Anda di halaman 1dari 156

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

RENCANA KERJA
DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS (RKS TEKNIS)

Nama Kegiatan : Penataan Bangunan dan Lingkungan

Nama Kegiatan : Penyusunan DED Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh


Kelurahan Semanggi RW 23

Lokasi Pekerjaan : Kelurahan Semanggi 23

Tahun Anggaran : 2019

1
SPESIFIKASI TEKNIS

DAFTAR ISI

Halaman

I. Spesifikasi Teknis Umum . .............................................................................. ST - 1


II. Pekerjaan Tanah ............................................................................................. ST - 12
III. Pekerjaan Beton .............................................................................................. ST - 13
IV. Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran ............................................................. ST - 31
V. Pekerjaan Kayu ............................................................................................... ST - 33
VI. Pekerjaan Drainase ........................................................................................ ST - 36
VII. Pekerjaan Pelapis Dinding dan Lantai ........................................................ ST - 49
VIII. Pekerjaan Pengecatan ................................................................................... ST - 51
IX. Pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Kotor ............................................... ST - 52
X. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal ............................................................. ST - 53
XI. Pekerjaan Vegetasi .......................................................................................... ST - 56
XII. Pekerjaan Pembersihan ................................................................................... ST - 58
XIII Penutup ............................................................................................................ ST - 59

ST - i
I. SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

1. Pendahuluan
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama
dengan gambar-gambar yang keduanya bersama-sama menguraikan pekerjaan
yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh
peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang
diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.
Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus
dipakai, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan
maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material
tersebut dijumpai.

2. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan akan ditunjukan oleh direksi dan dapat dilihat pada gambar-
gambar rencana terlampir.

3. Ruang Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, BOQ dan
penjelasan-penjelasan tambahan lainnya yang diberikan.
Secara garis besar lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
- Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya,
untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud didalam keseluruhan
pekerjaan ini.
- Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-
bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan dengan hasil baik.
- Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam tapak daerah
pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dan setelah pembangunan

4. Perijinan
Setelah kontraktor ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi lain
yang berwenang, maka kontraktor yang bersangkutan harus menyelesaikan
perijinan tersebut. Direksi, dalam batas-batas kewenangannya, akan membantu
untuk menyiapkan surat-surat resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan untuk
perijinan tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor.
Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang
diperlukan belum diperoleh.
Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material
yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut
akan memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih
dahulu harus didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya.

ST - 2
5. Pekerjaan Sementara
Jalan masuk ke lokasi, termasuk pada sarana pelengkap lain seperti jembatan
darurat dan sebagainya, yang bersifat sementara harus disiapkan oleh kontraktor.
Jika diperlukan jembatan-jembatan darurat maka kontraktor harus
merencanakannya dengan lebar minimal 3,50 meter dari kayu yang cukup kuat
untuk menahan muatan gandar 5 ton, atau dengan perencanaan yang disetujui
oleh pihak direksi. Kontraktor wajib memelihara sarana tersebut dan semua biaya
yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor.
Pada akhir pekerjaan, atas perintah direksi, segala sarana tersebut kalau tidak
dipergunakan lagi harus dibongkar, dirapihkan kembali seperti keadaan semula
atau seperti yang disyaratkan oleh direksi.
Kontraktor harus membuat saluran-saluran untuk pembuangan semua air bekas
dan sisa buangan dari pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan sementara, yang
ditimbulkan dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak lingkungan
setempat dan tidak mengganggu pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap tanah atau saluran / anak sungai dimana air bekas dan sisa buangan
akan dibuang.

6. Penyediaan Air, Tenaga Listrik dan Lampu Penerangan


Alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh
kontraktor, termasuk penyediaan peralatan dan perpipaan sementara untuk
mengangkut air ke lokasi pekerjaan, sehingga tidak mempengaruhi lancarnya
pekerjaan. Biaya untuk keperluan tersebut menjadi tanggungan kontraktor.
Kualitas air yang disyaratkan ditentukan pada bagian lain dari spesifikasi teknis ini.
Tenaga listrik yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan
sendiri oleh kontraktor dengan jenis dan kapasitas yang sesuai dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dan harus ada persetujuan dari direksi. Penyediaan tenaga
listrik tersebut termasuk pula kabel-kabel, alat-alat pengukur serta fasilitas
pengaman yang diperlukan dan lampu-lampu penerangan untuk menjamin
lancarnya pelaksanaan pekerjaan.

7. Gambar Kerja
Gambar-gambar rencana untuk pekerjaan ini akan diberikan kepada kontraktor
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen kontrak. Gambar-
gambar tersebut adalah gambar-gambar yang paling akhir setelah diadakan
perubahan-perubahan dan merupakan patokan bagi pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi yang berhubungan dengan hal tersebut.
Tidak dibenarnya untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar
rencana dan spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan,
perbedaan dan hal-hal lain yang meragukan, kontraktor harus mengajukannya
kepada direksi secara tertulis, dan direksi akan mengoreksi atau menjelaskan
gambar-gambar tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam
spesifikasi teknis. Koreksi akibat penyimpangan keadaan lapangan terhadap
gambar rencana akan ditentukan oleh direksi dan disampaikan secara tertulis
kepada kontraktor.

ST - 3
Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak direksi sebanyak 3 (tiga)
rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan gambar
tersebut.
Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan.
Gambar-gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan
merupakan hasil revisi terakhir. Kontraktor juga harus menyiapkan gambar-
gambar yang menunjukan perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja.
Semua biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.

8. Ukuran - Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada
gambar rencana. Ukuran-ukuran dalam gambar rencana pada dasarnya adalah
ukuran jadi, seperti keadaan selesai. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum didalam gambar rencana dan
pelaksanaan/dokumen kontrak tanpa sepengetahuan Pengawas/Pemberi Tugas.

9. Peralatan
Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus
disediakan oleh kontraktor. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, kontraktor
harus mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
tahap pekerjaan tersebut. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan
peralatan pekerjaan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan
dari direksi. Tanpa persetujuan direksi, kontraktor tidak diperbolehkan untuk
memindahkan peralatan yang diperlukan dari lokasi pekerjaan.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau
diganti hingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai.

10. Penyediaan Material


Kontraktor harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan
dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain
didalam dokumen kontrak.
Untuk material-material yang disediakan oleh direksi, kontraktor harus
mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan.
Kontraktor harus memeriksa dahulu material-material tersebut dan harus
bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Kontraktor
harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat oleh cara pengangkutan
yang salah atau hilang akibat kelalaian kontraktor.
Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan
harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak.
Nama produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja,
kemampuan, laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini
harus disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan oleh direksi. Bila menurut
pendapat direksi hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti
oleh kontraktor tanpa biaya tambahan.

ST - 4
Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian
rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan
memperhitungkan jadwal waktu untuk pekerjaan lainnya.

11. Syarat Bahan/Material


Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak
cacat sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang
dapat mengganggu kualitas maupun penampilan
Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara
pengambilan contoh menurut standar yang disetujui direksi. Contoh-contoh
tersebut harus menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai
pada pelaksanaan pekerjaan.
Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak
tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut.
Penawaran kontraktor harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk
pengujian material.
Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-
material dari jenis atau merk tertentu, maka kontraktor harus meminta petunjuk
direksi untuk menentukan jenis atau merk material yang baik dan diperbolehkan
untuk digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Kontraktor dapat mengganti
dengan produk atau merk lain yang sekurang-kurangnya mempunyai kualitas
yang sama dengan kualitas yang ditentukan oleh direksi.
Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus
dibawah pengawasan/supervisi Tenaga Akhli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum
dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Pengawas/Pemberi Tugas. Contoh
bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas/Direksi.
Bila dianggap perlu, Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada
kontraktor untuk membuat komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan
tertentu yang harus diperlihatkan kepada Pengawas/Pemberi Tugas untuk
mendapat persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji
sesuai dengan standard yang berlaku baik pada pembuatan, maupun pada
pelaksanaan dilapangan oleh Kontraktor.

12. Perlindungan Terhadap Cuaca


Kontraktor, atas tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi terlebih
dahulu, harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan
untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan
agar tidak rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca.

13. Lingkup Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan meliputi :
a. Mobilisasi dan demobilisasi seluruh pekerjaan, terdiri dari :
- Mobilisasi Peralatan dan Tenaga Kerja
- Pembuatan Los Kerja dan gudang bahan
- Pekerjaan pengukuran, pemasangan patok dan penentuan peil dasar (titik
referensi)

ST - 5
- Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan
- Pekerjaan perlindungan terhadap konstruksi existing
- Penyiapan jalan masuk
- Papan Nama Proyek dan rambu-rambu
b. Pelaporan dan Dokumentasi, terdiri dari :
- Pelaporan Harian dan Mingguan
- Gambar-gambar Pelaksanaan (as Built Drawing)
- Dokumentasi

14. Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah berupa penyedian/pemasukan semua
peralatan, tenaga dan perlengkapan proyek (sesuai dengan ayat 13 point a) yang
akan diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan di proyek. Setelah pekerjaan selesai,
kontraktor harus mengeluarkan kembali semua peralatan dan perlengkapan
tersebut dari lokasi pekerjaan kecuali papan nama proyek.

15. Pembuatan Los Kerja dan Gudang Bahan

Kontraktor harus membuat/menyewa Los Kerja dan Gudang Bahan. Los Kerja
diberi pintu dan jendela kaca dan dilengkapi dengan satu stel meja tulis
dilengkapi dengan buku tamu dan buku instruksi serta satu lemari untuk
penyimpanan berkas-berkas yang diperlukan.
Gudang dibuat sedemikian rupa sehingga keamanan barang-barang terjamin
keamanannya. Penyimpanan bahan PC harus sedemikian rupa agar PC tidak
mudah/lekas mengeras. Kontraktor harus memelihara kebersihan didalam
bangunan-bangunan tersebut. Bila tidak dianjurkan lain oleh Direksi/Pengawas
pada saat selesai pekerjaan, semua bangunan-bangunan tersebut diatas harus
disingkirkan dan dibersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya Kontraktor.

16. Pengukuran dan Pematokan


Kontraktor harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan dan peil
bangunan sesuai dengan gambar rencana. Titik ini selanjutnya harus dipindahkan
ke salah satu patok yang akan dijadikan titik referensi selanjutnya, yang
nantinya akan digunakan untuk mengukur kedalaman galian, peil
timbunan, dasar timbunan, dasar pondasi dan lain-lain. Titik referensi/patok ini
harus kuat dan tidak boleh berubah / terganggu selama masa pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.
Pekerjaan ini seluruhnya harus mendapat persetujuan direksi terlebih dahulu
sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi dapat melakukan revisi
pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Kontraktor harus mengerjakan
revisi tersebut sesuai dengan petunjuk direksi.
Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, kontaktor harus memberitahukan
kepada direksi sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, sehingga direksi
dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan
pengawasan.

ST - 6
Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh kontraktor untuk mendapat
persetujuan direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui direksi yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk pembayaran pekerjaan. Kontraktor wajib
menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur serta pekerja lain
yang diperlukan oleh direksi untuk melakukan pemeriksaan/pengajuan hasil
pengukuran.
Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh direksi atau dipasang sendiri
oleh kontraktor harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik oleh kontraktor.
Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan meminta
kembali persetujuan dari direksi. Bila terdapat penyimpangan dari gambar
rencana, kontraktor harus mengajukan 3 (tiga) rangkap gambar penampang dari
daerah yang dipatok tersebut. Direksi akan membubuhkan tanda tangan
persetujuan dan pendapat/revisi pada satu copy gambar tersebut dan
mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, kontaktor harus
mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar-gambar tersebut harus
dibuat pada kertas ukuran A3 agar mudah dibaca. Semua gambar-gambar yang
telah disetujui harus diserahkan kepada direksi asli dan 2 copy hasil reproduksinya.
Ukuran dan huruf yang digunakan pada gambar tersebut harus sesuai dengan
ketentuan direksi.

17. Pembongkaran dan Pembersihan sebelum Pelaksanaan


Pada prinsipnya, Kontraktor harus melaksanakan pembersihan dan perataan
dilokasi pekerjaan disekitar area yang diperlukan. Lokasi pekerjaan harus bebas
dari gangguan-gangguan yang ada seperti pohon-pohon liar, semak/belukar
dan material lain yang mengganggu termasuk permukaan tanah yang tidak
beraturan.
Apabila dilokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik/telepon,
drainase dan lain-lain yang masih berfungsi. Kontraktor diwajibkan untuk
menjaga/melindungi sarana tersebut dari kerusakan selama pekerjaan
berlangsung.
Seandainya diantara utilitas tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga
diperluka pembongkaran/pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan
terlebih dahulu oleh Kontraktor kepada Pengawas/Pemberi Tugas dan pihak
instansi yang terkait, untuk mendapatkan persetujuan.
Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan pembongkaran/pemindahan sarana
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor. Pada waktu pengajuan penawaran,
Kontraktor harus sudah memperhitungkan hal ini.
Hasil bongkaran akan dipilah-pilah oleh Direksi/Pengawas untuk menentukan
bagian mana yang harus dipasang kembali, yang harus dipindahkan
ketempat yang telah ditentukan atau yang harus dibuang keluar lokasi proyek.

18. Perlindungan terhadap Konstruksi Eksisting


Kontraktor harus mengamankan, melindungi dan menjaga semua konstruksi
eksisting yang ada disekitar tapak pekerjaan. Dalam hal dimana ditemukan
persoalan dengan jaringan utilitas eksisting, Kontraktor diwajibkan
memberitahukan kepada Pengawas dan atas sepengetahuan Pengawas, Kontraktor
menghubungi Instansi yang terkait (pemilik jaringan utilitas tersebut) untuk
mencari solusi penanganannya.

ST - 7
19. Penyiapan Jalan Masuk
Jika diperlukan pembuatan jalan masuk sementara ke lokasi proyek selama
pekerjaan berlangsung, maka hal ini harus dibicarakan sebelumnya oleh
Kontraktor kepada Direksi/Pemberi Tugas serta koordinasi dengan masyarakat.

20. Tanda-tanda/Rambu dan papan nama proyek


Ditempat-tempat yang dipandang perlu, kontraktor harus menyediakan tanda-
tanda untuk keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda tersebut harus cukup
jelas untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus
memotong/menyeberangi jalan dengan lalu lintas padat, kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan secara bertahap atau apabila dipandang perlu
dilaksanakan pada malam hari. Segala biaya untuk keperluan tersebut harus sudah
termasuk di dalam penawaran kontraktor.
Kontraktor wajib membuat papan nama proyek yang bertuliskan/berisikan
keterangan mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan (pemberi tugas, nama
kontraktor, dsb) sesuai gambar rencana.

21. Dokumentasi
Kontraktor wajib membuat dokumentasi/foto pelaksanaan pekerjaan mulai dari
kondisi eksisting (0%), 50 % dan kondisi 100 %. Hasil dokumentasi diserahkan
kepada Direksi sebanyak 2 (dua) set/album beserta negatifnya (file digital).
Pendokumentasian diusahakan diambil pada titik yang sama agar dapat
memperlihatkan proses pelaksanaan pekerjaan.

22. Program Kerja


Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus diserahkan
kepada direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan
pekerjaan dimulai.
Rencana kerja tersebut harus mencakup :
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian
pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke
lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan
dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh kontraktor.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan
disertai latar belakan pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan.

Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta
lampiran penjelasannya.

23. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan


Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila
direksi memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan
ST - 8
tersebut. Dalam keadaan apapun, kontraktor tidak dibenarkan untuk memulai
pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari direksi.
Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada
direksi sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup
untuk mempertimbangkan persetujuannya.
Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut direksi penting, harus dihadiri dan
diawasi langsung oleh direksi atau wakilnya. Pemberitahuan tentang akan
dilaksanakannya pekerjaan-pekerjaan tersebut harus sudah diterima oleh direksi
selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

24. Rapat-rapat
Apabila dipandang perlu, direksi dan/atau kontraktor dapat mengadakan rapat-
rapat dengan mengundang kontraktor dan konsultan serta pihak-pihak tertentu
yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan.
Semua hasil/risalah rapat merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi
kontraktor.

25. Prestasi Kemajuan Pekerjaan


Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang
telah diselesaikan kontraktor dan disetujui oleh direksi. Prosentase pekerjaan ini
dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah diselesaikan
terhadap nilai kontrak keseluruhan. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan
prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam
kontrak.

26. Penyelesaian Pekerjaan


Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak
diuraikan secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap
diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara
keseluruhan sesuai dengan kontrak.
Kontraktor harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara
keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil
pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, kontraktor
dengan biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil
pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh direksi.

27. Laporan-laporan
Selama periode pekerjaan di lapangan, kontraktor harus membuat laporan harian
dan laporan mingguan yang menggambarkan kemajuan pekerjaan. Laporan
tersebut harus memuat sekurang-kurangnya informasi yang mencakup :
a. Uraian mengenai kemajuan kerja yang sesungguhnya dicapai menjelang akhir
minggu.
b. Pekerjaan yang diselenggarakan pada hari itu.
c. Jumlah personil yang bertugas selama minggu tersebut.
d. Material dan barang-barang serta peralatan yang disediakan.
e. Kondisi cuaca

ST - 9
28. As Built Drawing

Apabila pekerjaan telah selesai seluruhnya dengan memuaskan, kontraktor harus


mengirimkan pada direksi atas biaya sendiri, dua eksemplar foto copy atau afdruk
dan aslinya/kalkir dari gambar terpasang (as built drawing)
As Built Drawing untuk pekerjaan perpipaan memperlihatkan jaringan perpipaan
yang terpasang termasuk sambungan-sambungan dengan jaringan perpipaan lainnya
(bila ada) dan dikaitkan dengan Ketinggian as jalan dan bangunan-bangunan dan
sarana-sarana di dalam tanah dan sekitarnya
Gambar kerja tersebut untuk diperiksa dan disetujui oleh Direksi/ tenaga ahli

29. Pekerjaan Finishing

Pekerjaan ini berupa penimbunan kembali tanah bekas galian dan perataan
kembali seluruh tapak pekerjaan kedalam kondisi semula termasuk memperbaiki
kembali sarana yang terbongkar sementara untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan (bila ada).
Pekerjaan ini antara lain berupa :
 Meratakan kembali permukaan tanah yang tidak beraturan bekas pelaksanaan
pekerjaan termasuk penimbunan kembali bekas galian untuk pondasi dan lain-
lain.
 Memperbaiki dan memfungsikan kembali semua utilitas existing yang terkena
bongkaran karena penggalian (bila ada).
 Membuang tanah sisa galian yang tidak digunakan lagi keluar lokasi proyek.
 Mengeluarkan kembali dari lokasi pekerjaan semua sisa material, peralatan dan
perlengkapan lainnya yang telah digunakan dalam pembangunan Menara Air
ini.
 Membongkar/memindahkan semua bangunan Direksi Keet, Keet Pemborong
gudang bahan dan lain-lain ketempat yang ditentukan, kecuali ditentukan lain
oleh Pemberi Tugas.
 Melakukan pembersihan lahan diseluruh tapak pekerjaan dari semua jenis
kotoran, sisa material buangan, fasilitas sementara dan lain-lain.

