tisu.

4. Darah dipipet dengan pipet kapiler sebanyak 10 mikron, kemudian

dimasukkan ke dalam bantalan strip.


5. Darah yang telah ada pada bantalan strip diberikan lautan buffer

sekitas 3-5 tetes.

6. Darah kemudian didiamkan beberapa saat sampai terbentuk garis

warna dan dicatat hasil yang didapatkan.

f. Pasca Analitik

1. Positif : Terbentuk 2 garis berwarna, yaitu : satu garis pada zona

garis tes 1 (T1) dan atau tes 2 (T2). Garis warna pada zona 1

menandakan infeksi hepatitis B dan garis warna pada zona 2

menandakan infeksi hepatitis B.

2. Negatif : Apabila terbentuk satu garis berwarna pada zona garis

control (C) saja.

3. Invalid/tes gagal : Apabila tidak terbentuk garis berwarna pada zona

control (C) maka tes dinyatakan gagal dan ulangi tes dengan alat

yang baru.

H. URINE RUTIN

1. Pemeriksaan Protein, Glukosa, Bilirubin, dan Urobilinogen Urine

g. Metode

Carik Celup.

h. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan suatu zat maupun senya

organic yang terkandung didalam urin.

i. Prinsip
Strip dicelupkan kedalam urine, warna strip untuk setiap

kategori akan berubah sesuai kandungan zat yang ada dalam urine dan

menunjukkan keberadaan zat yang diperiksa atau tinggi rendahnya zat

dalam urine tersebut.

j. Dasar Teori

Urinalisis adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik

terhadap urin. Urinalisis berguna untuk untuk mendiagnosis penyakit

ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi adanya

penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.

Banyak jenis pemeriksaan penyaringan sekarang dilakukan

dengan menggunakan metode carik celup (dipstick, strip reagen, strip

test urin).Sebua carik celup atau dipstick merupakan alat diagnostic

yang digunakan untuk menentukan perubahan patologis, dalam urin

pada urinalisa standar. Dimana carik celup berupa plastic tipis yang

pada sebelah sisinya dilekati satu sampai sembilan kertas isap atau

bahan penyerap (seluloid) yang masing-masing mengandung reagen-

reagen spesifik terhadap salah satu zat yang dicari yang akan ditandai

dengan perubahan warna berdasarkan pada specimen urin dengan

reagen-reagen tersebut.

k. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan Sampel : Urine sewaktu

3. Alat dan Bahan :


a. Alat

Alat yang digunakan ialah wadah atau botol carik celup

sebagai standar warna, pot sampel urine, dan pipet tets.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ialah sampel urin sewaktu,

tissue, dan reagen atau strip carik celup 9 indikator.

l. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan sampling.

2. Sampel urin yang akan diperiksa ditampung ke dalam pot sampel

urin.

3. Seluruh permukaan reagen carik dibasahi dengan sampel urine dan

ditarik carik dengan segera, kelebihan urine diketukkan pada

bagian bibir wadah urine.

4. Kelebihan urine pada bagian belakang cerik dihilangkan dengan

cara menyimpan carik tersebut pada kertas atau tissu agar

menyerap urine dibagian tersebut.

5. Cerik dipegang secara horizontal dan dibandingkan dengan

standard warna yang terdapat pada label wadah carik dan catat

hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada standard carik.

m. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Leukosit : Negative
2. Nitrit : Negative

3. Urobilinogen : Negative atau 0,2 EU/dl

4. Protein : Negative

5. PH : Negative

6. Darah : Negative

7. Berat jenis : 1.000-1.030

8. Keton : Negative

9. Bilirubin : Negative

10. Glukosa : Negative

2. Pemeriksaan Sedimen Urine

a. Metode

Metode natif.

b. Tujuan

Mengamati sedimen urine yang terdapat dalam sampel

sehingga dapat mendiagnosa suatu penyakit.

c. Prinsip

Urine dimasukkan kedalam tabung, lalu dipusingkan kedalam

centrifuge menggunakan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5-10 menit

kemudian buang supernatannya dan letakkan endapannya 1 tetes pada

objek glass dan ditutup dengan cover glass lalu diamati pada

mikroskop.
d. Dasar Teori

Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering

diminta oleh dokter untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran

kemih atau gangguan metabolisme tubuh (Strasinger & Schaub, 2001).

Urinalisis adalah analisis kimia, makroskopis dan

mikroskopis terhadap urin. Uji urin rutin dilakukan pertama kali

pada tahun 1821. Urinalisis berguna untuk mendiagnosis penyakit

ginjal atau infeksi traktus urinarius dan untuk mendeteksi adanya

penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.

Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan di tempat praktik pemberi

layanan kesehatan dan juga rumah sakit atau laboratorium swasta (

Kee. 2007 ).

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu

pemeriksaan sedimen urin.Ini penting untuk mengetahui adanya

kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.

Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang

dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen

dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan

lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif

besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.

Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif,

yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk

eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti


epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan

+++ (banyak sekali)( Kee. 2007 ).

Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu

unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu

organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,

potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak

berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel

dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur

mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi

(bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya

perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal( Kee. 2007 ).

Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih

dianjurkan untuk dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin.

Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat

pada sediaan natif dapat terlihat jelas( Kee. 2007 ).

e. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusu.

2. Persiapan sampel : Urin sewaktu atau urin segar.

3. Alat dan Bahan

a. Alat
Alat yang digunakan ilah pot penampung sampel urine atau

wadah urine, centrifuge, tabung reaksi, pipet tetes, objek glass

dan cafer glass.

b. Bahan

Bahan yang digunakan ilah sampel urine sewaktu.

f. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan sampling.

2. Sampel urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan setarakan

dengan pembanding yang akan digunakan.

3. Sampel dicentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm.

4. Jika telah selesai dicentrifuge,supernatan dibuang lalu sisakan

endapan yang teringgal.

5. Endapan yang terbentuk dipipet dan dibuat preparat diatas objek

glass lalu ditutupi dengan cafer glass.

6. Endapan kemudian diamati dibawah mikroskop dengan

pembesaran lensa objektif (10x) dan dilanjutkan ke pembesaran

(40x).

g. Pasca Analitik

1. Eritrosit : 0-3 / LP

2. Leukosit : 0-5 / LP

3. Bakteri,Sel Epitel,Kristal :Ada maka Positif (+),Banyak

(++),Sangat Banyak (+++).


3. Pemeriksaan Narkoba

a. Tujuan

Untuk mengetahui ada tidaknya narkoba pada pasien.

b. Prinsip

Pada strip mengandung konjugat drugs IgG anti narkoba, dimana

substrat urin yang mengandung drugs (AMP/THC/MOT) akan bereaksi

dengan konjugat dimana hasil positif ditandai dengan terbentuknya 1

garis warna pada test.

c. Dasar Teori

Berdasarkan reaksi imunokromatografi di mana urine yang

mengandung narkoba berkaitan dengan obat conjugate untuk mengikat

antibody dalam strip. Urine yang mengandung obat(narkoba) akan

memberikan satu garis warna pada strip, sedangkan urine yang tidak

mengandung narkoba akan memberikan 2 garis warna pada strip.

d. Pra Analitik

1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus.

2. Persiapan sampel : Urin sewaktu.

3. Alat dan Bahan.

c. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pot urin dan

strip tes narkoba.

d. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu urin sewaktu.
e. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum melakukan

sampling.

2. Penutup strip tes dibuka terlebih dahulu, kemudian diceulpkan strip

tes tersebut secara vertikal ke dalam sampel urin selama 10-15 detik.

3. Ketika strip tes dicelupkan tidak boleh melewati batas garis yang

paling bawah zona sampel (S).

4. Hasil yang didapatkan dibaca dan dicatat setelahh 5-10 menit.

f. Pasca Analitik

1. Positif : jika terbantuk satu garis.

2. Negative : jika terbentuk 2 garis.

3. Invalid : tidak terbentuk garis warna pada control dan test.

I. KIMIA KLINIK

1. Pemeriksaan Asam Urat, Gula Darah Sewaktu dan Cholesterol

a. Metode

Point Of Care Testing (POCT)

b. Tujuan

Untuk mengetahui kadar asam urat, gula darah sewaktu dan

cholesterol didalam tubuh.

c. Prinsip

Berdasarkan atas pengukuran arus listrik yang dihasilkan

pada sebua reaksi elektrokimia. Dimana ketika darah diteteskan pada

strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang ada didalam darah
dengan reagen yang ada didalm strip. Dimana reaksi ini akan

menghasilkan arus listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan

kimia yang ada didalam darah.

d. Dasar Teori

1. Glukosa Darah

Glukosa, suatu gulamonosakarida, adalah salah satu

karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi

hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama

fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa)

disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah

heksosa-monosakarida yang mengandung enam atom karbon.

Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima

karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut

(cincin piranosa), bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon

enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping

hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada

atom karbon keenam diluar cincin, membentuk suatu gugus

CH2OH. Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran

pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi

bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot,

yang menyimpannya sebagai glikogen (pati hewan) dan sel lemak,

yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber


energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa

pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak

simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak

pernah secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan

galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat,

langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi

glukosa.

2. Kolesterol

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80%

dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar

tubuh (zat makanan) untuk bermacam-macam fungsi di dalam

tubuh, antara lain membentuk dinding sel. Nilai rujukan untuk

kadar kolesterol total adalah 140-250 mg/dl.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita

makan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi,

sejauh pemasukan ini seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan

tetap sehat.Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar

dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein

menjadi partikel yang disebut Lipoprotein, yang dapat dianggap

sebagai pembawa (carier) kolesterol dalam darah.

Di dalam tubuh kita, kolesterol terdiri dari kolesterol

LDL ( low density lipoprotein), HDL ( hight density lipoprotein),

dan trigliserida. Kolesterol LDL yang diproduksi di hati beredar


dipembuluh darah dan menuju ke sel-sel tubuh, seperti sel jantung,

sel otak, dan sel sel di organ lain yang membutuhkan. Kolesterol

LDL yang tersisa akan dibawa oleh kolesterol HDL kembali ke

hati dan dibuang ke kandung empedu sebagai asam empedu.

