51 103 1 SM PDF
51 103 1 SM PDF
ABSTRAK
Pengembangan sistem akreditasi dan sertifikasi ekolabel yang diterapkan
untuk produk industri/manufaktur di Indonesia mengacu pada ISO 14020,
Environmental labels and declarations-General Principless; ISO 14024,
Environmental labels and declarations-Types I environmental labelling-Principles
and procedures, ISO/IEC Guide 65, General requirements for product certification,
Pedoman KAN 801-2004 dan ketentuan hukum yang berlaku lainnya. Ekolabel
merupakan instrumen manajemen lingkungan yang bersifat proaktif dan sukarela
dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan dan sarana penyampaian informasi
kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk, komponen
dan/atau kemasannya. Pada industri kulit, kriteria ekolabel yang telah ditetapkan
oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah produk kulit jadi (SNI 19-7188.3.1-
2006) dan sepatu kasual dari kulit (SNI 19-7188.3.2-2006). Penerbitan lisensi
penggunaan tanda ekolabel produk dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi ekolabel
(LSE) yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Saat ini di
Indonesia hanya memiliki dua lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) dengan ruang
lingkup kertas tisu untuk kebersihan, kertas cetak tanpa salut, tekstil dan produk
tekstil, kertas kemas, produk cat tembok, kantong belanja plastik dan belum terdapat
LSE dengan ruang lingkup produk kulit. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam
penerapan ekolabel pada produk industri kulit selain kurangnya pengetahuan tentang
skema sertifikasi ekolabel dan pemahaman pelaku industri kulit mengenai
manfaat/pentingnya ekolabel bagi industri yang berorientasi pasar ekspor. Untuk itu
diperlukan peningkatan upaya pemerintah dalam hal program sosialisasi dan
pembinaan industri terkait penerapan ekolabel, perumusan standar kriteria ekolabel
produk kulit, serta perbaikan skema akreditasi dan sertifikasi ekolabel.
PENDAHULUAN
Salah satu sektor usaha yang ikut berperan penting dalam pendapatan
nasional melalui kegiatan ekspor adalah sektor industri kulit. Berdasarkan data
Kementerian Perindustrian,kontribusi ekspor Indonesia pada tahun 2014 dari sektor
non migas sebesar 82,79%. Gambar 1.menggambarkan kondisi ekspor hasil industri
kulit, barang kulit dan sepatu/alas kaki di tahun 2014 berperan sebanyak 3,49%
terhadap total ekspor hasil industri.Perkembangan industri ini tergolong pesat karena
memberikan nilai tambah yang cukup besar. Fenomena inilah yang membuat kulit
banyak diekspor ke negara-negara lain, di antaranya adalah Jepang, Amerika
Serikat, China, Italia, Hongkong, India, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan.
Dari sisi jumlah ekspor, perkembangan nilai ekspor hasil industri kulit rata-rata
meningkat sebesar 5 (lima) persen tiap tahunnya. Sepuluh jenis komoditas ekspor
terbesar dari kelompok indusri kulit menurut data Kementerian Perindustrian adalah
sepatu sport kulit; sepatu olahraga dari karet/plastik/kanvas; sandal dan alas kaki
lainnya dari kulit; sepatu kulit; koper, tas dan dompet dari kulit; sandal dan alas kaki
lainnya dari karet/plastik/kanvas; bagian-bagian sepatu; kulit jadi/samak; sepatu
teknik lapangan; barang pakaian/perlengkapan dari kulit dan kulit kompos.
Tantangan pasar yang berkembang saat ini adalah gerakan konsumen yang
menuntut produk yang dibeli terbuat dari bahan baku yang dikelola secara
berkelanjutan melalui proses pembuatan yang ramah lingkungan sehingga terjadilah
perubahan pola pembelian suatu produk(green consumer). Dalam proses membeli
konsumen tidak lagi hanya memilih berdasarkan aspek kualitas, ketersediaan barang
maupun harga, tetapi juga didasari oleh aspek lingkungan yang berhubungan
dengan produk tersebut terutama pada produk industri yang berorientasi pasar
ekspor termasuk industri kulit dan barang dari kulit. Adanya diskriminasi atas produk
kulit Indonesia dan persyaratan bebas formaldehyde, logam berat, PCP dan bahan
pewarna azodyes atas poduk kulit ikut melatarbelakangi munculnya program
ekolabel di Indonesia (Naim, 2006)
Indonesia menerapkan program ekolabel pada tahun 2004, dan mulai
menerapkan secara penuh pada tahun 2006 dengan alasan untuk memenuhi
tuntutan perdagangan internasional atas hambatan perdagangan yang
mengharuskan sebuah negara memproduksi produk ramah lingkungan dan memiliki
dampak negatif yang relatif kecil pada lingkungan. Tujuannya adalah agar produk
Indonesia mampu bersaing dengan produk negara lain. Program ekolabel juga
merupakan upaya menjaga lingkungan sebagai bentuk jaminan atas keamanan
lingkungan (environmental security) dan membantu menjaga lingkungan dari
kerusakan serta menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan (Putri,2014).