30. Standar Yang Dipergunakan


Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi
Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :

ST - 10
NI-2-PBI 1971 = Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
SK SNI T-15-1991-03 = Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung
NI-3-1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
PUBBI-1982 = Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
SII = Standar Industri Indonesia
SII 0136-84 = Baja Tulangan Beton
SII 0784-83 = Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton
SNI-03-2461-2002 = Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi 1991
Revisi 1991 Strukture
SNI-03-2914-1992 = Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
SNI-03-6820-2002 = Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran dengan Bahan Baku Dasar Semen
SNI-03-2495-1991 = Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
SNI-03-6862-2002 = Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran
SNI-03 6764-2002 = Spesifikasi Baja Struktur
SNI-03-6880-2002 = Spesifikasi Beton Struktur
SNI-03-4817-1998 = Spesifikasi Beton Siap Pakai
SNI-03-6818-2002 = Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat Mengeras
Dalam Kemasan untuk Perbaikan Beton
SNI-03-6861-2002 = Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)
SNI-03-6882-2002 = Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan
SNI-03-0675-1989 = Spesifikasi Ukuran Pintu, Jendela, Daun Pintu untuk
Bangunan Rumah dan Gedung
SNI-03-2445-1991 = Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung
SNI-03-2449-1991 = Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Type 15/6
SNI-03-2450-1991 = Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Type 30/6
SNI-03-6839-2002 = Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan dan Gedung
SNI-03-6419-2000 = Spesifikasi Pipa PVC Bertekanan Berdiameter 110-315 mm
untuk Air Bersih
SNI-06-0084-2002 = Spesifikasi Pipa PVC untuk Saluran Air Minum
SNI-06-4828-1998 = Spesifikasi Cincin Karet Sambungan Pipa Air Minum, Air
Limbah dan Air Hujan
SNI-07-6404-2000 = Spesifikasi Flens pipa Baja untuk Penyediaan Air Bersih
ukuran 110-315 mm
SNI-19-6783-2002 = Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih

American Society for Testing Materials (ASTM 1993)


ASTM C13-88 = Method af Making and Curing Concrete Test Specimens
ASTM C33-86 = Specification for Concrete Aggregates
ASTM C39-86 = Test Method for Compesive Strength for Cylindrical Concrete
Test Specimens
ASTM C42-87 = Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams
of Concrete
ASTM C143-89 = Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C150-86 = Specification of Portland Cement
ASTM C172-82 = Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the
Pressure Method
ASTM C260-86 = Air-Entraining Admixtures for Concrete
ASTM C330-85 = Specification for Lightweight Aggregates for Structure Concrete
ST - 11
II. PEKERJAAN TANAH

GALIAN TANAH

1. Umum

Galian tanah dilaksanakan pada :


 Semua bagian dari bangunan yang masuk dalam tanah
 Semua bagian dari tanah yang harus dibuang
 Semua bagian dari tanah yang harus diurug

Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai
lebar, panjang, dalam, kemiringan, dan sebaginya, dan benar-benar waterpass.
Kalau ternyata akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pelaksanaan kalau
dilaksanakan menurut gambar, Pemborong boleh mengajukan usul kepada Direksi
mengenai cara pelaksanaannya.

2. Klasifikasi Galian

Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai berikut :


 Galian tanah biasa
 Galian tanah keras, misalnya : pasir, lempung, cadas muda, tanah berbatu dan
rabat beton, galian aspal dll.
 Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm
dari permukaan air konstan, dimana biasanya air tanah naik pada penggalian
pondasi.
 Galian dengan menggunakan mesin bor.

3. Cara Pelaksanaan Pekerjaan

a. Galian Tanah Biasa dan Tanah Keras


 Urutan penggalian harus mengikuti petunjuk Pengawas, terutama
kaitannya dengan pelaksanaan galian yang harus memperhatikan daerah
sekitarnya, khususnya jika terdapat instalasi eksisting dibawah tanah seperti
instalasi listrik, jaringan pipa PDAM/GAS dan lain-lain.
 Jika pada galian terdapat kotoran/sampah dan bagian tanah yang tidak
padat atau lepas, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian
lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir dan dipadatkan.
 Bila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang telah
ditentukan, maka Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan
urugan pasir yang dipadatkan hingga mencapai ketinggian yang
diinginkan.
 Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
 Pada saat pelaksanaan, penggalian tanah dilakukan dengan kemiringan
lereng yang disesuaikan dengan tanah eksisting. Hal ini dimaksudkan agar
daerah galian tidak terlalu besar. Sehingga tidak terlalu mengganggu
bangunan atau fasilitas lain yang ada disekitarnya, tetapi kondisi lereng
harus tetap aman bagi para pekerja yang berada dibawah lereng galian.

ST - 12
 Hasil galian dipindahkan dan disimpan sementara ke tempat lain yang akan
ditentukan oleh Direksi untuk selanjutnya akan diinginkan untuk pekerjaan
timbunan.
 Kelebihan tanah hasil galian (yang tidak digunakan lagi untuk timbunan)
harus dibuang dari lokasi. Area antara papan patok ukur dengan galian
harus bebas dari timbunan tanah.
 Kontraktor diwajibkan menjaga kesetabilan lereng galian dari bahaya
kelongsoran, yang akan membahayakan kepada para pekerja yang berada
didasar galian.
 Disyaratkan bahwa seluruh dasar galian terutama lantai galian harus
kering untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan
didasar pondasi.
 Dalam hal pelaksanaan penggalian sudah mulai menggunakan alat berat,
maka Kontraktor harus melaksanakan dengan ekstra hati-hati agar semua
instalasi yang ada dalam tanah tidak terganggu, semua kerusakan-
kerusakan pada instalasi-instalasi tersebut akibat kelalaian pelaksanaan
pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk memperbaikinya.
 Karena lokasi kegiatan berada pada lereng perbukitan, maka diupayakan
keselamatan kerja

b. Galian Tanah Dengan Persoalan Air.


Cara pelaksanaan galian tanah dengan persoalan air secara umum mengikuti
tata cara seperti galian tanah biasa dan tanah keras. Untuk mengatasi persoalan
air pemborong/kontraktor harus menjaga pada waktu pelaksanaan pekerjaan,
agar lubang galian tidak digenangi air yang ditimbulkan oleh air hujan
ataupun yang keluar dari mata air. Kalau lubang galian digenangi air, maka
Pemborong harus mengeluarkan dengan jalan memompa, menimba, atau
mengalirkan lewat parit-parit pembuang. Bila terjadi keadaan dimana
menurut pandangan Direksi adalah tidak mungkin memompa air tanah yang
cepat sekali naik atau karena sebab-sebab lain sehubungan dengan adanya
daya angkat air, maka mungkin diperlukan suatu lantai beton seal dengan
dimensi cukup, agar penempatan besi/pengecoran beton untuk pondasi dapat
dikerjakan sebagaimana layaknya.
Usaha pemompaan air bila tidak memakai Coffer Dam hendaknya dilengkapi
dan dikerjakan sedemikian agar beton muda atau bagian-bagian daripadanya
tidak ikut terbawa dalam proses pemompaan. Pemompaan tidak dibenarkan
untuk dimulai sebelum lantai beton seal cukup menjadi keras.

c. Galian Dengan Menggunakan Mesin Bor.


Pengeboran dilakukan dari muka tanah asli/eksisting sampai pada kedalaman
yang telah ditentukan pada gambar, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
besi tulangan dan pengecoran (dengan menggunakan Tremi) sampai sedikit
lebih tinggi dari elevasi permukaan tiang bored pile yang ditentukan oleh
gambar.
Lubang bore harus dibuat dengan ukuran diameter lubang seperti yang telah
ditentukan dalam gambar. Pengeboran harus vertikal, dinding lubang dan
dasar lubang harus bersih dari lumpur dan kotoran lainnya, semua material
lepas yang masih ada pada dasar lubang harus dikeluarkan. Dalam hal terjadi
kelongsoran pada dinding lubang waktu pelaksanaan pengeboran (terutama
jika terjadi pada bagian atas lubang bor), maka pengeboran harus dilakukan
ST - 13
dengan menggunakan cassing/pelindung.
Selanjutnya dapat dilakukan penggalian tanah sampai elevasi dasar pile cap,
kelebihan pengecoran beton pada pondasi bored pile dibobok/dibongkar
sampai pada elevasi yang ditentukan dalam gambar.

4. Pemeriksaan Penggalian dan Pengisian


Penggalian dan pengisian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan kalau
perlu oleh pengawas setempat sebelum dimulainya tahap konstruksi. Direksi akan
segera memberitahukan kalau pengisian selesai sehingga ia dapat bersiap-siap
untuk mengetes secara tepat kepadatannya.
Setelah penggalian disetujui, kontraktor harus segera mulai dengan tahap
konstruksi berikutnya dan tidak boleh membiarkan parit penggalian ditinggal
terbuka dalam jangka waktu lama untuk hal-hal yang tidak perlu.

URUGAN TANAH

1. Umum
Urugan dilaksanakan pada :
 Semua bekas lubang pondasi
 Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun, urugan tanah
harus dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan, juga
termasuk perataan dan penyelesaian tanah halaman disekitarnya.

2. Penggunaan Material Bekas Galian


Pemborong harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan
dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala
pengotoran-pengotoran seperti bahan-bahan yang dapat merusak beton, akar dari
pohon, kayu dan sebagainya.
Berbagai jenis dari material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang
sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan
sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan
penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi.

3. Urugan Tanah
Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal dan
dipadatkan. Tebal dari tiap lapis diambil 20 – 30 cm dan selama proses pemadatan,
harus dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.
Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan
kapasitas yang sesuai.
Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bahan
bangunan dan atau mempengaruhi kepadatan urugan.

ST - 14
Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan
sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan,
bergelombang, dan sebagainya.

URUGAN PASIR

Pada prinsipnya pekerjaan pengurugan dengan pasir dilaksanakan sama seperti pada
pengurugan dengan tanah timbunan.

TIMBUNAN AGREGAT A

LAIN-LAIN

Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu merah,
dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan-bahan tersebut
harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan
yang diperuntukkan.

ST - 15
III. PEKERJAAN BETON
1. Umum
Beton harus merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan, jumlah
semen yang terdapat di dalamnya minimal sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi
. Hasil akhir pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta
memiliki kekuatan dan sifat-sifat lain sebagaimana disyaratkan.
Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi
bahannya, tetapi jumlah agregat halus selalu minimal dengan ketentuan bahwa bila
dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk mengisi
ruang-ruang rongga-rongga diantara agregat kasar dan terdapat sedikit sisa untuk
finishing.
Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air yang
dipakai dalam adukan harus minimal sehingga menghasilkan kemudahan untuk
dikerjakan dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi dan cara pengecoran beton.
Semua bahan, pengujian lain-lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini mengikuti
Standar Nasional Indonesia yang telah diterapkan dengan tujuan menerapkan suatu
standar yang dapat diterima. Standar lokal atau standar lainnya dapat pula
diterapkan asal sudah disetujui oleh direksi sebagai setara.

2. Pengendalian Pekerjaan
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti yang tertera dalam :

NI-2-PBI 1971 = Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )


SK SNI T-15-1991-03 = Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
NI-3-1970 = Bangunan Gedung
PUBBI-1982 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
SII = Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
SII 0136-84 = Standar Industri Indonesia
SII 0784-83 = Baja Tulangan Beton
SNI-03-2461-2002 = Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton
Revisi 1991 Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi
SNI-03-2914-1992 = 1991 Strukture
SNI-03-2495-1991 = Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
SNI-03 6764-2002 = Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
SNI-03-6880-2002 = Spesifikasi Baja Struktur
SNI-03-4817-1998 = Spesifikasi Beton Struktur
SNI-03-6818-2002 = Spesifikasi Beton Siap Pakai
Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat
SNI-03-6861-2002 = Mengeras Dalam Kemasan untuk Perbaikan Beton
Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan
SNI-19-6783-2002 = Bukan Logam)
Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih

ST - 16
American Society for Testing Materials (ASTM 1993)

ASTM C13-88 = Method af Making and Curing Concrete Test


ASTM C33-86 = Specimens
ASTM C39-86 = Specification for Concrete Aggregates
Test Method for Compesive Strength for Cylindrical
ASTM C42-87 = Concrete Test Specimens
Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and
ASTM C143-89 = Sawed Beams of Concrete
ASTM C150-86 = Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C172-82 = Specification of Portland Cement
Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by
ASTM C260-86 = the Pressure Method
ASTM C330-85 = Air-Entraining Admixtures for Concrete
Specification for Lightweight Aggregates for Structure
Concrete

3. Bahan-Bahan

a. Aggregate beton
 Aggregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet System Stone Crusher.
 Aggregate beton harus sesuai dengan spesifikasi aggregate beton menurut
ASTM C33-86.
 Ukuran terbesar aggregate beton adalah 2 – 3 cm.
 Sistem penyimpanan bahan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak
diinginkan.

b. Aggregate kasar
 Aggregate kasar untuk beton harus terdiri dari butiran-butiran yang
kasar, keras tidak berpori dan berbentuk kubus/tidak pipih. Bila ada butir-
butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat
seluruhnya.
 Aggregate kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50
% kehilangan menurut test mesin Los Angeles.
 Aggregate kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau
subtansi yang merusak beton.

Gradasi :

Saringan Ukuran (mm) % Lewat Saringan


1” 25 100
¾” 20 90 - 100
3/8” 9.5 20 - 55
No. 4 4.76 0 - 10

ST - 17
c. Aggregate halus
 Aggregate halus adalah dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah
setempat dengan catatan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 71
untuk aggregate halus.
 Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan subtansi-subtansi
yang merusak beton.
 Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
 Pasir halus terdiri dari partikel-partikel.
 Cara dan penyiapan aggregate harus sedemikian rupa agar menjamin
kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi
kontaminasi yang tidak diinginkan.
 Nilai kadar lumpur yang terkandung dalam aggregate halus tidak boleh
melebihi dari 5 %.
 Abu batu tidak boleh dipergunakan untuk campuran beton

Gradasi :

Saringan Ukuran (mm) % Lewat Saringan


3/8” 9,5 100
No. 4 4,76 90 - 100
No. 8 2,38 80 - 100
No. 16 1,19 50 - 85
No. 30 0,595 25- 65
No. 50 0.297 10 - 30
No. 100 0.147 5 - 10
No. 200 0.074 0-5

4. PC/Portland Cement/Semen
Semen yang harus dipakai adalah dari yang disyaratkan dalam NI-2 Bab 3.2.
Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk saja yang dipakai untuk seluruh
pekerjaan beton. Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam zak yang
tertutup oleh pabrik dan terlindung serta dalam jumlah sesuai urutan
pengirimannya
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai
terangkat sesuai dengan urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur
dalam keadaan apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
Jarak peyimpanan dari tanah minimum 30 cm dengan dialasi papan.

5. Pembesian/Penulangan
 Penyimpanan
Bila baja tulangan harus disimpan dibawah atap yang tahan air dan diberi alas
kaki dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan dan karat.
 Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan, kontraktor harus mempersiapakan daftar tekukan
(Bendung schedule) untuk disetujui oleh Direksi.
Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi
ST - 18
yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan british Standard 4466 :
1969 atau yang setara yang dipasang pada posisi yang ditetapkan dapat
dipenuhi semua tempat. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui
oleh Direksi. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang
dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau
tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan, maka dikerjakan
dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar diameter
batang yang ditekuk.
 Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada
gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan
beton atau gantungan logam menurut kebutuhan dan pada persilangan diikat
dengan kawat baja yang pilar dingin dengan diameter tidak kurang dari 2.6
mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.
Bila pengatur jarak dari spesi pracetak untuk mengatur tebal beton deking
sekurang-kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan
yang ditetapkan untuk beton yang sedang dicor dan harus sekecil mungkin.
Block-block ini harus dikencangkan dengan kawat yang ditanam didalamnya
dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali
diperoleh persetujuan dari Direksi.
Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari
beton yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin
menempel dari pengecoran sebelumnya.
Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian
pekerjaan harus disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk
melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan.
Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke permukaan
beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
 Besi Penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa,
sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
Besi tulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran/diameter
masing-masing. Besi tulangan polos maupun besi-besi tulangan ulir (defomed
bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang dinyatakan
sebagai U-24 dan U-40 seperti dinyatakan dalam gambar-gambar dengan
persyratan berikut :

 U – 24 untuk diameter < 13 mm (polos)


 U – 40 untuk diameter ≥ 13 mm (ulir)

Besi tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan maka harus dengan cara disikat atau digosok tanpa
mengurangi diameter penampang besi.

ST - 19
6. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus berukuran minimal dia. 1 mm seperti yang disyaratkan
dalam NI-2 Bab 3.7.

7. Air
Air harus bersih dan jernih dan sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih dahulu
diperiksakan di Laboratorium PAM/PDAM setempat atau yang disetujui Pengawas
dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan
air atas biaya sendiri.

8. Additive
Apabila ternyata Kontraktor menganggap perlu digunakan bahan additive untuk
campuran beton, maka Kontraktor harus mendiskusikan hal ini sebelumnya kepada
Pengawas/Pemberi Tugas guna mencapai kesepakatan yang dituangkan dlam surat
tertulis. Mutu beton yang direncanakan untuk strukture beton ini adalah K – 275.
Pihak Ready Mixed harus memberikan rancangan komposisi / mix design (satuan
kg/m3 beton jadi) beton standar untuk K-275 tersebut kepada Pengawas/Pemberi
Tugas untuk mendapatkan persetujuannya, berikut sample material kerikil dan
pasir yang digunakan serta merk semen/PC.
Untuk selanjutnya komposisi yang akan disetujui bersama tetap harus
dipertahankan.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Beton


Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor harus mengadakan trial test
atau mixed design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan
dapat tercapai. Demikian pula kadar pemakaian bahan additive (jika digunakan)
juga perlu dibuktikan terlebih dahulu dengan pengujian laboratorium, yang
hasilnya harus dikonsultasikan dengan Pengawas/Pemberi Tugas. Dari hasil test
tersebut akan ditentukan Deviasi Standar oleh Pengawas yang juga bisa dibantu
oleh Perencana yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton ditinjau
terhadap mutu (kekuatan tekan) dan tingkat kekedapannya selama pelaksanaan.

a. Pengecoran Beton
 Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin
secara tertulis dari Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus
diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. Sebelum pengecoran
dimulai, Kontrakator harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun
penyaluran tulangan yang diperlukan, pada pelat dan balok-balok beton
untuk bagian yang akan saling berhubungan atau pada konstuksi
sambungan. Penentuan tahapan pengecoran dan lokasi construction joint
harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Kontraktor dan Pengawas
sebelumnya.
 Memberitahukan Pengawas selambat – lambatnya 24 jam sebelum suatu
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Pengawas untuk mengecor
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa
gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak mengurangi tanggung jawab
Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.