3. Asam Urat

Asam urat adalah asam hasil metabolisme protein

berupa asam-asam inti yang terdapat dalam inti sel. Setelah

mengalami berbagai miam proses biokimia akan menjadi oksida

purin. Purin sendiri merupakan salah satu turunan asam ammo.

Oksidasi purin ini di metabolisme lagi oleh suatu enzim dan

menghaSilkan produk akhir yaitu asam urat. Jadi asam Urat adalah

hasil akhir dari metabolisme tubuh dari bahan purin.

Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam

tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki

asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal

dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan

senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh

menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap

hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar

15 persen.Asam urat menjadi masalah bila ekresi atau proses

pembuangan tidak terjadi dengan baik. Hal ini terjadi karena ginjal

mengalami gangguan fungsi. Ginjal tidak rusak tapi

kemampuannya membuang asam urat kurang. Hal ini biasanya


karena faktor keturunan. Oleh sebab itu bila ada gangguan fungsi

ginjal, kadar asam urat dalam darah akan meningkat atau disebut

sebagai hiperurisemia. Selain dibuang lewat ginjal (70%) dalam

bentuk urin, asam urat yang berasal dari makanan dan metabolisme

tubuh ini dikeluarkan juga melalui usus yaitu 30%.Bahan makanan

yang mengandung purin yang tinggi sehingga dapat meningkatkan

kadar asam urat dalam darah antara lain daging, hati, ikan, sayuran,

seperti kangkung, kacang-kacangan serta minuman seperi kopi dan

alcohol.

e. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

2. Persiapan Sampel : Darah kapiler atau darah langsung.

3. Alat dan Bahan :

a. Alat

Alat yang digunakan ialah autoclick, lanset, strip

khusus pemeriksaan gula darah sewaktu, asam urat, dan

kolestrol

b. Bahan

Alat yang digunakan ialah darah kapiler, tissu dan kapas

alkohol 70%

f. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan sampling.
2. Jari yang akan ditusuk desinfeksi terlebih dahulu menggunakan

kapas alkohol 70 %. Dan ditusuk jari pada bagian ujung telapak

tangan menggunakan autoklik yang telah diisikan lanset steril.

3. Tetesan darah pertama yang keluar dihapus menggunakan

tissu,kemudian tetesan kedua digunakan untuk pemeriksaan.

4. Strip ditempelkan sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan

baik pemeriksaan gula darah sewaktu, asam uran maupun

kelesterol pada darah bekas tusukan (darah kapiler) dan dengan

sendirinya darah akan terhisap masuk ke dalam strip.

5. hasil strip ditunggu beberapa detik sampai hasilnya tertera pada

layar monitor alat dan dicatat hasilnya.

g. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. Gula Darah Sewaktu (GDS)

a) Laki-Laki dan Perempuan : 83 – 125 mg/dl

2. Asam Urat (AU)

a) Perempuan: 2,4 – 6,0 mg/dl

b) Laki-Laki : 3,4 – 7,0 mg/dl.

3. Kolesterol (CHOL)

a) Laki-Laki dan Perempuan : < 200 mg/dl.

J. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI

1. Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Pada Saluran Pernafasan

(Mycobacterium Tuberkulosis/TB).
a. Metode

Pewarnaan Ziehl-Neelsen

b. Tujuan

Untuk mengetahui prosedur pembuat preparat BTA yang baik

untuk diamati.

c. Prinsip

Berdasarkan pada dinding bakteri yang tahan asam

mempunyai lapisan lilin dan lemak, yang sukar ditembus zat warna.

Dimana oleh pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan

lemak itu dapat ditembus zat warna yag diberikan. Pada waktu

pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali.

Dimana pada pencucian dengan asam alkohol zat warna pertama yang

diberikan (karbol fuchsin) tidak terlepas, sedangkan pada bakteri tidak

tahan asam zat warna tersebut akan luntur dan akan terwarnai dengan

zat warna kedua yang diberikan (methylene blue).

d. Dasar Teori

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi

yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.Yang

termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo

Actinomycetales.Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M.

tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii.Dari

beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang

terpenting dan paling sering dijumpai.Bakteri ini merupakan bakteri


basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk

mengobatinya.Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit ini dapat diderita

oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang

berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah,

kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan

bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak

memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit

TBC (Gandasoebrata, R. 1969).

e. Pra Analitik

1. Persiapan Pasien : Pasien tidak memerlukan persiapan khusus.

2. Persiapan Sampel : Sputum pagi.

3. Alat dan Bahan

a) Alat

Alat yang digunakan ialahobjek glass, lampu spiritus,

korek api, pot penampung sampel sputum, lidi, dan mikroskop.

b) Bahan

Bahan yang digunakan ialah sampel sputum pagi,

aquades, oil emersi, larutan carbol fuchsin 1%, larutan asam

alkohol 3%, larutan methylene blue 0,1%, larutan Lysol

cosentrak, dan batang pengambil sampel dari banbu.


