DISUSUN OLEH :
Kelas :
16 Pus A
DOSEN PENGAMPU :
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………………………………. 4
B. Rumusan masalah………………………………………………………………… 5
Pembahasan
Penutup
Kesimpulan…………………………………………………………………………. 18
Daftar pustaka……………………………………………………………………………19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia kearsipan sebagai salah satu bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara tidak luput dari perubahan. Arsip yang berada di beberapa tempat pada
awalnya secara umum hanya dimaknai sebagai tumpukan kertas hasil kegiatan yang sudah
tidak digunakan lagi di mana biasanya disimpan di dalam kardus atau karung bekas, saat ini
besar tuntutan akan perubahan dari kondisi tersebut. Namun dalam kenyataannya, Arsip
Nasional hanya berperan dalam mengurus arsip statis, sedangkan kewenangan untuk
mengakses arsip dinamis tetap berada pada instansi masing-masing. Perluasan peran Arsip
Nasional baru benar-benar terjadi pada tahun 1971 dan masa ini lahir juga Undang-Undang
No. 7 Tahun 1971 tentang Pokok-Pokok Kearsipan. Awalnya dinamakan Arsip Nasional
dan berubah nama menjadi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan langsung
bertanggungjawab kepada presiden. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mulai
mengembangkan Sistem Kearsipan Nasional dengan memanfaatkan Teknologi Informasi
dan Komunikasi yang dikenal sebagai Sistem Pengelolaan Arsip berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (SIPATI). Perkembangan kearsipan nasional saat ini sudah
semakin pesat. Dalam UU No. 43 Tahun 2009 juga diatur mengenai Sistem Kearsipan
Nasional (SKN) dan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN) di mana ini merupakan
pengembangan sistem arsip yang berbasis elektronik/ digital.
Pada masa ini pula lahir Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan yang
menggantikan Undang-Undang No. 7 Tahun 1971. Perubahan besar terlihat dari pengertian
arsip, dimana dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 yang dimaksud dengan arsip
adalah naskah-naskah, sedangkan dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 arsip adalah
rekaman kegiatan dalam segala bentuk dan media. Undang-undang baru ini membawa
perubahan yang signifikan dalam dunia kearsipan di Indonesia dimana UU No. 7 Tahun
1971 lebih fokus pada Arsip stasis, sedangkan Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tidak
hanya fokus kepada arsip statis, tetapi juga kepada Arsip dinamis, jadi mulai dari awal
sampai hulu, sudah diatur dalam Undang-Undang tersebut.
ANRI saat ini dituntut untuk dapat memberikan pembinaan kepada seluruh instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah serta swasta yang memperoleh dana dari pemerintah.
Objek binaan ANRI ada sekitar 1700 (seribu tujuh ratus) yang terdiri dari unsur instansi
pemerintah pusat dan daerah, BUMN, perguruan tinggi negeri, organisasi masyarakat dan
organisasi politik.
Arsip mengalami perkembangan dari masa ke masa yang tercipta sebagai bukti
kepemilikan aset, bahan evalusi, dan bahan pengambilan keputusan meskipun arsip masih
mengalami kesulitan dalam mengelola. Peran lembaga kearsipan bukan hanya meringankan
beban dalam mengelola arsip, namun, membutuhkan oleh teamwork, dengan perencanaan-
perencanaan yang matang, pelaksanaan yang solid, dan evaluasi yang terukur. Untuk
menjalankan sistem tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang andal, sarana dan
prasarana yang memadai, dana yang mencukupi, serta adanya unit khusus yang bertugas
mengelola arsip.
B. Rumusan masalah
a) Apa pengertian arsip ?
b) Jelaskan sejarah lembaga arsip ?
c) Sebutkan evolusi rekaman informasi ?
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ARSIP
Istilah arsip bisa mengandung berbagai macam pengertian. Secara etimologis istilah
arsip dalam bahasa Belanda yaitu "archief", dan dalam bahasa Ingris disebut "arcihive",
berasal dari kata "arche" bahasa Yunani yang berarti permulaan. Kemudian dari kata
“arche" berkembang menjadi kata "ta archia" yang berarti catatan. Selanjutnya kata "ta
archia" berubah lagi menjadi kata "archeon" yang berarti "gedung pernerintahan".
Gedung yang dimaksud tersebut, juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan secara
teratur bahan-bahan arsip seperti catatan-catatan, bahan-bahan tertulis, piagam-piagam,
surat-surat, keputusan-keputusan, akte-akte, daftar-daftar, dokumen-dokumen, peta-peta,
dsb. Dalam bahasa Ingris, arsip juga sering dinyatakan dengan istilah file yang artinya
simpanan, yaitu berupa wadah, tempat, map, ordner, kotak, almari kabinet, dan
sebagainya yang dipergunakan untuk menyimpan bahan-bahan arsip, yang sering di sebut
sebagai berkas.
