Anda di halaman 1dari 23

1

DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………...... 1
Bab 1 Pendahulan ……………………………………………………………… 2
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………... 2
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………. 3
Bab 2 Landasan Teori ………………………………………………………….. 4
2.1 Konsep Dasar Perilaku Belajar …………………………………………… 4
Bab 3 Hasil Observasi ………………………………………………………….. 13
3.1 Subjek Penelitian …………………………………………………………. 13
3.2 Pelaksanaan Observasi ……………………………………………….…… 13
Bab 4 Pembahasan Hasil Observasi …………………………………………….. 15
4.1 Proses Pembelajaran ……………………………………………….……… 15
4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Peserta Didik …………….………... 15
4.3 Hasil Pembelajaran …………………………………………….…………. 17
4.4 Lingkungan Belajar Peserta didik …………………………….………....... 17
Bab 5 Penutupan ………………………………………………………………... 18
5.1 Kesimpulan ………………………………………………….……………. 18
5.2 Implikasi ……………………………………………………………......... 18
Daftar Pustaka …………………………………………………………….......... 20
Lampiran………………………………………………………………………… 21
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara seseorang yang ingin
mencari ilmu dengan orang yang memiliki ilmu, dimana mereka saling membutuhkan
satu sama lain untuk mendapatkan suatu kebaikan dalam hidup. Untuk merubah suatu
yang buruk menjadi baik, yang tidak tahu menjadi berpengatahuan, yang salah
menjadi benar, serta yang lemah menjadi kuat. Dalam hal ini antara yang memiliki
ilmu dan yang mencari ilmu harus saling menghargai dan mengerti satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran ini yang berperan yaitu guru sebagai pendidik,
murid sebagai pelajar, serta sekolah sebagai sarana atau tempat yang paling utama
dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan lingkup dari pendidikan,
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk
mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Pendidikan yang baik ada dalam sistem pendidikannya dimana membuat
proses pembelajaran akan berjalan dan menghasilkan sebuah nilai dari proses tersebut
dengan optimal.
Lingkup dalam sistem pendidikan di sekolah meliputi kurikulum, sarana
prasarana, tata tertib sekolah, kualitas pendidik, dan manajemen sekolah. Dalam hal
ini termasuk ke dalam mata kuliah psikologi pendidikan yang perlu adanya observasi
ke sekolah dalam mengetahui proses pembelajaran di sekolah seperti lingkungan
sekolah, kegiatan belajar mengajar, psikologis peserta didik dan pendidik, serta
manajemen sekolah. Observasi ini dilaksanakan di SMK Negeri 12 Bandung.
3

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini, dirumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
a. Bagaimana proses pembelajaran yang ada di SMKN 12 Bandung ?
b. Apakah faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran?
c. Bagaimana peran pendidik dalam proses pembelajaran?
d. Apa saja masalah yang sering timbul dalam proses pembelajaran?

1.3 Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran
yang berada di SMKN 12 Bandung. Berdasarkan tujuan umum penelitian,
dirumuskan tujuan-tujuan khusus untuk mencapai tujuan umum, yaitu:
a. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran di SMKN 12 Bandung.
b. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar.
c. Mengetahui sejauh mana peran pendidik dalam proses pembelajaran.
d. Menanggulangi dan mengatasi masalah yang sering timbul di dalam proses
pembelajaran.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Perilaku Belajar


2.1.1Pengertian Belajar
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan
mendefinisikan makna belajar (learning), namun baik secara eksplisit maupun secara
implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun
konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Hilgard, 1984:4;
Whiterington, 1952:163; Sartain, 1958:299: Crow and Crow, 1956:225; Sniker,
1958:199; Lidgren, 1960:94; Morgan, 1961:187; Di Vesta and Thompson, 1970:111;
Gage and Berliner, 1975:86; and Lefrancois, 1975:356)

2.1.2 Beberapa Karakteristik Perilaku Belajar


Ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya :
a) bahwa perubahan intensional,dalam artian pengalaman atau praktik atau latihan
itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan;
dengan demukian, perubahan karena kemantapan dan kematangan atau
keletihan aau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil
belajar.
b) Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan atau
kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun dari segi guru.
c) Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna
tertentu bagi pelajar itu relative tetap dan setiap saat diperlukan dapat
direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah, baik dalam
ujian, ulangan dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka memepertahankan kelangsungan
hidupnya.
5

