Anda di halaman 1dari 16

Perspektif Vol. 9 No. 2 / Desember 2010.

Hlm 78 - 93
ISSN: 1412-8004

termasuk
Penerapan famili Zingiberaceae,
SOP Budidaya berbatangUntuk semu,
Mendukungnilai jualTemulawak
yang tinggi, karena Sebagaikandungan Bahan bahan
dengan bagian yang dimanfaatkan adalah aktif berkhasiat obat tinggi.
rimpang. Tanaman iniBaku tumbuhObat baik dan Potensial
dapat Secara tradisional berlandasan empiris,
beradaptasi di tempat terbuka maupun di bawah rimpang temulawak telah diketahui berkhasiat
tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%. untuk kesehatan. Kebutuhan temulawak untuk
Penyebaran temulawak berhubungan erat MONO RAHARDJO industri obat tradisional dan industri kecil obat
dengan pergerakan atau mobilitas Balai penduduk
Penelitian Tanaman tradisional
Obat dan Aromatik menduduki peringkat pertama di
terutama suku Jawa (Prana, 2008). Jalan Wilayah
Tentara Pelajar No.Jawa Timur
3 Bogor dan peringkat kedua di Jawa Tengah
16111
pengembangan temulawak di Indonesia e-mail: meliputi setelah jahe (Kemala et al., 2003). Hasil survei
balittro@telkom.net.id
13 propinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kemala et al. (2003) bahwa temulawak
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI dipergunakan sebagai bahan baku obat
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,Diterima: Kalimantan Barat,
14 April tradisional
2010 Disetujui: 15 November yang2010 berkhasiat untuk menyembuh-
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi kan 24 jenis penyakit. Sehingga pada tahun 2004,
Selatan. pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan
Luas areal panen tanaman temulawak pada
ABSTRAK Makanan (POM) mencanangkan ABSTRACT Gerakan
tahun 1999 mencapai 433 ha dengan rata-rata Nasional Minum Temulawak sebagai minuman
Temulawak
produksi 10,7 (Curcuma xanthorrhizaAneka
t/ha (Direktorat Roxb) merupakan
Tanaman, ApplicationofStandardOperational
kesehatan (Badan POM, 2004). Berdasarkan hasil
tanaman asli Indonesia, banyak ditemukan terutama Procedure to Support Java Turmeric
2000), lebih rendah dibanding yang diperoleh survei lainnya menunjukkan bahwa as dari 609
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Jakarta,
dari hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian Potential
produk Drug
jamu, Ingredients
176 diantaranya mengandung
Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Riau, Jambi,
Yusron danBarat
Kalimantan Januwati (2005) menunjukkan
dan Kalimantan Timur, Sulawesi bahwa temulawak dan penggunaannya terdapat di
produksi
Utara dan rimpang segar temulawak
Sulawesi Selatan. mencapai
Rimpang temulawak Java
dalam turmeric (Curcumapenyakit
12 kelompok xanthorrhiza yang Roxb)
dapatis one of
diobati
11,04 t/ha, sedangkan
mengandung informasi
bahan aktif yang lainnya
potensial untuk Indonesian
(Purwakusumah native plants
et al., cultivated
2008). Dari in West, Central
uji praklinik
and, East Java, Yogyakarta, Bali, North Sumatera, Riau,
produktivitas
kesehatan antara temulawak di Jawakurkuminoid
lain xanthorrizol, Timur dan temulawak dapat dipergunakan sebagai obat
minyakatsiri.Rimpangtemulawakbanyak Jambi, West and East Kalimantan, and North and
mencapai 12,5 t/ha. Potensi produksi temulawak hepatoproteksi,anti-inflamasi,antikanker,
South Sulawesi. Since rhizomes contain xanthorrizol,
dipergunakan sebagai bahan baku
bisa mencapai 20 - 30 t/ha. Apabila perluasanobat tradisional antidiabetes, antimikroba,
sebagai jamu, herbal terstandar dan obat fitofarmaka. curcuminoid and essential oils,antihiperlipidemia,
this plant has been
areal pengembangan temulawak tidak diikuti anti
widelykolera,
used anti
as bakteri,medicine
traditional antioksidan (jamu),(Hwang,
Teknologi yang mengacu pada SOP budidaya dengan
oleh cara budidaya yang baik, maka
penggunaan varietas unggul, lingkungan tumbuh tujuan untuk 2006, Darusman
standardized herbal et al.,
and 2007, Rukayadi
phytopharmaca et al., 2006,
medicines.
memperoleh
yang cocok, benih produksi
bermutu,danpersiapan
mutu bahan lahan,aktif
cara Applying
Masuda standard
et al., 1992, operational
Yasni et procedure
al., 1994). consisting of
yang
tanamtinggi
dan pascatidakpanen
dapat dicapai
yang tepatsecara optimal.
akan menghasilkan the usage of a good
Temulawak variety,
telah selection of suitable
dimanfaatkan industri
Orientasi
produksi dan mutu budidaya
rimpang tanaman obat
yang tinggi. pada
Pada environmental
obat sebagai condition,
jamu, herbal soil preparation,
terstandar seedling
dan obat
umumnyatemulawakdiperbanyakdengan and planting techniques, and post harvest technology
umumnya termasuk temulawak tidak hanya fitofarmaka, di Indonesia maupun
will produce high both yield and quality of rhizomes.
di manca
menggunakan
ditujukan kepada stek rimpang berasalbiomas
produktivitas dari rimpang
yang negara. Serapan rimpang
induk dan rimpang cabang. Benih harus berasal dari Turmeric propagates via maintemulawak segar oleh
or branch rhizomes.
tinggi, tetapi juga kepada tingginya mutu bahan industri
Seed jamu
should be dan
chosenobatfromtradisional
the healthy di plants
Indonesiaage 10-
tanaman yang sehat berumur 10 – 12 bulan, bersih,
aktif yang dikandungnya. Produktivitas dan pada tahun
12 months 2002
after mencapai
planting. Rhizomes9.494,92shouldtonhave(Kemala
shiny
kulitnya licin mengkilap, bebas dari hama dan
mutu bahan
penyakit. Rimpangaktif induk
temulawak dipengaruhi
untuk benih dapat dibagioleh et al.,
skin and2003),
free from danpests
setiap andtahunnya
diseases. diperkirakan
Rhizomes may
banyak 2faktor
menjadi antara
– 4 bagian, lain: (1) sekitar
ukurannya lingkungan20 – 40 be divided
selalu into 2 - 4 pieces,
meningkat. Namunwhich is 20-40
dari hasil g/slice and
survei,
tumbuh,
g/benih (2) mempunyai
yang sifat unggul 2 tanaman
-3 mata tunas. (varietas),
Tingkat (3) have
tanaman2-3 shoots.
temulawak Organic and inorganic
sangat jarang fertilizers
dibudidaya-
ascertain
ketersediaanunsurhara(pupuk),(4)
pemupukan pupuk organik dan anorganik (N, P dan kan oleh quantity
petani, and qualityperolehan
sehingga of rhizomes. The need of
sebagai
K) mempengaruhi produksiterhadap
rimpang dan mutu. inorganic fertilizers such as Urea, SP36 and KCl
perlindungan tanaman organisme bahan baku dilakukan dengan cara
depends on soil fertility condition. Field in Type B
menambang,
Kebutuhan
pengganggu pupuk N (Urea),
tanaman P (SP36)
(OPT) dan dantidakK (KCl)
kalah yaitu memanen
harus disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah. climate having lowdari tanaman
N status, enough temulawak bukan
P and K status
pentingnya adalah (5) penanganan pasca panen. hasil
will budidaya.
produce 25.46 Sistem
tones/ha perolehan
rhizomes bahan
since it baku
is applied
Pada status kesuburan tanah dengan kandungan N
Untukmemacupetanimenanam
rendah, P cukup dan K cukup pada iklim tipe B,
seperti
with ini menyebabkan
20 ton/ha of dung manure, nilai300
tawarkg/ha oleh industri
of Urea, 200
temulawak sehingga hasilnya mempunyai
produksi rimpang tertinggi (25,46 t/ha) dicapai pada nilai terhadap
kg/ha of simplisia
SP36 and 200temulawak
kg/ha of menjadi
KCL. Plant sangat
will ready
yang optimal
pemupukan pupukdankandang
menguntungkan,
20 t/ha, urea perlu
300 kg/ha, to be harvested
rendah denganon 10 to 12
alasan months rendah.
mutunya after planting,
disediakan
SP36 varietas
200 kg/ha, dan KClunggul, benih
200 kg/ha. yang
Tanaman indicated by senescent
Teknologi budidaya condition. Java turmeric
di tingkat petani can be
used to enhance eating appetite, cure digesting and
berkualitas,
temulawak siapdan SOP budidaya
dipanen pada umuryang 10 – 12terstandar.
bulan, masih secara tradisional, belum mengacu kepada
dengan liver malfunctions, lower blood fat, antioxidants and
Tulisan dicirikan tanaman sudah
ini menyampaikan cara senescen
budidaya (mengering
yang SOP yang telah
inhibit blood clotting. ada, mulai dari pemilihan
batang
baik dandan daunnya).
benar untuk Temulawak
menghasilkanberkhasiat untuk
simplisia lingkungan tumbuh yang tepat, penggunaan
meningkatkan nafsu makan, memperbaiki fungsi
temulawak bermutu tinggi, sehingga mempunyai varietas unggul, benih bermutu, pemupukan
pencernaan, fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang,
menurunkanlemakdarah,antioksidandan
menghambat penggumpalan darah.