ST - 20
 Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan
waktu ini dapat berkurang lagi jika Pengawas menganggap perlu yang
didasarkan pada kondisi saat ini.
 Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya
pemisahan material ( segregation ) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat – alat bantu seperti talang, pipa chute dan
sebagainya, harus mendapat persetujuan pengawas.
 Alat – alat pembetonan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus
selalu bersih dan bebas dari lapisan – lapisan beton yang mengeras. Adukan
beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2
meter. Selama dapat dilaksanakan, sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.
 Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
initial setting atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi
plastis karena getaran. Penggetaran harus dilakukan sepotimal mungkin
untuk didapat mutu yang maksimal.
 Semua Pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai dasar setebal 5 cm atau sesuai Gambar Kerja agar
menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen
dengan tanah.
 Bila pengecoran harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi
keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (
laitance ) dan partikel – partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan
cetakan harus dibersihkan.
 Supplier ready mix harus mempunyai kapasitas supply minimal 15m3/
jam.
 Untuk mencapai kapasitas 15m3/jam,Supplier harus memiliki minimal 3
truk mixer, dan harus dilengkapi dengan sebuah concrete pump cadangan.
 Selimut beton :
- Pelat lantai yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
- Pelat lantai yang tidak berhubungan dengan tanah : 2 cm
- Balok yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
- Balok yang tidak berhubungan dengan tanah : 4 cm

ST - 21
b. Kelas Beton

Uraian II = K. 200 III = K 250 II = K. 350


Kekuatan kubus 200 kg/cm2 250 kg/cm2 350 kg/cm2
karakteristik 28 hari
yang ditentukan(
150 mm)
Ukuran agregat 30 mm 30 mm 30 mm
kasar
Maksimum
Perbandingan 352:731:1031:215 384:692:1039;215 448:667:1000:215
campuran
"Percobaan pertama"
PC (kg) : PB (kg) : KR
(kg) : Air (liter)

Perbandingan campuran yang diberikan diatas telah diperkirakan guna


mencapai kekuatan yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah pengecoran,
dengan ketentuan bahwa bahan yang dipakai bermutu baik dan pengawasan
dilakukan dengan baik.
Beton dinilai dengan pengertian bahwa kekuatan yang disyaratkan untuk kelas
tertentu lebih menentukan dari pada perbandingan campuran yang
diperlihatkan.
Jika ternyata persyaratan kekuatan tidak terpenuhi, Direksi berwenang untuk
memperbaiki perbandingan campuran atas biaya kontraktor untuk mencapai
kekuatan rencana.

c. Pengujian dan bahan-bahan beton


Pada umumnya metoda pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat
juga mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak dapat
memenuhi syarat percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor. Jika pengujian
tekan (kompresi) gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana
diuraikan dalam PBI 1971.
Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi
sekurang-kurangnya 1 kubus untuk tiap 5 m3 – 10 m3, atau minimal 3 kubus
tiap hari.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan
kondisi yang sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 harus menurut
keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor.

d. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di Lapangan

Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang


seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan.
Untuk ini, Kontraktor harus menyediakan dengan biaya sendiri serta
mempergunakan alat penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat
untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor
ST - 22
beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian
sebagaimana yang diuraikan disini atau menurut petunjuk Direksi

e. Dimensi Beton
Ukuran – ukuran yang tertera dalam gambar Rencana adalah ukuran struktural
beton dalam keadaan jadi.

f. Pemadatan Beton
 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk
mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar
didapat beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
 Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting.
Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dengan dijaga agar tidak
berlebihan ( over-Vibrate ). Hasil beton yang berrongga – rongga
(honey-Comb) dan terjadi pengantongan beton-beton adalah tidak akan
diterima.
 Penggetaran tidak boleh digunakan untuk mengalirkan beton.
 Pada daerah pembesian yang penuh ( padat ) harus digetarkan dengan
penggetar berfrekuensi tinggi, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan
yang baik.
 Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang
berpengalaman dan terlatih.

g. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus diurug
pasir padat setebal 10 cm atau sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar,
kemudian dipasang lantai kerja dengan beton dari mutu B-0 setebal 5 cm atau
sesuai Gambar dengan komposisi adukan 1 PC:3 PS:5 KR dibawah konstruksi
beton tersebut.

h. Slump (Kekentalan Beton)

Kekentalan beton yang disyaratkan untuk konstruksi berdasarkan persyaratan di


PBI – 1971 adalah sebagai berikut :

Jenis Konstruksi Max. (mm) Min. (mm)

-Kaki dan dinding pondasi 140 100


-Plat, balok dan dinding 140 100
-Kolom 140 100
-Plat diatas tanah 140 100

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka
harga tersebut diatas dapat dinaikan 50 %, tetapi dalam segala hal tidak boleh
melebihi 150 mm.

ST - 23
i. Penyambungan beton dan waterstop
Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/dikasarkan dan
diberi bahan bonding agent yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton
lama dengan yang baru. Lapisan semen yang ada pada permukaan lama harus
dibuang terlebih dahulu sebelum pekerjaan pembetonan lanjutan dilakukan.
Disini diperlukan pengawasan dan pekerjaan ekstra hati-hati agar sambungan
konstruksi yang didapat bisa dipertanggung jawabkan kekuatannya. Pada
sambungan/construction joint tersebut sama sekali tidak diijinkan adanya
bekas-bekas kotoran ataupun potongan kayu yang akan mengurangi ikatan
beton lama – baru.

j. Construction Joint (Sambungan Beton)


o Rencana atau jadwal pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu
strukture secara menyeluruh. Dalam jadwal tersebut, Konsultan Pengawas
akan memberikan persetujuan dimana letak construction joints tersebut.
Dalam keadaan mendesak Pengawas dapat merubah letak construction joints.
o Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat
dengan menyemprotkan air pada permukaan beton sesudah 2 jam tapi
kurang dari 4 jam setelah beton dituang.
o Bila pada sambungan beton timbul retak/bocor, perbaikan dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan additive yang disetujui Direksi/Pengawas. Bila
dijumpai adanya kekeroposan beton, maka perlu dilakukan
penyuntikan/grouting.

k. Pengujian Laboratorium Beton Ready Mixed dan Site Mixed


Untuk setiap pengiriman beton ready mix (dalam satu molen) harus dibuatkan
sample/contoh beton (berupa selinder) yang jumlahnya akan ditentukan oleh
Pengawas lapangan dan Perencana yang akan disesuaikan dengan volume
pengecoran pada tiap tahap pekerjaan.
Jenis pengujian yang dilakukan dilaboratorium adalah : test kekuatan tekan
beton.
Pada umumnya metoda pengujian beton site Mixed sesuai dengan PBI 1971
bagian 4.7 dan dapat juga mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton
tidak dapat memenuhi syarat percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak
boleh dipakai dan harus disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor. Jika
pengujian tekan (kompresi) gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan
sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971.
Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi
sekurang-kurangnya 1 kubus untuk tiap 5 m3 – 10 m3, atau minimal 3 kubus tiap
hari.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan
kondisi yang sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 harus menurut
keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor.

ST - 24
l. Penolakan Beton
Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai
standar yang ditetapkan, maka Direksi berwenang untuk menolak seluruh
pekerjaan beton darimana kubus-kubus tersebut diambil.
Direksi juga berwenang untuk menolak beton yang berongga, porous atau yang
permukaan akhirnya tidak baik, Dalam hal kontraktor harus menyingkirkan
beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut Instruksi dari Direksi
sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi sudah memuaskan.

m. Pengukuran Bahan-Bahan Beton


Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali
air yang boleh diukur menurut volume, Agregat halus dan kasar harus diukur
menurut volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi
ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi.
Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang
ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh
Direksi sebelum beton dicor.

n. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecoran,
pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang
kontinue serta mempunyai kapasitas minimal 200 lt jenisnya harus disetujui oleh
Direksi dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.
Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh
Direksi untuk mutu beton tertentu.
Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa,
tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang
homogen tanpa adanya air yang berlebihan.

o. Pengangkutan dan Pengecoran Beton


Pengecoran beton dibagian manapun tidak boleh dimulai sebelum Direksi
memeriksa dan menyetujui bekisting, penulangan, angker-angker dan lainya
dimana beton akan dicor. Isi pengaduk beton, (mixer) harus dikeluarkan dalam
satu operasi menerus dan beton harus diangkut tanpa terjadi segregasi
komponen-komponennya.
Beton harus diangkut dalam ember yang bersih dan tidak tembus air atau
gerobak dorong, metoda pengangkutan yang lain dapat dipakai asalkan sudah
mendapat persetujuan dari Direksi dan harus tepat mengikuti instruksi terinci
yang diberikan untuk maksud tersebut. Alat-alat yang dipakai untuk
mengangkut dan mencor beton harus dibersihkan dan dicuci setiap haris setelah
dipakai bekerja dan bila pengecoran dihentikan selama lebih dari 30 menit.
Semua beton yang diaduk dilapangan harus ditempatkan pada posisi akhirnya
dan dipadatkan dalam waktu 40 menit setelah dari dalam mixer.

ST - 25
Pada umumnya beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari
1.50 m tetapi jika bagian pekerjaan tertentu memerlukan agar beton dijatuhkan
dari tempat tinggi maka dikerjakan sedemikian sehingga mencegah segregasi
dan harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-putus. Seluruh operasi ini harus
mendapat persetujuan dari Direksi. Pengecoran suatu unit atau bagian pekerjaan
harus dilaksanakan dalam satu operasi menerus atau hingga mencapai siar yang
ditentukan.
Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun
sekurang-kurangnya empat puluh delapan jam sesudah beton dicor, kecuali jika
diperoleh ijin tertulis dari Direksi. Semua beton harus dicorkan pada siang hari,
pengecoran bagian manapun tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan dalam
siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi untuk pengerjaan malam
hari, Ijin demikian tidak akan diberikan jika kontraktor tidak menyediakan sistem
penerangan yang memadai, yang disetujui oleh Direksi.
Kontraktor harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan
kondisi. Pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia
untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan.

p. Perlindungan dan Pengeringan Beton


Semua permukaan yang terbuka dilindungi dari matahari dan semua beton harus
dijaga agar tetap lembab dengan cara dibasahi sekurang-kurangnya setelah
pengecoran. Perlindungan diberikan dengan menutupi pasir basah sekurang-
kurangnya setebal 5 cm, atau dengan kantong-kantong goni basah.
Kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi
beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan, setiap kerusakan yang
timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus
diperbaiki oleh kontraktor atas biaya sendiri hingga memuaskan Direksi.

q. Pengerjaan Permukaan Beton dengan Sendok Semen (Troweling)


Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi
bertekstur kasar sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus
diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk menutupi retakan dan
mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang baru
terbuka.

r. Siar-siar Konstruksi
Semua siar konstruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-
siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang ditunjuk dengan
baik, jika perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda
sampai pengecoran beton mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar
konstruksi.
Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar berikutnya,
tanpa memperhatikan jam-jam makan.
Siar-siar konstruksi pada permukaan yang terbuka harus sungguh horizontal
atau vertikal dan jika diperlukan dipasang juga beading didalam dinding
bekisting pada permukaan yang terbuka untuk menjamin penampilan siar yang
memuaskan sebelum menempatkan beton baru pada beton yang sudah mengeras,
permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari
ST - 26
benda-benda asing atau serpihan.
Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan
penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah
terlalu keras, permukaan tersebut harus dicetak secara ringan atau diembus
dengan pasir (send blasted) untuk memperlihatkan agregat. Setelah permukaan
tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi bekisiting akan diperiksa dan
dikencangkan.
Siar-siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau
spesifikasi.

5. Cetakan Beton

a. Standar
Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini :
 NI - 2 - 1971
 NI - 3 – 1970

b. Bahan-bahan
 Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan pada
semua acuan untuk pekerjaan beton.
 Cetakan untuk beton cor ditempat biasa.
 Bahan cetakan harus dibuat penguat-penguat secukupnya, sehingga
keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak terpengaruh oleh
desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak terjadi
perubahan bentuk, dan konstruksinya harus disetujui Pengawas/Pemberi
Tugas.
 Rencana design seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.
 Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton
yang diinginkan oleh perencana dalam gambar-gambar.
 Cetakan harus sedemikian rupa agar menghasilkan muka beton yang rata.
Untuk itu dapat digunakan cetakan multiplex, plat besi atau papan dengan
permukaan yang halus dan rata.
 Sebelum beton dituang, Konstruksi cetakan harus diperiksa untuk
memastikan bahwa benar dalam letak, kokoh, rapat, tidak terjadi
penurunan dan pengembangan pada saat beton dituangkan serta bersih dari
segala benda yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran.
 Permukaan cetakan harus diberi minyak bekisting (yang biasa
diperdagangkan) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya agar berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi yang
dapat mengurangi daya lekat besi dan beton.
 Permukaan cetakan harus dibasahi secara merata agar tidak terjadi
penyerapan air semen yang baru dituang.
 Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Perencana atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

ST - 27
Bagian sisi balok 48 jam
Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
Balok dengan beban konstruksi 21 hari
Plat lantai / atap 21 hari
Dinding penahan tanah 21 hari

 Dengan persetujuan Konsultan Perencana, cetakan beton dapat dibongkar


lebih awal dengan syarat benda uji yang kondisi perawatannya sama
dengan beton sebenarnya dilapangan telah mencapai kekuatan 75 % dari
kekuatannya pada umur 28 hari.
 Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Perencana sekali-kali tidak boleh
menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab
Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton tersebut
harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga
tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-
sudut yang tajam dan tidak pecah. Bekas cetakan beton untuk bagian-
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan
dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
c. Hasil Pengecoran dan Finishing
 Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapih, bersih dan tanpa
cacat, lurus dan tepat pada posisinya sesuai denan gambar rencana.
Permukaan beton yang akan diberi finishing dengan cat, tidak akan
diplester lagi tetapi langsung diberi plamur dan cat.
 Pengecatan dapat dilaksanakan setelah pengawas memeriksa dan
menyatakan persetujuannya.

6. Cacat Pada Beton


Walaupun hasil uji kubus sudah memuaskan, Direksi tetap berhak untuk menolak
yang ternyata memiliki salah satu atau lebih dari cacat berikut :
 Beton tidak sesuai bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan pada
gambar.
 Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan.
 Beton mengandung kayu atau benda asing lainnya.
Setiap permukaan yang terlihat bersarang lebah tetapi diterima oleh Direksi harus
diisi dengan spesi semen yang memakai perbandingan semen dan agregat halus
yang sama seperti beton yang harus dikerjakan hingga mencapai permukaan yang
benar dengan memakai kikir.

7. Pengujian Struktur – struktur Hidrolis


a. Umum
Pengujian struktur hidrolis, semua dinding harus bersih dari timbunan supaya
kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas. Setiap Konstruksi harus
diisi air bersih dalam pengujian ini dan dibiarkan terisi sekurang-kurangnya 48
jam, ketinggian air selama waktu tersebut harus diamati dan tidak boleh terihat
adanya penurunan muka air, Penurunan maksimum yang diijinkan selama 24
jam : 1 (satu) cm.

ST - 28
b. Perbaikan
Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai tidak terlihat lagi
adanya kebocoran. Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang
diijinkan kontraktor harus mengadakan perbaikan secara umum atas biaya
sendiri. setelah perbaikan selesai, metoda pengujian hidrolis harus diulangi
sebagaimana diuraikan pada ayat ini. Pengujian tidak perlu diulangi jika tidak
terlihat adanya kebocoran dan penurunan taraf muka air tidak melebihi nilai
yang ditetapkan yaitu 1 cm. Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran
harus dikerjakan misalnya dengan sumber air dari expandite atau produk lain
yang disetujui Direksi. semua bahan harus dipakai dan diterapkan tepat sesuai
dengan petunjuk pabrikan.
c. Pekerjaan lain-lain
- Pekerjaan Waterproofing
Pekerjaan waterproofing dilakukan pada permukaan beton bagian dalam
reservoir dan bagian beton lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar
rencana. Persyaratan bahan waterproofing yang akan digunakan mengikuti
ketentuan dan petunjuk yang diberikan oleh pihak direksi, sedangkan
persyaratan pelaksanaan pekerjaannya sesuai dengan petunjuk/brosur yang
dikeluarkan dari pabrik.
- Pekerjaan Lantai Beton
Lantai terbuat dari beton bertulang dengan tebal dan ukuran lantai seperti
yang tertera pada gambar. Persyaratan pekerjaan beton untuk bahan dan
pelaksanaannya adalah sesuai dengan pasal mengenai Pekerjaan Beton Cor
ditempat.
- Beton precast
Untuk beton precast disamping harus memenuhi spesifikasi yang dijelaskan
diatas perlu juga spesifikasi metode produksi cetak basah dengan getaran
frekuensi tinggi dengan uap panas, mutu beton minimum K-275 (kuat
tekan beton karakteristik 275 kg/cm2). Baja tulangan, tegangan leleh ≥
4500 kg/cm2, tegangan tarik ≥ 500 kg/cm2 , rasio air semen 0,5.

ST - 29
IV. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
1. Umum
Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila
ternyata ada kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut maka Pemborong
harus meminta persetujuan Direksi untuk menetapkannya.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau bangunan-bangunan lain seperti
pasangan batu dan lain sebagainya, harus diberi lubang drainase dengan diameter
sekurang-kurangnya 5,0 cm Kecuali dinyatakan lain dalam gambar rencana, maka
lubang-lubang drainase tersebut harus ditempatkan pada jarak yang merata, yakni
berselang 1,5 m dari diletakkan sedikit di atas peil pembuangan air. Pekerjaan ini
tidak dibayarkan tersendiri tetapi merupakan bagian dari pekerjaan tembok atau
beton atau pasangan lain yang digunakan untuk bagian dari konstruksi tembok
penahan tanah atau pelindung-pelindung erosi.
2. Standard
Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standard yang tercantum dalam
Bagian Spesifikasi Umum.
3. Bahan-bahan
a. Sement Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada
beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada NI-2
Bab 3.2.
b. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan
dengan tangan.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
 Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat
adanya zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau
larutan teh yang sedang kepekatannya.
 Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium
sulfat tidak boleh lebih dari 10 %.
 Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung lebih
dari 0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada pengujian tidak
boleh menunjukkan sifat reaktif terhadap alkali.
 Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding
yaitu yang menggunakan semen sama dengan pasir normal tidak boleh <
65 % pada pengujian 7 hari.
 Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan.
 Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
c. Batu alam
Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung),
batu belah atau batu karang asalkan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

ST - 30
a. Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya.
b. Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.
c.Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan
tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-garis kelapukan,
mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya harus mempunyai
kepadatan dan warna putih yang merata.
d. Bata merah
Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat
digunakan produksi lokal dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan
ukuran diusahakan tidak jauh menyimpang. Bata merah yang dipakai harus
bata kualitas nomor 1 berwarna merah tua yang merata tanpa cacat atau
mengandung kotoran. Bata merah minimum harus mempunyai daya tekan
ultimate 30 kg/cm2. Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka
campurannya harus terdiri dari 1 bagian Portland Cement dan 5 bagian pasir
dan batuan yang dihaluskan. Blok-blok semen yang baru dicetak harus
dilindungi dari panas matahari dan dirawat selama tidak kurang dari 10 hari
dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai karung basah.
e. Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh
dipakai semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton.
f. Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel teraso,
keramik, dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi atau
seperti yang disyaratkan pada saat rapat penjelasan.