2.1.3 Hakikat Proses Belajar


Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan
cita-cita.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan
perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat
dan pribadi secara lebih lengkap.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan di atas, Hilgard
dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui
aktifitas, praktek, dan pengalaman.
a. Aspek jasmaniah Belajar
Ada aspek fisik yang tidak boleh diabaikan oleh para guru, antara lain
penglihatan dan pendengaran. Faktor biokimia mempengaruhi sejumlah energi
yang dapat berhubungan dengan belajar, dan juga mempengaruhi kesenangan
dan kepuasan yang diperoleh individu dari perbuatan belajar. Pengaruh-
pengaruh itu banyak berhubungan dengan orientasikepribadian apakah kita
senang atau tidak senang dalam proses belajar-mengajar.
Belajar bergantung pada kemampuan menyimpan tanggapan-tanggapan dan
plastisitas sistem saraf pusat. Penemuan-penemuan terakhir di laboratorium
psikologis mengemukakan bahawa abilitas mental dan saraf pusat untuk
menyimpan tanggapan-tanggapan merupakan fungsi-fungsi enzim, kegiatan
asam ribonucleic (RNA), dan makanan sel-sel otak.

b. Respons siswa
Hereditas dan lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses
belajar. Segi lain yang juga penting adalah respons atau tanggapan siswa. Para
siswa memberikan respons terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat
kekuatan dan tujuan. Kekuatan ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi
jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan dan motivasi. Seorang
6

mungkin memandang bahwa keberhasilandalam bidang akademis akan


menempatkannya dalam posisi yang berprestasi atau kepemimpinan. Anak lain
mungkin memandang sukses akademis ini sebagai siakp tunduk pada figur
penguasa yang ditentangnya. Mengajar yang efektif, yang secara kultural
berbeda, haruseliputi keterampilan untuk melihat dunia beserta oarang-
orangnya dari segi pandangan anak.

c. Lingkungan Belajar
Kriteria tentang lingkungan yang menyenangkan untuk belajar merupakan
masalah yang paling mendasar dalam sistem pendidikan formal. Dialog serta
komunikasi antara anak dengan orang dewasa merupakan hal yang sangat
penting untuk meningkatkan lingkungan belajar. Goodman merekomendasikan
bahwa bimbingan orang dewasa merupakan aspek yang sangat penting dalam
pendidikan. Bruner menekankan hubungan serta bercengkrama antara orang
dewasa dengan anak merupakan stimulus (perangsang) yang utama untuk
mempermudah belajar. Coleman menunjukkan betapa kuatnya pengaruh
temansebaya terhadap aspirasi serta kegiatan para remaja. Rogers berulang-
ulang menunjukkan betapa pentingnya dialog bagi kesehatan mental dan belajar
yang efisien. Krech menyarankan bahwa aspek manusia dari pendidikan adalah
bahasa dan komunikasi. Oleh kerena itu, faktor yang penting sekali tentang
lingkungan pendidikan adalah bantuan orang dewasa, yaitu guru, dan orang tua
yang membentuk lingkungan manusia (human environment) di sekolah.

2.1.4 Kategori Belajar


a. Keterampilan sensimotor
Salah satu kategori belajar adala keterampilan-keterampilan sensorimotor,
yaitu tindakan-tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain
yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling
mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda, menari.
7

b. Belajar asosiasi
Kategori belajar yang lain adalah belajar asosiasi dimana urutan kata-kata
tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep,
atau situasi sehingga bila kita menyebut yang satu cenderung untuk ingat
kepada yang lain. Misalnya ayah berasosiasi dengan ibu, kursi dengan meja, 17
agustus 1945 berasosiasi dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Belajar asoiasi
akan dipermudah antara lain dengan mengadakan klasifikasi, menghubungkan
yyang baru dengan yang sudah diketahhui, mengadakan peninjauan kembali
dengan menekan asosiasi baru, dan menerangkan dengan model, gambar, dan
demonstrasi.