Key words: Curcuma xanthorrhiza Roxb, cultivation


tecnology, medicinal uses

PENDAHULUAN

Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb)


Kata kunci : Curcuma xanthorrhiza Roxb, teknologi merupakan tanaman obat asli Indonesia, disebut
budidaya, khasiat juga Curcuma javanica. Tanaman temulawak

78
Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO
Volume
RAHARDJO) 79
9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 93
yang tepat, dan panen yang tepat. Sistem budidaya yang optimal disarankan pada
budidaya yang demikian inikemungkinan ketinggian tempat 100 – 600 m dpl. Terdapat
disebabkan oleh banyak faktor antara lain, a) perbandinganterbalikantarakandungan
teknologi hasil-hasil penelitian Balittro belum xanthorrizol dan kurkuminoid pada temulawak
sampai ke petani, b) petani enggan menerapkan dengan ketinggian tempat lokasi pengembangan
teknologi Balittro karena nilai jual temulawak (Rahardjo et al., 2007). Pengembangan temulawak
rendah dan tidak ada perbedaan yang nyata di dataran tinggi (800 m dpl) cenderung semakin
antara temulawak hasil dari teknologi SOP tinggi kandungan xanthorrizolnya, dan semakin
budidaya dibandingkan dengan budidaya rendah kandungan kurkuminoidnya. Sedangkan
tradisional. Sistem budidayanya semacam ini pengembangan temulawak di dataran rendah
menyebabkan produktivitas temulawak di petani (200 m dpl) kandungan xanthorrizol semakin
rendah. rendah dan semakin tinggi kandungan
Hasil wawancara dengan petani di kurkuminoidnya.
Trenggalek yang sudah mempunyai varietas Beberapa industri obat menginginkan
lokal Bathok produktivitasnya masih rendah (9 xanthorrizolnya tinggi dan industri obat yang
t/ha), padahal produktivitas temulawak yang lain menginginkan kurkuminoid yang tinggi.
dihasilkan oleh Balittro (calon varietas unggul Industri yang menginginkan xanthorizol tinggi,
nasional) dapat mencapai 25 – 30 t/ha rimpang budidaya temulawak diarahkan ke lokasi
segar. Selain pemilihan varietas yang unggul dataran tinggi, atau mencari temulawak yang
diduga teknologi budidaya yang diterapkan ditanam petani di dataran tinggi. Sedangkan bagi
masih minim, baik pemeliharaan, pemupukan industri yang menginginkan kurkuminoidnya
dan cara panen. Menurut informasi dari petani tinggi maka budidaya temulawak diarahkan ke
Trenggalek dalam satu rumpun tanaman hanya daerah dataran rendah. Data kadar xanthorizol
menghasilkan satu rimpang induk, sedangkan dan kurkuminoid berdasarkan perbedaan tinggi
hasil budidaya Balittro dalam satu rumpun tempat ini masih perlu dilakukan penelitian
tanaman dapat menghasilkan tiga hingga lima lebih lanjut, karena data tersebut baru
rimpang induk (Rahardjo et al., 2007 dan merupakan pengamatan awal. Sehingga pilihan
Rahardjo et al., 2008). Hal ini menunjukkan utama dalam budidaya tanaman temulawak
bahwa teknologi budidaya yang diterapkan oleh adalah varietas mempunyai kadar xanthorizol
petani masih sederhana (tradisional). dan kurkuminoid tinggi. Berdasarkan keung-
gulan tersebut maka para industri obat akan
memilihnya sebagai bahan baku.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
aksesi varietas temulawak yang mempunyai
kandungan xanthorizol dan kurkuminoid lebih
tinggi dibandinngkan dengan aksesi temulawak
lainnya (Tabel 2). Aksesi A, D, dan F mempunyai
kandungan xanthorizol dan kurkuminoid relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan aksesi B, E,
dan C (Tabel 2). Aksesi B dan E mempunyai
Lingkungan Tumbuh
kadar xanthorizol tinggi tetapi kandungan
Lokasi produksi merupakan salah satu kurkumi-noid rendah, sedangkan aksesi C
faktor penentu terhadap keberhasilan produksi mempunyai kandungan kurkuminoid tinggi
secara baik dan benar.Temulawak dapat tetapi kadar xanthorizol rendah. Pilihan aksesi
tumbuh baik pada jenis tanah latosol, andosol, temulawak untuk dibudidayakan adalah pada
podsolik dan regosol yang mempunyai tekstur aksesi A, D, dan F sekarang sudah dilepas
liat berpasir, gembur, subur banyak mengandung menjadi varietas unggul nasional dengan nama
bahan organik, pH tanah 5,0 – 6,5. masing-masing Cursina 1, Cursina 2 dan Cursina
Temulawak tumbuh baik pada tipe iklim B
dan C menurut Oldeman (1975), dengan curah
hujan sekurang-kurangnya 1.500 mm/tahun,
bulan kering 3-4 bulan per tahun, temperatur
udara rata-rata tahunan 19-30oC, kelembaban
udara 70-90%. Temulawak dapat ditanam di
bawah tegakan dengan tingkat naungan
maksimal 25% (Hasanah and Rahardjo, 2008).
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian
tempat 5 hingga 1500 m dpl, tetapi untuk

80 Volume 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 93


3, karena mempunyai kandungan xanthorizol tersebut juga lebih unggul produksinya. Oleh
dan kurkuminoid relatif lebih tinggi. karena itu dalam budidaya tanaman, pemilihan
atau penentuan varietas yang dipergunakan
merupakan salah satu faktor penting.
Varietas Unggul Aksesi C produktivitas rimpangnya
terendah, secara visual tanaman ini lebih pendek,
Balittro telah menguji sebanyak 6 aksesi dan aroma daunnya menyerupai aroma kunyit,
sebagaicalonvarietasunggulnasional warna dan aroma rimpangnya juga menyerupai
temulawak, ke enam aksesi ini merupakan hasil kunyit, bahkan kandungan kurkuminoidnya juga
seleksi dari 20 aksesi yang berasal dari wilayah tinggi seperti kunyit (Tabel 2), sehingga tanaman
Indonesia. Berdasarkan hasil uji multi lokasi ke 6 ini merupakan tanaman peralihan antara kunyit
aksesi temulawak tersebut terpilih 3 aksesi dan temulawak. Hasil uji multilokasi ke enam
temulawak yang diusulkan menjadi calon varetas aksesi temulawak telah diusulkan tiga nomor
unggul nasional. Rata – rata hasil rimpang segar menjadi varietas unggul nasional (akesi A, D, dan
dari tiga lokasi pengujian masing – masing F). Pemilihan ke tiga nomor yang diunggulkan
28,199 t/ha (35,9% lebih tinggi), 25,463 t/ha (22,7% tersebut tidak semata-mata dari tinggi produksi
lebih tinggi), 25,856 t/ha (24,6% lebih tinggi), rimpangnya, namun keunggulan kandungan zat
25,996 t/ha (25,3% lebih tinggi), dan 23,576 t/ha aktif dan stabilitas hasiltermasuk menjadi
(13,6% lebih tinggi) dibandingkan nomor lokal pertimbangan. Pilihan terhadap suatu varietas
20,755 t/ha (Setiono et al., 2007). Apabila berdaya hasil dan mutu tinggi merupakan salah
dibandingkan dengan produksi rata-rata nasional satu faktor untuk keberhasilan dalam budidaya
menunjukkan bahwa hasil rimpang segar ke tanaman. Keunggulan varietas temulawak tidak
enam aksesi tersebut jauh lebih tinggi. Potensi ditentukan oleh tingginya produksi rimpang saja,
hasil rimpang segar akasesi A mencapai 2,6 kali, tetapi juga ditentukan oleh tingginya bahan aktif
aksesi B dan D mencapai 2,4 kali, aksesi F potensi yang terkandung di dalam rimpang. Bahan aktif
produksinya 2,2 kali produksi rata-rata nasional sebagai penanda temulawak terutama adalah
(Tabel 1). xanthorrizol berikutnya adalah kurkuminoid.
Kandungan xanthorrizol rimpang temulawak
berkisar antara 0,53 – 0,64% dan kandungan
kurkuminoid berkisar antara 2,09 – 3,15%.
Aksesi temulawakyang diusulkan untuk
menjadi varietas unggul nasional adalah nomor
aksesi A, D dan F, selain produktivitas rimpang
Tabel 1. Produksi rimpang segar dari enam tinggi dan relatif stabil di tiga lokasi pengujian
nomor harapan dan satu nomor lokal (Cileungsi, Sumedang dan Boyolali), kandungan
temulawak di Kabupaten Bogor, xanthorrizolnya tinggi dibandingkan dengan
Sumedang, Boyolali, 2006 aksesi lainnya (Tabel 2).
Pilihan aksesi temulawak untuk dibudi-
dayakan berdasarkan kandungan xanthorizol
dan kurkuminoid adalah pada aksesi A, D, dan F
Potensi Produksi Rimpang Segar (Tabel 2). Lokasi budidaya temulawak berdasar-
Aksesi
kan penelitian ini di arahkan pada ketinggian
CileungsiSumedangBoyolali
temu tempat antara 200 – 800 m dpl. Berdasarkan
(200 m dpl)(800 m dpl)(200 m dpl) pengamatan awal budidaya temulawak pada
lawak ketinggian tempat 900 m dpl ke atas mengalami
Tipe iklim BTipe iklim BTipe iklim B penurunanproduksirimpang.Sehingga
(t/ha)(t/ha)(t/ha) budidaya temulawak yang optimal adalah pada
A33,139 a32,150 a19,307 a ketinggian tempat 200 – 800 m dpl, dengan
B29,349 ab32,333 a14,708 cd menggunakan varietas yang unggul kadar
C8,822 c10,084 d12, 782 d
D29,226 ab31,984 a16,358 abc
E28,993 ab30,667 a18,327 ab
F31,134 ab22,600 b17,095 abc
LOKAL 28,160 ab18,484 c15,622 bcd
Sumber : Setiono et al., 2007
Enam aksesi temulawak tersebut produkti-
vitasnya lebih tinggi dbandingkan dengan
produksi rata-rata nasional maupun dengan
pembanding nomor aksesi lokal di masing-
masing tempat penelitian (Tabel 1). Apabila
dibandingkan dengan produksi varietas Bathok
(unggul lokal Trenggalek), ke enam aksesi

Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO RAHARDJO) 81
ditunda masa
xanthorizol dan panennya
kurkuminoidnya
hingga tahunsepertiberikut-
aksesi tumpangsari
tidak salah dengan
dengan varietas
padi gogo lain.mencapai
Kapasitas14,5
A, D, sampai
nya, dan F (Tabel
1, 2 atau
2). 3 tahun kemudian, dengan produksi
kg/m 2, sedangkan
dan keunggulanpenelitigenetiknya
lain melaporkansecara
ukuran rimpang menjadi lebih besar. Penundaan optimaltemulawak
bahwa dapat muncul. yang ditanam di bawah
masa panen dilakukan, biasanya untuk tegakan
Benih hanya
yangmencapai
sehat adalah 11, 04
yangt/haberasal
(Yusron dari
dan
Table 2. Rata-rata
menghindari kandungan
nilai jual bahanPetani
yang rendah. aktif xan-
tidak tanaman induk
Januwati, 2005).yang Perbedaan
sehat, tidak
ini mungkin
disarankan
thorrizol dan
mau memanen kurkuminoid
temulawak rimpang rendah.
jika harganya menggunakan
disebabkan olehbenih
perbedaan
berasalcaradari pemeliharaan,
tanaman yang
aksesidipanen
Temulawak temulawak apabila ada permintaan telah (varietas)
jenis terinfeksi yang
oleh OPTditanam,dan
atau tanamantingkat sakit.
pasar, atau harga jualnya memadai. Temulawaktanah.
kesuburan pada umumnya diperbanyak dengan
Temulawak belum banyak dibudidayakan
AksesiXanthorrizol (%) Kurkuminoid (%)
rimpang, menggunakan rimpang induk maupun
secara luas dan intensif, sehingga produktivitas
Temulawak rimpang anak (cabang). Rimpang untuk benih
rendah.
A.0,64 Tanaman temulawak mempunyai umur disarankan berasal dari tanaman yang terpilih
2,48
panenB0,61yang relatif panjang, sehingga petani varietasnya,
Pemupukan sehat tanamannya, umur tanaman
2,09
sedikit
C0,59enggan menanamnya. Petani lebih 3,15 mencapai optimal (10-12 bulan) setelah tanam.
D.0,63
memilih tanaman yang mempunyai umur 2,49panen Rimpang
Saat untuk benih warna
ini temulawak kulitnya
ditanaman mengkilap
petani pada
E0,59
pendek seperti jagung, kacang tanah, kedelai, dan bernastidak
karena telah cukup pupuk umurnya, dan
2,57 umumnya menggunakan anorganik,
padiF0,60
huma dan palawija lainnya. Oleh karena 2,68 itu tidak terdapat
temulawak gejalasendiri
tumbuh serangan bahkanhama dan
tanpa
Lokal0,53
untuk merangsang
Sumber : Setiono et al., 2007
agar petani tertarik menanam
2,40 penyakit (Rahardjo,
dipelihara, seolah tumbuh 2001). liar. Dan walaupun
temulawak, teknik budidayanya perlu dirubah sudaBenih
masatemulawak
panen petani yang dipakai
tidak bisa
langsung
dengan menggunakan sistem pola tumpangsari berasal dari rimpang induk dan
memanen. Akan dipanen bila sehingga rimpang rimpang cabang
dengan tanaman palawija.Temulawak bisa (Sukarman
yang sepertietinial., 2007). rendah
menjadi Benih berasal dari
nilai jualnya,
ditanam dengan jarak tanam 75 x 60 cm atau 75 x rimpang induk mengklaim
industri selalu yang ukurannya mutunyabesar dapatdan
rendah
Benih Bermutu
50 cm pada pola tumpang sari, dan jarak tanam dibagi menjadi 2 atau
tidakdapatmemenuhistandar.Untuk4 bagian dengan cara
50 x Faktor
50 cmlain pada pola mono
sebagai kultur. pada
penentuan memotong
mendapatkan (membelah).
mutu yangRimpang standar, induk yang
temulawak
Sistem pola tumpangsari
keberhasilan budidayatemulawak,selain yang disarankan dibagi menjadi 8 bagian tidak
harus ditanam sesuai dengan SOP budidaya. disarankan karena
ke
penggunaan varietas unggul adalahlain
petani agar menaman tanaman yang
mutu benih. viabilitasnya
Sebagian menurun
kalangan (Sukarman
industri et al., 2007).
menginginkan
berumurpendekdisela-selatanaman
Benih yang sehat dan berviabilitas tinggi Benih yang dihasilkan
temulawak berasal daririmpang
dari budidaya cabangdengan
temulawak,
merupakan faktor sepertiinputpadi yang
gogo paling
dan kacang tanah
menentukan berukuran besar dapat dilakukan
hanya dipupuk organik (pupuk kandang) pemotongan,saja,
(Syakir et al., 2008), serta dengan
produktivitas tanaman, disamping faktor lainnya jagung, ukuran
tidak benih disarankan
dipupuk anorganik dan 20-40 g/potong benih,
tidakmeng-
sehinggapendapatanpetanibertambah.
seperti pupuk, air, dan keberadaan organisme setiap
gunakan benih diusahakan
pestisida sintetis.mempunyai 2 sampai 3
Sebagian kalangan
Sebelum
pengganggu temulawak
tanaman. menghasilkan, petani
Tingkat keberhasilan mata tunas. Benih yang telah dipotong
industri lainnya tidak memper-masalahkan hasil
mendapatkan
budidaya tanaman tambahan hasil dari
lebih kurang 40%panen padi
ditentukan diusahakan
temulawak dari di taburi oleh abu
budidaya dengansekam,
pupuk untuk
organik
gogo, kacang tanah maupun jagung.
oleh kualitas benih (Rahardjo, 2001). Benih secara Hasil mencegah terjadinya infeksi
maupun anorganik asal tidak diperlakukanhama dan penyakit.
penelitian menunjukkan
struktural adalah merupakan produksibakalrimpang
tanaman, segar Kemudian benih
penggunaan disemaikan
pestisida sentetis.di tempat
temulawak
berarti benih yang
harusditumpangsarikan dengan padi
hidup dapat menghasilkan pesemaian
Penggunaan dihampar di tempat
varietas unggulteduh
pada yang
budidaya
gogo mencapai
keturunan yang 18,5 kg dan yang
seharusnya ditump-sifat-
mempunyai lembab
temulawak hingga saat ini belum terealisirdengan
dan gelap dengan menyiraminya
angsarikan dengan kacang
sifat unggul dari induknya. Benih secaratanah mencapai 20,5 air bersih.
karena Setelah
varietas benihnasional
unggul keluar tunas panjangnya
baru akan ada
kg/m 2 (Syakir et al., 2008). Produktivitas
fungsional merupakan sarana produksi, sehingga lebih
pada kurang
tahun 2010,0,5 – walaupun
1 cm, atautelah selamaadalebih kurang
varietas
temulawak yang ditumpang-sarikan dengan
benihtersebutapabiladitanamdapat 1-2 minggu
unggul lokaldi pesemaian,
(varietas benih
Bathok) dapat
yang berasal dari
kacang
berproduksitanah lebih tinggi
secara maksimaldibandingkan
atau kapasitasdengan dipindahkan
Trenggalek Jawa ke lapangan.
Timur. Namun menurut
padi
genetikanya dapat ditampilkan semaksimaldapat
gogo. Diduga tanaman kacang tanah informasi dari petani setempat (Trenggalek)
menambah
mungkin. Dilihat kesuburan
dari sisitanah terutama
teknologi, hara
benih N,
harus produktivitasnya relatif rendah, lebih kurang 9
karena kacang
benar, benar tanah mampu
sifat-sfatnya danmenambat
karakternya, N dari
dapat t/ha, sedangkan produktivitas aksesi calon
udara.
dibuktikan kebenaran karakteristiknya sesuai varietas unggul nasional bisa mencapai 17 - 33
Temulawak
dengan diskripsiselain dapat ditanam
dan sifat-sifat melalui
genetiknya. t/ha (Tabel 1). Selain keenam aksesi tersebut di
sistem pola tumpangsari
Terdapat dua jalur metode dengan tanaman
untuk atas, terdapat tiga aksesi temulawak lainnya
palawija
memproduksi juga dapat
benih ditanam
temulawak, di bawah tegakanin-
yaitu melalui yaitu Balitro-1, Balittro-2 dan Balittro-3 (Rahardjo
(Syakir
vitro dan etkonvensional.
al., 2008, danMetode Yusron dan Januwati,
in-vitro untuk dan Ajijah, 2007). Tanggap setiap nomor aksesi
2005). Produksibenih
menghasilkan rimpangsehat segar temulawak
berkualitas yang
tinggi, temulawak terhadap pemupukan tidak sama, ada
ditanam di bawah tegakan melalui
telah dan sedang dilakukan Balittro, hingga saat sistem pola yang respon terhadap pemupukan anorganik dan
sekarang. Benih yang akan dipergunakan harus ada yang tidak respon (Rahardjo et al., 2008).
jelas asal usulnya, jelas varietasnya, jelas kelas Salah satu aksesi temulawak yaitu Balittro 2
benihnya (kelas benih penjenis, dasar, pokok, Pola Tanam
sangat respon Temulawak
terhadap pemupukan anorganik.
atau sebar). Benih harus jelas nama varietasnya,
sehingga sifat-sifat atau karakter genetiknya Musim tanam temulawak biasanya di awal
musim hujan dan masa panennya di musim
kemarau.Pada musim kemarau tanaman
temulawak mengalami senescen, batang dan
daunnya mengering, ciri ini menunjukkan bahwa
tanaman siap untuk dipanen. Umur optimal
temulawak siap dipanen berkisar antara 10 – 12
bulan setelah tanam. Namun temulawak bisa