f. Analitik

1. Pembuatan Preparat Sputum

a) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan sampling

b) Alat pelindung diri (APD) digunakan dengan baik, benar,dan

lengkap.

c) Objek glass diambil yang bersih, bebas lemak dan tidak ada

goresan

d) Objek glass diberi tanda sesuai nomor atau identitas pasien lalu

objek gelass tersebutdifiksasi.

e) Tutup tabung atau pot dibuka yang berisi sampel sputum.

f) Sampel sputum diambil dengan batang bambu yang

dimodifikasi pada bagian yang berlendir.

g) Apusan dibuat pada objek glass dengan tinggi 2 cm dan lebar

3 cm.

h) Apusan dikeringkan pada suhu kamar atau pada suhu ruangan.

i) Kembali bekas lidi dimasukan dan batang bambu yang

dimodifikasi, yang telah digunakan kedalam wadah atau pot

sampel sputum tersebut dan diberikan larutan lysol untuk

membunuh bakteri tersebut.

j) Wadah atau pot sampel sputum tersebut ditutup kembali dan

dibuang kedalam bak atau wadah penambung sampel dahak

yang ada.
2. Proses Pewarnaan

a) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan sebelum

melakukan pewarnaan.

b) Sediaan yang telah dibuat diletakan diatas bak penampung zat

warna dengan jarak sekitar satu jari telunjuk.

c) Larutan carbol fuchsin dituangkan hingga menggenangi atau

menutupi seluruh permukaan sediaan.

d) Sediaan dipanaskan dengan melewatkan nyala api dibawah

sediaan satu persatu secara perlahan-lahan sampai adanya uap

(jangan sampai mendidih).

e) larutan carbol fuchsin didiamkan selama 10 menit.

f) Larutan carbol fuchsin dibuang dari sediaan satu-persatu secara

perlahan-lahan.

g) Pencucian dilakukan dengan air mengalir melalui dari bagian

atas objek glass, hingga zat warna pertama carbol fuchsin

menghilang.

h) Sedian dituangkan alcohol asam 3% pada sediaan hingga

sediaan benar-benar bersi dari zat warna pertama carbol fucsin

yang diberika.

i) Alcohol asam 3% dibiarkan selama 60 detik.

j) Sedian dilakukan pembilasan dengan air mengalir lagi.

k) Larutan methylene blue dituangkan hingga menutupi seluruh

permukaan sediaan yang dibuat dan biarkan selama 1 menit.


l) Larutan methylene blue dibuang dari sediaan satu persatu lalu

dibilas kembali dengan air mengalir.

m) Sediaan dikeringkan pada rak pengering.

3. Proses Pembacaan

a) Sediaan yang telah kering ditetesi dengan minyak/oil imersi.

b) Sedian dilihat dibawa mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

c) Pencarian bakteri tahan asam dilakukan pada setiap lapang

pandang yang ada, dengan memiliki ciri-ciri yaitu berbentuk

batang panjang atau pendek yang berwarna merah dengan latar

belakang berwarna biru.

g. Pasca Analitik

Nilai rujukan

1. 0 BTA / 100 LP = Negate (-).

2. 1 – 9 BTA / 100 LP = Skenty.

3. 10 – 99 BTA / 100 LP = Positif (+) / +1.

4. 1 – 10 BTA / 1 LP (pemeriksaan min. 50 LP) = Positif (+) / +2.

5. > 10 BTA / 1 LP (pemeriksaan min, 20 LP) = Positif (+) / +3.


BAB IV PEMBAHASAN

Prasarana laboratorium merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

suatu unit kesehatan baik dalam klinik, puskesmas, maupun rumah sakit. Sampai

saat ini, suatu hasil dari pemeriksaan laboratorium memiliki peran yang sangat

penting, tidak hanya berperan sebagai penunjang tetapi berperan sebagai

pendamping dokter dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit.

Kegiatan yang dilakukan selama praktik klinik di puskesmas tidak jauh

berbeda dengan pelaksanaan prakikum yang telah dilakukan selama di kampus.

Dalam dunia kerja, diperlukan kecepatan, ketelitian, dan ketepatan dalam

menganalisa sampel dan memberikan hasil pasien, sedangkan pelaksanaan

praktikum dikampus membutuhkan ketepatan dan ketelitian menganalisa sampel

hingga mengeluarkan hasil pemeriksaan.

Pemberian identitas pasien merupakan hal yang sangat penting, karena hal

ini membantu dalam proses pemeriksaan, sehingga mengurangi resiko kesalahan

saat pelaporan hasil. Pada persiapan sampel diambil dengan cara, pengambilan

darah vena, pengambilan darah kapiler maupun pengambilan spesimen urine,

adapun metode yang digunakan di Puskesmas Bara-Baraya sama dengan yang

digunakan di kampus.