4. Adukan
a. Mencampur
Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas
yang rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada
persetujuan dari Direksi.
Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan
dengan tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai
diperlihatkan warna adukan yang merata.
b. Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau
dalam uraian dan syarat-syarat ini.
Jenis Spesi
M1 1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr
M3 1 pc : 4 psr

5. Blok-blok beton
a. Type dari blok-blok
Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu dengan daerah
lainnya maka tidak diadakan penentuan mengenai ukuran asalkan tidak
melampaui batas dan disetujui oleh Direksi. Blok-blok beton tersebut harus
bersih, tidak menunjukkan tanda-tanda retak ataupun cacat lain yang dapat
mengurangi mutu dari blok-blok tersebut.
ST - 31
b. Campuran adukan
Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari 1
bagian portland cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan.
Tegangan tekan minimum dari blok beton tidak boleh lebih kecil dari 30
kg/cm2 pada umur 40 hari.
c. Perawatan blok-blok beton
Blok-blok beton yang baru saja dibuat harus dilindungi dari matahari dan
dirawat untuk jangka waktu paling tidak 10 hari dengan jalan membasahi atau
menutupi dengan memakai karung basah.
d. Tembok-tembok ventilasi
Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran M1. Pasangan
ventilasi tersebut harus cukup baik dan antara satu dengan yang lain harus
lurus, seragam dengan menarik garis lurus di antara kedua ujungnya.
Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Direksi.

6. Pasangan bata merah


a. Mortar
Semua penembokan yang diletakkan di atas balok pondasi beton sampai 20 cm
di atas bidang lantai harus dipakai mortar type M2. Untuk penembokan kamar
mandi, toilet, tempat mencuci, dan sebagainya dipakai mortar type M2 sampai
setinggi 150 cm di atas bidang lantai jika tidak dilakukan dengan cara lain
untuk selebihnya dipakai mortar type M1.
b. Pemasangan
Penembokkan harus dipilih dan dipasang dengan ukuran seperti pada gambar
rencana juga mengenai tinggi dan tebalnya. Sebelum pemasangan bata merah
harus dibasahi dulu dengan air untuk menjamin pelekatan yang lebih baik
antara mortar dan bata merah. Pasangan bata merah dan lainnya harus disusun
dan diberi jarak minimal 1 cm antara bata merah yang satu dengan yang
lainnya. Penembokkan harus dilaksanakan pada keadaaan cuaca yang baik,
ataupun dengan perlindungan yang khusus dan tiap hari tidak diperbolehkan
melaksanakan pasangan dengan tinggi melebihi 1 cm.
c. Mengorek
Semua hubungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar daya pelekat antara
mortar plesteran dan tembok dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.

7. Pasangan Batu
a. Umum
Batu -batu yang dipakai untuk pekerjaan pondasi dan sebagainya harus keras
dengan ukuran yang sesuai dan tidak menunjukkan pelapukan ataupun retak.
pemasangan dari batu-batu tersebut harus rapi dan cocok sehingga dapat
menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya.
b. Mortar
Campuran yang dipakai untuk pondasi dan sebagainya kalau disyaratkan lain
dapat dipakai campuran M3. Kecuali kalau disyaratkan lain misalnya untuk
bangunan reservoir ataupun bangunan lain yang fungsinya hampir sama yang
dipakai campuran M2.

ST - 32
V. PEKERJAAN KAYU
1. Persiapan
Sebelum pekerjaan kayu dimulai maka Pemborong harus mempersiapkan rencana
kerja, material, serta peralatan yang lengkap untuk pekerjaan kayu tersebut,
sehingga pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

2. Standar
Semua pekerjaan konstruksi kayu yang belum tercakup dalam peraturan ini harus
memenuhi syarat-syarat dalam Bagian Spesifikasi Umum.

3. Kayu
a. Mutu kayu
Kalau tidak ditentukan lain, maka semua kayu yang digunakan untuk
penyangga harus kayu dengan mutu A sesuai dengan PPKI. Semua kayu harus
bebas dari getah-getah, cacat-cacat kayu seperti mata kayu, rretak-retak,
bengkok, dan sebagainya dan harus sudah mengalami proses pengeringan
udara minimum 3 bulan.
b. Kadar air
Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk pekerjaan :
Harus lebih kecil atau sama dengan 15 %, sedangkan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang kasar harus lebih kecil atau sama dengan 20 %.
Harus dijaga agar supaya kadar air tersebut konstan baik pada saat
penyimpanan, pengerjaan, maupun sampai pada penyelesaian pekerjaan.

4. Macam-macam kayu
Macam kayu yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan ini akan disebutkan atau
ditentukan kemudian pada saat rapat penjelasan.

5. Penyimpanan kayu
Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu-kayu ditumpuk agar
tidak menyentuh tanah pada tempat-tempat yang disetujui Direksi. Kayu bundar
disusun sedemikian rupa sehingga setiap batang mempunyai jarak tidak kurang
dari 7,5 cm dari batang yang berdampingan. Papan-papan disusun seperti batang
bundar atau disusun tegak lurus terhadap lapisan di bawahnya atau dipisahkan
dengan tumpukan pada jarak tertentu untuk mencegah perubahan bentuk dari
kayu. Kayu pada setiap lapisan harus dipisahkan dari kayu-kayu yang
berdampingan dengan jarak horizontal 2,5 cm. Semua kayu yang disusun di
tempat pekerjaan harus selalu dilindungi dengan baik dan bila kayu-kayu itu
menjadi rusak atau tidak sesuai untuk digunakan, maka kayu itu akan ditolak dan
harus diganti oleh Pemborong atas tanggungannya.

6. Ukuran-ukuran
Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam Bab Spesifikasi
Umum, kecuali penyimpangan-penyimpangan sedikit akibat penggergajian dan
pelaksanaan. Ukuran-ukuran yang menyimpang harus disesuaikan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.

ST - 33
7. Permukaan kayu yang terbuka
Semua kayu yang pada penyelesaian akhir dibiarkan permukaannya terbuka,
misalnya pada pekerjaan meubelair, pintu, jendela, dan sebagainya, permukaannya
harus dikerjakan kembali jika tidak ditentukan lain dalam spesifikasi ini. Semua
kayu pada pekerjaan konstruksi kayu harus dibiarkan kasar dari penggergajian jika
tidak ditentukan bahwa harus dikerjakan lagi.

8. Penyusutan kayu
Persiapan, penyambungan, dan pemasangan dari pekerjaan kayu harus sedemikian
rupa sehingga penyusutan pada bagian-bagian tertentu atau arah-arah tertentu
harus tidak mempengaruhi kekuatan dan bentuk terakhir dari pekerjaan dan tidak
merusak bahan-bahan secara terus menerus.

9. Pabrikasi
Pemborong harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi persiapan
pekerjaan pabrikasi juga termasuk penyediaan semua plat-plat penyambung,
sekrup-sekrup, paku, dan lain sebagainya, sehingga pekerjaan dapat dilakukan
sebaik-baiknya sesuai dengan gambar rencana. Pemborong harus menyiapkan pula
segala keperluan untuk pemasangan seperti perancah-perancah dan lain
sebagainya untuk mendukung dan memasang konstruksi tersebut pada tempat
yang sesuai dengan gambar rencana.

10. Pengawetan dan pengecatan kayu


Direksi dapat memerintahkan untuk menggunakan bahan-bahan untuk
mengawetkan kayu jika dipandang perlu, yang dapat berupa minyak pengawet
kayu ataupun penggunaan ter. Semua sambungan pada ujung-ujung kayu perlu
mendapat perhatian khusus dan pada penyelesaian pekerjaan, minyak pengawet
kayu harus dituangkan pada sambungan-sambungan. Semua bagian-bagian yang
diminyaki harus diselesaikan dahulu sebelum mulai pekerjaan pengecatan dan
tidak ada satu bagianpun yang diminyaki selama atau segera setelah hujan atau
selama permukaan kayu masih basah. Diperlukan sekurang-kurangnya 48 jam
berselang setiap penggunaan minyak pada bagian yang sama.
Jika digunakan ter untuk mengawetkan kayu maka bagian kayu tersebut harus
kering dulu sebelum dipasang. Untuk bagian-bagian yang nantinya tidak tertutup
oleh lapisan tanah dan sebagainya bisa dilaksanakan pengeteran setelah bangunan
tersebut terpasang. Setelah pengolahan bagian-bagian kayu dengan
minyak-minyak pengawet kayu maka dapat dilapisi dengan satu lapisan menie
atau bahan lain yang telah disetujui. Setelah lapisan menie maka harus diplamuur
dan setelah digosok dengan amplas dilapisi dengan tiga lapis cat yang disetujui
mutunya. Semua sambungan dan bagian lain yang tidak dapat dicapai setelah
pemasangan kayu konstruksi, harus terlebih dahulu diberi lapisan menie 2 kali
sebelum pemasangan.Tidak diperkenankan mencat selama permukaan kayu
terpengaruh oleh air hujan atau selama permukaan kayu atau besi masih basah.
Setelah sekurang-kurangnya 24 jam baru lapisan cat yang berikut dapat diberikan
dan setiap lapisan cat harus kering betul sebelum yang berikutnya diberikan.

ST - 34
VI. PEKERJAAN DRAINASE
1. Perancah
Perancah untuk keperluan pengecatan harus dipersiapkan dan harus sesuai dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2. Sistem Drainage

a. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainage dan pembuangan air kotor harus
merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai lebar
sehingga memungkinkan pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
karena ruang geraknya mencukupi. tanah galian tidak diperbolehkan ditimbun
melebihi 50 cm pada sisi-sisi parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan penahan
dan sebagainya jika diperlukan untuk menjaga ternyata penggalian tanah
melebihi dari yang direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk
atau beton lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan, tanah
galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus dijaga agar
tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak mutu pekerjan.
Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan daya dukung yang baik
agar dapat mendukung bebean yang akan bekerja diatasnya. Juga harus
dihindari dari genangan air yang dapat mengganggu lancarnya pekerjaan.

b. Pipa PVC untuk Drainage


Jika digunakan pipa PVC untuk untuk sistem drainage seperti yang ditunjukkan
pada gambar rencana maka harus dipakai pipa PVC dari jenis serta merk yang
disetujui oleh pihak Direksi/Pengawas Lapangan.

c. Pipa beton/Buis beton


Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan gambar
rencana. bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai, ujungnya tajam dan tidak rusak.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa cacat
berupa lubang-lubang ataupun retak-retak.
c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus dilaksanakan dengan
mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3 psr.

d. Letak Pipa Drainase


Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba ditempat
pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai dan harus
dipisahkan. Pipa drainage harus diletakkan merupakan garis lurus dan dengan
kemiringan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana. perhatian khusus
harus diberikan agar penempatan pipa tersebut sesuai dengan hasil yang
direncanakan dengan menempatkan patok-patok tetap dan sebagainya.

ST - 35
e. Saluran U Pracetak
Ukuran saluran maupun sambungannya harus sesuai dengan gambar rencana.
bentuk saluran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Beton U Pracetak harus lurus, dengan ukuran sesuai gambar rencana dan
dibuat secara pabrikan.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa cacat
berupa lubang-lubang ataupun retak-retak.
c. Beton U Pracetak harus kering betul dan siap untuk dipasang.
Sambungan antara beton U pracetak yang satu dengan yang lain harus
dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3 psr.

f. Penimbunan Parit
Tidak satupun yang boleh ditimbun selama belum diadakan pengecekan dan
pengetesan. tanah timbunan dibawah muka tanah asli dari pipa sampai kurang
lebih 30 mm diatasnya harus dari material yang terpilih. Pemadatan harus
dilaksanakan lapis demi lapis dan harus dilaksanakan dengan hati-hati supaya
tidak merusak pipa.

g. Test Sistem Drainage


Setelah dirasa cukup maka sistem drainage harus ditest terlebih dahulu untuk
menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan baik. test tersebut harus
menunjukan hasil yang baik dan tidak boleh menunjukkan hambatan yang
berarti kurang berfungsinya seluruh sistem dengan baik. Jika dipandang perlu
oleh Direksi maka bagian yang cacat tersebut harus dibongkar dan
diperbaharui dengan kerja dan atas biaya pemborong.

h. Pembetulan Jalan, Lantai dan sebagainya


Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah pemasangannnya
berakhir bagian bangunan atau jalan yang terkena pemotongan tersebut harus
dikembalikan seperti semula. kerusakan akibat pemasangan pipa dan
sebagauinya harus diperbaiki sedia kala. dan segala biaya yang dikeluarkan
akibat kerusakan tersebut menjadi tanggungan pemborong.

i. Persiapan Pekerjaan Badan Saluran


1. Pemeriksaan elevasi rencana
a) Pengertian elevasi rencana adalah elevasi dasar rencana saluran dan
kemiringannya di setiap titik sepanjang lokasi pekerjaan sebagai
ditentukan dalam gambar kerja dan persyaratan kontrak.
b) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai maupun pada saat pekerjaan
dilaksanakan, elevasi tersebut harus diperiksa ketepatannya
berkoordinasi dengan Juru Ukur.
Fungsi Juru Ukur di sini untuk menetapkan elevasi titik acuan dalam
jarak yang cukup jauh, karena apabila panjang pemasangan badan
saluran cukup jauh, dikhawatirkan akan terjadi perambatan kesalahan
pada penentuan elevasi saluran, apabila penentuan elevasi tersebut
hanya dilakukan dengan menggunakan selang timbangan air atau

ST - 36
menggunakan benang dan papan nivo (waterpas). Selain itu untuk
memulai tahapan pelaksanaan item pekerjaan baru, harus ada ijin dari
Direksi Pekerjaan, untuk itu Pelaksana, sesuai dengan program yang
dibuat oleh Pelaksana Lapangan, akan membuat surat permohonan
ijin kepada Direksi untuk mulai melaksanakan tahapan pekerjaan
berikutnya, dalam hal ini adalah pekerjaan badan saluran.
Permohonan ini tujuannya adalah agar Direksi melakukan pemeriksaan
dan mengesahkan bahwatahapan pekerjaan sebelumnya dalam hal ini
pekerjaan galian saluran, sudah diselesaikan sesuai dengan persyaratan.
Maksud pemeriksaan elevasi rencana sebelum pelaksanaan pekerjaan
dimulai adalah melakukan pengukuran pada elevasi dasar tanah
galiannya apakah sudah sesuai dengan ketentuan, termasuk apabila
masih diperlukan lapisan pasir di atasnya. Elevasi dasar tanah ataupun
pasir tadi harus sudah dipadatkan dan diratakan apabila disyaratkan.
Sedang yang dimaksud dengan pemeriksaan elevasi rencana pada saat
pelaksanaan pekerjaan, adalah memeriksa elevasi bagian atas konstruksi
saluran. Tindakan ini dilakukan apabila dilaksanakan pemasangan beton
precast sebagai badan saluran. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
melihat apakah garis tepi bagian atas precastnya tepat berimpit dengan
benang yang dipasang sebagai acuan elevasi rencananya. Apabila beton
precastnya masih lebih tinggi dari benang, maka beton precast tersebut
harus digeser-geserkan sampai ketinggiannya sama dengan ketinggian
benangnya. Disini jelas kelihatan fungsi lapisan pasir yaitu untuk
meratakan dasar permukaan tanah galian serta untuk meratakan
pendistribusian beban ke tanah dasar
2. Pemeriksaan Bouwplank
a) Bouwplank merupakan patok yang dipergunakan sebagai acuan
terutama untuk menentukan elevasi rencana dan dimensi suatu
konstruksi di permukaan tanah. Bouwplank yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini sama dengan bouwplank yang dipakai pada waktu
pelaksanaan pekerjaan galian tanah, hanya dilakukan penyesuaian
elevasi benangnya agar sama dengan elevasi tepi atas rencana beton
precastnya. Pemeriksaan juga dilakukan untuk memeriksa apakah posisi
bouwplank masih stabil dan titik acuannya masih akurat.
b) Tujuan pemasangan bouwplank adalah untuk dijadikan acuan dalam
melaksanakan pekerjaan, sehingga elevasi maupun dimensi
pekerjaan tersebut bisa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan rapi.
c) Keakuratan pemasangan bouwplank diperiksa dari patok titik bantu,
penentuan elevasi bouwplank bisa dilakukan dengan menggunakan
selang timbangan air atau dengan menggunakan benang dan papan nivo
(waterpas) yang ditarik dari patok titik bantu.
3. Pemeriksaan material dan peralatan
a) Ketersediaan material untuk pelaksanaan pekerjaan, diperiksa pada
setiap tahapan pekerjaan maupun untuk rencana pelaksanaan pekerjaan
ke depan. Pemeriksaan ketersediaan material mengacu kepada stok
material yang ada di gudang, yang ketersediaannya terkait dengan
ST - 37
kebutuhan pemakaian dan kedatangan pesanan barang. Ketersediaan
stok material (sebagai contoh semen) yang harus ada, direncanakan
berdasarkan jadual pelaksanaan pekerjaan dan kebutuhan pemakaian
materialnya, serta dengan memperhitungkan jadual pasokan material.
Hal ini untuk mengantisipasi kelangkaan material di pasaran atau
keterlambatan pengiriman material. Tugas Pelaksana Lapangan adalah
mengkonfirmasi ke bagian logistik, ketersediaan dari kebutuhan material
harian yang akan dipakai untuk pelaksanaan, mengacu kepada jadual
kebutuhan material harian yang sebelumnya sudah diserahkan. Sedang
kalau ada keraguan mengenai kualitasnya bisa dikonfirmasikan kepada
Petugas Laboratorium.
b) Peralatan yang dipergunakan mengacu kepada metode pelaksanaannya.
Sebagai contoh, untuk pemasangan beton pracetak, paling efisien apabila
pemasangannya mempergunakan peralatan truk crane. Beton
pracetaknya bisa langsung dipasang sambil diturunkan dari truk
pengangkutnya. Hal ini akan menghemat waktu pemasangan serta
mengurangi kebutuhan tempat untuk menaruh sementara beton
pracetaknya di lokasi pekerjaan. Yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan peralatan crane untuk mengangkat beban adalah kondisi
kabel maupun ujung pengaitnya yang harus memenuhi syarat kelayakan
untuk operasi. Dalam mengangkat beban harus diperhatikan bahwa
posisi kabel harus tegak lurus dengan bebannya sehingga tidak akan
terjadi ayunan apabila beban tersebut terangkat. Pemindahan beban
dilakukan dengan hati-hati dan dijaga agar beban tidak berayun.