c. Keterampilan Pengamatan Motoris


Kategori belajar ini menggabungkan belajarbelajar sensimotor dengan belajar
asosiasi. Sebagai contoh ialah mengetik di mana jari yang sama digunakan
secara tetap untuk mengetuk huruf tertentu, tetapi urutan huruf dan jaraknya
bergantung pada apa yang sedang ditik. Keterampilan ini bergantung pada
asosiasi. Guru dapat menolong belajar golongan ini dengan cara mengawasi
terbentuknya keterampilan sensorimotor, dengan menjelaskan pemahaman
tentang asosiasi-asosiasi yang harus dibentuk, dengan bergerak secara tenang
dan lambatsehingga tidak terjadi saling mengganggu dengan gerakan-gerakan
terdahulu atau dengan latihan (drill) dalam berbagai situasi.

d. Belajar konseptual
Belajar konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang
situasi-situasi atau kondisi-kondisi. Contohh konsep adalah demokrasi.konsep
demokrasi juga mengenal pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab
kepada orang-orang yang berkemampuan lebih. Demokrasi menekankan
tanggung jawab untuk tindakan diri sendiri dan memandang lembaga-lembaga
sebagai pelayan orang-orang, sekurang-kurangnya dalam teori. Permufakatan
8

bersama, kerjasama secara sukarela, kesetiaan terhadap kebenaran, dan


kebebasan mengembangkan individu adalah aspek-aspek konsep demokrasi.

e. Cita-cita dan Sikap


Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang ditelitidengan penuh perhatian. Suatu
masalah dunia yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yang
berbeda memiliki saling pengertianantara yang satu dengan yang lainnya.
Masalah sikap antara lain berhubaungan dengan masalah senang dan
tidak senang yang biasanya berhubungan dengan kontak-kontak pertama
dengan orang atau objek tertentu dalam situasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Apabila kontak pertama menyenangkan, maka responnya
menyenangi, menerima, dan berusaha untuk mengadakan kontak lebih lama.
Alasan mengapa ada kesenangan atau ketidaksengan di dalam masyarakat ialah
setiap masyarakatcenderung untuk menciptakan suasana emosianal di sekitar
situasi-situsi tertentu.

f. Belajar Memecakan Masalah


Pemecahan masalah dipandangoleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi
dari belajar karena respons tidak bergantung hanya pada asosiasi masa lalu dan
conditioning, tetapi bergantungpada kemampuan manipulasi ide-ide yang
abstrak, menggunkan aspek-aspek dan perubahan-perubahan dari belajar
terdahulu, melihat perbedaan-perbedaan yang kecil, dan memproyeksikan diri
snediri ke masayang akan datang. Pemecahan masalah membutuhkan kreasi,
dan bukan pengulangan, dari respons-resppons apabila situasi yang timbul
sedemikian kompleksnya sehingga inisiatif dan sintetis mental diperlukan
untuk menesuaikan diri terhadap situasi itu.
Guru dapat mempermudah belajar memecahkan masalah dengan
berbagai cara, antara lain dengan membekali anak dengan pengalaman yang
luas. Karena langkah pertama dalam pemecahan masalah adalah pengenalan
9

masalah, maka masalah-masalah yang harus dipecahkan itu hendaknya


disusaikan dengan tingkat kematangan para siswa. Hal ini mengandung
pengertian bahwa guru harus mengambil maslah dari pengalaman hidup anak-
anak. Apabila para siswa sering diberi kesempatan untuk ikut serta dalm
kehidupan sekolah dan masyarrakat, maka tersedialah bagi mereka kesempatan
yang sangat baik untuk melatih kemampuan memecahkan masalah.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar


1. Motivasi
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
2. Sikap
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu
berbeda satu sama lain. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu
kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada
situasi yang tepat.
3. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suaru hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri.
Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal alinnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
4. Kebiasaan belajar
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar
secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan
bersifat otomatis. Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau
10

teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran,
membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk
menyelesaikan kegiatan.
5. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi
pikiran dan perasaanya, serta bagaimana perilakunya tersebut
berpengaruh terhadap orang lain.
2.1.6 Pola Dasar Pengajaran
Istilah “mengajar” sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari pentingnya
pendidikan dan persekolahan. Demikian jugan konsep pengajaran dikaitkan dalam
kerangka system pendidikan nasional. Ada yang merumuskan bahwa mengajar adalah
mewariskan kebudayaan nenek moyang masa lampau kepada generasi terbaru secara
turun-temurun sehingga terjadi konservasi kebudayaan. Adapula yang menyatakan
bahwa mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan kecakapan kepada
siswa.
Ada beberapa pola dasar mengajar, yakni :
a. pola berdasarkan pendekatan system yang meliputi aspek tujuan instruksional,
perilaku dasar siswa, prosedur instruksional, penilaian, dan umpan balik.
b. Pola mengajar formal step yang meliputi langkah-langkah persiapan, penyajian,
asosiasi dan perbandingan, kesimpulan, dan penerapan.
c. Pola mengajar Morrison Plan yang meliputi langkah-langkah eksplorasi,
presentasi, asimilasi, organisasi, dan resitasi.
d. Pola mengajar hubungan sekolah dan perguruan tinggi yang meliputi langkah-
langkah penyiapan masalah, periode kerja dan tahapan kulminasi.
e. Pola pengajaran unit yang terdiri atas langkah-langkah atau komponen-
komponen kegiatan pendahuluan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan
kulminasi.
11

2.1.7 Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing


1. Guru sebagai pengajar
Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah ialah
memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak
didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu. Melalui bidang pendidikan, guru
mempengaruhi sebagai aspek kehidupan, baik social, budaya, maupun
ekonomi.
2. Guru sebagai pembimbing
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Peran guru sebagai pembimbing :
a. Mengumpulkan data tentang siswa
b. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari – hari
c. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara
individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian
tentang pendidikan anak
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga – lembaga lainnya untuk
membantu memecahkan masalah siswa
f. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
h. Bekerja sama dengan petugas – petugas bimbingan lainnya untuk
membantu memecahkan masalah para siswa
i. Menyusun program bimbingan sekolah bersama – sama dengan petugas
bimbingan lainnya.
j. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Jadi peran guru sebagai pengajar dan pembimbing, diantara keduanya
saling berkaitan. Dengan kata lain, kedua peran tersebut dilaksanakan secara
12

berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan merupakan


keterpaduan. Kedua bentuk peran itu berbeda, tetapi menjadi satu.
13

BAB III
HASIL OBSERVASI
3.1 Subjek Penelitian
SMK Negeri 12 Bandung merupakan sekolah kejuruan yang bergerrak pada bidang
penerbangan yang memiliki 6 program/jurusan:
 Pemesinan Pesawat Udara (PPU)
 Bengkel (konstruksi pesawat udara)
 Konstruksi badan pesawat udara
 Kelistrikan pesawat udara (KPU)
 Elektronik pesawat udara
 Air plane
Siswa yang ada di SMK 12 kurang lebih sebanyak 1200 siswa yang terbagi menjadi
39 rombel (rombongan belajar), dari 39 rombel itu dibagi lagi menjadi 14 kelas untuk
kelas 10, 14 kelas untuk kelas 11, dan 11 kelas untuk kelas 12. 1 kelas terdiri dari 33-
34 orang. Sedangkan pendidik yang ada di SMK 12 kurang lebih sebanyak 100
pendidik. Yang terdiri dari 15-20 pendidik nonPNS dan sisanya pendidik PNS.
3.2 Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan selama dua hari dengan beberapa metode, yaitu :
3.2.1 metode pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari pertama. Objek yang diamati adalah :
o Lingkungan sekolah
o Lingkungan kelas
o Kegiatan belajar mengajar
o Kegiatan siswa di luar jam belajar
3.2.2 metode wawancara
Wawancara dilakukan pada hari pertama. Subjek yang diwawancarai adalah
guru kurikulum, wakil kesiswaan, guru BK, dan siswa.
14

a. Guru kurikulum memaparkan tentang profil sekolah dan seluk beluk system
pembelajaran yang ada di SMKN 12 Bandung serta menjelaskan tentang proses
belajar mengajar yang ada di kelas.
b. Wakil kesiswaan menjelaskan tentang perilaku siswa siswi sekolah dan
perilaku menyimpang yang biasa terjadi di lingkungan sekolah. Beliau juga
memaparkan tata tertib yang berlaku di sekolah demi untuk keamanan dan
ketertiban sekolah. Output atau lulusan dari SMK itu pun dipaparkan oleh wakil
kesiswaan.
c. Guru BK menjelaskan tentang permasalahan yang kerap terjadi pada peserta
didik serta menjadi pembimbing mereka untuk menanggulangi permaslahan
tersebut.
d. Mencari tahu bagaimana proses pembelajaran yang ada di SMKN 12 Bandung
dari sudut pandang siswa dan pendapatnya tentang permasalahan yang kerap
terjadi di kalangan pelajar.
15

