Anda di halaman 1dari 6

Definisi Gender

Gender itu berasal dari bahasa latin "genus" yang berarti jenis atau

tipe. Menurut Ilmu Sosiologi dan Antropologi, gender merupakan perilaku atau
pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikontruksikan atau
dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender adalah
sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang
dibentuk secara sosial maupun budaya.

Dalam masa awal kata gender dianggap sama dengan jenis kelamin. Namun
seiring dengan perkembangannya gender mengalami perluasana makna dan
hakekatnya tetap mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dan
segi fungsi, atau perlakuan yang diberikan oleh masyarakat umum
secara turun temurun.

Menurut Fakih (2008) konsep gender perlu dibedakan dengan konsep seks (jenis
kelamin). Jenis kelamin merupakan pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jesnis kelamin tertentu, menurut
Sukawati (2014) jenis kelamin merupakan ciri biologis-anatomis khususnya yang
menyangkut dengan sistem repsoduksi dan hormonal, yang diikuti dengan
karakteristik fisiologi tubuh, yang menentukan seseorang laki-laki atau perempuan.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa gender merupakan perbedaan yang


dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang berasal dari bentukan sosial atau
budaya termasuk di dalamnya fungsi, ruang lingkup, peran, perilaku, tugas, hak dan
fungsi. Seks merupakan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dilihat dari
sisi biologinya.

Konsep perbedaan gender di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal


diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial
dan kultural melalui ajaran kegamaan ataupun negara menurut Fakih (1999). Gender
dianggap menjadi ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa
dibah lagi sehingga perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki
dan perempuan. Hal ini yang melatarbelakangi perbedaan gender yang melekat pada
keduanya. Menurut Jane Sanders (2002) laki-laki identik dengan agresif dan kuat,
memiliki jiwa pemimpin, ringkas dan fokus, dan mandiri. Sedangkan perempuan
identik dengan lemah, menghindari konflik, detail, dan intuitif.

Definisi Diskriminasi Gender

Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap


individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras,
agama,umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi juga terjadi
dalam peran gender. Sebenarnya inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda.
Akibat pelekatan sifat-sifat gender tersebut, timbul masalah ketidakadilan
(diskriminasi) gender.

Diskriminasi gender sering terjadi terutama di masyarakat yang menganut sistem


pathriarki. Sistem tersebut merupakan keadaan masyarakat yang menempatkan
laki-laki pada kedudukan yang lebih tinggi daripada perempuan.

Perbedaan gender yang ada di masyarakat tentunya menjadi masalah ketika


terjadinya ketidakadilan gender. Manifestasi ketidakadilan gender ialah
pembentukkan stereotype, kekerasan, beban kerja tidak seimbang, hambatan tidak
penting dalam pengambilan keputusan politik, dan pemiskinan ekonomi.

Ketidakadilan gender dianggap menjadi hal yang lumrah dan diterima pada
masyarakat. Salah satu bentuk ketidakadilan gender ialah laki-laki memiliki peran
utama sebagai pencari nafkah rumah tangga sekaligus memainkan peranan yang
cukup penting dalam menciptakan reproduksi pekerjaan yang tidak berbayar dalam
ruaang domestik yang umumnya dikaitkan dengan fungsi biologi perempuan sebagai
perawat keluarga. Secara kemasyarakatan peran ini diadopsi juga dalam kaitan
tanggung jawab peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini terjadi
ketidakadilan suumber daya laki-laki dan perempuan dalam hal menjalankan
tanggung jawab, pengupahan, dan pengakuan terhadap kontribusi masing-masing
(Kabeer, 2005).

.
Hubungan antara Faktor Sosial-Budaya dan Konsep Gender

1. Peran gender

Adanya peran ganda perempuan yang sering merugikan kesehatannya, misal:


ketika hamil, melahirkan, dan menyusui tetap harus bekerja mencari tambahan

2. Jenis kelamin

Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan berbeda, misal: kanker
cerviks hanya terjadi pada perempuan, kanker prostat hanya pada laki-laki.

3. Kesetaraan gender

Kodrat hamil dan melahirkan menyebabkan perempuan memerlukan pelayanan


kesehatan reproduksi yang berbeda dengan laki-laki, sehingga akses terhadap
yankespro yang berkualitas sepanjang siklus hidup perempuan sangat
menentukan dibanding laki-laki

4. Jenis kelamin dan peran gender

Dalam kehidupan sosial-ekonomi-budaya jenis kelamin dan peran gender bisa


meningkatkan risiko terhadap berbagai penyakit, isal HIV/AIDS, suami yang
bekerja di luar rumah dan berperilaku seks risiko tinggi sehingga istri dapat
tertular.

5. Bias gender dan patriarkhi

Umumnya pelaku kekerasan dalam ruang tangga adalah laki-laki yyang


merefleksikan bias gender dan patriarkhi berupa keinginan menunjukkan
maskulinitas, dominasi serta memaksa kekuasaan dan kendalinya terhadap
perempuan. Sehingga kekerasan terhadpa perempuan sering disebut ‘kekerasan
berbasis gender’.

Hambatan Sosial Budaya yang Mempengaruhi Peran Gender Perempuan

1. Status Sosial

Status gender perempuan terutama yang berkaita dengan proses


pendidikan, kesehatan, dan posisi dalam proses pengambilan
keputusan umumnya memberikan dampak tertentu terhadap
produktivitas mereka. Rumpang lebar yang terjadi antara
pencapaian pendidikan laki-laki dan perempuan, disertai kenyataan
bahwa perempuan secara umum kurang memperoleh akses yang sama

terhadap sumber daya pendidikan dan pelatihan telah menciptakan


konsekuensi kritis terhadap perempuan dalam peran produktif dan
reproduktif mereka.

2. Hambatan Memperoleh Pekerjaan

Peluang gender tertentu guna memperoleh pekerjaan sering


dihubungkan dengan norma tradisional. Pada umumnya pekerjaan
gender perempuan dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga.
Pekerjaan gender perempuan juga sering diilai berkarakter rendah,
bersifat marginal, dan mudah disingkirkan. Selain itu gender
perempuan menghadapi hambatan mobilitas relatif. Dalam hal ini
perempuan seringkali enggan bekerja jauh secara fisik, karena mereka diharapkan
selalu berada dekat dengan anak-anaknya.

3. Status Pekerjaan

Sering terjadi pembedaan posisi untuk gender yang berbeda.


Perempuan sering memperoleh posisi yang lebih rendah dari
rekannya laki-laki. Demikian juga sering terjadi imbalan yang
berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama. Dari segi teknologi,
gender tertentu seringkali mengalami lebih banyak dampak negatif dari
pada dampak positifnya.

4. Beban Pekerjaan

Kaum perempuan memiliki peran ganda yang jauh lebih banyak


dibandingkan laki-laki. Masalah mempersatukan keluarga dengan
pekerjaan bagi perempuan jauh lebih rumit dibandingkan dengan
laki-laki, karena perempuan secara tradisional selalu diasumsikan
untuk selalu berada dekat dengan anak-anaknya sepanjang hari,
sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya,
perempuan pekerja mempunyai tuntutan peran simultan dari pekerjaan dan
keluarga. Sementara laki-aki hanya mempunyai tuntutan peran sekuental.

Anda mungkin juga menyukai