82
Penerapan Volume
SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 83
RAHARDJO) 93
Tanaman yang dipupuk organik(pupuk menunjukkan hasil rimpang segar tertinggi pada
kandang) hasil rimpang segarnya 15,2 t/ha, dosis 200 kg/SP36 dan 200 kg/ha KCl, pada status
sedangkan jika dipupuk anorganik menjadi 22,31 kandungan hara P dan K tanah cukup. Pada
t/ha, namun aksesi Balittro 3 hasil rimpang segar kondisi status kesuburan tanah dengan
yang dipupuk organik mencapai 17,83 t/ha, kandungan hara N rendah, P cukup, dan K
setetah dipupuk anorganik hanya mencapai 21,11 cukup, hasil rimpang segar tertinggi (25,46 t/ha)
t/ha (Rahardjo et al., 2008). Apabila ingin dicapai pada perlakuan pupuk 300 kg/ha Urea,
melakukan pemupukan organik pilihannya 200 kg/ha SP36 dan 200 kg/ha KCl (Rahardjo et
adalahmenggunakanaksesiBalittro3, al., 2007). Untuk menghasilkan rimpang segar
sedangkan untukbudidaya intensif dengan 25,46 t/ha, tanaman memerlukan hara N, P dan K
pemupukan anorganik pilihannya adalah aksesi masing-masing 193,44 kg, 21,05 kg dan 221,34
Balittro 1. kg/ha. Hara K paling banyak diserap atau
Hasil rimpang segar lebih rendah pada diperlukanolehtemulawak,kemudian
tanaman yang hanya dipupuk organik (pupuk berikutnya hara N, sedangkan kebutuhan hara P
kandang 15,20 – 17,83 t/ha), dibandingkan lebih rendah dibandingkan kebutuhan N dan K.
dengan tanaman yang juga dipupuk anorganik Namun biasanya ketersediaan hara P di dalam
(19,64 – 22,31 t/ha). Hasil rimpang segar tanah relatif lebih rendah dibandingkan hara N
temulawak ditentukan oleh tingkat kesuburan dan K, maka dosis pupuk P yang diberikan tetap
dan pemupukan. Tanaman yang dipupuk, hasil lebih banyak jumlahnya.
rimpangnya lebih tinggi dibandingkan dengan Untuk mengarah ke pertanian organik,
tanaman yang tidak dipupuk. Produksi bahan telah dicoba budidaya organik temulawak
aktif juga akan lebih banyak apabila tanaman dengan menggunakan pupuk organik ditambah
mendapatkan perlakuan pupuk. Pupuk yang pupuk bio.Hasilnya menunjukkan bahwa
dipersyaratkan pada SOP budidaya temulawak produktivitas rimpang antara 14,21 – 16,59 t/ha,
adalah pupuk organik (pupuk kandang), Urea, produksinya tidak setinggi dengan meng-
SP36 dan KCl.Secara umum pupuk yang gunakan pupuk anorganik yang dapat mencapai
diajurkan pada SOP budidaya temulawak adalah 20 t/ha (Rahardjo dan Ajijah, 2007).Hasil
10-20 t/ha pupuk kandang, 200 kg/ha Urea, 100 penelitian lainnya, budidaya menggunakan
kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl (Rahardjo dan pupuk bio yang dicampur dengan pupuk
Rostiana, 2005). Untuk masa mendatang harus di anorganikdosisrendahmenunjukkan
cari SOP budidaya temulawak khususnya produktivitas temulawak mencapai 7,84 – 11,28
kebutuhan pupuk disesuaikan dengan tingkat t/ha relatif lebih rendah, hal ini mungkin
kesuburan tanah dan spesifik lokasi. Hal ini akan disebabkan oleh perbedaan kesuburan dan tipe
meningkatkanefisiensibudidayadan iklim lokasi penanaman (Yusron, 2009).
produktivitas tanaman yang tepat. Perlakuan pemupukan pada budidaya
Jumlah pupuk yang diberikan harus temulawak hingga saat ini belum diperoleh
mengacu kepada tingkat kesuburan tanah, pengaruhnya terhadap peningkatan kadar bahan
karena setiap lokasi mempunyai tingkat aktif rimpang temulawak terutama terhadap
kesuburan yang berbeda. Tanah yang subur xanthorrizol. Pengaruh pemupukan hanya
jumlah pupuk yang diberikan akan berbeda mampu meningkatkan produksi rimpang, namun
dengan tanah yangkurang subur.Hasil denganmeningkatnyaproduksirimpang
penelitian menunjukkan bawah pada tanah yang diharapkan secara otomatis meningkatkan
status kandungan N rendah, pemupukan N jumlahbahanaktif(xanthorrizoldan
bertingkat dengan dosis 100, 200 dan 300 kg kurkuminoid yang diperoleh (Rahardjo et al.,
Urea/ha menunjukkan menghasilkan rimpang 2007). Namun pada penelitian tanaman
segar terus meningkat hingga pemberian dosis Zingiberaceae lainnya (kunyit) pemupukan K
300 kg/ha Urea (Rahardjo et al., 2007). Namun dapat meningkatkan kadar bahan aktif kurkumin
dosis pupuk SP36 dan KCl dengan masing- (Akamine et al., 2007). Diduga pemupukan K
masing dosis 100, 200 dan 300 kg/ha juga berpengaruh terhadap meningkatnya kadar

84 Volume 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 93


xanthorrizol dan kurkumin pada temulawak, menghasilkan rimpang segar 17,83 t/ha
oleh karena itu perlu penelitian lanjutan. sedangkan budidaya anorganik (konvensional)
menghasilkan 22,31 t/ha. Berdasarkan pada
perolehan keuntungan petani, maka pada
PANEN DAN PASCA PANEN usahatani temulawak harga jual rimpang segar
hasil budidaya organik Rp. 1.726/kg, sedangkan
Umur panen temulawak dicirikan dengan pada budidaya anorganik Rp.1.471/kg. Sehingga
mengeringnya semua bagian vegetatif tanaman apabila harga rimpang temulawak hanya
(batang dan daun), biasanya terjadi pada Rp.1.500/kg, budidaya organik tidak layak untuk
tanaman umur 10 – 12 bulan, di musim kemarau. dilakukan. Sedangkan budidaya temulawak
Pada kondisi demikian asimilat di bagian secara konvensional mendapatkan penghasilan
vegetatif sudah diretranslokasikan ke bagian bersih Rp. 2.287.500/ha.
rimpang, sehingga diharapkan kualitas rimpang Hasil penelitian budidaya temulawak yang
telah mencapai optimal. Pada umumnya rimpang menerapkan SOP budidaya dengan perlakuan 20
induk dipergunakan sebagai bahan baku industri ton/ha pupuk kandang, 200 kg/ha Urea, 100
jamu dan obat, sedangkan rimpang cabang (anak kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl, pendapat bersih
rimpang) dipergunakan sebagai benih. petani yang diperoleh adalah Rp.4.955.000/ha
Sebagai bahan baku jamu dan obat, dengan harga jual rimpang segar Rp. 1.500/kg
rimpang hendaknya dijaga kebersihannya, dicuci (Pribadi dan Rahardjo, 2008). Budidaya
dengan air bersih, dirajang tipis-tipis kemudian temulawak yang menerapkan SOP dapat
dijemur. Perajangan dilakukan dengan ketebalan meningkatkan penghasilan bersih petani diban-
+ 4 - 7 mm. Hasil rajangan (simplisia) tersebut dingkan dengan budidaya tanpa menerapkan
kemudian dijemur di bawah sinar matahari atau SOP (Tabel 3). SOP budidaya temulawak
dikeringkan di dalam oven. Simplisia yang senantiasa terus diperbarui, mengikuti perkem-
dikeringkan di bawah sinar matahari ditutupi bangan teknologi yang terbaru, karena dengan
dengan kain hitam, diusahakan tidak terkena penerapan SOP dapat meningkatkan nilai
langsung sinar matahari. Sedangkan yang tambah pendapatan petani. Budidaya temulawak
dikeringkan di dalam oven diusahakan suhunya relatif tidak banyak kendala, karena masih belum
tidak lebih dari 400C. adanya serangan hama dan penyakit yang dapat
Pelaksanaan pengeringan diakhiri setelah mempengaruhipenurunanproduktivitas
kadar air simplisia mencapai + 10%.Pada tanaman. Sehingga analisis pendapatan usaha-
kondisi demikian diharapkan simplisia terbebas tani yang disampaikan tersebut, masih bisa
dari jamur dan OPT lainnya. Simplisia yang dihilangkan biaya penggunaan pestisida dan
sudah kering bisa dikemas pada kemasan plastik upah sebanyak Rp. 1.500.000. Dengan demikian
kedap udara untuk disimpan sementara atau pendapatan bersih usahatani temu-lawak dapat
dikirim ke tempat pembuatan jamu atau obat. meningkat menjadi Rp. 4.955.000 + Rp. 1.500.000
= Rp. 6.455.000.
Serapan temulawak sebagai bahan baku
obat dalam industri obat tradisional kelompok
industri kecil (Industri Kecil Obat Tradisional)
dan kelompok industri besar (Industri Obat
Tradisional) cukup besar. Temulawak termasuk
urutan kelima dari 31 jenis bahan baku obat
tanaman lainnya yang diserap oleh industi obat,
bahkan menempati urutan ke dua terbanyak
untuk digunakan dalam jamu gendong (Pribadi,
2009).
ANALISIS USAHATANI Serapan simplisia temulawak untuk
industri obat di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
Analisisusaha tani temulawak masih
jarang dilakukan, karena petani masih jarang
melakukan budidaya temulawak. Beberapa hasil
penelitian kajian analisis usahatani temulawak
berdasarkan pada produktivitas dan biaya yang
dikeluarkan pada budidaya temulawak telah ada.
Biaya yang dikeluarkan dengan pupuk organik
lebih rendah, namun produktivitasnya juga lebih
rendah dibandingkan dengan bila diberi pupuk
organik dan anorganik (budidaya konvensional)
(Pribadi dan Rahardjo, 2007). Budidaya organik

Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO RAHARDJO) 85
Barat pada tahun 2003 mencapai 6.445 ton/tahun Selain kurkumin yang sudah dikenal,
(Kemala et al., 2003). Pasokan kebutuhan industri Masuda et al. (1992) juga berhasil mengisolasi zat
terhadap rimpang segar temulawak pada tahun aktif yang analog kurkumin baru dari rimpang
2006 mencapai 21.359 ton/tahun dan pada tahun temulawak,yaitu:1-(4-hidroksi-3,5-
2008 mencapai 42.147 ton/tahun (Pribadi, 2009). dimetoksifenil)-7-(4hidroksi-3-metoksifenil)-
Selain keperluan dalam negeri temulawak juga (1E.6E.)-1,6-heptadien-3,4-dion. Dari rimpang
diekspor, data dari BPS tahun 2006 Indonesia temulawak selain xanthorrizol juga telah berhasil
mengekspor temulawak 2.647 ton (BPS, 2006). diisolasi tiga senyawa sesquiterpenoid bisabolan
yaitu ï ¡ -kurkumen, ar-turmeron, dan ï ¢ -
atlanton (Itokawa et al., 1985). Peneliti lain
(Suksamrarn et al., 1994) melaporkan bahwa
rimpang temulawak mengandung dua senyawa
Tabel 3. Analsis usahatani temulawak dalam 1 ha
fenolik diarilheptanoid yang diisolasi yaitu : 5-
dengan menerapkan SOP budidaya
hidroksi-7-(4-hidroksifenil)-1-fenil-(1E)-1-hepten
dan 7-(3, 4-dihidroksifenil)-5-hidroksi-1-fenil-
Uraian Biaya (Rp) (1E)-1-hepten.
Upah pengolahan lahan 2.500.000
Upah pemupukan 1.250.000
Upah penanaman 1.250.000
Upah pengendalian hama dan 500.000
penyakit
Upah penyiangan
Upah panen 5.000.000
Benih rimpang 5.750.000 KHASIAT RIMPANG TEMULAWAK
Pupuk kandang 2.800.000
Pupuk Urea 7.000.000
500.000 Khasiatrimpangtemulawakdapat
Pupuk SP 36
Pupuk KCl 300.000 diketahui melalui bukti-bukti empiris dari
Pestisida 350.000 budaya minum jamu nenek moyang kita dan
Peralatan 1.000.000 bukti ilmiah melalui pengujian-pengujian secara
Jumlah biaya yang dikeluakan 1.000.000 in vitro, pengujian praklinis kepada binatang dan
Pendapatan hasil panen 2.2770 kg x 29.200.000 uji klinis terhadap manusia. Secara empiris
Rp.1.500 34.155.000
rimpang temulawak banyak digunakan untuk
Pendapatan bersih per ha meningkatkan nafsu makan, memperbaiki fungsi
pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati,
4.955.000 pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan
Sumber : Pribadi dan Rahardjo, 2008 lemak darah, sebagai antioksidan dan membantu
menghambat penggumpalan darah (Badan POM,
2004).
Secara prakilinis telah dibuktikan bahwa
KANDUNGAN ZAT AKTIF RIMPANG ekstrak temulawak yang diberikan secara oral
TEMULAWAK pada tikus percobaan, dapat mengurangi rasa
sakit yang diakibatkan oleh pemberian asam
asetat. Zat aktif yang ditemukan dalam rimpang
Kandungan zat aktif berupa bahan kimia di temulawak adalah germakron yang dapat
dalam rimpang temulawak di antaranya adalah berfungsi sebagai analgesik (penghilang rasa
xanthorrizol, kurkuminoid yang didalamnya sakit).
terdapat zat kuning (kurkumin) dan desmetoxy Rimpang temulawak juga dapat digunakan
kurkumin, minyak atsiri, protein, lemak, selulosa sebagai pembasmi cacing. Hasil penelitian
dan mineral. Bahan aktif yang berkhasiat obat Bendryman et al. (1996) menunjukkan bahwa
dan banyak dimanfaatkan saat ini adalah pemberian infus temulawak yang dicampur temu
kurkumin dan xanthorrizol. Ozaki (1990) hitam dapat menurunkan jumlah telur cacing
menemukan zat aktif germakron di dalam pada tinja domba yang diinfeksi dengan cacing
rimpang temulawak yang berfungsi menekan Haemonchus contortus. Rimpang temulawak dapat
rasa sakit. Claeson et al.,1993 berhasil mengisolasi diramu sebagai obat pembasmi cacing atau
tiga jenis senyawa non fenolik diarylheptanoid sebagai anthelmintik. Secara in vitro ekstrak
dari ekstrak rimpang temulawak, yaitu : trans-
trans-1,7-difenil-1,3,-heptadien-4-on (alnuston);
trans1,7-difenil-1-hepten-5-ol, dan trans,trans-1,7-
difenil-1,3,-heptadien-5-ol.