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI

4.1 Proses Pembelajaran


Proses belajar yang berjalan di sekolah ini mengikuti system kurikulum 2013.
Kegiatannya relative sama dengan sekolah menengah lain. Siswa diajarkan teori-teori
tentang berbagai ilmu pengetahuan sebelum mereka mngerjakan tugas praktek (basis
dari sekolah menengah kejuruan). KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tentunya harus
ditunjang oleh media (sarana dan prasana) yang memadai. Walaupun dapat dikatakan
cukup, kurangnya beberapa media pembelajaran di sekolah ini cukup menghambat
proses pembelajaran, misalnya tidak semua mesin untuk praktek bisa dioperasikan
sebagai media pembelajaran. Selain dari terkendalanya media belajar, SDM (Sumber
Daya Manusia) dalam kasus ini adalah guru/pendidik yang kurang cakap dalam
mengajar (kurikulum 2013) juga memicu ketidakselarasan antara pengajaran dan bahan
ajar itu sendiri. Bahasa dan komunikasi antara para peserta didik dan guru juga
mempengaruhi proses belajar-mengajar. Contohnya ada beberapa siswa smk 12 yang
berasal dari luar Bandung yang masih belum mengerti Bahasa daearah bandung yaitu
sunda. Tetapi, sebagian pengajar masih menggunakan Bahasa daerah tersebut dan
mengakibatkan peserta didik yang berasal dari luar bandung itu kurang mengerti apa
yang pengajar itu ajarkan.
KBM di SMK lebih mengutamakan pada pengajaran praktis. Namun sebelum
itu, siswa diberikan teori-teori terlebih dahulu. Metode praktek yang diajarkan guru
sendiri diawali dengan demonstrasi yang kemudian diikuti oleh siswa hingga siswa
hingga siswa menguasai apa-apa yang harus dipelajari.

4.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku peserta didik


Seperti halnya sekolah-sekolah yang lain SMK ini juga memiliki beberapa
masalah yang klise. Meskipun sebagian besar siswa-siswa telah mengerti mana yang
baik dan mana yang tidak baik untuk mereka, pasti akan tetap ada beberapa siswa yang
16

memiki masalah, seperti ; kenakalan remaja, masalah kedisiplinan, perkelahian, dan


lain-lain. Berikut beberapa factor yang mempengaruhi perilaku pada peserta didik:
a) Keadaan keluarga
Keluarga adalah faktor utama dalam pembentukan karakteristik seorang anak,
sesuai dengan istilah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, seorang anak yang
baik pasti berasal dari orang tua yang baik, begitu pula sebaliknya. Juga keadaan
keluarga yang tidak harmonis (broken home) dapat mempengaruhi mental anak
(peserta didik) dan dapat mengakibatkan anak mencari perhatian di sekolah karena
kurangnya perhatian oleh orang tua mereka. Mereka bisa saja membuat masalah di
sekolah atau di tempat lain. Hal ini dapat menggangu kegiatan anak dalam belajar
dan perlu ditangani dengan benar oleh orang tua maupun berbagai pihak yang
terlibat.
b) Pergaulan/pengaruh teman sebaya
faktor terpenting lainnya adalah pergaulan, sikap seseorang juga terpengaruhi
oleh kelompok bermainnya. Karena pergaulan bisa membawa pengaruh terbesar
selain keluarga. Bila salah seorang siswa bergaul dengan anak-anak yang rajin dan
berperilaku baik, maka anak tersebut akan ikut menjadi baik pula, berlaku
sebaliknya, bila seorang anak bergaul dengan anaka yang berperilaku buruk, maka
ia tentu akan ikut terjerumus pula. Sehingga proses pembelajaran pun tidak akan
berjalan dengan baik.
c) Pengaruh lingkungan
Sama seperti factor-faktor lainnya, pengaruh lingkungan juga
merupakan factor yang menentukan karakteristik anak. Dia akan mengikuti
bagaimana sisitem yang berada dilingkungannya. Bila lingkungannya buruk,
tentu sang anak akan beradaptasi dan perlahan menjadi bagian dari system itu
(lingkungan buruk). Begitupun sebaliknya.
17

d) Rasa ingin tahu


Sikap ingin tahu ini sangat sulit untuk dihindari karena sikap ingin tahu
ini tidak akan tahu jika seorang anak itu mencobanya. Namun factor ini sangat
di pengaruhi oleh kelompok bermain dan lingkungan di sekitarnya.