Dari ketiga cara pengambilan sampel diatas yang sering dilakukan di

Puskesmas Bara-Baraya yaitu pengambilan darah vena, dimana darah vena

digunakan untuk pemeriksaan darah rutin, yakni : pemeriksaan laju endap darah

(LED), pemeriksaan trombosit, dan pemeriksaan leukosit, sedangkan pemeriksaan

yang membutuhkan darah dalam jumlah yang sedikit atau darah kapiler misalnya,
pemeriksaan hemoglobin, HIV, HbsAg, sipilis, kimia darah (glukosa darah, asam

urat, kolestrol), dan hematokrit. Adapun sampel urine yang digunakan untuk

pemeriksaan urine rutin diantaranya: pemeriksaan protein urine, pemeriksaan

reduksi urine, pemeriksaan bilirubin urin, pemeriksaan urobilinogem urin,

pemeriksaan berat jenis urin, pH urine, pemeriksaan sedimen urine dan

pemeriksaan kehamilan (Plano Test). Selain itu pada puskesmas Bara-Baraya,

juga terdapat pemeriksaan narkoba yang menggunakan urine sewaktu sebagai

sampel. Adapun pemeriksaan bakteriologi yaitu pemeriksaan Mycobacterium

tuberculosis atau pemeriksaan bakteri tahan asam dengan dahak sebagai sampel.

Diantara banyaknya jenis pemeriksaan di Puskesmas Bara-baraya selama

kami praktik sebulan sehingga dapat dilihat dari banyaknya jumlah pasien dan

jenis pemeriksaan hemoglobin. Karena berhubungan dengan yang banyak ibu

hamil maka jumlah pemeriksaan setiap harinya paling banyak dari pemeriksaan

lain.
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksan yang dilakukan untuk

mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Pemeriksaan

hematologi di Puskesmas Bara-Baraya yaitu pemeriksaan hemoglobin,

pemeriksaan Trombosit darah, pemeriksaan Leukosit darah, pemeriksaan

Hematokrit, dan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED).

1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) tergolong pemeriksaan yang banyak dilakukan

karena berhubungan dengan target puskesmas bara-baraya dalam mencangkup

jumlah pasien ibu hamil dalam 1 tahun ialah 8000 pasien maka jumlah

pemeriksaan setiap harinya paling banyak dari pemeriksaan lainnya, hitung

hemoglobin jumlah pasien minggu pertama mencapai 24 orang, minggu kedua

39 orang, minggu ketiga mencapai 28 orang dan minggu ke empat 9 orang.

Dimana jumlah pemeriksaan hemoglobin selama empat minggu selama pkm

mencapai 100 orang artinya bahwa dari sekian banyak pasien yang telah

diperiksa hanya sebagian kecil yang memiliki jumlah hemoglobin yang

kurang dari normal (anemia), dimana nilai normal hemoglobin yaitu 12-16

g/dl untuk perempuan, sedangkan untuk laki-laki 14-18 g/dl. Pemeriksaan

hemoglobin, di kampus juga kami melakukan hal yang sama. Namun di

kampus kita menggunakan pemeriksaan hemoglobin manual, sedangkan di

puskesmas bara-baraya menggunakan alat hematologi analyzer sysmex xp-

100, karena dengan menggunakan alat ini waktu yang diperlukan lebih cepat

dibandingkan cara manual yang memerlukan waktu yang sangat lama dan

pemeriksaan Hb yang manual biasa kami gunakan untuk pemeriksaan ibu

hamil. Karena pemeriksaan yang dirujuk khusus ibu hamil hanya pemeriksaan

72
Hb. Meskipun kami menghitung hemoglobin menggunakan hematology

analyzer, namun kami juga melakukan pemeriksaan hemoglobin dengam cara

manual, yakni dengan metode sahli.

2. Pemeriksaan Leukosit darah, jumlah pasien minggu pertama mencapai 4

orang, minggu kedua 16 orang, minggu ketiga 21 orang dan minggu ke empat

5 orang. Dimana jumlah pemeriksaan leukosit selama empat minggu selama

pkm mencapai 46 orang. Adapun nilai normal leukosit yaitu 4.000-

10.000/mm3 . Adapun metode yang digunakan di kampus tidak sama dengan

metode yang digunakan Puskesmas Bara-Baraya yaitu metode autometik,

namun dikampus lebih sering menggunakan metode Hemoccytometer yaitu

dengan menggunakan pipetthoma sedangkan di puskesmas menggunakan cara

automatic yakni menggunakan hematologi analyzer karena prosesnya lebih

cepat dan hasilnya lebih akurat. Namun, pada puskesmas kami juga

melakukan hitung leukosit manual ketika surat pengantar pasien hanya

merujukkan satu pemeriksaan saja.

3. Pemeriksaan Laju Endap Darah, dalam kurun 4 minggu, pemeriksaan laju

endap darah hanya diperiksa 1 orang, dengan nilai 8 mm/jam ini artinya

bahwa nilai LED pasien tersebut normal karena pasien ini adalah pasien

perempuan dimana nilai normal laju endap darah untuk perempuan adalah 0-

20 mm/jam. Adapun metode yang digunakan di kampus sama dengan metode

yang digunakan di puskesmas Bara-Baraya yaitu Westegren.

