Anda di halaman 1dari 10

Program Kemitraan Bidan Dukun

July 30th, 2011 | Author: admin

Program Kemitraan Bidan – Dukun merupakan salah satu


program sebagai upaya untuk meningkatkan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Definisi
Kemitraan Bidan – Dukun sendiri adalah suatu bentuk kerjasama bidan dan dukun yang saling
menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan
mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi
pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun serta
melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.

Keberhasilan dari kegiatan kemitraan Bidan – Dukun adalah ditandai dengan adanya
kesepakatan antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan
bersalin yang datang. serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan
bayinya. Sementara Bidan sepakat untuk memberikan sebagian penghasilan dari menolong
persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada dukun yang merujuk dengan besar yang bervariasi.
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam peraturan tertulis disaksikan oleh pempinan daerah
setempat (Kepala Desa, Camat)

Langkah – langkah program kemitraan Bidan – Dukun :

I. Tingkat Propinsi : 1. Penyusunan Juknis; 2. Sosialisasi kepada dinkes Kab/Kota dan Lintas
Sektor; 3. Fasilitasi ke Kab/Kota dan 4. Evaluasi

II. Tingkat Kab/Kota : 1. Sosialisasi kepada lintas sektor; 2. Pembekalan Teknis dan 3.
Pemantauan

III. Tingkat Kecamatan/Puskesmas : 1. Sosialisasi kepada lintas sektor tingkat kecamatan dan
desa; dan 2. Pemantauan dan Evaluasi

IV. Tingkat Desa : 1. Sosialisasi dan kesepakatan; 2. Pembekalan dan magang dukun; 3. Dana
bergulir; Pertemuan rutin bidan – dukun (andy yussianto).

Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun


2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
August 25th, 2011 | Author: admin
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan
yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:
o Pelayanan kesehatan ibu

o Pelayanan kesehatan anak

o Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini
meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu


1. Ruang lingkup:

 Pelayanan konseling pada masa pra hamil

 Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

 Pelayanan persalinan normal

 Pelayanan ibu nifas normal

 Pelayanan ibu menyusui

 Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2. Kewenangan:

 Episiotomi

 Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

 Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

 Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

 Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas


 Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI)
eksklusif

 Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

 Penyuluhan dan konseling

 Bimbingan pada kelompok ibu hamil

 Pemberian surat keterangan kematian

 Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak

1. Ruang lingkup:

 Pelayanan bayi baru lahir

 Pelayanan bayi

 Pelayanan anak balita

 Pelayanan anak pra sekolah

2. Kewenangan:

 Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan


hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru
lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat

 Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

 Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

 Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

 Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

 Pemberian konseling dan penyuluhan

 Pemberian surat keterangan kelahiran

 Pemberian surat keterangan kematian

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan:

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom


Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan
program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan
yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan
alat kontrasepsi bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di
bawah supervisi dokter)

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia
sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui
informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan
yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.

Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga
diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut
berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Alianyang sudah


Lebih dari Seperempat Abad
July 30th, 2011 | Author: admin

Oh sudah lama sekali, saya bermitra dengan ibu Bidan di Puskesmas ini” demikian ungkapan Ibu
Normi ( 74 th) salah satu Dukun Beranak di Puskesmas Ali Anyang, yang telah melaksanakan
kemitraan dengan Bidan dalam pertolongan persalinan di wilayah ini. Sejak tahun 1976.. Pada
saat itu ibu Normi setiap hari berkeliling kampung untuk menolong Persalinan, sampai pada
suatu ketika mengalami kesulitan yang sangat mengerikan dalam pertolongan persalinan, yaitu
Ibu yang ditolong mengalami perdarahan hebat dan harus dilarikan ke Rumah Sakit, namun
nyawanya tidak tertolong. Ibu Normi berjanji bahwa hal itu tidak boleh terjadi lagi. Sehingga
pada saat ditawarkan untuk bermitra dengan Bidan dalam pertolongan Persalinan disambut
dengan suka Cita.

Pada saat itu ( 1976) Puskesmas Ali Anyang mulai membuka Klinik Bersalin, namun pada awal
operasional pemanfaatan klinik bersalin tersebut masih sangat kecil yaitu rata rata perbulan
hanya hanya 3 – 5 orang, dan selebihnya masih banyak yang ditolong dukun beranak. Sehingga
kasus kematian ibu bersalin diwilayah itu relative tinggi, oleh karena itu Puskesmas Ali Anyang
mencoba untuk menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan para dukun beranak.
Dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan persalinan di Klinik Bersalin tersebut, tanpa ada
maksud yang lain. Ternyata tawaran tersebut disambut baik oleh mereka, dengan kesepakatan
bahwa para dukun akan menolong pasiennya di klinik bersalin Ali anyang bersama dengan
Bidan, adapun peran dan tugas dukun tersebut adalah merawat bayi dan ibu Nifas selama masa
nifas berakhir, termasuk berkewajiban mendampingi ibu untuk membawa bayinya ke Puskesmas
sebelum usia 7 hari pertama dan sebelum usia 28 hari, sampai ibunya ber KB.
Namun lain halnya dengan ibu Normi, dan 4 orang dukun lainnya, mereka memutuskan untuk
mengabdi sepenuhnya di klinik bersalin tersebut dengan melakukan Sif jaga bersama dengan
Bidan sebagai pendamping. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari klinik ini, sehingga
masyarakat merasa bahwa mereka seolah-olah melahirkan dirumah sendiri. Bertolak dari sinilah
para dukun mulai beralih fungsi yang dulunya sebagai penolong persalinan namun sejak itu para
dukun hanya melakukan asuhan dan pendampingan selama ibu hamil, bersalin sampai masa nifas
dengan pendekatan kekeluargaan dan kasih sayang, hal ini sangat didambakan oleh para ibu yang
sedang kesakitan pada proses persalinan.