Ada juga istilah lain yang sering digunakan untuk menyatakan arsip, yaitu record
dan warkat. Records adalah setiap lembaran (catatan, bahan tertulis, daftar, rekaman,
dsb.), dalam bentuk atau dalam wujud apa pun yang berisi informasi atau keterangan
untuk disimpan sebagai bahan pembuktian atau pertangung jawaban atas suatu peristiwa
atau kejadian. Sedangkan warkat berasal dari bahasa Arab yang berarti surat; akan tetapi
dalam perkembangan lebih lanjut diartikan lebih luas, yaitu setiap lembaran yang berisi
keterangan yang mempunyai arti dan kegunaan. Dalam pemahaman sederhana dapat
dinyatakan bahwa arsip adalah merupakan salah satu produk kantor (office work).
Artinya, kearsipan merupakan salah satu jenis pekerjaan kantor atau pekerjaan tatausaha,
yang banyak dilakukan oleh badan-badan pemerintah, maupun badan swasta. Kearsipan
menyangkut pekerjaan yang berhubungan dengan penyimpanan warkat atau surat-surat,
dan dokumen-dokumen kantor lainnya. Kegiatan yang berhubungan dengan
penyirnpanan surat-surat dan dokumen inilah yang selanjutnya disebut kearsipan.
Kearsipan memegang peranan penting bagi kelancaran jalannya organisasi, yaitu sebagai
surnber dan pusat rekaman informasi bagi suatu organisasi.
B. SEJARAH LEMBAGA ARSIP
1. Landarchief (1892- 1942)
Lembaga kearsipan di Indonesia, seperti yang kita kenal sekarang ini, secara de
facto sudah ada sejak 28 Januari 1892, ketika Pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Landarchief. Pada tanggal tersebut dikukuhkan pula jabatan
landarchivaris yang bertanggungjawab memelihara arsip-arsip pada masa VOC
hingga masa pemerintahan Hindia Belanda untuk kepentingan administrasi dan ilmu
pengetahuan, serta membantu kelancaran pelaksanaan pemerintahan. Adapun
landarchivaris pertama adalah Mr. Jacob Anne van der Chijs yang berlangsung
hingga tahun 1905. Pengganti Mr. Jacob Anne van der Chijs adalah Dr. F. de Haan
1905 - 1992 yang hasil karya-karyanya banyak dipakai sebagai referensi bagi ahli-
ahli sejarah Indonesia. Pengganti de Haan adalah E.C. Godee Molsbergen, yang
menjabat dari tahun 1922 -1937. Pejabat landarchivaris yang terakhir pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda adalah Dr. Frans Rijndert Johan Verhoeven dari
1937 - 1942.
Masa pendudukan Jepang merupakan masa yang sepi dalam dunia kearsipan,
karena pada masa itu hampir tidak mewariskan peninggalan arsip. Oleh karena itu,
Arsip Nasional RI tidak memiliki khasanah arsip pada masa pendudukan Jepang.
Lembaga Kearsipan yang pada masa Hindia Belanda bernama Landarchief, pada
masa pendudukan Jepang berganti dengan istilah Kobunsjokan yang ditempatkan
dibawah Bunkyokyoku. Sebagaimana pegawai-pegawai Belanda lainnya, sebagian
pegawai Landarchief pun dimasukkan kamp tawanan Jepang. Meskipun demikian,
pada masa tersebut posisi Landarchief sangat penting bagi orang-orang Belanda
yang ingin mendapatkan keterangan asal-usul keturunannya. Keterangan dari arsip
tersebut diperlukan untuk membebaskan diri dari tawanan Jepang, jika mereka dapat
menunjukkan bukti turunan orang Indonesia meski bukan dari hasil pernikahan.
3. ARSIP NEGERI(1945-1947)
Secara yuridis, keberadaan lembaga kearsipan Indonesia dimulai sejak
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Namun demikian tidak
dipungkiri, bahwa keberadaan dan perkembangan Arsip Nasional RI merupakan
hasil dari pengalaman kegiatan dan organisasi kearsipan pada masa pemerintah
Kolonial Belanda (landarchief) dan produk-produk kearsipannya. Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, lembaga kearsipan (landarchief) diambil oleh
pemerintah RI dan ditempatkan dalam lingkungan Kementerian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan, dan diberi nama Arsip Negeri. Keberadaan Arsip
Negeri ini berlangsung sampai pertengahan tahun 1947 ketika pemerintah NICA
datang ke Indonesia.
4. LANDSARCHIEF(1947-1949)
Sejak Belanda melancarkan agresi militer yang pertama dan berhasil menduduki
wilayah Indonesia di tahun 1947, keberadaan Arsip Negeri diambil alih kembali oleh
pemerintah Belanda. Nama Lembaga Arsip Negeri berganti lagi menjadi
landsarchief kembali. Sebagai pimpinan landsarchief adalah Prof.W. Ph. Coolhaas
yang menjabat hingga berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan diakuinya
kedaulatan Pemerintah Republik Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949.