4. Pemeriksaan trombosit darah dari jumlah pasien di puskesmas Bara-Baraya

ada 53 orang selama 4 pekan artinya bahwa dari sekian banyak pasien yang

73
diperiksa hanya sebagian kecil saja yang memiliki jumblah trombosit yang

kurang dari normal (trombositopenia) dimana nilai normal dari trombosit

150.000-450.000 mm3 , untuk pemeriksaan trombosit pada puskesmas Bara-

Baraya menggunakan alat hematologi analyzer sysmex xp-100 dan cara

manual menggunakan kamar hitung improved neubauer.

5. Selanjutnya pemeriksaan Imonologi dan Serologi. Pemeriksaan Imonologi

merupakan pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mendeteksi awal adanya

infeksi virus, memperkirakan status imun dan pemantauan respon paska

vaksinasi. Pemeriksaan Serologi merupakan pemeriksaan yang menggunakan

serum sebagai sampel.

Adapun pemeriksaan Imonologi dan Serologi di puskesmas Bara-

Baraya yaitu, pemeriksaan Widal, pemeriksaan Golongan Darah, pemeriksaan

HbSAg, pemeriksaan HIV, pemeriksaan Sipilis, pemeriksaan Kehamilan

(Plano Test), dan pemeriksaan narkoba. Untuk pemeriksaan narkoba,

merupakan pengadaan sendiri yang dilakukan puskesmas Bara-Baraya.

1. Pemeriksaan Widal, jumlah pasien selama empat minggu hanya satu

orang, dan hasilnya negatif (-). Di kampus pemeriksaan widal kami belum

dapatkan, dan belum pernah mempelajari tentang praktiknya.

2. Pemeriksaan Golongan Darah. Jumlah pasien selama empat pekan

sebanyak 63 orang. Dengan didapatkan golongan darah A, B, AB, dan O.

Pada pemeriksaan golongan darah di kampus belum dilakukan praktik.

Adapun metode yang digunakan di puskesmas Bara-Baraya yaitu

menggunakan metode objek glass.

74
Dikenal 4 golongan darah:

A : eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin Anti-B.

B : eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin Anti-A.

O : eritrosit tidak mengandung aglutinogen, sedangkan serum

mengandung aglutinin Anti-A dan Anti-B.

AB : eritrosit mengandung aglutininA dan B, sedangkan serum

aglutinogen

Penetapan golongan darah penentuan jenis aglutinogen yang ada

dalam sel : disamping itu juga dikenal penetapan jenis aglutinin yang ada

dalam serum (reverse grouping, serum grouping atau confirnasion

grouping). Cara yang terbaik ialah melakukan penetapan agglutinin

bersama-sama.

Serum anti-A diberi warna biru, serum anti-B kuning. Untuk

menghindarkan terjadinya kekhilafan, sering juga dianjurkan selain serum

anti-A dan serum anti- B memakai serum anti-A,B (serum golongan O)

disampingnya. Tindakan ini bergunakan untuk mendapat sub-group A

yang lemah, yang tidak bereaksi dengan golongan darah dengan mengikut

sertakan serum anti-A,B kaca objek yang dipakai untuk memeriksa

golongan darah harus bersih benar, tidak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau

darah meskipun hanya sedikit saja; pencemaran serupa itu mungkin

menyebabkan aglutinasi palsu.

3. Pemeriksaan HbsAg,. jumlah pasien minggu pertama mencapai 11 orang,

minggu kedua 21 orang, minggu ketiga mencapai 15 orang dan minggu ke

75
empat xx orang. Dimana jumlah pemeriksaan HbsAg selama empat

minggu selama praktik klinik mencapai 5 orang yang setelah dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil negative (-). Pada pemerikssan HbsAg di

kampus belum pernah dilakukan ,dan adapun metode yang digunakan di

puskesmas Bara-Baraya yaitu Imunokromatografi ( Rapid test ).

4. Pemeriksaan HIV, jumlah pasien minggu pertama mencapai 11 orang,

minggu kedua 23 orang, minggu ketiga mencapai 13 orang dan minggu ke

empat 15 orang. Dimana jumlah pemeriksaan HIV selama empat minggu

selama praktik klinik mencapai 62 orang yang setelah dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil negative (-). Pada pemerikssan HIV di

kampus belum pernah dilakukan ,dan adapun metode yang digunakan di

puskesmas Bara-Baraya yaitu Imunokromatografi ( Rapid test ).

5. Pemeriksaan Sipilis, jumlah pasien minggu pertama mencapai 11 orang,

minggu kedua 23 orang, minggu ketiga mencapai 13 orang dan minggu ke

empat 15 orang. Dimana jumlah pemeriksaan HIV selama empat minggu

selama praktik klinik mencapai 62 orang yang setelah dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil negative (-) . Pada pemeriksaan Sipilis di

kampus belum pernah dilakukan dan adapun metode yang digunakan di

puskesmas Bara-Baraya yaitu Imunokromatografi ( Rapid test ).