Menurut ISO 14020, ekolabel adalah suatu pernyataan atau klaim yang
menunjukkan aspek lingkungan suatu produk dan atau jasa, bersifat sukarela,
melibatkan banyak pihak (multistakeholder), bersifat transparan, mempertimbangkan
kajian daur hidup, pengujian dengan metoda yang bersifat universal,kriteria harus
obyektif dan berdasarkan data ilmiah dan tidak ada konflik kepentingan. Dalam
penerapan ekolabel, International Organization for Standardization Technical
Committee 207 (ISO/TC 207) mengembangkan Standar Internasional sebagai
rujukan dalam penerapannya yaitu :
1. Ekolabel Tipe I, model ekolabel ini besifat sukarela, berbasis multi kriteria
dengan proses evaluasi oleh pihak ketiga, standar rujukan ISO 14024
Environmental labels and declarations – Type I environmental labelling –
Principles and procedures.
2. Ekolabel Tipe II, pada model ini produsen suatu produk dapat mengklaim
atau mendeklarasikan sendiri (swadeklarasi) aspek lingkungan dari produknya
tanpa pemenuhan terhadap kriteria yang ditetapkan dan sertifikasi dari pihak
ketiga. Rujukan standar yang digunakan ISO 14021 Environmental labels and
declaratios – Self-declared environmental claims (Type II environmental
labelling).
3. Ekolabel Tipe III, adalah model ekolabel yang menginformasikan aspek
lingkungan pada produk secara kuantitatif. Standar rujukan ISO 14025
Environmental labels and declarations – Type III environmental declarations –
Principles and procedures.
Indonesia menerapkan program ekolabel Tipe I dan Tipe II. Untuk program
ekolabel tipe I (Ekolabel Indonesia) dilaksanakan dengan system akreditasi, yaitu
penerbitan sertifikat ekolabel akan diterbitkan oleh lembaga sertifikasi ekolabel (LSE)
yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Skema dan logo
sertifikasi ekolabeldiilustrasikan pada Gambar 2.
Skema sertifikasi ekolabel diharapkan menjadi alat yang efektif untuk menjaga
keamanan fungsi lingkungan hidup, kepentingan sosial dan meningkatkan efisiensi
serta daya saingdan untuk mendorong permintaan atas produk-produk ramah
lingkungan. Akreditasi untuk lembaga sertifikasi ekolabel didasarkan pada Pedoman
KAN 801-2004: Persyaratan Umum untuk Lembaga Sertifikasi Ekolabel (selanjutnya
disebut LS Ekolabel (LSE)).Logo hanya boleh dicantumkan di label produk yang
1. Aspek prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh pemohon sebelum
yang lain, antara lain:
- Penataan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup
- Penerapan system manajemen mutu (SNI 9001:2008/ISO 9001:2008)
- Penerapan system manajemen lingkungan (SNI 19-14001/ISO 14001)
- Penggunaan kemasan yang ramah lingkungan
2. Aspek Lingkungan
- Teknis Produk
- Proses Produksi
No Judul SNI
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas –
1 SNI 19-7188.1.1-2006
Seksi 1: Kertas kemas
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas –
2 SNI 19-7188.1.2-2006
Seksi 2: Kertas tisu untuk kebersihan (Sanitary tissue)
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas–
3 SNI 19-7188.1.3-2006
Seksi 3: Kertas cetak tanpa salut
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas –
4 SNI 7188.1.4:2010
Seksi 4: Kertas cetak salut
Kriteria ekolabel – Bagian 2: Kategori produk deterjen –
5 SNI 19-7188.2.1-2006
Seksi 1: Serbuk deterjen pencuci sintetik rumah tangga
Kriteria ekolabel – Bagian 3: Kategori produk kulit – seksi
6 SNI 19-7188.3.1-2006
1: Kulit jadi
No Judul SNI
Kriteria ekolabel – Bagian 3: Kategori produk kulit – Seksi
7 SNI 19-7188.3.2-2006
2: Sepatu kasual
Kriteria ekolabel – Bagian 4: Kategori tekstil dan produk
8 SNI 19-7188.4.1-2006
tekstil
Kriteria ekolabel – Bagian 5: Kategori produk baterai –
9 SNI 7188.5.1:2010
Seksi 1: Baterai primer tipe carbon zinc dan alkaline
10 Kriteria ekolabel – Bagian 6: Kategori produk cat tembok SNI 7188.6:2010
Kriteria ekolabel – Bagian 7: Kategori produk kantong
11 SNI 7188.7:2011
belanja plastic
Kriteria ekolabel – Bagian 8: Kategori produk ubin
12 SNI 7188.8:2013
keramik
BSN juga telah menetapkan 3 (tiga) SNI yang terkait dengan penerapan
ekolabel yaitu :
1. SNI 7228.1:2011 Prasyarat ekolabel – Bagian 1: Cara uji senyawa bersifat
bioakumulatif dengan penetapan koefisien partisi oktanol-air secara Kromatografi
Cairan Kinerja Tinggi (High Performance Liquid Chromatography/HPLC)
2. SNI 7228.3:2011 Prasyarat ekolabel – Bagian 3: Cara uji biodegradasi surfaktan
anionic
3. SNI 7228.2:2011 Prasyarat ekolabel – Bagian 2: Cara uji organohalida yang
dapat diabsorbsi (AOX) dalam air limbah secara microcoulometry
oleh KLH setelah suatu produk diverifikasi terhadap kesesuaian klaimnya. Skema
dan logo klaim lingkungan swadeklarasi diilustrasikan pada Gambar 3.
Ekolabel untuk produk industri kulit telah diterapkan dengan adanya SNI 19-
7188.3.1-2006 untuk kriteria produk kulit jadi (berlaku untuk jenis kulit boks dan kulit
glace kambing/domba yang digunakan untuk atasan sepatu, kulit jaket dari kulit sapi
dan kulit domba/kambing, kulit sarung tangan dan kulit jok) sertaSNI 19-7188.3.2-
2006untuk kriteria produk kulit sepatu kasual (berlaku untuk produk sepatu kasual
dengan bagian atas dari kulit dan sol luar dari kulit, plastik atau karet). Hasil
penerapan program ekolabel di Indonesia dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.
perlu ditingkatkan. Solusi saat ini bagi produsen produk kulit yang menginginkan
sertifikasi ekolabeladalah dengan menerapkan ekolabel tipe 2: klaim lingkungan
swadeklarasi untuk produknya dengan mengikuti ketentuan klaim dari Kementerian
Lingkungan Hidup.
KESIMPULAN
Penerbitan sertifikat ekolabel produk industri kulit di Indonesia masih jauh dari
harapan, hingga saat ini belum ada sertifikat ekolabel maupun klaim lingkungan yang
terbit terkait dengan produk industri kulit. Untuk itu diperlukan peningkatan upaya
pemerintah dalam hal program sosialisasi dan pembinaan industri terkait penerapan
ekolabel, perumusan standar kriteria ekolabel produk kulit, serta perbaikan skema
akreditasi dan sertifikasi ekolabel.
DAFTAR PUSTAKA
Anis,R.,2015, Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil SNI 19-788.4.1.-2006, Sosialisasi
Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil, Yogyakarta.
Anonim, - , Pedoman Klaim Lingkungan Swadeklarasi, Kementerian Lingkungan
Hidup, Jakarta.
Anonim, 2015, Perkembangan Ekspor Indonesia Berdasarkan Sektor,
http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1 diakses tanggal 2
Oktober 2015
Anonim, 2015, Produk Hijau,
http://www.indonesiagreenproduct.com/category/produk-hijau/ diakses
tanggal 2 Oktober 2015
Arifiarachman, T.,2015, Mekanisme Sertifikasi Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil,
Sosialisasi Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil, Yogyakarta.
ISO, 2012, Environmental Labels and Declarations - How ISO Standards Helps, ISO
Central Secretariat,Switzerland.
KAN, 2004, Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel, Komite Akreditasi
Nasional, Jakarta. Naim, M., 2006, Ekolabel sebagai Peluang Pengelolaan
Lingkungan di Indonesia, Makalah Pelatihan Audit Lingkungan, Kementerian
Lingkungan Hidup.