86 Volume 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 93


rimpang temulawak dapat juga dipergunakan heptadien-5-ol. Ketiga senyawa tersebut mem-
untukmenghambatpertumbuhanjamur punyai efek antiinflamasi terhadap tikus
Microsporum gypseum, Microsporum canis, dan percobaan.
Trichophytol violaceum (Oehadian et al., 1985).
Minyak atsiri yang dihasilkan dari rimpang
temulawak juga dapat menghambat partum- Efek Antioksidan
buhan jamur Candida albicans. Kurkuminoid dari
rimpang temulawak mempunyai daya hambat Jitoe et al. (1992) mengukur efek
yang lemah (Liang, 1986a), hal ini tidak masalah antioksidan dari sembilan jenis rimpang temu-
karena kandungan kurkuminoid pada rimpang temuan dengan metode Thiosianat dan metode
temulawak relatif rendah ( + 2%), tidak seperti Thiobarbituric Acid (TBA) dalam sistem air-
pada rimpang kunyit (7 – 8%).Sehingga alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
temulawak dapat digunakan sebagai anti bakteri aktivitas antioksidan ekstrak temulawak ternyata
dan anti jamur. lebih besar dibandingkan dengan aktivitas tiga
Temulawak mempunyai potensi sebagai jenis kurkuminoid yang diperkirakan terdapat
bahan baku obat antidiabetes. Temulawak dapat dalam temulawak. Jadi, diduga ada zat lain selain
digunakan untuk menyembuhkan gejala diabetes ketiga kurkuminoid tersebut yang mempunyai
pada tikus, merubah jumlah dan komposisi fecal efek antioksidan di dalam ekstrak temulawak.
bile acids, growth retardation, hyperphagia, Selanjutnya, Masuda at al. (1992) berhasil
polydipsia, mengurangi tingginya glukose dan mengisolasi analog kurkumin baru dari rimpang
trigliserida dalam serum, dan mengurangi temulawak,yaitu:1-(4-hidroksi-3,5-
terbentuknya linoleat dari arakhidonat dalam dimetoksifenil)-7-(4 hidroksi-3-metoksifenil)-(1E.
fosfolipid hati. 6E.)-1,6-heptadien-3,4-dion. Senyawa tersebut
ternyata menunjukkan efek anti oksidan
melawan oto-oksidasi asam linoleat dalam sistem
air-alkohol. Hasil penelitian Sutrisno et al. (2008)
bahwa kandungan bahan aktif kurkuminoid
pada temulawak mempunyai efektivitas anti
oksidan lebih tinggi dibandingkan kandungan
bahanaktifmasing-masingkurkumin,
demethoxykurkumin dan bisdemethoxykur-
Efek Antihepatotoksik kumin. Ekstrak temulawak sebagai antioksidan
diperlukan isolasi kurkumin, tidak memerlukan
Pemberian seduhan rimpang temulawak pemisahan kurkumin, demethoxykurkumin dan
sebesar 400, 800 mg/kg bobot mencit selama 6 bisdemethoxykurkumin, selain biaya mahal
hari serta 200, 400 dan 800 mg/kg bobot mencit efektivitasnya lebih rendah.
pada mencit selama 14 hari. Selain itu juga Effek antioksidan ekstrak temulawak juga
mampu menurunkan aktivitas enzim Glutamic telah diteliti oleh Nurcholis (2008), bahwa
PyruvicTransaminase(GPT)-serumdosis temulawak mempunyai aktifitas antioksidan
hepatotoksik parasetamol maupun memper- berbeda antara ke tiga nomor harapan
sempit luas daerah nekrosis parasetamol secara temulawak. Nomor harapan A merupakan calon
nyata. Daya antihepatotoksik tergantung pada varietas baru temulawak dengan nama Cursina 1
besarnyadosismaupunjangkawaktu mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi
pemberiannya (Donatus dan Suzana, 1987). dibandingkan dengan nomor harapan lainnya.
Ekstrak temulawak yang dicampurkan dengan
pakan ternak dapat meningkatkan aktifitas
pertahanan tubuh anak ayam. Campuran dengan
konsentrasi 70% ekstrak temulawak berpengaruh
Efek Antiinflamasi lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 96%
(Darusmanetal.,2007).Meningkatnya
Liang (1986b) melaporkan bahwa minyak
atsiri dari Curcuma xanthorrhiza secara in vitro
memiliki daya antiinflamasi yang lemah.
Sementara Ozaki (1990) melaporkan bahwa efek
anti inflamasi tersebut disebabkan oleh adanya
germakron. Selanjutnya, Claeson et al. (1993)
berhasil mengisolasi tiga jenis senyawa non
fenolik diarylheptanoid dari ekstrak rimpang
temulawak, yaitu : trans-trans-1,7-difenil-1,3,-
heptadien-4-on (alnuston); trans1,7-difenil-1-
hepten-5-ol,dantrans,trans-1,7-difenil-1,3,-

Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO RAHARDJO) 87
konsentrasi ekstrak temulawak tidak selalu percobaandinyatakandapatmenekan
meningkatkan efektivitasnya. hiperaktifitas yang disebabkan oleh metamfe-
tamin (3 mg /kg i.p). Lebih lanjut dinyatakan
bahwa pemberian germakron 750 mg/kg bobot
Efek Antitumor hawan uji secara oral pada tikus percobaan tidak
menunjukkan adanya toksisitas letal.
Itokawa et al. (1985) berhasil mengisolasi
empat senyawa sesquiterpenoid bisabolan dari
rimpang temulawak, yaitu ï ¡ -kurkumen, ar-
turmeron, ï ¢ -atlanton dan xanthorrizol. Efek Diuretika
Sebagian besar dari zat tersebut merupakan
senyawa antitumor melawan sarcoma 180 ascites Rebusan temulawak pada dosis ekuivalen
pada tikus. Efektivitas antitumor dari senyawa 1x dan 10x dosis lazim orang, pada tikus putih
tersebut adalah: (+++) untuk ï ¡ -kurkumen, (++) mempunyai efek diuretik kurang lebih setengah
untuk ar-turmeron, dan (++) untuk xanthorrizol. dari potensi HCT (Hidroklorotiazid) 1,6 mg/kg.
Pemberian temulawak dapat mengaktifkan sel T
dan sel B yang berfungsi sebagai media dalam
sistem kekebalan pada tikus percobaan. Sel T
Efek Hipolipidemik
adalah sel dalam satu grup dari sel darah putih
yang diketahui sebagai limfosit fungsi utamanya Penggunaan temulawak sebagai minuman
adalah pada sestim kekebalan di tingkat selular. pada ternak kelinci betina menunjukkan bahwa
Sel T mampu membedakan patogen, dan mampu tidak terdapat lemak tubuh pada karkas dan
berevolusi untuk meningkatkan kekebalan tubuh jaringan lemak di sekitar organ reproduksi
setiap ada patogen masuk. Sedangkan sel B (Soenaryo 1985). Temulawak dapat menurunkan
merupakan salah satu limfosit dari tiga limfosit konsentrasi trigliserida dan fosfolipid serum,
yang ada, fungsinya membuat antibodi yang kolesterol hati, dan meningkatkan kolesterol
dapat mengikat dan menghancurkan patogen. HDL serum dan apolipoprotein A-1, pada tikus
Ahn et al., (1995) melaporkan bahwa ar- yang diberi diet bebas kolesterol. Adapun pada
turmeron yang terkandung dalam temulawak tikus dengan diet tinggi kolesterol, temulawak
dapat memperpanjang hidup tikus yang tidak menurunkan tingginya kolesterol serum
terinfeksi dengan sel kanker S-180. Komponen walaupun menurunkan kolesterol hati. Pada
tersebut menunjukkan aktifitas sitotoksik yang penelitiantersebutdilaporkanbahwa
sinergis dengan sesquifelandren yang diisolasi kurkuminoid yang berasal dari temulawak
dari tanaman yang sama sebesar 10 kali lipat ternyata tidak mempunyai efek yang nyata
terhadap sel L1210. Disamping itu, kurkumin terhadap lemak serum dan lemak hati, maka
bersifat memperkuat obat-obat sitotoksik lainnya disimpulkan bahwa temulawak mengandung zat
seperti siklofosfamida, MeCCNU, aurapten, aktif selain kurkuminoid yang dapat merubah
adriamisin, dan vinkristin. metabolisme lemak dan lipoprotein. Selanjutnya
bahwa ï ¡ -kurkumen adalah salah satu zat aktif
yang mempunyai efek menurunkan trigliserida
pada tikus percobaan dengan cara menekan
sintesis asam lemak.
Sementara itu, Suksamrarn et al. (1994)
melaporkan bahwa dua senyawa fenolik
diarilheptanoid yang diisolasi dari rimpang
temulawak, yaitu : 5-hidroksi-7-(4-hidroksifenil)-
1-fenil-(1E)-1-hepten dan 7-(3, 4-dihidroksifenil)-
5-hidroksi-1-fenil-(1E)-1-hepten, secara nyata
Efek Penekan Syaraf Pusat menunjukkan efek hipolipidemik dengan cara
menghambat sekresi trigliserida hati pada tikus
Ekstrak rimpang temulawak mempunyai percobaan.
efekmemperpanjangmasatiduryang Uji coba kemanjuran temulawak dilakukan
diakibatkan oleh pento barbital. Selanjutnya oleh Santosa et al. (1995). terhadap 33 orang
diketahui bahwa (R )-(-)-xanthorrizol adalah zat
aktif yang menyebabkan efek tersebut dengan
cara menghambat aktifitas sitokrom P 450. Selain
xanthorrizol, germakron yang terkandung dalam
ekstrak temulawak juga mempunyai efek
memperpanjangmasatidur.Pemberian
germakron 200 mg/kg secara oral pada tikus