6. Pemeriksaan Kehamilan (Plano Test) pada minggu pertama sebanyak 3

orang, minggu kedua 10 orang, minggu ketiga 9 orang dan minggu ke

empat 2 orang. Dimana jumlah pemeriksaan plano test selama empat

minggu selama praktik klinik mencapai 24 orang dengan 2 orang positif

76
(+) dan 22 orang negatif (-). Pemeriksaan kehamilan inipun belum pernah

dilakukan di kampus, dan di puskesmas pemeriksaan kehamilan

menggunakan metode strip.

7. Pemeriksaan Narkoba, untuk pemeriksaan narkoba pada puskesmas Bara-

Baraya menggunakan metode strip menggunakan tiga parameter yaitu

Amphetamine (AMP), Marijuana (THC), dan Morphine (MOP). Selama 4

pekan terdapat satu orang yang melakukan pemeriksaan narkoba dengan

hasil negatif.

Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat

digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia

darah didalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal,

lemak darah, gula darah, fungsi pancreas, elektrolit dan dapat pula dipakai

beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa

anemia. Adapun pemeriksaan yang dilakukan di puskesmas Bara-Baraya yaitu,

pemeriksaan urine rutin dengan pemeriksaan Protein urine, pemeriksaan Glukosa

urine, pemeriksaan Bilirubin urine, urobilin urine , dan sedimen urine.

1. Pemeriksaan Protein urine, jumlah pasien minggu pertama mencapai 21 orang,

minggu kedua 25 orang, minggu ketiga mencapai 19 orang dan minggu ke

empat 1 orang. Dimana jumlah pemeriksaan protein urine selama empat

minggu selama praktikum mencapai 66 orang dimana setelah dilakukan

pemeriksaan , 20 orang pasien positif protein. Metode yang digunakan

dikampus berbeda dengan yang diguanakan di puskesmas Bara-Baraya yaitu

77
menggunakan metode asam Sulfosalisil dan cara carik celup sedangkan di

kampus menggunakan larutan Asam asetat 2%.

2. Pemeriksaan Glukosa urine. jumlah pasien minggu pertama mencapai 18

orang, minggu kedua 25 orang, minggu ketiga mencapai 13 orang dan minggu

ke empat 1 orang. Dimana jumlah pemeriksaan glukosa urine selama empat

minggu di puskesmas mencapai 57 orang. 5 orang dinyatakan positif Glukosa,

dan 52 orang dinyatakan negatif. Pada pemeriksaan glukosa metode yang

digunakan di kampus sama dengan metode yang digunakan di puskesmas

Bara-Baraya yaitu Larutan Benedict dan cara carik celup

3. Pemeriksaan Bilirubin urine. Jumlah pasien selama empat minggu 8 orang

dimana hasil dari pemeriksaan yaitu 1 orang positif bilirirubin dan 7 orang

negatif (-). Pada pemeriksaan bilirubin metode yang digunakan dikampus

sama dengan metode yang digunakan di puskesmas Bara-Baraya, yaitu cara

carik celup.

4. Pemeriksaan Sedimen urin,. Selama 4 pekan, untuk pemeriksaan sedimen

hanya ada 1 orang yang melakukan pemeriksaan, dimana setelah diperiksa di

bawah mikroskop pembesaran 10x didapatkan leukosit urine, eritrosit urine

dan epitel. Pada pemeriksaan sedimen urine metode yang digunakan dikampus

sama dengan metode yang digunakan di puskesmas Bara-Baraya yaitu

Mikroskopik.

Pemeriksaan kimia yang biasa dilakukan pada tempat puskesmas yaitu:

1. Pemeriksaan gula/GDS. jumlah pasien minggu pertama mencapai 29 orang,

minggu kedua 32 orang, minggu ketiga mencapai 35 orang dan minggu ke

78
empat 1 orang. Dimana jumlah pemeriksaan GDS selama empat minggu

selama pkm mencapai 97 orang. Dengan kisaran 63-356 mg/dl dengan nilai

normal 83-125 mg/dl. Pemeriksaan GDS di kampus belum pernah

dilakukan, dan di Puskesmas Bara-Baraya menggunakan metode Strip.

2. Pemeriksaan gula/GDP. jumlah pemeriksaan GDP selama empat minggu

selama praktek klinik 5 orang dengan hasil 105 kisaran 127-163 mg/dl.

dengan nilai normal 70-105 mg/dl. Pemeriksaan GDP di kampus belum

pernah dilakukan, dan di puskesmas Bara-Baraya menggunakan metode

Strip.

3. Pemeriksaan Asam Urat. jumlah pasien minggu pertama mencapai 21

orang, minggu kedua 20 orang, minggu ketiga mencapai 33 orang dan

minggu ke empat 2 orang. Dimana jumlah pemeriksaan asam urat selama

empat minggu selama praktik klinik mencapai 76 orang. Dengan kisaran

2,7-7,8 mg/dl. dengan nilai normal untuk perempuan 2,3-6,0 mg/dl, untuk

laki-laki 3,4-7,0 mg/dl. Pemeriksaan Asam Urat di kampus belum pernah

dilakukan, dan di puskesmas Bara-Baraya menggunakan metode Strip.