4.3 Hasil Pembelajaran


SMK12 menghasilkan lulusan-lulusan yang mampu bersaing didalam dunia
pendidikan maupun didalam dunia kerja , proses belajar yang diterapkan oleh SMK12
menjadikan siswa-siswinya menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas
dan mandiri. Karena SMK berbasis penerbangan tentunya siswa lulusan SMK banyak
yang ditarik oleh bermacam-macam perusahaan yang berleber penerbangan. Namun,
bagi mereka yang ingin meneruskan pendidikan mereka ketingkat yang lebih tinggi
mereka memiliki kesempatan yang sama besar dengan siswa-siswi SMA.

4.4 Lingkungan Belajar Peserta Didik


Lingkungan merupakan faktor yang tidak kalah penting untuk menunjang proses
belajar mengajar disekolah , lingkungan yang bersih dan nyaman dapat meningkatkan
konsentrasi dan keefektifitasan belajar. SMK12 memiliki lingkungan yang cukup
bersih dan nyaman bagi siswa-siswinya. Namun, ada beberapa kendala yang dapat
menghambat kegiatan belajar mengajar, seperti suara pesawat terbang yang biasa
melintas tepat diatas SMK12, dimana suara tersebut cukup mengganggu / menghambat
proses belajar mengajar.
18

BAB V
PENUTUPAN
5.1 KESIMPULAN
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan
peserta didik.
Proses pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua, guru, para pimpinan dan orang dewasa
lainnya dalam masyarakat, merupakan para pendidik, karena mereka minimal berperan
memberi contoh atau teledan kepada anak-anak dan remaja. Guru merupakan pendidik
formal, karena latar belakang pendidikan, kepercayaan masyarakat kepadanya serta
pengangkatannya sebagai pendidik, sedang pendidik lainnya merupakan pendidik
informal. Meskipun demikian pernanan para pendidik informal ini tidak kalah
pentingnya dengan pendidik formal.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara seseorang yang ingin
mencari ilmu dengan orang yang memiliki ilmu, dimana mereka saling membutuhkan
satu sama lain untuk mendapatkan suatu kebaikan dalam hidup. Belajar mengandung
pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku. Sedangkan mengajar ialah
membimbing kegiatan belajar dan menyampaikan pengetahuan kepada para siswa.

5.2 IMPLIKASI
Dari hasil observasi yang telah kami lakukan di SMKN 12 Bandung kami
beranggapan bahwa peranan guru sebagai pendidik memiliki peranan yang sangat
penting dalam pembangunan karakter siswa-siswinya, jika guru itu bersikap baik dan
mendidik dengan cara yang baik maka akan mengahasilkan siswa-siswi yang baik pula,
ramah dan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi seperti yang dicontohkan oleh para
pendidik tersebut. Metode pembelajaran yang diterapkan di SMKN 12 Bandung
19

tersebut dapat kita jadikan teladan (sebagai calon pendidik) dengan lebih menerapkan
keaktifan siswa berbasis mandiri dengan mempelajari dan mencari solusi yang tepat
dari suatu masalah yang dihadapkan pada siswa dengan pemikiran yang kreatif, kritis,
dan inovatif namun tidak membuat siswa merasa tertekan.
20

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. (2012).Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Djali. (2013). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Makmun, Syamsuddin Abin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem


Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Syaodih Nana. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.
21

LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1 Kegiatan
wawancar
dengan salah
seorang
siswa SMKN
12 Bandung.

2 Buku
panduan tata
tertib siswa
SMKN 12
Bandung.

3 Proses
kegiatan
belajar
mengajar.
22

4 Proses
kegiatan
belajar
mengajar.

5 Wawancra
dengan guru
BK tentang
permasalahan
siswa.

6 Proses
wawancara
dengan guru
BK
23

7 Wawancara
dengan Guru
pelajaran
sekaligus
wakil
Kesiswaan
SMKN 12
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai