Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AJI MUHAMMAD NIZAR

NIM : 1503748

HASIL PENGAMATAN BANGUNAN BAGI DAN SADAP SEKUNDER BENDUNG


CIKUNTEN 2 (CIMERAH 2) SINGAPARNA, TASIKMALAYA
1. Deskripsi Singkat
Bendung Cikunten 2 atau Cimerah 2 ini berada di desa Singasari, kecamatan Singaparna,
kabupaten Tasikmalaya. Bendung ini digunakan untuk mengairi area persawahan.

Gambar 1. Lokasi Bendung dari penampakan satelit


Setelah menyusuri jalur aliran irigasi ± 8 km dari titik start di bendung Cikunten 2, didapati
berbagai bangunan-bangunan pembawa, bangunan bagi, bangunan sadap dll. Bangunan-bangunan
air ini berfungsi untuk menunjang aliran air agar dapat sampai untuk mengairi persawahan atau
kebutuhan masyarakat lainnya.
2. Bangunan Bagi-Sadap Sekunder
Bangunan bagi sekunder membagi aliran air dari saluran primer ke saluran sekunder. Salah
satu bangunan yang diamati adalah bangunan bagi dan sadap saluran sekunder, yakni saluran
sekunder Rancabolang. Saluran sekunder Rancabolang ini mengairi area persawahan seluas 835
ha.
Gambar 2. Saluran sekunder Rancabolang

a. Bangunan Bagi Sekunder


Bangunan bagi ini terletak pada saluran primer. Idealnya bangunan bagi memiliki pintu-
pintu yang mengukur dan mengukur air yang mengalir ke berbagai saluran. Namun, dapat dilihat
di bawah ini bahwa bangunan bagi ini tidak memiliki pintu (hilang/dicuri) yang berfungsi seperti
disebutkan sebelumnya.

Gambar 3. Bangunan bagi tanpa pintu sorong.

Pada bangunan bagi juga dilengkapi dengan atap (seperti pada rumah) untuk melindungi
tuas pintu (yang seharusnya ada dibawahnya) dari hujan agar tidak mudah rusak/berkarat. Dapat
dilihat pula (gambar 3) bahwa bangunan bagi sekunder ini tidak memiliki perawatan yang
seharusnya. Mulai dari hilangnya pintu air-tuas pengangkat pintupun tidak ada. Bangunan ini
sudah seperti ditinggalkan dan tidak dirawat lagi. Dari fungsinya pun, bangunan bagi ini dapat
dikatakan tidak berfungsi lagi.
b. Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder mengambil air dari saluran primer untuk dialirkan ke saluran
sekunder dan mengairi banyak petak tersier. Seperti yang telah disebutkan di atas, saluran sekunder
ini mengairi ± 835 ha. Pintu sadap pula memiliki pintu pengatur aliran air agar debit air yang
dialirkan ke petak tersier sesuai dengan yang telah direncanakan. Namun, seperti pada bangunan
bagi, bangunan sadap sekunder ini pula memiliki beberapa masalah teknis :
1) Terdapat banyak sedimentasi di pangkal saluran sekunder (pintu bangunan sadap). Hal ini
dapat menggangu debit air yang seharusnya disadap. Bahkan dapat menyebabkan kondisi
backwater.
2) Rusaknya pintu pengatur aliran air sehingga pintu tersangkut seperti keadaan dibawah (gambar
4). Hal ini membuat air hanya dapat mengalir melalui sela-sela pintu sehingga aliran air ke
petak tersier tidak optimal.
3) Banyaknya tumbuhan liar sepanjang saluran sekunder yang membuat dimensi saluran
mengecil dan mempengaruhi aliran air.

Gambar 4. Sedimentasi pada bangunan sadap


Gambar 5. Pintu bangunan sadap yang rusak.

Sama seperti pada bangunan bagi, bangunan sadap ini tidak dirawat sehingga fungsinya
sebagai penyadap air pun tidak dapat dikatan berfungsi dengan baik.

Gambar 6. Tumbuhan liar disepanjang saluran sekunder.

Anda mungkin juga menyukai