Setelah itu lembaga kearsipan kembali ketangan Pemerintah Republik Indonesia.
5. ARSIP NEGARA(1950-1959)
6. ARSIP NASIONAL(1959-1967)
Tahun 1967 merupakan suatu periode yang sangat penting bagi Arsip Nasional,
karena berdasarkan Keputusan Presiden 228/1967 tanggal 2 Desember1967, Arsip
Nasional ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sementara anggaran pembelanjaannya
dibebankan kepada anggaran Sekretariat Negara. Penetapan Arsip Nasional sebagai
Lembaga Pemerintah Non Departemen diperkuat melalui Surat Pimpinan MPRS No.
A.9/1/24/MPRS/1967 yang menegaskan, bahwa Arsip Nasional sebagai aparat teknis
pemerintah tidak bertentangan dengan UUD 1945, bahkan merupakan
penyempurnaan pekerjaan di bawah Presidium Kabinet. Dengan status baru tersebut,
maka pada tahun 1968 Arsip Nasional berusaha menyusun pengajuan sebagai berikut;
Sejak dilantiknya Drs. Oman Syahroni, M.Si. Tanggal 3 Juni 2003, melalui
Keputusan Presiden Nomor 74/M/2003, Menggantikan DR. Mukhlis Paeni, Arsip
Nasional Republik Indonesia mengembangkan Program Sistem Pengelolaan Arsip
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (SiPATI) yaitu aplikasi pengelolaan
arsip dinamis secara elektronik sesuai dengan trend perkembangan globalisasi
informasi dimana hampir seluruh unit di kantor Pemerintah maupun Swasta telah
menggunakan perangkat komputer. SiPATI ini telah di aplikasikan dibeberapa
instansi Pemerintah Pusat.
Pada tanggal 6 Juli 2004 Drs. Djoko Utomo, MA dilantik menjadi Kepala Arsip
Nasional Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor87/M/2004,
tanggal 21 Juni 2004. Dalam masa kepemimpinannya Djoko Utomo, sebagai Kepala
ANRI yang dibesarkan di lingkungan ANRI berusaha mewujudkan Visi dan Misi
ANRI dengan berbagai program yang benar-benar disesuaikan dengan perkembangan
globalisasi dan kebutuhan yang ada di lingkungan ANRI. Gedung layanan Publik
yang berada paling depan yang merupakan ujung tombak layanan masyarakat
direnovasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kenyamanan bagi pengunjung
yang datang. Kerjasama Nasional dan Internasional digiatkan dalam rangka
memajukan dunia kearsipan termasuk kerjasama dalam rangka pengiriman pegawai
ANRI untuk belajar di luar negeri.
2. Abad Menengah
Di Eropa Barat, tempat untuk menyimpan rekaman pemerintah disebut arsip. Hal
ini berasal dari kata archaeion yang artinya gudang. Pengertian arsip di negara-negara
Anglo-Saxon, seperti Inggris dan Australia, adalah fasilitas tempat untuk menyimpan
dan melestarikan arsip dinamis di lembaga karena arsip dinamis tersebut memiliki
nilai yang berlangsung terus-menerus. Apabila arsip dinamis tersebut berupa kertas,
penyimpanannya lebih mudah. Namun, apabila arsip itu berupa lempeng tanah liat
(tanah liat yang ditulisi, kemudian dikeringkan), tabel tanah liat diberi tanda,
kemudian disimpan secara vertikal. Apabila arsip berupa gulungan, gulungan itu
dimasukkan ke sebuah tabung. Praktik penyimpanan rekaman yang dimasukkan ke
sebuah tabung atau bumbung juga terdapat di Indonesia, misalnya di Lombok dan
Bali.
Tidak semua rekaman bernilai permanen. Ini artinya perlu disimpan sepanjang
abad. Ada rekaman yang bernilai sementara, misalnya surat utang. Kalau sudah
dibayar, surat utang tersebut mungkin nilainya akan berkurang sampai dianggap tidak
bernilai sama sekali. Contoh lain ialah surat izin tidak masuk karena alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan, pengumuman liburan mendadak, dan sejenisnya.
Rekaman semacam itu dapat dimusnahkan. Untuk menentukan jadwal kapan rekaman
akan disimpan dan kapan akan dimusnahkan, dibuatlah jadwal retensi yang artinya
jadwal penyimpanan dan pemusnahan rekaman. Jadwal retensi sudah dikenal sejak
tahun 1200. Tercatat berbagai kota-negara di Italia Utara mengeluarkan peraturan
tentang retensi dan pemusnahan berkas. Rekaman yang telah disusun menjadi satu
menurut sistem tertentu disebut berkas atau jajaran, alih bahasa dari istilah file atau
jamaknya files.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anri.go.id/detail/65-129-Sejarah-Lembaga
http://repository.ut.ac.id/3908/1/ASIP4101-M1.pdf
https://www.anri.go.id/assets/collections/files/majalah_anri_edisi_65_2015_2-568c879054d7b.pdf