Daya tarik yang lain dari fungsi kemitraan ini adalah Dukun tersebut juga membantu ibu
melakukan ritual pasca salin sesuai kepercayaan ibu, termasuk kunjungan pada masa nifas dan
Neonatal. Kegiatan ini dilakukan selama bertahun tahun dan dinikmati sebagai profesi yang
menjadi kebanggaan baginya. Manfaat yang diperoleh oleh program adalah, semua persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan dan kasus kematian ibu hamil dan bersalin sudah tidak terjadi
lagi, karena setiap ada kasus komplikasi obstetric, neonatal dapat segera terdeteksi dan dilakukan
rujukan tepat waktu. Bagaiman imbalannya, “Itu tidak menjadi soal karena sudah ditetapkan
secara adil oleh Bidan puskesmas, rejeki kan dari Allah SWA, jadi tidak perlu ditakuti” namun
sesuai kesepakatan, Dukun yang bekerja di Klinik mendapat jasa sesuai UMR, tetapi bagi yang
mengirim pasiennya mendapat jasa sebesar Rp. 50.000 per pasien. (Arismawati, M.Kes)

Melongok praktik cerdas Kemitraan Bidan dan Dukun di


Kabupaten Takalar
 View
 What links here

 Track

Posted Thu, 07/01/2010 - 14:52 by kiko

Sehari setelah workshop bersama para jurnalis kota Makassar dan beberapa communication
officers dari program mitra pembangunan internasional di Kantor BaKTI Makassar, Maria
Hartiningsih, senior jurnalis KOMPAS, bersama BaKTI mengunjungi Kabupaten Takalar untuk
meliput program Kemitraan Bidan dan Dukun, sebuah upaya Pemerintah Kabupaten Takalar
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak di wilayah ini.

Kemitraan Bidan dan Dukun bukanlah hal yang baru di Indonesia. Upaya ini telah dicoba di
banyak provinsi dalam satu dekade yang lalu. Namun upaya tersebut tidak kunjung membuahkan
hasil yang memuaskan. Statistik kesehatan Kabupaten Takalar tahun 2006 memperlihatkan
bahwa delapan ibu meninggal saat melahirkan. Angka delapan itu diterjemahkan menjadi sekitar
300 kematian ibu per 100.000 kelahiran. Sebuah indikator yang mengkhawatirkan.

Saat itu Pemerintah Kabupaten Takalar menempatkan beberapa bidan yang menamatkan
pendidikan kebidanan di beberapa kecamatan. Alih-alih mendapat sambutan yang baik, para
bidan justru dipandang sebelah mata karena usia yang masih muda dan pengalaman yang minim.
Jeli melihat kondisi ini, pada tahun 2007, pemerintah Kabupaten Takalar menggandeng Unicef
mencoba menerapkan kemitraan bidan dan dukun dengan pendekatan yang berbeda.

Kemitraan bidan dan dukun mulai diterapkan dengan tidak melihat dari sudut pandang medis-
kesehatan saja, melainkan juga dari perspektif budaya ‘sipakatau’ (saling menghargai) yang
sangat dijunjung oleh masyarakat Sulawesi Selatan, termasuk masyarakat Takalar. Saat itu
masyarakat memiliki tradisi kepercayaan kuat terhadap dukun sebagai pemberi kekuatan spiritual
bagi ibu melahirkan dan anak yang baru lahir. Walaupun demikian, dukun tidak memiliki
kemampuan medis untuk menangani kasus-kasus yang dapat menyebabkan kematian ibu.
Pendekatan sipakatau diterapkan dengan menyandingkan kemampuan medis bidan dengan
dukungan moral spiritual dari dukun. Ada pembagian peran yang jelas dimana dukun tidak perlu
merasa kuatir peran mereka dimandulkan dan karenanya bersedia untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap para bidan.

Pemahaman akan peran sosial yang setara dibangun dari serangkaian pertemuan formal dan
informal di antara para bidan dan dukun. Namun bukan hanya kesetaraan peran sosial yang
membuat kemitraan bidan dan dukun di Takalar sukses. Manfaat ekonomi yang merata juga
berperan penting dalam langgengnya kemitraan bidan dan dukun di daerah ini. Para dukun dan
bidan bersepakat bahwa dari setiap kelahiran, jasa dukun dihargai sebesar limapuluh ribu hingga
seratus ribu rupiah per kelahiran dari pihak Puskesmas.

