DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………...... 1
Bab 1 Pendahulan ……………………………………………………………… 2
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………... 2
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………. 3
Bab 2 Landasan Teori ………………………………………………………….. 4
2.1 Konsep Dasar Perilaku Belajar …………………………………………… 4
Bab 3 Hasil Observasi ………………………………………………………….. 13
3.1 Subjek Penelitian …………………………………………………………. 13
3.2 Pelaksanaan Observasi ……………………………………………….…… 13
Bab 4 Pembahasan Hasil Observasi …………………………………………….. 15
4.1 Proses Pembelajaran ……………………………………………….……… 15
4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Peserta Didik …………….………... 15
4.3 Hasil Pembelajaran …………………………………………….…………. 17
4.4 Lingkungan Belajar Peserta didik …………………………….………....... 17
Bab 5 Penutupan ………………………………………………………………... 18
5.1 Kesimpulan ………………………………………………….……………. 18
5.2 Implikasi ……………………………………………………………......... 18
Daftar Pustaka …………………………………………………………….......... 20
Lampiran………………………………………………………………………… 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran
yang berada di SMKN 12 Bandung. Berdasarkan tujuan umum penelitian,
dirumuskan tujuan-tujuan khusus untuk mencapai tujuan umum, yaitu:
a. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran di SMKN 12 Bandung.
b. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar.
c. Mengetahui sejauh mana peran pendidik dalam proses pembelajaran.
d. Menanggulangi dan mengatasi masalah yang sering timbul di dalam proses
pembelajaran.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
b. Respons siswa
Hereditas dan lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses
belajar. Segi lain yang juga penting adalah respons atau tanggapan siswa. Para
siswa memberikan respons terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat
kekuatan dan tujuan. Kekuatan ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi
jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan dan motivasi. Seorang
6
c. Lingkungan Belajar
Kriteria tentang lingkungan yang menyenangkan untuk belajar merupakan
masalah yang paling mendasar dalam sistem pendidikan formal. Dialog serta
komunikasi antara anak dengan orang dewasa merupakan hal yang sangat
penting untuk meningkatkan lingkungan belajar. Goodman merekomendasikan
bahwa bimbingan orang dewasa merupakan aspek yang sangat penting dalam
pendidikan. Bruner menekankan hubungan serta bercengkrama antara orang
dewasa dengan anak merupakan stimulus (perangsang) yang utama untuk
mempermudah belajar. Coleman menunjukkan betapa kuatnya pengaruh
temansebaya terhadap aspirasi serta kegiatan para remaja. Rogers berulang-
ulang menunjukkan betapa pentingnya dialog bagi kesehatan mental dan belajar
yang efisien. Krech menyarankan bahwa aspek manusia dari pendidikan adalah
bahasa dan komunikasi. Oleh kerena itu, faktor yang penting sekali tentang
lingkungan pendidikan adalah bantuan orang dewasa, yaitu guru, dan orang tua
yang membentuk lingkungan manusia (human environment) di sekolah.
b. Belajar asosiasi
Kategori belajar yang lain adalah belajar asosiasi dimana urutan kata-kata
tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep,
atau situasi sehingga bila kita menyebut yang satu cenderung untuk ingat
kepada yang lain. Misalnya ayah berasosiasi dengan ibu, kursi dengan meja, 17
agustus 1945 berasosiasi dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Belajar asoiasi
akan dipermudah antara lain dengan mengadakan klasifikasi, menghubungkan
yyang baru dengan yang sudah diketahhui, mengadakan peninjauan kembali
dengan menekan asosiasi baru, dan menerangkan dengan model, gambar, dan
demonstrasi.
d. Belajar konseptual
Belajar konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang
situasi-situasi atau kondisi-kondisi. Contohh konsep adalah demokrasi.konsep
demokrasi juga mengenal pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab
kepada orang-orang yang berkemampuan lebih. Demokrasi menekankan
tanggung jawab untuk tindakan diri sendiri dan memandang lembaga-lembaga
sebagai pelayan orang-orang, sekurang-kurangnya dalam teori. Permufakatan
8
teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran,
membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk
menyelesaikan kegiatan.
5. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi
pikiran dan perasaanya, serta bagaimana perilakunya tersebut
berpengaruh terhadap orang lain.
2.1.6 Pola Dasar Pengajaran
Istilah “mengajar” sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari pentingnya
pendidikan dan persekolahan. Demikian jugan konsep pengajaran dikaitkan dalam
kerangka system pendidikan nasional. Ada yang merumuskan bahwa mengajar adalah
mewariskan kebudayaan nenek moyang masa lampau kepada generasi terbaru secara
turun-temurun sehingga terjadi konservasi kebudayaan. Adapula yang menyatakan
bahwa mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan kecakapan kepada
siswa.
Ada beberapa pola dasar mengajar, yakni :
a. pola berdasarkan pendekatan system yang meliputi aspek tujuan instruksional,
perilaku dasar siswa, prosedur instruksional, penilaian, dan umpan balik.
b. Pola mengajar formal step yang meliputi langkah-langkah persiapan, penyajian,
asosiasi dan perbandingan, kesimpulan, dan penerapan.
c. Pola mengajar Morrison Plan yang meliputi langkah-langkah eksplorasi,
presentasi, asimilasi, organisasi, dan resitasi.
d. Pola mengajar hubungan sekolah dan perguruan tinggi yang meliputi langkah-
langkah penyiapan masalah, periode kerja dan tahapan kulminasi.
e. Pola pengajaran unit yang terdiri atas langkah-langkah atau komponen-
komponen kegiatan pendahuluan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan
kulminasi.
11
BAB III
HASIL OBSERVASI
3.1 Subjek Penelitian
SMK Negeri 12 Bandung merupakan sekolah kejuruan yang bergerrak pada bidang
penerbangan yang memiliki 6 program/jurusan:
Pemesinan Pesawat Udara (PPU)
Bengkel (konstruksi pesawat udara)
Konstruksi badan pesawat udara
Kelistrikan pesawat udara (KPU)
Elektronik pesawat udara
Air plane
Siswa yang ada di SMK 12 kurang lebih sebanyak 1200 siswa yang terbagi menjadi
39 rombel (rombongan belajar), dari 39 rombel itu dibagi lagi menjadi 14 kelas untuk
kelas 10, 14 kelas untuk kelas 11, dan 11 kelas untuk kelas 12. 1 kelas terdiri dari 33-
34 orang. Sedangkan pendidik yang ada di SMK 12 kurang lebih sebanyak 100
pendidik. Yang terdiri dari 15-20 pendidik nonPNS dan sisanya pendidik PNS.
3.2 Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan selama dua hari dengan beberapa metode, yaitu :
3.2.1 metode pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari pertama. Objek yang diamati adalah :
o Lingkungan sekolah
o Lingkungan kelas
o Kegiatan belajar mengajar
o Kegiatan siswa di luar jam belajar
3.2.2 metode wawancara
Wawancara dilakukan pada hari pertama. Subjek yang diwawancarai adalah
guru kurikulum, wakil kesiswaan, guru BK, dan siswa.
14
a. Guru kurikulum memaparkan tentang profil sekolah dan seluk beluk system
pembelajaran yang ada di SMKN 12 Bandung serta menjelaskan tentang proses
belajar mengajar yang ada di kelas.
b. Wakil kesiswaan menjelaskan tentang perilaku siswa siswi sekolah dan
perilaku menyimpang yang biasa terjadi di lingkungan sekolah. Beliau juga
memaparkan tata tertib yang berlaku di sekolah demi untuk keamanan dan
ketertiban sekolah. Output atau lulusan dari SMK itu pun dipaparkan oleh wakil
kesiswaan.
c. Guru BK menjelaskan tentang permasalahan yang kerap terjadi pada peserta
didik serta menjadi pembimbing mereka untuk menanggulangi permaslahan
tersebut.
d. Mencari tahu bagaimana proses pembelajaran yang ada di SMKN 12 Bandung
dari sudut pandang siswa dan pendapatnya tentang permasalahan yang kerap
terjadi di kalangan pelajar.
15
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
BAB V
PENUTUPAN
5.1 KESIMPULAN
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan
peserta didik.
Proses pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua, guru, para pimpinan dan orang dewasa
lainnya dalam masyarakat, merupakan para pendidik, karena mereka minimal berperan
memberi contoh atau teledan kepada anak-anak dan remaja. Guru merupakan pendidik
formal, karena latar belakang pendidikan, kepercayaan masyarakat kepadanya serta
pengangkatannya sebagai pendidik, sedang pendidik lainnya merupakan pendidik
informal. Meskipun demikian pernanan para pendidik informal ini tidak kalah
pentingnya dengan pendidik formal.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara seseorang yang ingin
mencari ilmu dengan orang yang memiliki ilmu, dimana mereka saling membutuhkan
satu sama lain untuk mendapatkan suatu kebaikan dalam hidup. Belajar mengandung
pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku. Sedangkan mengajar ialah
membimbing kegiatan belajar dan menyampaikan pengetahuan kepada para siswa.
5.2 IMPLIKASI
Dari hasil observasi yang telah kami lakukan di SMKN 12 Bandung kami
beranggapan bahwa peranan guru sebagai pendidik memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembangunan karakter siswa-siswinya, jika guru itu bersikap baik dan
mendidik dengan cara yang baik maka akan mengahasilkan siswa-siswi yang baik pula,
ramah dan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi seperti yang dicontohkan oleh para
pendidik tersebut. Metode pembelajaran yang diterapkan di SMKN 12 Bandung
19
tersebut dapat kita jadikan teladan (sebagai calon pendidik) dengan lebih menerapkan
keaktifan siswa berbasis mandiri dengan mempelajari dan mencari solusi yang tepat
dari suatu masalah yang dihadapkan pada siswa dengan pemikiran yang kreatif, kritis,
dan inovatif namun tidak membuat siswa merasa tertekan.
20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1 Kegiatan
wawancar
dengan salah
seorang
siswa SMKN
12 Bandung.
2 Buku
panduan tata
tertib siswa
SMKN 12
Bandung.
3 Proses
kegiatan
belajar
mengajar.
22
4 Proses
kegiatan
belajar
mengajar.
5 Wawancra
dengan guru
BK tentang
permasalahan
siswa.
6 Proses
wawancara
dengan guru
BK
23
7 Wawancara
dengan Guru
pelajaran
sekaligus
wakil
Kesiswaan
SMKN 12
Bandung.