4. Pemeriksaan cholesterol. jumlah pasien minggu pertama mencapai 28

orang, minggu kedua 32 orang, minggu ketiga mencapai 44 orang dan

minggu ke empat 24 orang. Dimana jumlah pemeriksaan cholesterol selama

empat minggu selama pkm mencapai 128 orang. Dengan kisaran 118-390

mg/dl. dengan nilai normal <200 mg/dl. Pemeriksaan cholesterol di

kampus belum pernah dilakukan, dan di puskesmas Bara-Baraya

menggunakan metode Strip.

79
Adapun hambatan yang kami alami pada saat praktek di lapangan

selama sebulan puskesmas di Puskesmas Bara-baraya yang tidak didapatkan

dalam praktek di kampus, namun kita dapatkan selama puskesmas bara-

baraya di Puskesmas Bara-baraya seperti pemeriksaan rapid HIV, HbsAg,

pemeriksaan sipilis, pemeriksaan rapid plano test, pemeriksaan widal,

pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan kimia darah (asam urat, gula,

cholestrol), serta pemeriksaan narkoba.

Pemeriksaan bakteriologi adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengetahui ada tidaknya bakteri yang terdapat pada tubuh manusia.

Pemeriksaan bakteriologi pada puskesmas Bara-Baraya yaitu pemeriksaan

bakteri Mycobaccterium tuberculosis yaitu bakteri penyebab penyakit TBC.

Selama 4 minggu melakukan praktik klinik di puskesmas Bara-Baraya kami

membuat sediaan dahak dari 60 pasien dan setelah diperiksa didapatkan satu

pasien yang hasil laboratoriumnya menununjukkan pasien tersebut positif

mengalami penyakit TBC, yaitu (+2). Pemeriksaan bakteriologi yang

dilakukan di puskesmas sama dengan pemeriksaan yang bakteriologi yang

dilakukan di kampus yaitu pewarnaaan bakteri tahan asam dengan

menggunakan karbol fuchsin, asam alkohol, dan methylen blue sebagai zat

warna.

80
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktek klinik yang kami lakukan pada tanggal 3

Desember sampai 3 Januari 2019, banyak memberikan kami pengalaman dari

segi praktek dalam melakukan berbagai pemeriksaan, sangat berbeda apabila

kita hanya belajar dari segi teori saja. Di puskesmas juga metode pemeriksaan

yang kami gunakan berbeda dengan dikampus. Di puskesmas banyak

pemeriksaan dengan menggunakan strip dan itu sangat lebih mudah dan

memberikan hasil yang sangat cepat.

Setelah melakukan Praktek Klinik 1 PKM Bara-Baraya mahasiswa

mampu:

1. Mengetahui alat-alat dan cara penggunaan alat-alat pemeriksaan

Hematologi Dasar.

2. Melakukan sampling/persiapan specimen secara baik dan benar.

3. Melakukan pemeriksaan Hematologi dasar secara baik dan benar.

4. Melakukan pemeriksaan Imonologi dan Serologisecara baik dan benar.

5. Melakukan pemeriksaan Parasitologi secara baik dan benar.

6. Melakukan pemeriksaan Kimia Klinik dasar secara baik dan benar.

Selama Praktek dilapangan PKM Bara-Baraya jumlah pemeriksaaan

yang paling banyak dilakukan pemeriksaan hemoglobin, trombosit kemudian

leukosit, glsukosa darah , cholesterol , asam urat , rapid HIV , rapid sifilis ,

plano tes , reduksi urin , protein urin , sedimen urin dan pemeriksaan yang

jarang kami lakukan pemeriksaan LED , urobilin urin dan bilirubin.

81
B. Saran

1. Semoga hubungan kerja sama antara pihak PKM Bara-Baraya dengan

pihak kampus ke depannya bisa tetap terjalin dengan baik untuk tahun-

tahun berikutnya.

2. Diharapkan kepada pihak PKM agar dapat menerima kembali mahasiswa/

mahasiswi untuk masa-masa yang akan datang.

82
DAFTAR PUSTAKA

Aulia D. 2015.Pendidikan Patologi Klinik .Departemen patologi klnik fakultas

kedokteran universitas Indonesia. Jakarta.

Ariandi Dedy. 2015. Penuntun Labolatorium. Analis Muslim Publishing.Bekasi.

Andika. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Klinik 1. Akademi Analis

KesehatanGajah Mada University Press. Yogyakarta.

Burhan. H.2013. Penuntun Praktikum Hematologi 1. Akademi Analis Kesehatan

Muhammadiyah Makassar.Makassar.

Bakri.2009.Pemeriksaan Bilirubin Urine.Akademi Analis Kesehatan Poltekkes

Bandung. Bandung.

Bakta.I Made.2013. Hematologi Klinik Ringkasan .EGC. Jakarta.

Ganda Soebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat. 2014.

Richard,dkk. 2008. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC.

Jakarta.

83

Anda mungkin juga menyukai