Merasakan kesetaraan peran dan manfaat ekonomi yang layak, para dukun mulai bersemangat
mengidentifikasi ibu hamil, membawa mereka ke bidan, dan mengajak ibu hamil menjalani
pemantauan kesehatan berkala di Puskesmas. Sementara para bidan yang mulai mendapat
kepercayaan dari masyarakat semakin percaya diri dalam melaksanakan pemeriksaan medis dan
membantu kelahiran.

Setelah merasakan manfaat dari kemitraan bidan dan dukun, dukungan masyarakat untuk
kesehatan ibu dan anak semakin meningkat. Masyarakat membuat jadwal piket desa dan
berinisiatif menunjuk sarana transportasi tertentu (kendaraan umum maupun pribadi) sebagai
ambulans desa untuk digunakan sebagai kendaraan antar jemput ibu hamil yang akan
melahirkan.

Pada saat yang sama, pemerintah mulai menaruh perhatian yang lebih serius untuk hal kesehatan
ibu dan anak. Dukungan fisik diberikan dalam bentuk perbaikan dan penyediaan fasilitas layanan
kesehatan untuk ibu dan anak di desa dan kecamatan.
Kerja keras dan komitmen masyarakat, dukun, dan petugas kesehatan menunjukkan hasil yang
baik. Jumlah kematian ibu saat melahirkan berangsur menurun. Dari 3 orang ibu melahirkan
meninggal pada tahun 2007, menjadi 1 orang di tahun 2008, dan nol di tahun 2009.

Melihat keberhasilan yang diraih dengan penerapan kemitraan bidan dan dukun ini, Bupati
Takalar memandang perlu untuk mereplikasi program ini pada seluruh kecamatan di Takalar dan
telah mengalokasikan dana dari APBD untuk pembiayaan program ini. Tidak berhenti sampai di
situ, Pemkab Takalar bahkan telah menyusun Peraturan Daerah Kemitraan Bidan dan Dukun
agar program ini dapat berkelanjutan. Perda ini mendapat sambutan yang baik dan tidak lama
lagi akan disahkan oleh DPRD Kabupaten Takalar. (Desta & Kiko)

Bidang Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir dan Anak »

Kemitraan Bidan Dukun di Kota Kupang, Sebuah


Upaya Untuk Perubahan

1 Votes

Guna mendukung upaya Pemerintah menurunkan AKI & AKB maka diperlukan partisipasi aktif
dari semua pihak baik tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan. Bidan merupakan salah
satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI
dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna yang
berfokus pada aspek preventif, promosi dangan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat untuk melayani siapa saja yang membutuhkannya kapan dan dimanapun dia berada.
Didalam masyarakat peran dukun dan kader sangat dibutuhkan guna mendukung peran
bidan.Khususnya melihat fakta bahwa angka Persalinan Tenaga Kesehatan di Kota Kupang pada
tahun 2008 masih 78.7%.

dukun-kader

Berdasarkan kondisi diatas maka pada tahun 2009 Dinas Kesehatan Kota Kupang dengan
dukungan AIPMNH telah melaksanakan Lokakarya Kemitraan Bidan, Dukun dan Kader di 4
kecamatan yang ada.

Definisi Kemitraan Bidan – Dukun sendiri adalah suatu bentuk kerjasama bidan dan dukun yang
saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya
untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan
dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan
bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun
serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.

Dari proses lokakarya telah dihasilkan kesepakatan bidan-dukun- kader diantaranya adalah
beberapa hal yang disepakati akan dilakukan oleh para mama dukun yaitu : Dukun akan
mengantar ibu hamil untuk periksa ke bidan khususnya ibu hamil risti, melaporkan ke bidan jika
ada ibu yang akan melahirkan,serta menyarankan ibu hamil untuk melahirkan ke bidan dimana
dukun akan membantu dan melakukan perawatan bayi baru lahir.

Sepertinya cukup disadari bahwa para mama dukun secara sosial masih cukup kuat sehingga
dalam proses lokakarya ini, kesepakatan yang dibuat juga mempertimbangkan kuatnya pengaruh
sosial para dukun untuk mendorong terjadinya perilaku ideal para ibu hamil dan keluarganya.

Diharapkan setelah dilaksanakan Lokakarya tersebut terjadi peningkatan kasus rujukan ibu hamil
dari dukun dan kader ke bidan, serta peningkatan cakupan persalinan nakes di tahun yang akan
datang. Data terakhir dari dinas kesehatan sendiri selama tahun 2009 Cakupan persalinan Nakes
di Kota Kupang adalah 82%. Angka yang masih menjadi tantangan bagi semua pihak khususnya
para penggiat kemitran bidan dan dukun. (Nug)

Anda mungkin juga menyukai