88 Volume 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 93


pasien penderita hepatitis khronis. Selama 12 Efek Lain-Lain
minggu, setiap pasien menerima 3 kali sehari
satu kapsul yang mengandung kurkumin dan Hasil wawancara dengan 100 orang
minyak menguap. Hasil pemantauan menun- responden petani wanita menunjukkan bahwa
jukkan bahwa data serologi (GOT, GPT, GGT, penggunaan temulawak dapat memperbaiki
AP) dari 68-77% pasien menunjukkan tendensi kerja sistem hormonal yang mengontrol
penurunan ke nilai normal dan bilirubin serum metabolisme khususnya karbohidrat dan asam
total dari 48% pasien juga menurun. Keluhan susu, memperbaiki fisiologi organ tubuh, dan
nausea/vomitus yang diderita pasien dilaporkan meningkatkan kesuburan (Soenaryo, 1985).
menghilang. Gejala pada saluran pencernaan Komponenyangterkandungdalam
dirasakan hilang oleh 43% pasien sedangkan temulawakdinyatakanmempunyaisifat
sisanya masih merasakan gejala tersebut, koleretik (Liang, 1986a; Siegers et al., 1997).
termasuk 70% efek negatif pasien yang Temulawak mempunyai efek mengurangi
merasakan kehilangan nafsu makannya. pengeluarantinja(kotoran)padatikus
percobaan. Ekstrak temulawak tidak menun-
jukkan efek toksik. Untuk mematikan Libistes
reticulatusdiperlukanekstrakCurcuma
xanthorrhiza dengan dosis tinggi. Pemberian
infus temulawak dapat meningkatkan kontraksi
Efek Hipotermik uterus tikus putih, meningkatkan tonus kontraksi
otot polos trachea marmut, dan meningkatkan
Pemberian infus temulawak menunjukkan
frekuensi kontraksi jantung kura-kura.
penurunan suhu pada tubuh mencit percobaan
Akhir-akhir ini ekstrak temulawak juga
(Pudjiastuti, 1988). Ekstrak metanol rimpang
diuji untuk mengatasi flu burung, penelitian
temulawak mempunyai efek penurunan suhu
Darusman et al. (2007) menunjukkan bahwa
pada rektal tikus percobaan. Selanjutnya bahwa
ekstrak temulawak yang dicampurkan ke pakan
germakron diidentifikasi sebagai zat aktif dalam
ternak ayam dapat meningkatkan ketahanan
rimpang temulawak yang menyebabkan efek
anak ayam terhadap flu burung. Hasil penelitian
hipotermik.
lainnya menunjukkan bahwa ekstrak temulawak
dengan pelarut methanol dan hexan pada
konsentrasi masing-masing 300 ppm dapat
menekan virus demam berdarah hingga 73,3 +
Efek Insektisida 3,8 dan 72,4 + 3,1%.
Berdasarkan study etnobotani, temulawak
Pandji et al., (1993) meneliti efek insektisida
banyakdigunakandipedesaanuntuk
empat jenis rimpang dari spesies Zingiberaceae
meningkatkan nafsu makan. Hasil penelitian
yaitu: Curcuma xanthorrhiza, C. zedoaria, Kaempferia
terhadap tikus menunjukkan bahwa ekstrak
galanga dan K. pandurata. Tujuh belas komponen
temulawak menggunakan pelarut etanol 96%
terbesar termasuk flavonoid, sesquiterpenoid,
dapat meningkatkan konsumsi pakan dan bobot
dan derivat asam sinamat berhasil diisolasi dan
badan tikus putih (Hermanu et al., 2008).
didentifikasi menggunakan NMR dan Mass
spektra. Semua komponen diuji toksisitasnya
terhadap larva Spodoptera litura. Secara contact
residue bioassay, nampak bahwa xanthorrizol dan
furanodienon merupakan senyawa sesquiter-
penoid yang paling aktif menunjukkan toksisitas
melawan larva yang baru lahir, tetapi efek
toksisitas tersebut tidak nyata jika diberikan
bersama makanan. Selanjutnya bahwa ekstrak
Curcuma xanthorrhiza mempunyai efek larvasida
terhadap larva nyamuk Aedes aegypti instar III.

KESIMPULAN

Temulawak tanaman asli Indonesia banyak


ditanam namun belum dibudidayakan secara
Efek Anti Bakteri intensif oleh petani, sehingga produktivitasnya
masih rendah (9 – 12 t/ha). Teknologi budidaya
Ekstrak temulawak mempunyai aktivitas yangmengacukepadaSOPbudidaya,
anti bakteri seperti juga pada tanaman famili menggunakan varietas terpilih dan pemupukan
Zengiberaceae lainnya seperti temu ireng, temu yang tepat produktivitasnya dapat mencapai + 25
mangga dan temu putih (Yusuf et al., 2008).

Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO RAHARDJO) 89
t/ha. firstinternationalsymposiumon
SOP budidaya temulawak yang tersedia Masuda,
International
T., I. Junko; Symposium
A. Jitoe, and onN.Curcumin
Nakatani.
pada temulawak.BiopharmacaResearch
saat ini masih bersifat umum, oleh karena Pharmacochemistry,
1992. Antioxidative curcuminoide
1995 August from 29-31.
itu perlu
CenterSOPBogor
budidayaAgricultural
yang bersifat
University,
spesifik Akamine,
rhizomesH., Md.
of Curcuma
A. Hossain, xanthorrhiza.
Y. Ishimine, K.
terutama
Hlm 207-212.
yang berwawasan lingkungan tumbuh, Yogi, K. Hokama,31(10)
Phytochemistry. Y. Iraha: 3645-3647.
and Y. Aniya.
tingkat kesuburan
Hernanu, L. S., W, Aulya
lahan anddan I. penggunaan
Hadinoto. 2008. Nurcholis,
2007.W. Effect
2008. of Profil
application
senyawa of N,
penciri
P anddanK
varietas
Theterpilih.
effect ofPadatemulawak
status kesuburan
extract (Curcuma
tanah alone or in combination
bioaktivitas tenaman temulawak on growth, padayield
dengan xanthorrhiza
kandunganRoxb) N rendah,
to thePappetite
cukup, danoff K and curcumin
agrobiofisik berbeda.
contentTesisof turmeric
Sekolah
cukup, male
produksi
albinorimpang
rats using mencapai
leptin test.
25,46 t/ha, (Curcuma longa
Pascasarjana Institut
L.). Palnt
Pertanian
Prod. Bogor.
Sci. 40
dihasilkan
Proceeding
pada perlakuan
of The Firstpemupukan
International 300 kg 10(1):151-154.
hlm.
Urea/ha,
Symposium
200 kg SP36/ha,
on Temulawak.dan 200 Biophar-
kg KCl/ha. Badan POMH.,
Oehadian, RI.M.
2004.
Sjafiudin,
Informasi
M. Eksan
temulawak
dan
Untukmacamenghasilkan
Research Center
rimpang Bogor
segarAgricultural
25,46 t/ha, Indonesia,
Nuraini. Efek
Badan
antijamur
Pengawas dari Curcuma
Obat dan
tanamanUniversity.
memerlukanp. 234-242.
hara N, P dan K masing- Makanan RI bekerja
xanthorrhiza terhadap samabeberapa
denganjamur
masing 193,44
Hwang, JK., J.S. kg,
Shim 21,05
and kg Y.R.dan
Pyun.
221,34
2000.kg/ha. Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia. 36
golonganDermatophyta.Dalam:
Terdapat
Antibacterial
satu varietasactivity
unggulof xanthorrizol
lokal Bathok hlm.
Simposium Nasional Temulawak ;
banyak from dibudidayakan
Curcuma xanthorrhiza
di Trenggalek against
padaoral Bendryman,
tanggal S.S.,
17-18 R.S.
September
Wahyuni,1985; Puspitawati,
Bandung. dan
dataranpathogens.
rendah. Balittro
Fitoterapia.telah71:321-323.
melepas tiga Halimah.1996.Khasiatrimpang
Bandung: Universitas Padjadjaran. Hlm
varietas unggul
Itokawa, H, F. Hirayama,
nasional K. temulawak
Funakoshi, dengan
and K. temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
180-185.
namaTakeya.
Cursina1985. 1, Cursina
Studies 2 dan
on theCursina
antitumor
3, yang Oldeman,
dan temuL.R. 1975.
hitamAn (Curcuma
Agro-cimaticaeruginosa)
map of
mempunyai
bisabolane produktivitas
sesquiterpenoide
dan kandungan
isolated bahan dalamPublshed
Java., urea molasses: Contr. block
Centr.(UMB)
Inst. 17:
aktif lebih
from Curcuma
tinggi dibandingkan
xanthorrhiza. dengan
Chemical
varietas
and sebagai
22 hlm. obat cacing (anthelmintika) dan
Bathok Pharmaceutical
dan aksesi lokal Bulletin.
lainnya.Budidaya
33(8): 3488-92. Ozaki,
pemacu
Y. 1990.pertumbuhan
Antiinflammatory (feed effect
additive)
of
temulawak
Jitoe, A, T. Masuda,I.G.P.
disarankan pada Tengah,D.N.
dataran rendah pada domba.
Curcuma xanthorrhiza
LembagaROXB. Penelitian
and its
hingga Suprapta,
menengah I.W.(200
Garamand dplN.– 800
Nakatani.
m dpl), Universitas
active principles.
Airlangga.
Chemical Pharma-
karena 1992.
di dataran
Antioxidant
tinggiactivity
produktivitasnya
of tropical BPS. ceutical
2006. Statistik
Bulletin.Ekspor.
38(4) Badan
: 1045-1048.
Statistika.
rendah.ginger
Budidaya
extracts yangandmenerapkan
analysis of the SOP dapat Pandji,
Jakarta.
C., C. Grimm, V. Wray, L. Witte, and P.
meningkatkanpendapatanbersihusaha
container curcuminoids. J. Agric. Food Claeson,
Proksch.
P., A. 1993.
Panthong,
Insecticidal
P. Tuchinda,
constituents
V.
budidayatemulawakyangsemula
Chemistry. 40 :1337-1340. Reutrakul,
from four species
D. Kanjanapothi,
of the Zingiberaceae.
W.C. Taylor,
Rp.2.287.500/ha
Kemala, S; Sudiarto, bisaE.R
menjadi
.Pribadi,Rp.4.955.000
JT. Yuhono, -M. dan T. Santisuk, 1993.
Phytochemistry. 34(2) :Three
415-419.Non
Rp.6.455.000/ha.Temulawakmengandung
Yusron, L. Mauludi, M. Raharjo, B. Prana,
Phenolic
M.S. 2008. Diarylheptanoids
The biologi ofwith temulawak
anti-
banyak Waskito,
bahandan aktifH.yang
Nurhayati.
berkhasiat2003. obat,
Studiantara inflammatory
Curcuma xanthorrhiza
activity from
Roxb.).Curcuma
Proceeding
lainxanthorrizol,
Serapan, Pasokan kurkuminoid
dan Pemanfaatan
yang di xanthorrhiza.
of the first international
Planta symposium on
dalamnya
Tanaman terdapat
Obat zatdi Indonesia.
kuning (kurkumin)
Laporan dan Darusman,
temulawak.BiopharmacaResearch
L. K., B. P. Priosoeryanto, M.
desmetoxy
teknispenelitianBagianProyek
kurkumin, minyak atsiri, protein, Hasanah,
Center Bogor
M. Rahardjo
Agricultural danUniversity.
E. D. Purwa- p.
lemak, Penelitian
selulosaTanaman
dan mineral. RempahTemulawak
dan Obattelah kusumah. 2007. Potensi temulawak
151-156.
banyak APBN dimanfaatkan
2003. 61 hlm. sebagai bahan baku untuk Pribadi,
terstandar
E.R. danuntuk
M. Rahardjo.
menanggulangi
2007. Kajianflu
produkO.B.
Liang, jamu, 1986a.
herbal Efek
terstandar
koleretikdanobat
dan anti kapang burung, Laboran
ekonomi budidaya Hasil
organik
Penelitian,
dan konven-
fitofarmaka.
komponen Khasiat
Curcumatemulawak
xanthorrhiza
cukup Roxb.
banyak Institutpada
sional Pertanian
3 nomor Bogorharapan
bekerja temulawak
sama
antara danlainCurcuma
untuk meningkatkan
domestica Val.nafsu Laporan
makan, dengan Badan
(Curcuma xanthorrhiza
Litbang Pertanian.
Roxb.). Buletin
46 hlm.
memperbaiki
Penelitian. fungsi
PT. Darya
pencernaan,
Varia Laboratoria.
fungsi hati, Direktorat
Penelitian
Aneka Tanaman
Tanaman. Rempah
2000. dan Budidaya
Obat,
peredaO.B.
Liang, nyeri 1986b.
sendi Penentuan
dan tulang,efek menurunkan
antiinflamasi Tanaman Temulawak. Jakarta. 44 hlm.
18(1):73-85.
lemak minyak
darah,atsiri
antioksidan
Curcuma dan domestica
menghambat Val dan Donatus,E.R.
Pribadi, I. Argo;
dan M. Susana,
Rahardjo.
Nunung.2008.1987.
Efisiensi
Daya
penggumpalan
Curcuma xanthorrhiza
darah. Roxb. secara antihepatotoksikseduhanrimpang
pemupukan NPK pada temulawak
invitro. Laporan Penelitian. PT Darya temulawakxanthorrhiza
(Curcuma (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.). Jurnal Roxb.)
Litri,
Varia Laboratoria. pada mencit. Seminar Nasional Metabolit
14(4):162-170.
Masuda, T. 1997. Anti-inflamatory antioxidants Pribadi,
sekunder.
E.R. 2009.Yogyakarta:
Pasokan PAU dan permintaan
Biotek-
from tropical Zingiberaceae plants. nologi, Universitas
tanaman obat IndonesiaGadjah serta
Mada.arah
Hlm
Isolationandsynthesisofnew 250-256.
penelitiandanpengembangannya.
curcuminoids. ACS Symp. Ser. 1997, 660 Hasanah,
Perspektif
M. and .8(1):52-64.
M. Rahardjo. 2008. Javanes
(Spices) : 219-233. turmeric cultivation. Proceeding of the

DAFTAR PUSTAKA
Ahn, B, L. Yong-Hyung, O. Won-Kenn, B.
Kyung-up, and Y. Sang-Hun. 1995. Ar-
turmerone and its analogues: synthesis
and anti tumor activity. Abstrac. In:

90
Penerapan Volume
SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 91
RAHARDJO) 93
Pudjiastuti,
symposium
B. Dzulkarnain,
on temulawak.dan B.Biopharmaca
Nuratmi. rhiza
rhizolRoxb)
isolated
di bawah
from Curcuma
tegakan xanthorrhiza
sengon. J.
1988. Toksisitas
Research Centerakut
Bogor (LD50)
Agricultural
dan Ilmiah
Roxb. Pertanian,
J. AntimicrobGakuryoku.
Chemother. 11(1):20-23.
132:1-4.
pengaruh beberapa
University. p. 225-233.tanaman obat Santosa,M.MH.,
Yusron, 2009.W. Respon
Dyatmiko,temulawak
R. Soemarto,
(Curcuma
A.
Syakir,
terhadap
M., N. Maslahah
mencit putih.
and M. Cermin
Januwati.
dunia2008. xanthorrhiza
Pangestu, and Roxb)
Z..N.terhadap
Cholies. pemberian
1995.
kedokteran.
Mix cropping53: system
44-47. for zingiberaceae pupuk
Efficacybioofpada
standardized
kondisi agroekologi
temulawak
Purwakusumah,
for upland site
E.D.,and
Y. Lestari,
dry agroecological
M. Rahminiwati, yang
extract
berbeda.
capsuleJurnal
on chronic
Littri 15(4):162-167.
hepatitis
M. Ghulamahdi,
zone of East Java. B.Proceeding
Barus dan M. of the first Yusuf,patients.
N. A., H.Abstract
Ibrahim,In:N. International
Khalid and S.
Machmud, MT.2008.
international symposium
Menjadikan
on temulawak. Annuar.
Sympo sium2008.on Antibacterial
Curcumin Pharma-
activities of
temulawak sebagai
Biopharmaca Research
bahan Center
bakuBogor
utama Curcuma
cochemistry,xanthorrhiza
Yogyakarta.Roxb 1995
andAugust
its related
industri berbasis
Agricultural University.
kreatifp.yang
285-289.
berdaya species.Proceedingofthefirst
29-31.
Yusron,
saing.
M. dan
Pusat
M. Studi
Januwati.
Biofarmaka
2005 Pengaruh
LPPM-IPB. Setiono,
international
R. T., C. Indrawanto,
symposium Ermiati
on temulawak.
dan E. R.
E-mail:bio
pupuk bfarmaka@gmail.com,
terhadap pertumbuhan 24 hlm.
dan Biopharmaca
Pribadi. 2007.Research
Uji multi Center
lokasi nomor-
Bogor
Rahardjo,
produksi
M. 2001.
temulawak
Karakteristik
(Curcuma beberapa
xanthor-
bahan Agricultural
nomorharapantemulawakpada
University. p. 213-216.
tanaman obat keluarga zingiberaceae. berbagai kondisi agroekologi. Laporan
Buletin Plasma Nutfah, Badan litbang TeknisPenelitianBalaiPenelitian
Pertanian. 7(2):25-30. Tanaman Obat dan Aromatik, Puslit-
Rahardjo, M dan O. Rostiana. 2005. Stándar bangbun, Badan Litbang Pertanian. Hlm
Prosedur Operasiona Budidaya Temu- 220-232.
lawak. Sirkuler, no. 11. Budidaya Jahe, Siegers, C.P., M. Deters, O. Strubelt, and W.
Kencur, Temulawak, kunyit, Sambiloto Hansel. 1997. Choleretic properties of
dan Pegagan. Balai Penelitian Tanaman different curcuminoids in the rat bile
Obat dan Aromatik, Puslitbangbun, fistula model. Pharm. Pharmacol. Lett.
Badan Litbang Perttanian. Hlm 25-30 7(2/3) : 87-89.
Rahardjo, M. dan N. Ajijah. 2007. Pengaruh Soenaryo, Ch. 1985. Temulawak (Curcuma
pemupukan organik terhadap produksi xanthorrhiza)sebagaiobatuntuk
danmututiganomorharapan memperbaikikerjafisiologikdan
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) kesuburan pada wanita dan ternak
di Cibinong Bogor. Buletin Penelitian betina. Dalam: Simposium Nasional
Tanaman Rempah dan Obat. 18(1):29-38. Temulawak; tanggal 17-18 September
Rahardjo, M., Rosita SMD, E. Djauhariya, N. 1985; Bandung. Universitas Padjadjaran.
Bermawie, E.R. Pribadi, H. Nurhayati, Hlm 146-149.
Kosasih dan Enjang. 2007. Respon nomor Sukarman, M. Rahardjo, D. Rusmin dan Melati.
harapan temulawakterhadap kombinasi 2007. Efisiensi penggunaan benih nomor
pemupukan nitrogen, fosfat dan kalium. harapan temulawak Curcuma xanthorrhiza
LaporanTeknisPenelitianBalai Roxb. Laporan Teknis Penelitian Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
Puslitbangbun, Badan Litbang Pertanian, Puslitbangbun, Badan Litbang Pertanian,
Hlm 233-250. Hlm 251-256.
Rahardjo, M., N. Ajijah, Gusmaini and M. Rizal. Suksamrarn, A., S. Eiamong, P. Piyachaturawat,
2008. Respon of three promising lines of and J. Charoenpiboonsin. 1994. Phenolic
Curcuma xanthorrhiza Roxb on organic diarylheptanoidsfromCurcuma
and inorganic fertilizer applications. xanthorrhiza. Phytochemistry. 36(6) : 1505-
Proceeding of the first international 1508.
symposium on temulawak. Biopharmaca Sutrisno, D. Sukarianingsih, M. Saiful, A. Putrika,
Research Center Bogor Agricultural D. I. Kusumaningtyas. 2008. Curcu-
University. p. 108-115. minoids from Curcuma xanthorrhiza Roxb:
Rukayadi, Y. D. Yong and JK. Hwang. 2006. In isolation, characterization, identification
vitro anticandidal activity of xanthor- and analysis of antioxidant activity.
Proceeding of the first international

92
Penerapan Volume
SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial (MONO 9 Nomor 2, Des 2010 : 78 - 93
RAHARDJO) 93

Anda mungkin juga menyukai