Gambar 1. Contoh pemasangan U ditch dengan menggunakan alat Crane


Pekerjaan pemasangan U ditch dilaksanakan pada malam hari agar tidak
mengganggu pengguna lalu lintas. Sedang untuk pekerjaan pasangan
batu atau lining beton, karena volume mortar atau adukan semennya
relatif kecil, dipasang dengan menggunakan tenaga manusia dengan
dibantu mesin pengaduk beton (beton molen). Pemilihan jenis dan
kapasitas peralatan tergantung kepada jenis, volume pekerjaan dan
kondisi lapangannya. Sebagai contoh, untuk mesin pengaduk beton, akan

ST - 38
dibutuhkan jumlah/volume yang lebih besar pada pekerjaan lining
beton dibandingkan dengan untuk pekerjaan pasangan batu. Karena
untuk pekerjaan pasangan batu, dibutuhkan waktu pengerjaan yang
lebih lama disebabkan pekerja harus mengatur susunan batu
khususnya untuk bagian muka. Untuk angkutan material ke lokasi
pekerjaan, perlu dipertimbangkan beberapa hal lainnya antara lain
kondisi lokasi pekerjaannya terutama jalan masuknya baik atau buruk,
cukup lebar atau sempit, macet atau tidak, serta apakah tersedia tempat
untuk stok material di lapangan. Semua faktor tersebut dimasukkan
kedalam pertimbangan untuk penentuan metode kerjanya. Sehingga
dapat diambil keputusan yang tepat mengenai besar kapasitas dan
jumlah alat angkut yang akan dipakai serta waktu pengirimannya.
Kondisi peralatan yang akan dipakai maupun kebutuhan bahan bakar
serta pelumas bila diperlukan, sebelumnya harus sudah mendapatkan
rekomendasi dari Bagian Peralatan. Disini diambilkan contoh salah satu
kapasitas beton molen yang ada dipasaran.
Berat : 1600 kg
Volume : 560 liter
Kapasitas pencampur : 350 liter
Produktifitas : 10 -14 m3/jam

Gambar 2. Contoh gambar beton molen


c) Prosedur untuk melaksanakan pekerjaan mengacu kepada metode
pelaksanaannya dan spesifikasi yang ditetapkan yang berupa instruksi
kerja yang harus diikuti.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Badan Saluran


4.1. Pemeriksaan bekisting
a) Bekisting adalah suatu cetakan yang berupa konstruksi dari metal
atau kayu atau kombinasi dari keduanya, untuk mencetak atau
membuat konstruksi/bahan konstruksi beton yang akan
dilaksanakan, mempunyai bentuk serta dimensi seperti yang kita
inginkan.
b) Persyaratan bekisting antara lain adalah kuat, permukaan licin, bersih
dan tidak bocor.
c) Pembuatan bekisting mengacu pada dimensi dan bentuk konstruksi
beton yang direncanakan seperti misalnya untuk pembuatan box
ST - 39
culvert yang berbentuk kotak, atau gorong-gorong yang berbentuk
bulat. Untuk bentuk yang spesifik seperti lengkung, bekisting dibuat
berdasarkan pola yang dibuat terlebih dulu sesuai dengan bentuk
konstruksi beton yang direncanakan. Untuk keperluan pekerjaan
drainase perkotaan, apabila disyaratkan untuk menggunakan beton
pracetak, Penyedia Jasa tidak perlu membuat beton pracetaknya
sendiri, karena penggunaan beton pracetak disyaratkan harus
menggunakan produk yang sudah bersertifikat SNI untuk menjamin
kualitas dari produk tersebut, sehingga Kontraktor pelaksana untuk
pengadaannya harus membeli kepada produsen beton pracetak yang
sudah bersertifikat SNI. Pembuatan bekisting hanya diperlukan pada
pembuatan lining beton dilapangan. Bekisting ini bentuknya
sederhana, hanya merupakan papan selebar ketebalan liningnya
dengan diberi rangka agar tetap lurus dan tidak melengkung.Tugas
Pelaksana Lapangan adalah mengarahkan dan mengawasi pembuatan
dan penggunaan bekisting tersebut agar sesuai dengan yang
direncanakan.

4.2. Pekerjaan pembesian


a) Secara umum besi tulangan beton dibagi menjadi jenis yang berprofil
dan yang polos, yang mempunyai tegangan tarik tinggi dan yang
mempunyai tegangan tarik rendah. Sesuai dengan SNI 07-2052-2002
tentang baja tulangan beton, baja tulangan beton didefinisikan sebagai
berikut: Baja berbentuk batang berpenampang bundar yang
digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku
billet dengan cara canai panas (hot rolling). Berdasarkan bentuknya,
baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja
tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip. Baja tulangan
beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar
dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP. Baja tulangan
beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang
permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang
yangdimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna
menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap
beton, disingkat BjTS. Permukaan batang baja tulangan beton sirip
harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan rnempunyai
rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang,
serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. Sirip-sirip
melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada
jarak yang teratur serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf-huruf pada
permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di
mana angka atau huruf dapat ditiadakan. Sirip melintang tidak boleh
membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang, apabila
membentuk s udut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada
satu sisi, atau kedu a sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70°
ST - 40
arah yang berlawanan tidak diperlukan.
Tabel 2. Contoh Tabel Sifat Mekanis Tulangan Beton

CATATAN
1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan
2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2%. Untuk
baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang
tercantum pada tabel
3. 1 kgf/mm² = 9,81 N/mm²
b) Tujuan pembesian pada pekerjaan beton untuk membuat konstruksi
beton tersebut menjadi lebih kuat terutama dalam memikul gaya tarik
karena beton lemah terhadap gaya tarik tetapi kuat terhadap gaya
tekan.
c) Tugas Pelaksana Lapangan adalah mengarahkan dan mengawasi
pembuatan dan pemasangan besi pada konstruksi beton mengacu
pada gambar pembesiannya, antara lain mengenai ukuran
diameternya, jumlah dan jaraknya. Untuk kostruksi lining beton,
bisa dilaksanakan tanpa pembesian, sehingga dari segi biaya bisa lebih
murah, karena konstruksi ini tidak memikul beban, hanya berfungsi
sebagai pelindung tebing.

4.3. Pekerjaan beton/ pasangan batu kali atau beton pracetak (precast)
a) Untuk pekerjaan konstruksi beton, pembuatan campuran betonnya
mengacu kepada kuat desak karakteristik beton yang ditetapkan pada
perencanaannya. Sesuai dengan PBI Bagian 3 PELAKSANAAN Bab 4
Sub Bab 4.5. MUTU PELAKSANAAN dan KEKUATAN TEKAN BETON
KARAKTERISTIK angka (1). Beton adalah bahan konstruksi yang
mempunyai sifat kekuatan tekan yang khas, yaitu apabila diperiksa
dengan sejumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar
sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil- hasil
pemeriksaan ini akan kecil atau besar bergantung pada
tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Dengan menganggap
ST - 41
nilai-nilai dari hasil pemeriksaan tersebut menyebar normal, maka
ukuran dari besar kecilnya penyebaran dari nilai-nilai dari hasil
pemeriksaan tersebut, jadi ukuran dari mutu pelaksanaannya, adalah
deviasi standar menurut rumus :

Dimana s adalah deviasi standar sesuai rumus di atas.

Untuk pembuatan lining beton, jenis beton yang dipakai sesuai


dengan yang ditentukan dalam spesifikasinya, termasuk mengenai
persyaratan untuk agregat kasar dan agregat halus yang
dipergunakan.Untuk pekerjaan lining beton pada saluran, saat ini
lebih disarankan penggunaan beton tanpa tulangan apabila kondisi
lingkungan pekerjaan mendukung dalam arti beban tekanan rendah
dan tanah dasarnya baik tidak mudah longsor. Hal ini selain membuat
konstruksi tersebut dari segi biaya menjadi murah, juga karena
kekuatan tulangan beton tidak dibutuhkan dalam kondisi seperti ini.
Yang dibutuhkan pada konstruksi lining tanpa tulangan ini adalah
contraction joints yang berfungsi untuk menyediakan bagian lemah
pada konstruksi untuk retak.Sebagaimana diketahui bahwa konstruksi
beton cenderung mengalami retakan pada waktu mengeras, retakan
ini juga bisa terjadi karena beton mengalami penyusutan. contraction
joints tersebut kemudian ditutup dengan asphalt joint filler. Dengan
adanya joints tersebut, retakan bisa dilokalisir dan diminimumkan.
Jarak antara contraction joints diambil tiap 3 m. Ketebalan lapisan
beton bisa diambil antara 75mm – 100mm dengan slump adukan
betonnya antara 50mm– 65mm agar konsistensinya cukup baik untuk

ST - 42
bisa dikerjakan dengan tenaga manusia. Sebelum adukan beton dicor,
sebaiknya tanah dasarnya dibasahi terlebih dahulu agar tanah
tersebut tidak menyerap air semen adukannya. Atau bisa juga tanah
dasar tersebut sebelumnya dilapisi dengan lapisan beton tumbuk
setebal 25 mm dengan adukan beton tipe K75.
Untuk kondisi lingkungan dengan beban tekanan tinggi seperti
misalnya saluran drainase yang lokasinya dekat sekali dengan jalan
raya dimana tekanan horisontal akibat beban lalu lintas cukup
tinggi, maka konstruksi saluran harus menggunakan tulangan.
Pemasangan tulangan ini harus cermat, sehingga kedudukan tulangan
benar- benar rata sehingga tidak ada bagian tulangan yang tidak
terselimuti dengan baik, yang terekspos atau terjadi kontak dengan
tanah dasar dibelakangnya. Agar pemasangan tulangan bisa rapi
dipergunakan beton tahu sebagai penyangganya. Hal ini sangat
penting karena apabila ada bagian tulangan yang terekspos akan
mengakibatkan tulangan menjadi korosi dan sebagai awal terjadinya
kerusakan konstruksi. Setelah pengecoran diperlukan perawatan
keras (curing) selama kurang lebih satu minggu dengan menutup
permukaan beton dengan karung basah. Untuk kualitas betonnya bisa
dipergunakan beton dengan kuat desak 225 kg/cm2 atau sama
dengan beton K225. Pada saat ini penggunaan beton pracetak dengan
kuat desak tinggi (K 300) lebih menjadi pilihan.

Tabel 5. Contoh perbandingan campuran bahan untuk membuat 1 m³


beberapa tipe adukan beton.

ST - 43
Referensi : SNI DT - 91- 0008 - 2007
Catatan : MPa = Mega Pascal = Mega N/m²

Gambar.4 Contoh peralatan pembuat lining beton untuk saluran di


luar negeri dengan menggunakan alat Canal Liner
Dengan alat ini pembuatan lining beton bisa dilaksanakan
dengan cepat dan efisien.
b) Pembuatan konstruksi pasangan batu kali harus mengikuti
persyaratan yang ada didalam spesifikasi tekniknya terutama
mengenai:
 Persyaratan batunya,
 Bahan adukannya,
 Cara pemasangannya, yang mensyaratkan batunya harus
terbungkus dengan rapat oleh adukannya.
Persyaratan bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan batu
ialah:
 Batu harus keras dan padat,
 Permukaannya kasar,
 Tanpa ada bagian yang tipis atau retak, dan
 Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau spesifikasi, mempunyai
dimensi lebih besar dari 10 cm.

ST - 44
Secara visual kekerasan batu dapat dilihat dan diraba pada
permukaannya yang kasar dan tajam, dan tak terjadi pembubukan
pada permukaan dan tepi batu.Pembubukan bisa dilihat di tempat
tumpukan batu, berupa serbuk batu yang dihasilkan akibat gesekan
antar batu, membuat permukaan dan tepi batu menjadi halus.
Demikian juga dengan persyaratan untuk agregat halusnya atau pasir.
Pasir yang dipergunakan sebagai bahan campuran adukan harus
mempunyai sifat sebagai berikut:
 Keras,
 Berbutir tajam,
 Tahan pelapukan,
 Memenuhi syarat kandungan bahan organik dan gradasi yang
ditetapkan
Untuk persyaratan mortar atau adukannya, pada umumnya dipakai
campuran satu (1) bagian semen berbanding dengan empat (4)
bagian pasir, tapi bisa juga dengan nilai perbandingan yang lain
sesuai dengan spesifikasinya. Pencampuran bahan adukan yang ideal
adalah dengan menggunakan beton molen, akan tetapi apabila
disetujui oleh Direksi bisa juga digunakan cangkul dengan
menggunakan kotak yang rapat. Proses pencampuran dilaksanakan
sebagai berikut:
 Seluruh bahan kecuali air harus dicampur sampai menunjukkan
warna yang merata,
 Kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima
sampai sepuluh menit.
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan
dengan kekentalan yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi
70% dari berat semen yang digunakan.
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan
untuk penggunaan langsung.
 Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit
setelah air ditambahkan harus dibuang.
Cara pemasangan batu harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
 Batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata hingga jenuh.
 Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara
pemasangan adukan/mortar terlebih dahulu, kemudian diikuti
dengan batu, sedemikian sehingga semua batu akan terlapisi
dengan adukan mortar.
 Dalam hal apapun, pelaksanaan pemasangan batu tidak boleh
dilakukan dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu baru
kemudian dituangkan adukan mortar ke atasnya.
 Sebagai dasar, mortar yang dipasang paling sedikit punya
ketebalan 3 cm, dipasang pada dasar saluran yang telah disiapkan,
kemudian dilaksanakan pemasangan batu.
ST - 45
 Batu harus tertanam sebelum lapisan mengeras, dengan muka
terlebar sejajar dengan rencana muka dinding pasangan batu dan
jarak antar batu sekitar 2cm sampai 5cm yang merupakan
kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga
antara batu bisa terisi penuh dengan adukan
 Batu disusun setebal rencana dinding pasangan batu, demikian
pekerjaan pasangan batu dilaksanakan untuk selanjutnya.
Pelaksana Lapangan tidak bertanggung jawab terhadap kualitas bahan
batu maupun agregat halusnya, akan tetapi apabila ada keraguan
terhadap kualitas bahan, bisa dikonfirmasikan kepada Petugas
Laboratoriumnya.
c) Untuk memasang beton precast, pertama harus dibuat metode
kerjanya, apakah akan menggunakan alat crane dengan dibantu
tenaga manusia sebagai alat pemindah maupun pemasangannya.
Pemasangan beton precast harus mengacu pada gambar kerja
terutama mengenai:
 Kemiringan dan elevasi dasarnya,
 Kerataan dan kepadatan tanah dasarnya serta
 Kerapihan dalam menyatukan sambungan antar unit betonnya.
 Kepadatan timbunan kembali rongga bekas galiannya.
Konstruksi beton precast memang didesain menggunakan beton
dengan kuat desak tinggi di atas 300 kg/cm² dengan tujuan agar kuat
menahan beban tekanan yang besar yang diakibatkan oleh misalnya
beban tekanan gandar dari truk yang lewat di atasnya. Beban tekanan
dari luar tersebut akan ditahan dengan lebih baik, bila bahan
timbunan kembali rongga bekas galian tersebut diisi dengan material
pasir. Karena seperti diketahui bahwa material pasir mempunyai sifat
yang keras, tidak berbongkah dan tidak kembang susut sehingga bisa
mengisi seluruh rongga dengan merata dan padat. Hal ini
menimbulkan tekanan tanah pasif yang besar dan merata diseluruh
dinding konstruksi dalam menahan beban tekanan dari luar tersebut.
Pengaruh ketebalan lapisan pasir dalam menahan beban dari luar bisa
dilihat dalam gambar 5.
Tugas Pelaksana Lapangan dalam semua pelaksanaan pekerjaan
tersebut adalah mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan
agar sesuai dengan instruksi kerjanya sehingga hasil pekerjaan sesuai
dengan yang direncanakan

ST - 46
Gambar 5. Contoh Pengaruh Beban dan Fungsi Lapisan Bahan Pasir
(diambil dari brosur Precast Concrete Products/ PRECON)

Gambar 6. Contoh Pengaruh Beban dan Fungsi Ketebalan Lapisan


dan Timbunan Kembali Bahan Pasir (diambil dari brosur Precast
Concrete Products/ PRECON).

4.4. Bangunan pelengkap


a) Bangunan pelengkap antara lain terdiri dari: bangunan pintu air,
bangunan terjun dan bangunan saringan sampah.
b) Konstruksi pintu air dipasang sesuai persyaratan yang ditentukan,
terutama yang terpenting adalah dalam hal kelancaran pengoperasian
dan tidak ada kebocoran dari aliran airnya.
Fungsi pintu air adalah untuk mengatur pembuangan air dari saluran ke
sungai dengan cara membuka pintu air saluran bila muka air sungai
rendah, dan menutup pintu air untuk menahan masuknya aliran air
sungai kedalam saluran bila muka air sungai lebih tinggi dari muka air
saluran (biasanya terjadi pada waktu musim banjir. Letak konstruksi
pintu air biasanya di outlet saluran menuju ke sungai atau
ST - 47
waduk penampung. Pintu air dipasang pada pilar bangunan air dengan
terlebih dahulu memasang kerangkanya (guide frame). Perhatian harus
diberikan pada waktu menentukan elevasi dasar maupun center line dari
konstruksi pintu. Pengecekan ketepatan elevasi/ posisi maupun dimensi
dilakukan sejak persiapan block outnya (sponing tempat dudukan
rangka pintu), kemudian dilakukan pengecekan posisi dari bagian
komponen pintu yang harus tertanam dalam sponing tersebut misalnya
perletakan baut angkur pengikat dan lainnya. Dengan demikian apabila
pemasangan guide framenya yang merupakan kerangka konstruksi pintu
akurat, diharapkan pemasangan komponen selanjutnya bisa berjalan
lancar. Komponen pengangkat pintu air yang antara lain terdiri dari
batang ulir dan roda gigi harus selalu diperhatikan masalah
pelumasannya. Hal ini untuk menjaga agar komponen tersebut selalu
terpelihara dan tidak berkarat, yang terlebih penting lagi adalah untuk
menjaga agar pengopersian pintu tetap lancar.

Gambar 6. Contoh gambar pintu air dan hidro mekanikalnya


c) Pembuatan bangunan terjun tidak berbeda dengan pembuatan bangunan
lainnya mengacu pada gambar kerja dan sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan. Bangunan terjun berfungsi untuk mengurangi kemiringan
dasar saluran agar kecepatan aliran airnya tidak melebihi yang
disyaratkan yang bisa menyebabkan gerusan atau erosi pada salurannya.
Konstruksi bangunan terjun dilengkapi dengan kolam olak yang
fungsinya untuk meredam energi air yang jatuh sehingga tidak
menimbulkan kerusakan pada konstruksinya maupun bagian saluran di
sebelah hilirnya. Dalam merencanakan bangunan terjun bagian
yang penting adalah menentukan dimensi kolam olaknya. Demikian
juga dalam melaksanakan konstruksi bangunan terjun, agar diperhatikan
selain dimensi kolam olaknya harus tepat, juga penempatan elevasi lantai
hilirnya harus benar-benar sesuai dengan rencana, jangan sampai lebih

ST - 48
tinggi dari yang direncanakan. Karena bila tidak, bisa mengakibatkan
energi air yang jatuh masih cukup besar untuk membuat gerusan baik di
konstruksi lantainya maupun di dasar saluran di bagian sebelah hilir
lantai bangunan (scouring). Hal ini akan menimbulkan proses piping
yang akhirnya bisa membuat lantai tersebut menggantung dan patah

Gambar 7. Contoh gambar bangunan terjun

Gambar 8. Contoh gambar kolam olak

d) Pembuatan saringan sampah dilaksanakan untuk menyaring sampah


dan kotoran yang terbawa aliran air agar tidak masuk ke dalam
bangunan yang dilindungi, misalnya gorong-gorong yang terletak di
bawah jalan, yang karena bentuk konstruksinya menyebabkan susah
untuk dibersihkan sehingga bisa menyumbat konstruksi tersebut. Pada
ST - 49
umumnya saringan sampah dibuat pada saluran drainase yang cukup
besar serta melewati daerah-daerah yang diperkirakan sebagai
penyumbang sampah yang potensial seperti pasar. Saringan sampah
dibuat seperti jeruji besi dengan jarak antara yang cukup, sehingga tidak
mengganggu aliran airnya tetapi bisa menahan sampah yang
dimaksudkan. Yang perlu mendapat perhatian adalah, saringan sampah
tersebut harus dijaga kondisinya, agar jangan sampai tertutup rapat
oleh sampah yang ada. Keadaan tersebut membuat saluran tidak bisa
berfungsi mengalirkan air ke bagian hilirnya, sehingga menyebabkan
banjir di daerah bagian hulunya. Untuk menjaga jangan sampai terjadi
peristiwa yang demikian, maka pembersihan sampah dan saringannya
harus selalu rutin dilaksanakan
e) Pembuatan manhole untuk pekerjaan drainase perkotaan tidak spesifik
seperti manhole untuk utilitas. Pada umumnya untuk saluran beton
precast tipe U-ditch, lobang pemeriksaan bisa dilakukan dimana saja
dengan cara membuka tutupnya bila diperlukan. Sedang untuk tipe box
culvert, lubang pemeriksaan bisa dibuat setiap jarak yang ditetapkan
dengan mengganti konstruksi box culvert ditempat tersebut dengan tipe
U-ditch yang bertutup

4.5 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan


4.5.1 Pemeriksaan elevasi dan dimensi saluran
a) Pemeriksaan saluran dimaksudkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
telah dilaksanakan dengan baik sesuai spesifikasi yang ditetapkan,
dalam pengertian baik dimensinya, kualitasnya maupun kerapihannya.
b) Pemeriksaan saluran terutama elevasi dan dimensinya bisa dilakukan
bersama dengan Juru ukur menggunakan alat ukur dan rol meter . Yang
dilakukan dalam pemeriksaan dimensi saluran adalah: melakukan
pemeriksaan terhadap alinyeman saluran, lebar atas maupun lebar dasar
dan kedalaman dasar saluran, serta kerapihannya di tiap tiap profilnya.
Pemeriksaan dimensi tersebut harus memenuhi nilai seperti yang
ditetapkan dalam gambar kerjanya, kalaupun ada penyimpangan dari
nilai hasil pengukuran, penyimpangan tersebut masih dalam batas
toleransi yang ditetapkan.
4.5.2 Pekerjaan perbaikan
a) Dalam mengelola pelaksanaan pekerjaan berlaku moto lebih baik
mencegah dari pada memperbaiki, untuk itu dilakukan upaya dengan
cara, melakukan pengelolaan pekerjaan sejak tahap persiapannya dengan
baik, demikian juga pada tahap pelaksanaannya sehingga pekerjaan bisa
berjalan dengan lancar tanpa kendala dan berhasil dengan baik. Karena
sebagaimana diketahui, melakukan perbaikan pekerjaan yang sudah
dilaksanakan, apalagi apabila untuk melakukan perbaikan tersebut harus
dilakukan dengan cara membongkar pekerjaan yang sudah jadi, adalah
merupakan pemborosan biaya dan waktu pelaksanaan. Untuk itu
komitmen terhadap pemenuhan prosedur kerja harus dilaksanakan
dengan disiplin dan penuh tanggung jawab. Akan tetapi sebagaimana
ST - 50
kondisi pekerjaan pada umumnya, meskipun konstruksi pekerjaan sudah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur, tetap saja terjadi kerusakan yang
mungkin terjadi akibat faktor alam atau lainnya yang tidak terduga.
Meskipun demikian karena pekerjaan dilaksanakan dengan selalu
memenuhi standar prosedur kerjanya, maka kalaupun terjadi kesalahan
pelaksanaan, sudah bisa diketahui sejak awal dan bisa segera diperbaiki
sebelum sampai pada akhir pelaksanaan yang kemungkinan mempunyai
akibat kerusakan yang lebih besar. Dengan demikian perbaikan yang
dilaksanakan akan terasa lebih ringan serta menjadikan konstruksi yang
dilaksanakan tetap bisa berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan.
b) Tugas Pelaksana Lapangan adalah untuk mengarahkan dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaan perbaikan konstruksi, mengacu pada instruksi
kerjanya agar pekerjaan perbaikan bisa berjalan lancar sesuai dengan
yang direncanakan dan hasilnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
4.5.3 Uji coba pengaliran
a) Uji coba pengaliran adalah melakukan uji coba pada konstruksi yang
sudah selesai dilaksanakan, untuk mengetahui apakah konstruksi tersebut
bisa berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan ataukah masih ada
hambatan-hambatan yang mengganggu kelancaran fungsi tersebut. Dengan
uji coba ini bisa langsung diketahui hambatan-hambatan apa saja dan di
bagian sebelah mana yang masih mengganggu kelancaran fungsi tersebut
sehingga dapat dicarikan solusinya.
b) Proses uji coba dilaksanakan dengan disaksikan oleh pihak Direksi
pekerjaan, dengan cara menjalankan konstruksi tersebut sesuai dengan
fungsinya, dengan memberikan beban sesuai kapasitas maksimum,
kemudian diperiksa hasilnya, kalau masih ada kekurangan dievaluasi lagi
dan dibuatkan solusinya.

8. Masa Pemeliharaan
Terhitung dari tanggal penyerahan pertama dengan jangka waktu yang ditentukan
dalam kontrak, pemborong diwajibkan memperbaiki pekerjaan yang kurang baik,
pengurugan amblas, bahan yang jelek atau hal-hal lain yang sesuai dengan catatan
dari Direksi. Setelah semua kekurangan dan kerusakan ini diperbaiki dengan
memuaskan dan diterima dengan baik oleh Direksi, maka setelah jangka waktu
pemeliharaan dilampaui, pekerjaan sekali lagi diserahkan oleh pemborong. Hal ini
akan dinyatakan secara tertulis dalam bentuk suatu Berita Acara Penyerahan
Kedua. Bila pemborong dalam masa tersebut atas teguran/pemberitahuan Direksi
tidak melaksanakan perbaikan/pemeliharaan, maka Direksi berhak untuk
memutuskan /memotong jaminan pemeliharaan atau menyuruh pihak ketiga
untuk melakukan pekerjaan itu atas tanggungan pemborong (pihak kedua).

ST - 51
VII. PEKERJAAN PELAPIS DINDING DAN LANTAI

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Paving block Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai
jenis Paving Block pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta
Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.
b. Pekerjaan Batu Alam Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai
jenis Batu Alam pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi
Teknis ini atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.

2. Bahan-bahan
a. Pekerjaan Paving block
1) Untuk semua paving block menggunakan paving ukuran 20x20cm, tebal 8 cm, K-300,
warna merah dan abu-abu, produksi Conbloc atau sekualitas.
2) Pasang kanstein baru menggunakan kanstein ukuran 15x30x60cm produksi Conbloc atau
sekualitas
3) Khusus untuk Paving block dan Kanstein yang dimaksud sebelum didatangkan atau
memulai pemasangan Kontraktor harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada Direksi
dan Konsultan Pengawas serta dilakukan tes uji karakteristik ke Laboratorium Teknik Sipil
dan semua biaya ditanggung kontraktor
b. Pekerjaan Batu Alam
1) Semua bahan batu alam harus sesuai dengan jenis/type yang tertera pada gambar dan
spesifikasi yang dimaksud.
2) Khusus untuk batu alam yang dimaksud diatas Kontraktor harus mengajukan contoh
terlebih dahulu kepada Direksi.
3) Sebelum mengadakan pemasangan/mendatangkan bahan Kontraktor harus o persetujuan.
c. Pekerjaan Lantai Batu Candi
1) Bahan batu candi menggunakan batu ukuran 20 x 40 cm dengan tebal 5 cm

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pekerjaan paving block
1) Umum
a) Lapisan Subgrade Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih
dahulu, sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita
perlukan untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %. Subgrade
atau lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan kepadatan minimal 90 %
MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini sangat penting untuk kekuatan
landasan area paving nantinya.
b) Lapisan Urugan Pasir Pekerjaan lapisan urugan pasir harus disesuaikan dengan gambar
dan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga
harus mempunyai minimal kemiringan 2%, satu arah melintang kearah saluran / parit
n. Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving kita.
Pemasangan paving yang paling utama adalah perkerasan landasan bawah harus benar-
benar baik dan padat untuk lapisan menggunakan pasir hitam dengan ketebalan 10 cm
berfungsi untuk meratakan pada saat pemasangan.
c) Kanstein/Penguat tepi (Kerb) Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita
pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan
paving pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada
hasil akhirnya
2) Pemasangan Paving
a) Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan base. Kemudian
diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang seragam dan harus
mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base.

ST - 52
b) Penggelaran pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter di depan paving terpasang dengan
tebal screeding.
c) Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis (starting point) diatas lapisan
pasir alas (laying course).
d) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik tegang dan kita
arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B, kemudian
kita buat pasangan kepala masing-masing diujung benang tersebut.
e) Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran pasir alas. Hindari
terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak celah/naat dengaan spasi
2-3 mm untuk pengisian joint filler.
f) Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan
paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4 % denga toleransi cross fall 10 mm untuk
setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan
maksimum kerataaan antaar block tidak boleh melebihi 3 mm.
g) Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving dan seera
dilanjutkan dengan pemadatan paving.
h) Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor yang
mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN
dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz. Pemadatan hendaknya dilakukan secara
simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan
meter dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya
pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan
pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati pasangan paving
tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran, putaran yang pertama
ditujukan untuk memadatkan pasir alas dengan penurunan 5-15 mm (tergantung pasir
yang dipakai).Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu pasir pengisi
celah/naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.
3) Pemasangan Kanstein
a) Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum pemasangan
paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi agar
paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya. Pemasangan
Kanstein dipasang sesuai gambar atau menyesuaikan kondisi lapangan setelah dilakukan
pengukuran (Uitzet). Nat-nat pada sambungan Kansten diisi dengan perekat 1PC:3 Ps.
b. Pekerjaan Batu Alam
1) Semua bahan – bahan yang datang harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
untuk dapat dilakukan pekerjaan selanjutnya
2) Batu Alam sebelum dipasang harus disiram dengan air agar monolit terlebih dahulu
3) Batu Alam yang akan dipasang harus bersih dari semua kotoran dan debu
4) Ujung pertemuan antar sisi batu alam harus dilakukan pemotongan bagian dalam
batu alam agar sisi pertemuan menjadi satu garis lurus
5) Pemasangan batu alam dilakukan dengan campuran 1 Pc : 4 Ps
6) Setiap sekali pemasangan batu alam, maka permukaan batu alam harus segera
dibersihkan dari segala kotoran akibat campuran atau debu pada hari itu juga agar
kondisi permukaan batu alam tetap bersih dan tidak terjadi kerak.
7) Setelah sehari pemasangan batu alam selesai maka permukaan batu alam bisa
dilakukan pelapisan Coating.

ST - 53
IX. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
1. Lingkup Pekerjaan
a. Umum
1) Pengadaan bahan-bahan dan alat-alat sampai ditempat lokasi
2) Pemasangan bahan-bahan dan alat-alat tersebut sampai bisa beroperasi dengan sempurna,
sampai mendapat persetujuan Direksi.
3)Pengujian-pengujian dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan selama dalam masa
pemeliharaan.
b. Pemasangan instalasi penerangan, stop kontak dan Penyambungan Daya Baru.
1) Seluruh pemasangan tersebut diatas dari jenis, type dan ukuran serta cara pemasangan
sesuai yang dinyatakan dalam gambar.
2) Pemasangan armateur lampu, saklar-saklar dan stop kontak dari macam dan jenis sesuai
yang dinyatakan dalam gambar / RKS.
3) Pemasangan pekerjaan lain dan nyata-nyata menurut gambar dan RKS harus dipasang.

2. Bahan – bahan
a. Persyaratan Umum Bahan-bahan yang akan dipasang harus baru dan memenuhi persyaratan-
persyaratan bahan berdasarkan PUIL 2010, syarat-syarat LMK dan peraturan-peraturan
setempat atau peraturan Standart Internasional yang berlaku.
b. Bahan dan peralatan untuk sistem distribusi daya listrik.
1) Box Panel dengan ketebalan 1,8 mm warna cat oven warna abu-abu atau cream
menggunakan merk Saka atau sekwalitas.
2) Sirkuit breaker menggunakan MCB,MCCB merk Scheneider atau sekualitas yang mendapat
Sertifikat PLN atau LMK dan berstandar SNI
3) Kabel-kabel tegangan rendah dalam hal ini kabel instalasi penerangan dan stop kontak
dengan jenis dan ukuran sesuai yang dinyatakan dalam gambar dengan merk Eterna atau
sekwalitas (bersertifikat LMK) jenis NYY. Sedangkan Kabel Induk Daya Panel menggunakan
jenis NYY.
4) Semua bahan dan peralatan harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud
dalam gambar dan RKS.
c. Pipa-pipa instalasi dan persilangan
1) Pipa kabel digunakan pipa merk Clipsal atau sekualitas.
2) Persilangan-persilangan pipa disambung dengan T doosyang dilengkapi dengan tutupnya
menggunakan merk Clipsal atau sekwalitas.
3) Isolasi kabel menggunakan merk Unibell atau sekualitas.
d. Saklar dan stop kontak
1) Armateur – armateur saklar dan stop kontak menggunaan merk Panasonic atau sekualitas.
2) Doos menggunakan tipe inbouw (tertanam dalam dinding) menggunakan merk Panasonic
atau sekwalitas.
e. Titik lampu untuk instalasi penerangan
1) Armateur-armateur lampu yang terpasang terdiri dari jenis :
a. Lampu Taman type Ballglass diameter 30 cm produksi DLX atau sekwalitas.
b. Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) type tiang Oktagonal jenis Parabolic (lengkung),
tinggi 7 meter ; merk Raja Lampu atau sekwalitas, terdiri dari 2 jenis tiang yang
terpasang :
1. Tiang yang mempunyai cabang 1
2. Tiang yang mempunyai cabang 2
2) Sedangkan isi lampu dari armature-armature tersebut diatas yaitu :
a. Untuk Armature lampu Taman menggunakan lampu SL Tornado 24 Watt merk Philips
atau sekwalitas.

ST - 54
b. Untuk armature Lampu PJU menggunakan lampu Mercury HPLN 250 Watt merk
Philips atau sekwalitas.
3) Semua bahan-bahan adalah harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud
dalam gambar dan terlebih dahulu diajukan contoh atau brosur/katalog, 15 (lima belas)
sebelum terpasang untuk mendapat persetujuan dari pihak Direksi.

3. Syarat – syarat Pelaksanaan


a. Persyaratan Umum
1) Gambar Rencana Gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan –
peralatan yaitu lampu– lampu,stop kontak, dll. Penyesuaian harus dilakukan dilapangan,
jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi dilapangan.
2) Gambar pelaksanaan Gambar-gambar jaringan terpasang, dibuat oleh Kontraktor
berdasarkan gambar rencana. Perubahan atas gambar-gambar rencana harus melalui
persetujuan Direksi, setelah ada pengajuan tertulis dari Kontraktor.
3) Standart dan peraturan pemasangan Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti
Standart dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik 2010 dan Standart Internasional yang
tidak bertentangan dengan PUIL 2010.
4) Instalatir dan Tenaga pelaksana
a) Surat ijin bekerja yang masih berlaku bagi instalatir adalah klasifikasi C, yang harus
dimiliki secara hak oleh Kontraktor, satu copy dari Surat Ijin tersebut harus diserahkan
kepada Direksi.
b) Kontraktor harus menempatkan secara penuh (full time) seorang Koordinator yang ahli
dalam bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan dan serupa dan dapat sepenuhnya
mewakili Kontraktor dengan predikat baik. Tenaga-tenaga pelaksana harus dipilih hanya
yang berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan instalasi listrik secara umum
kuat, aman dan rapi.
b. Sistim Distribusi Penyambungan Daya Listrik
- Adanya pekerjaan Penyambungan Daya Baru ke PLN untuk memenuhi kebutuhan Daya
Listrik Instalasi Penerangan dan Stop Kontak.
- 10 (sepuluh) hari setelah dterbitkannya SPMK, Kontraktor harus segera mengajukan proses
Penyambungan Daya Baru tersebut ke PLN agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan.
- Kapasitas Penyambungan Daya Baru sesuai dengan yang dicantumkan dalam Gambar atau
Bill of Quantity (BQ).
- Panel Taman (Panel Induk) :
1. Bahan, dari pelat baja tebal 2 mm, dicat dasar tahan karat bagian luar dan dalam
sebelum dicat akhir dengan cat open warna abu-abu/ Cream sekwalitas Saka.
2. Bentuk fisik Panel Induk dan sub Panel, harus mempunyai pintu yang dapat dikunci dan
handel serta dapat dibuka/tutup dengan mudah yang dilengkapi dengan :
3. Lampu kecil untuk menunjukkan phase R, S, T berwarna merah, kuning dan hijau dan
saklar untuk mematikan, sesuai dengan daya yang dibutuhkan.
4. Pada panel induk dipasang meter penunjuk Volt meter, switch selector voltage.
Dalam hal ini sesuai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
5. Bus-bar
 bus-bar disanggah kokoh dengan bahan isolator
 Bus-bar netral dan bus-bar pentanahan dipasang pada posisi berseberangan (atas dan
bawah/kiri dan kanan)
 Bus-bar diberi tanda untuk phase R, S, T, nol dan pentanahan
 Bus-bar pentanahan (ground) dihubungkan dengan bagian-bagian yang harus tidak
bertegangan, antara lain : kotak panel atau benda- benda konduktif.

ST - 55
6. Kabel-kabel
 Ujung-ujung kabel berkas (standart) harus mempunyai sepatu kabel (schoen) type
compression yang diameter / ukurannya disesuaikan dengan penampang kabel yang
terpasang.
c. Titik Instalasi Penerangan
- Armatur/Kap Lampu
1. Jenis armature /kap lampu yang terpasang harus disesuaikan dengan jenis lampunya
sebagai isi dari kap tersebut
2. Bentuk, jenis dan fungsinya seperti yang tertera dalam gambar.
3.Seluruh penyambungan kabel didalam Armature/Kap harus menggunakan terminal
kabel , kecuali yang dipasang pada Fitting bisa langsung disambungkan di mur yang
sudah tersedia didalam Fitting tersebut.
4. Sebelum Kap tersebut dipasang ,Kontraktor harus mengajukan contoh bahan atau
brosur/katalog, untuk mendapat persetujuan dari Pihak Direksi/Konsultan Pengawas.
- Jenis Lampu
1. Lampu Mercury HPLN.
 Daya Lampu Mercury HPLN yang terpasang 250 Watt
 Lampu berfungsi sebagai Penerangan Area Parkir dan dibeberapa tempat seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
 Pemasangan lampu terletak didalam armature/kap yang berfungsi untuk itu dimana
permukaanya terbuat kaca sehingga dapat meneruskan cahaya kebidang yang
diteranginya serta dapat dibuka dan ditutup dengan baik apabila lampu tersebut
perlu diganti (mati).
 Kabel-kabel dalam kap harus ditata/diatur sedemikian rupa sehingga tidak menempel
body kap lampu tersebut.
2. Lampu SL
 Lampu SL yang terpasang jenis SL Tornado mempunyai daya 24 Watt
 Lampu ini sebagai isi dari Armature/kap lampu Taman type Ball Glass.
d. Titik Instalasi Stop kontak (kotak kontak)
1. Seluruh stop kontak harus memiliki terminal fasa netral dan pentanahan (grounding).
2. Pemasangan stop kontak tertanam dalam dinding (inbouw) dan terletak didalam Rumah
Pompa yang berfungsi sebagai sumber daya dari Pompa Air.
3. Tinggi pemasangan stop kontak, disesuaikan dengan kondisi tata letak Pompa.
4. Pemasangan stop kontak terdiri dari 3 buah stop kontak (stop kontak 3x) yang dipasang
sejajar dan pemasangannya dengan cara di paralel satu dengan yang lainnya.
5. Jenis stop kontak yang terpasang yaitu Type Water Proffing dikarenakan pemasangannya
diarea basah untuk menjaga keamanan serta kontinuitas jaringan instalasi dayanya bisa
berfungsi dengan baik.
6. Semua stop kontak satu fasa harus mempunyai rating 10 A/16 A – 250 V/380 V.
7. Pemasangan ketinggian Stop Kontak harus koordinasi terlebih dahulu dengan Konsultan
Pengawas sebelum dipasang.
e. Kabel
1. Kabel-kabel yang dipergunakan sesuai ukuran, jenis yang dinyatakan dalam gambar.
2. Kabel-kabel instalasi menggunakan warna-warna sesuai PUIL 2010 ,yaitu :
 Merah fasa R
 Kuning fasa S
 Hitam fasa T
 Biru fasa Netral/nol

ST - 56
 Kuning strip hijau untuk pentanahan/arde
3. Pemasangan jaringan kabel yang terpasang adalah jaringan kabel yang tertanam didalam
tanah jenis NYY dan dilindungi dengan Pipa Clipsal.
4. Jalur pemasangan kabel tanam harus sesuai dengan gambar yang sudah ada. Tidak
diijinkan mamasang jalur dengan potong kompas (melintang).
5. Apabila dikarenakan dengan kondisi tidak memungkinkan terpasang sesuai dengan
gambar,maka kontraktor harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak
Direksi/Konsultan Pengawas untuk mencari jalan keluarnya.
6. Didalam pipa pelindung jaringan instalasi tidak diijinkan adanya sambungan kabel
didalamnya. Stop kontak (kotak kontak)
4. Pengujian Instalasi
1. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan, tenaga ahli dan fasilitas lainnya untuk
menyelenggarakan serangkaian pengujian terhadap material equipment, serta instalasinya,
untuk memperlihatkan bahwa seluruh pekerjaan sudah dilaksanakan dengan baik, memenuhi
segala persyaratan dan apa yang dimaksudkan. Semua pengujian diselenggarakan atas biaya
kontraktor.
2. Pengujian berikut harus dilakukan untuk kabel instalasi, sebelum dan sesudah dipasang : test
insulasi, test kontinuitas, dengan disaksikan oleh Direksi dan dicatat hasilnya.
3. Sebelum pengujian diadakan antara lain pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
 Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud.
 Pemeriksaan kekuatan mekanis
 Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
 Kontraktor harus membuat Gambar As Built Drawing yang dikerjakan dan juga berfungsi
sebagai Jaminan Instalasi Listrik dari Kontraktor (Biro Teknik) yang bisa dipertanggung
jawabkan serta hasil tes uji Pentanahan Panel juga tertera.

ST - 57
X. PEKERJAAN HYDRANT KERING

1. Pekerjaan Persiapan
1.1.Papan Nama Proyek
Pelaksanaan pekerjaan
a. Penyedia Jasa diwajibkan memasang papan nama proyek dengan ukuran 140 x 110 di
tempat lokasi kegiatan yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan
pekerjaan.
c. Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan warnanya ditentukan kemudian, yang
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis.
1.2. Listrik Kerja dan Air Kerja
1) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja merupakan pekerjaan pengadaan air untuk
pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan listrik untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk
penerangan lokasi di malam hari, pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun
menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk kelancaran
pekerjaan.
2) Pelaksanaan pekerjaan
 Pengadaan air kerja dengan pengadaan pompa air untuk mengambil air bersih pada
sumur eksisting yang ada.
 Air bersih ditampung menggunakan bak penampung air (drum) untuk pelaksanaan
pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.
 Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari PLN atau boleh
menggunakan Genset berkapasitas cukup digunakan untuk kelancaran pekerjaan serta
penerangan lokasi site.
 Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai selesainya pekerjaan.
1.3. Kantor Sementara/Direksi Keet
1) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kantor sementara/Direksi Keet adalah pekerjaan penyediaan kantor
di lokasi proyek sebagai sarana untuk pengawasan, evaluasi dan koordinasi proyek,
pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi kewajiban penyedia barang
dan jasa dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
2) Pelaksanaan pekerjaan
 Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan konstruksi rangka kayu,
lantai diplester, penutup pintu/jendela secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan.
Ukuran luas kantor disesuaikan dengan kebutuhan dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam kebakaran.
 Perlengkapan perlengkapan kantor yang harus disediakan Penyedia Jasa konstruksi
berupa: Meja kursi tamu, Meja Kursi Rapat, Papan Tulis (white board) dan Alat tulis,
Helm Pengaman, P3K, 1 Unit Komputer dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
 Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik penyedia Jasa konstruksi.
1.4. Pekerjaan Pembersihan Lokasi
a. Lingkup pekerjaan, Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan pembersihan lokasi
proyek yang ditunjukkan pada gambar rencana hingga lokasi proyek siap untuk pekerjaan
selanjutnya.
b. Pelaksanaan pekerjaan
 Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, akar akar pohon.

ST - 58
 Segala macam sampah sampah dan barang barang bekas bongkaran harus dikeluarkan
dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar pagar proyek meskipun
untuk sementara.

1.5.Penyediaan Alat-alat Pemadam Kebakaran, Keselamatan Kerja


Selama pembangunan berlangsung, penyedia Jasa konstruksi wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (fire extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah minimal 3 (tiga)
tabung, masing masing tabung berkapasitas 3.5 kg. Penyedia Jasa konstruksi harus
menyediakan Peralatan P3K, helm pengaman, sabuk pengaman, masker, sepatu lapangan dan
alat-alat keselamatan kerja lainnya yang dipandang perlu selama proses pekerjaan.

1.6.Pemasangan rambu-rambu
Selama pembangunan berlangsung penyedia Jasa Konstruksi wajib memasang rambu-rambu
petunjuk maupun peringatan, seperti rambu peringatan berhati-hati karena lokasi akses keluar
masuk kendaraan proyek dan lain-lain

2. Pekerjaan Tanah Dan Urugan


2.1.Lingkup kerja
Pekerjaan Tanah dan Urugan meliputi pekerjaan galian tanah; urug kembali tanah bekas
galian; urugan pasir bawah pondasi menerus, pondasi Menerus dan dasar lantai; serta
pemadatan tanah.
2.2.Standar
a. ASTM-D-1556
b. ASTM-D-1557
Cara pengujian hubungan antara basah dan kepadatan tanah dengan menggunakan martil
10 pound dan dijatuhkan setinggi 18 inchi dengan menggunakan 3 lapisan berganti-ganti.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan :
a. Pekerjaan galian tanah pondasi
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah pondasi meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
2) Kedalaman dan lokasi yang akan di gali harus sesuai dengan gambar perencanaan.
3) Penempatan tanah bekas galian penempatan nya tidak boleh mengganggu pekerjaan lain.
4) Untuk tanah bekas galian yang akan digunakan untuk pengurugan kembali bekas galian
harus ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu pekerjaan.
5) Untuk pekerjaan urug kembali bekas galian harus dipadatkan mengunakan alat pemadat
sehingga tanah bekas galian memenuhi tanah padat yang sempurna.
6) Pekerjaan penggalian harus dilakukan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga pekerjaan
galian pada jalur yang tepat. Bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah
tanah yang ada sebagai akibat penggalian. Kontraktor harus memperbaikinya kembali sesuai
dengan keadaan semula dengan biaya Kontraktor.
b. Pekerjaan urugan pasir.
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus
menyiapkan rencana kerja urugan pasir meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan
alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan
Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2) Pasir yang digunakan harus memenuhi gradasi yang disyaratkan, ketebalan harus sesuai
dengan yang direncanakan, atau pasir setempat yang telah memenuhi hasil pengujian

ST - 59
material. Pasir harus bebas dari bahan bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3) Pasir yang digunakan menggunakan pasir urug. Material pasi harus bebas dari sampah,
semen, batuan besar atau kotoran lain yang dapat merusak pipa atau menyebabkan pipa
tidak tersupport secara sempurna.
4) Pasir urug berfungsi sebagai pelindung pipa dari getaran dan tekanan vertikal. Ketebalan
dasaran pasir urug minimal 10 cm dan harus dipadatkan menggunakan stamper.
c. Pekerjaan urugan tanah
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan urugan tanah dan pemadatannya meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop
drawing.
2) Kedalaman dan lokasi yang akan di timbun harus sesuai dengan gambar perencanaan.
3) Material urugan untuk pekerjaan pemasangan pipa harus bebas dari sampah, semen, batuan
besar atau kotoran lain yang dapat merusak pipa atau menyebabkan pipa tidak tersupport
secara sempurna.
4) Pemadatan tanah menggunakan alat pemadat/stamper. Pemadatan di lakukan setiap
ketebalan urugan
5) Urugan baru dapat dilaksanakan, setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan disetujui
oleh Direksi Proyek.
6) Pengembalian muka tanah harus sama dengan kondisi semula sebelum penggalian

3. Pekerjaan Hydrant
3.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Hydrant meliputi pengadaan dan pemasangan Hidrant dan instalasinya. Detail
seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.
3.2. Standar
a. Perda Pemda setempat Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
c. PERMEN PU NOMOR : 26/PRT/M/2008 tentang PERSYARATAN TEKNIS SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
d. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
e. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
f. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
g. SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang
3.2. Spesifikasi Teknis Peralatan Utama Dan Instalasi
a. Hydrant Pilar One Way 2.5" EX-Hooseki, Gunnebo
b. Hydrant Box Outdoor EX-Zhield
- Fire Hose 1,5 x 30 mtr Machino Coupling
- Hose rack 1,5”
- Nozzle Machino cpl jet 1,5”
- Hydrant Valve 1.5"
- Machino Coupling 1.5"
c. Pipa Galvanis SCH 40 1/2" Sekualitas Bakrie
d. Pipa Galvanis SCH 40 3" Sekualitas Bakrie
e. Pipa Galvanis SCH 40 4" Sekualitas Bakrie

ST - 60
f. Pipa Galvanis SCH 40 6" Sekualitas Bakrie
g. Siamese Connection S11 Sekualitas Hooseki
h. Gate Valve EX-NBC, Toyo, Kitz
i. Check Valve EX-NBC, Toyo, Kitz
j. Pengadaan Dan Pemasangan Pompa Hydrant

 Electric hydran EX Torishima


Electric Fire Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 250-GPM
Head pompa : 80 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : +30 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.
 Jockey pump EX Torishima
Jockey Pump
Type pompa : Centrifugal multi stage pump
Kapasitas : 26,5-GPM
Head pompa : 100 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : 11 kW
Karakteristik listrik : 380 V,3 phase, 50 Hz, Variable Speed Drived
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan panel kontrol Jockey Pump
 Perlengkapan pemipaan / pompa, antara lain :
- Coumpond suction gauge
- Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve
- Main relief valve
 Pressure Tank 1000 liter EX Hydrophore
3.3. Ketentuan Bahan dan Peralatan
a. Pillar Hidran. Pillar hydrant yang dipergunakan disini adalah jenis one way terbuat dari baja
tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya. Jenis coupling harus disesuaikan dengan
model yang dipergunakan oleh Mobil Dinas Kebakaran Kota. Setiap pillar hydrant harus
dilengkapi dengan gate valve untuk memudahkan maintenance. Sistem perpipaan
dilemgkapi dengan dengan main valve dan branch valves. Hydrant Pillar dicat merah
dengan cat Duco ex Dana Paints atau cat ICI, (jenis exterior coating) dan diberi tulisan
“Hydrant” warna putih.
b. Box Hidran
 Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.
 Dimensi box : tebal maksimal 200 mm
 Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi tulisan
“Hydrant” dengan warna putih.
 Linen Fire hose ukuran 40 mm x 30 Meter mudah digulung, tahan terhadap tekanan dan
penyambungan dengan sistem quick coupling type Machino dan memenuhi standard BS
6391

ST - 61
 Nozzle jet diameter 40 mm semua dalam keadaan baru dan fabricated.
 Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan
dengan lebar box.
 Hydrant valve, chronium plated 40 mm sambungan dan bentuk valve disesuaikan
dengan posisi pipa.
c. Pipa Galvanis SCH 40. Pipa GWI yang dipakai adalah kelas Medium A yang tahan terhadap
Pengujian Tekanan Air sebesar 50 Kg/cm2.. Ukuran pipa yang digunakan harus sesuai
dengan standar SNI, SII dan ASTM A53, dilapis dengan galvanis dengan cara Hot dipped.
Ujung pipa yang akan disambung dibuat tapper butt weld. Pipa diusahakan dari produsen
yang sama dan terdapat tanda pabrik dengan jelas.
d. Siamese Connection. Siamese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check
valve dan outlet coupling yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh Dinas
Pemadam Kota.
Ukuran : 100 X 65 X 65 mm
Type : Free standing type dengan chromium plated finish atau cast Iron free
standing type dengan lapisan anti karat.
Sambungan : Jenis coupling harus disesuaikan dengan dinas kebakaran setempat.
Perlengkapan :- Check valve
- Bak kontrol dan tutup.
e. Gate Valve
 Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end untuk
valve sampai dengan diameter 100 mm.
 Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated
with position indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan body
material cast iron untuk tekanan 150 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.

f. Check Valve
 Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end untuk
valve sampai dengan diameter 100 mm.
 Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk tekanan
300 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.

4. Spesifikasi Material Pipa


4.1. Lingkup Pekerjaan
Pemilihan, penanganan dan pengangkutan material mulai dari pemesanan ke lokasi kerja
hingga pipa dan peralatannya terpasang sesuai rencana kerja.
4.2. Syarat
1) SNI 07-0242.1-2000 Spesifikasi pipa baja yang dilas dan tanpa sambungan dengan lapis
hitam dan galvanis panas
2) SNI 03-6405-2000 Tata cara Pengelasan pipa baja untuk air dilapangan
3) ASTM A53 Specification for Pipe, Steel, Black and Hot-Dipped, Zinc-Coated, Welded and
Seamless
4) ASTM A105 Specification for Carbon Steel Forgings for Piping Applications
4.3. Penerimaan material
1) Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru (New
Product), bebas dari defective material, improver material dan menjamin terhadap
kualitas atau mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.

ST - 62
2) Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan
yang sesuai dan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda
tangani berita acara penerimaan barang.
3) Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi
tanggungan/beban Kontraktor.
4.4. Penanganan Material
1) Penyedia barang/jasa harus menjamin barang-barang pipa, katup dan kelengkapannya
ditangani, diangkat, diangkut, disusun, dan disimpan dengan baik; agar pipa, katup, dan
kelengkapannya tidak mengalami kerusakan.
2) Crane dan peralatan pengangkut lain harus disediakan untuk keperluan mengangkut
dan menurunkan pipa, katup, dan kelengkapannya. Kelengkapan-kelengkapan tersebut
tidak diperbolehkan jatuh. Penyedia jasa harus menyediakan fasilitas tersebut termasuk
pengawas pelaksana yang diperlukan untuk menjamin tutup ujung pipa (ends of pipe),
penghubung pipa, penutup pipa dan kelengkapannya tidak mengalami kerusakan pada
saat penempatan ditempat sementara atau gudang penyimpanan.
3) Pada saat pengangkutan pipa, katup dan perlengkapannya harus disangga oleh karung
pasir atau penahan sejenis sehingga tidak mengalami kerusakan.Setiap pipa, katup dan
perlengkapannya yang mengalami keretakan atau kerusakan ditetapkan oleh pengawas
yang ditunjuk oleh pengguna jasa harus ditandai sebagai Barang yang Ditolak dan harus
disingkirkan.
4.5. Contoh Barang
1) Penyedia jasa wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan kepada Pengawas atau Brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu
persetujuan dari pemilik proyek / Pengawas / Perencana sebelum alat-alat tersebut
dipasang.
2) Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
diturunkannya SPK untuk diperiksa Pemilik/Perencana dan Pengawas.
3) Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana
harus disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan di lapangan.
Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata terdapat bahan-bahan
yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh Pengawas/ Perencana, maka
Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site).
4.6. Gudang Penyimpanan Pipa dan Perlengkapannya
1) Penyedia jasa pengadaan harus menyusun pipa secara tepat dalam bentuk stack didalam
area gudang penyimpanan. Susunan pipa dan batasan jumlah pipa dalam setiap stack
harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengambilan dan pengendalian
pemasaukan pipa baru.
2) Ukuran kayu penyangga dalam stack harus seragam dan cukup kuat menahan beban pipa
yang digulingkan diatasnya. Biaya pengadaan stack merupakan beban penyedia jasa.
3) Perlengkapan, katup, meter, alat ukur, dan pipa-pipa harus tersimpan dengan baik dalam
area yang tertutup sebelum digunakan dalam pemasangan pipa.
4.7. Pengangkutan Pipa dari Gudang Penyimpanan ke Lokasi Pemasangan
1) Penyedia jasa harus menyediakan alat pengangkut dan peralatan pendukungnya untuk
mengangkut pipa, katup dan perlengkapannya dari gudang penyimpanan menuju lokasi
pemasangan pipa.
2) Selama poses pemindahan pipa, katup dan perlengkapannya dari tempat penyimpanan
menuju alat pengangkut, selama pengangkutan menuju tempat pemasangan, dan

ST - 63
penurunan dari kendaraan pengangkut penyedia jasa harus menjamin kondisi fisik pipa,
katup, dan perlengkapannya dalam keadaan baik tanpa ada kerusakan.
3) Penyedia jasa harus memasang pipa, katup dan perlengkapannya serta bangunan
pelengkap sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan.
4) Penyedia jasa perlu menyiapkan strategi untuk mengatasi kondisi jalan kampung sempit
dan tidak dapat diakses kendaraan roda empat. Berat pipa 4 inch sepanjang 6 meter
adalah sekitar 97 kg

5. Penyambungan Pipa
5.1.Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan penyambungan meliputi pengelasan pipa distribusi, instalasi
dalam rumah pompa, pemasangan kotak hidran, pemasangan siammese connection dan
hidrant pillar.
5.2. Standar
a. SNI 03-6405-2000 Tata Cara Pengelasan Pipa Baja untuk Air di Lapangan
b. American Welding Society AWS D-19.0 Welding Zinc Coated Steel
c. Standar PU AB-D/LW/TC/011/98 Tata Cara Pemotongan dan Penyambungan Pipa
5.3. Sistem Penyambungan Pipa
a. Sambungan menggunakan las listrik, dan menurut aturan AWS D19.0 Welding Zinc
Coated Steel permukaan baja yang akan dilas harus bebas dari seng meski sudah dilapisi.
Lapisan seng harus digerinda sampai sekitar 5 cm dari ujung yang akan di las.
Perlindungan seng (galvanis) harus dikembalikan setelah proses las selesai sesuai aturan
ASTM 780 menggunakan cat yang mengandung serbuk seng (Zn) atau produk sejenis
yang mampu membuat lapisan galvanis setebal lapisan semula.
b. Belokan dengan radius minimal 5 kali diameter pipa dari bahan yang sesuai dengan
jenis bahan pipanya (long elbow) mengikuti gambar rencana.
c. Sambungan flanged dilakukan pada setiap sambungan aksesoris pipa seperti gate valve,
check valve, sambungan akhir ke hidran pillar, hidrant box dan ke rumah pompa.
d. Sambungan flange juga digunakan pada setiap bagian (section) pipa untuk
memudahkan pengetesan sambungan.
e. Untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara homogen.
f. Kawat las yang dipergunakan untuk pipa baja adalah jenis JIS 3211 atau semutu dan
disetujui Direksi Proyek.Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar
kelembaban harus kurang dari 2,5 %.
g. Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Proyek.
h. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi pada
elemen konstruksi pipa yang dilas. Penyambungan pipa harus selesai dalam sekali
pengelasan, maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus
dibersihkan dahulu dari kerak- kerak las / slag dan percikan-percikan logam yang ada.
Tebal las pada sekali pengelasan maximum 7 mm. Lapisan las yang berpori-pori atau
retak atau rusak harus dibuang samasekali. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan,
maka bagian tersebut harus diuji sesuai dengan standard AWS D1.0. Dan bila ada
kerusakan maka segala macam biaya yang menyangkut perbaikan harus ditanggung
oleh Kontraktor.
i. Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar galian perlu
ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa dijaga tetap stabil
untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
j. Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa yang dilas harus
sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu dari pipa yang dilas, dan cara
penempatan pada posisi yang benar sehingga pada waktu pengelasan dan penurunan

ST - 64
pipa kedalam parit galian, pipa tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini rekanan
terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari Direksi Proyek.
k. Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus dites sebelum diurug. Pengetesan
dilaksanakan dengan cara-cara yang disetujui Direksi Proyek. Pemeriksaan dengan
ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang dipakai harus sesuai dengan AWS D
1.0. atau harus sesuai dengan persyaratan ASTM E114 - 75 ; Ultrasonic Contact
Examination or Weldmends : E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral
Weldsof Welded Pipe and Tubing 1974. Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic"
harus sesuai dengan ASTME109. Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant" harus
sesuai dengan ASTME109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh Pemberi Tugas.
Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
l. Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam bidangnya
dan mempunyai sertifikat keahlian dalam bidang ini. Bila Direksi proyek meminta, maka
sertifikat ini harus diberikan.
m. Penyedia jasa wajib memperhatikan keselamatan kerja. Proses pengelasan menghasilkan
uap dan gas yang dapat mengandung logam berbahaya bagi kesehatan pekerja. Ventilasi
yang baik dan alat perlindungan diri harus digunakan secara benar.
n. Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa dipasang kembali
seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk dan peraturan-peraturan pabrik
membuat pipa.
o. Semua sambungan las harus dicat dengan cat dasar anti karat synchromate setara
produksi Kansai Paint minimum 2 lapis, kemudian di cat akhir minimum 2 lapis dengan
cat besi yang tahan terhadap karat, dan dibalut dengan rapi.
p. Sambungan pipa sudah termasuk aksesoris belokan dan flens.

Contoh sambungan dengan las

5.4. Penumpu Pipa


a. Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan dan angker yang kokoh
(rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan gerakan.
b. Dudukan pipa dibuat pada setiap belokan, percabangan tee, valve dan sambungan akhir,
sesuai gambar rencana.

ST - 65
5.5. Valve dan fitting
a. Valve yang akan dipergunakan harus mengikuti salah satu standar yang disetujui oleh
Direksi. Seluruh valve pada badan luar harus tercetak asli dari pabrik dan dicor dengan
huruf timbul yang dapat menunjukkan nama atau merk dagang pembuatnya, tekanan
kerja, class serta diameter nominalnya. Harga penawaran setiap macam valve harus
sudah termasuk dengan kelengkapannya masing-masing seperti baut, mur karet packing
(unit set) , termasuk dengan upah kerja pemasangan ( Complete Works Joint Materials ).
Bila kualitas valve yang dipakai meragukan, maka Direksi berhak merekomendasikan
kepada rekanan untuk mengganti dengan jenis serta kualitas yang telah memenuhi
standar dan teruji pemakaiannya. Valve yang ditawarkan adalah dalam kondisi baru (
bukan valve bekas) dan sesuai dengan Tekanan kerja yang diminta dalam spesifikasi
teknis dan yang tercantum dalam Bill of Quantity.
b. Air valve yang dipergunakan harus dapat beroperasi secara otomatis dan mempunyai
tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan tidak terjadi kebocoran bila tekanan
minimum 0,1 bar. Air valve harus dapat berfungsi melepaskan udara selama pengaliran
air dalam pipa, dapat memasukkan udara selama penggelontoran, melepaskan udara
bila udara terjebak dalam pipa, dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang
dilepaskan serta aman terhadap vacum.
5.6. Menurunkan Pipa Kedalam Parit
a. Pipa yang akan dipasang diturunkan kedalam galian dengan alat-alat khusus yang
disediakan oleh rekanan. Semua pipa, fitting dan perlengkapannya harus diturunkan
dengan hati-hati kedalam parit galian secara satu persatu dengan derek, tali – tali dan
lain-lain alat yang sesuai untuk menghindari dari kerusakan.
b. Tali yang digunakan haruslah bersifat lemas dan tidak boleh menggunakan seling baja
atau rantai, karena dapat merusak dan menggores pipa.
c. Bila rekanan menggunakan kait untuk mengangkat dan menurunkan pipa, maka ujung
kait ini harus dilindungi karet, untuk menghindari kerusakan pada ujung-ujung pipa
dan inner lining dari pipa baja.
d. Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian rekanan,
rekanan harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki kembali (bila masih
dapat diperbaiki) seperti semula dengan persetujuan Direksi Proyek.
e. Selama penurunan pipa-pipa harus dihindari terbantingnya atau terbeturnya pipa,
karena dapat menimbulkan pecah atau retak-retak pada pipa dan lapisan cement
liningnya atau kerusakan pada ujung pipa yang akan menyulitkan pemasangan
sambungannya.

6. Tes Commisioning
6.1. Lingkup Pekerjaan. Pengujian per bagian sambungan dilakukan setelah sambungan pipa
diturunkan dan pengujian setelah seluruh sistem terpasang.
6.2. Standard : SNI 19-6782-2002 : Tata Cara Pemasangan Perpipaan Besi Daktil dan
Perlengkapannya
6.3. Persyaratan
- Pipa yang telah dipasang harus ditest diuji/pada setiap sambungannya untuk
diketahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna.
- Pengetesan dilakukan sebelum galian diurug agar dapat diperiksa oleh direksi proyek.
Pada posisi pipa telah terletak didalam parit.
- Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh
direksi proyek.

ST - 66
- Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil pengetesan belum mendapat
persetujuan direksi proyek.
- Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan
pengetesan ini menjadi tanggung jawab rekanan.
- Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang
pipa, dengan panjang jaringan pipa untuk tiap kali pengetesan tidak lebih dari 50 m.
- Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 15 atmosfir atau satu kali
tekanan kerja pipa, dan apabila selama 2 (dua) jam tekanan tidak berubah atau
turun, test dinyatakan berhasil dan dapat diterima.
6.4. Cara pengetesan :
a. Hydrostatic pressure test.
- Setelah pipa dipasang, pada pipa tersebut harus dilakukan pengujian hidrostatis
(Hydrostatic pressure test)
- Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disedikan oleh rekanan,
cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan Direksi proyek.
- Sebelum dilaksanakan pengujian semua udara harus dikeluarkan dari dalam pipa
dengan cara mengisi pipa dengam air sampai penuh. Bila pada jalur pipa yang
diuji tidak terdapat valve pembuangan udara (air valve) rekanan dapat memasang
kran pembuang udara pada tempat yang disetujui direksi proyek. Setelah udara
habis terbuang dari dalam pipa, keran pembuang udara dapat ditutup rapat-rapat
dan kemudian pengujian dapat dilakukan.
- Saat-saat dilaksanakan pengujian, semua keran-keran harus dalam keadaan
tertutup. Lama pengujian dilaksanakan minimum 120 menit.
- Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fitting maupun perlengkapan
lainnya harus diuji/dites pada galian parit yang terbuka (belum diurug). Bila
kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan tersebut maka
sambungan tersebut harus diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada
tempat sambungan tersebut.
b. Leakage test.
- Pengujian kebocoran harus dilaksanakan setelah pengujian tekanan hidrostatis
selesai dilaksanakan dan disetujui direksi proyek. Rekanan harus mempersiapkan
semua peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian
kebocoran. Lamanya pengujian untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan
selama pengujian, pipa-pipa harus tetap menunjukan tekanan normal.
- Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui direksi proyek bila memenuhi
standar pengujian kebocoran pada sambungan-sambungan pipa sampai hasil
pengujian kebocoran memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
- Persamaan yang diberikan untuk menentukan berapa besarnya ”kebocoran” yang
diijinkan adalah : Dalam satuan metric :

𝑆𝐷√𝑃
Lm =
2816

Lm : adalah kebocoran yang diizinkan (liter/jam)


S : adalah panjang pipa uji (meter)
D : adalah diameter pipa nominal (inci)
P : adalah tekanan uji (bar)

ST - 67
7. Lain-lain
7.1. Hal – hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, akan
disampaikan dan dijelaskan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
7.2. Pemborong harus membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5 ( lima ) exemplar yang
telah disetujui oleh Direksi dan Pengguna Jasa. Dalam gambar as built drawing tersebut
dicantumkan pula tabel mengenai spesifikasi material yang dipakai, baik material dasar
maupun material finishing

ST - 68
XI. PERKERASAN ASPAL

LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

11.1.1 UMUM

1)
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan
beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan
pondasi tanpa bahan pengikat Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat
harus dihampar di atas permukaan berbaban pengikat ( seperti : Lapis Penetrasi
Macadam, Laston, Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton,
dll).

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8
b) Kajian Teknis Lapangan Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
f) Pelebaran Perkerasan Seksi 4.1
g) Babu Jalan Seksi 4.2
h) Lapis Pondasi Agregat Seksi 5.1
i) Lapis Pondasi Semen Tanah Seksi 5.4
j) Campuran Aspal Panas Seksi 6.3
k) Campuran Aspal Dingin Seksi 6.5
l) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama Seksi 8.1
m) Pengembalian Kondisi Babu Jalan Lama pada Jalan Ber• Seksi 8.2
penutup Aspal

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 2432: 2011 Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI 2434: 2011 Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan Bola
(Ring and Ball)
SNI 2488: 2011 Cara Uji Penetrasi Aspal
SNI 03-3642- Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan
1994 Penyulingan.
Aspal Emulsi Tertahan Saringan No.20
SNI 03-3643- Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi
1994 Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik
SNI 03-3644- Spesifikasi Aspal Cair Tipe Penguapan Sedang
1994 Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
SNI 4798: 2011 Emulsi dengan Alat Saybolt
SNI 03-4799- Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik
1998
SNI 03-6721-
2002
SNI 6832: 2011

ST - 69
AASHTO:
AASHTO M20- 70 (2004) Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO M140-03 Emulsified Asphalt
AASHTO T44-03 Solubility of Bituminous Materials
AASHTO T59-01 (2005) Testing Emulsified Asphalts

British Standards :
BS 3403 : Industrial Tachometers

4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja


Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang
benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak
boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.

5) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Peketjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan
tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang
disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari
bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan
penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi
ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah
meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat
ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga
(porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh
ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup
tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi
ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk
pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material),
atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap
Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain
yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi
diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat.

6) Pengajuan Kesiapan Kerja


Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan :
a) Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat•
nya dan hasil penguj ian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3 ).(c),
diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas•
kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan
jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat,
seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.

ST - 70
b) Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat
celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan
6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari
sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan
meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi
ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari
Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu
tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
c) Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari
Spesifikasi ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai.
d) Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan
pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus
memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini.

7) Kondisi Tempat Kerja


a) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan lalu
lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas.
b) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur,
pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan
aspal.
c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan
dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana
pertolongan pertama.

8) Pengendalian Lalu Lintas


a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen
dan Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila
lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis
Perekat yang baru dikerjakan,.

6.1.2 BAHAN
1) Bahan Lapis Resap Pegikat
a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini:
i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat
(slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya
aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada
lapispondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi barns
mengandung residu basil penyulingan minyak bumi (aspal dan
pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak
kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan
aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan

ST - 71
.

ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20,


diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah
yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai
dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi
Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan
pertama barns dari 80 - 85 bagian minyak per 100 bagian aspal
semen (80 pph - 85 pph) kurang lebih ekivalen dengan viskositas
aspal cair basil kilangjenis MC-30).

b) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, barns
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan
gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat
asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi
anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menggunakan aspal emulsi kationik.
c) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus .
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari basil pengayakan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan
kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen barns lolos ayakan
ASTM 3/8" (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen barns lolos ayakan ASTM
No.8 (2,36 mm).

2) Bahan Lapis Perekat

a) Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-
6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan ..

b) Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO


M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal
(25 pph - 30 pph).

c) Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan styrene
butadiene rubber latex atau polycholoprene latex sesuai dengan AASHTO
M316-99 (2003) Table 1 CRS-2L dengan kandungan karet kering minimum
60%. Kadar bahan modifikasi (polymer padat) dalam aspal emulsi haruslah
min 2,5% terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal emulsi
modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi
reaksi cepat (rapid setting, CRS-1) yang digunakan barns memenuhi Tabel
6.1.2(1).

ST - 72
Tabel 6.1.2.(1). Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat

No Sifat Standar Satuan Batasan

Pengujian pada Aspal Emulsi


1 Viskositas Savbolt Furol oada 50°C SNI 03-6721-2002 Detik 100 - 400
2 Stabilitas Penyimpanan dalam 24 jam AASHTO T59-01 (2005) % berat Maks. l
3 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks. 0,1
4 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positf
5 Kemamouan rnenzernulsi kembali AASHTO T59-0H2005) % berat Min.40
6 Kadar residu dengan destilasi SNI 03-3642-1994 % berat Min.65

Pengujian pada Residu Hasil Penguapan


7 Penetrasi SNI 06-2456-1991 0,1 mm 100-175
8 Daktilitas 4°C, 5 cm/menit SNI 06-2432-1991 cm Min.30
9 Daktilitas 25°C, 5 cm/menit SNI 06-2432-1991 cm Min.125
10 Kelarutan dalam Tricloroethvlene AASHTO T44-03 % berat Min.97.5*
Catatan:
* Jika kelarutan residu kurang dari 97,5o/o, aspal pengikat dasar untuk emulsi yang hams diuji.
Kelarutan aspal pengikat dasar harus lebih besar dari 990/o.

d) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat
aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas
perkerasan beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi
anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit
didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan
aspal emulsi kationik.

6.1.3 PERALATAN

1) Ketentuan Umum
Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan
yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.

2) Distributor Aspal - Batang Semprot

a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati
penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak
boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.

b) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan


sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat
disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada
takaran yang ditentukan dalam rentang 0, 15 sampai 2,4 liter per meter
persegi.

c) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat


mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan
vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel,
dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor aspal juga harus
dilengkapi pipa semprot tangan.

ST - 73
3) Perlengkapan

Perlengkapan distributor aspal hams meliputi sebuah tachometer (pengukur kecepatan


putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah termometer
untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur kecepatan
lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor hams dikalibrasi untuk
memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini.
Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi ketentuan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

4) Toleransi Peralatan Distributor Aspal

Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor aspal
dengan batang semprot hams memenuhi ketentuan berikut ini :
Ketentuan dan Toleransi Yang Dijinkan
Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan
kecepatan kendaraan BS 3403

Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan
kecepatan putaran pompa BS 3403

Pengukursuhu ± 5 °C, rentang O - 250 °C, minimum garis tengah


arloji 70 mm

Pengukur volume atau ± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum
tongkat celup garis skala Tongkat Celup 50 liter.

5) Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan

Distributor aspal hams dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk
Pelaksanaan yang hams disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap saat.

Buku petunjuk pelaksanaan hams menunjukkan diagram aliran pipa dan semua
petunjuk untuk cara kerja alat distributor.

Grafik Penyemprotan hams memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah


takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa dan
jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari nosel. Keluaran
aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan konstan, beserta tekanan
penyemprotanya hams diplot pada grafik penyemprotan.

Grafik Penyemprotan juga hams memperlihatkan tinggi batang semprot dari


permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk menjamin
adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nose I (yaitu setiap
lebar permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel).

6) Kinerja Distributor Aspal

a) Penyedia Jasa hams menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan


dan operatomya untuk pengujian lapangan dan hams menyediakan tenaga•
tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah
Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan

ST - 74
Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak .
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan
tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap
modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

b) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang


dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang
semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari
lembaran resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang
sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam
menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap lembar
terhadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah
disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.

c) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran
pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian
distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum
sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan
dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian
yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dengan minimum
5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap
yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5
meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal
penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari
semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran
sasaran. Sebagai altematif, takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dari
pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam
Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum
70 persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan.

7) Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)

Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot


aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal.

Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam
kondisi baik, terdiri dari :

a) Tangki aspal dengan alat pemanas;


b) Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat
tersemprot keluar;
c) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluamya aspal
(nosel).

Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Penyedia Jasa harus
menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji coba dahulu kemampuannya
sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

ST - 75
6.1.4 PELAKSANAANPEKERJAAN
1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal

a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua
kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1
dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.
b) Apabila pekerjaan Lap is Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu
harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4,
6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis
permukaan yang baru tersebut.
c) Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu
pada Pasal 6.1.2.(1 ). dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi yang
digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.(2).
d) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a)
dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
e) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
f) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
g) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan
dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya
yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian
yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
h) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas
A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat
kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan
diterima.
i) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah
disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal

a) Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan


Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per
meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin•
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot
atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :

Lapis Resap Pengikat 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat

ST - 76
Lapis Perekat Sesuai dengan jenis permukaan yang akan mene•
rima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan
dipakai. Lihat Tabel 6.1.4.(1) untuk jenis takaran
pemakaian lapis aspal.

b) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabet 6.1.4.(1), kecuali


diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk
aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan
dalam daftar ini, temperatumya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.

Tabet 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada


Jenis Aspal Permukaan Baru Permukan Permukaan
atau Aspal atau Porous dan Berbahan
BetonLama Terekpos Pengikat
Yang Licin Cuaca Semen
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35 0,2- 1,0
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2-1,0
Aspal Emulsi yang 0,40 0,40- 1,00 0,4-2,0
diencerkan (1: 1)
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2- 1,0
Modifikasi

Tabel 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan

Jenis Aspal Rentanz Suhu Penvemprotan


Aspal cair, 25-30 pph minvak tanah 110 ± 10 °C
Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah 45±10°C
(MC-30)
Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau Tidak dipanaskan
aspal emulsi yang diencerkan

c) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang


pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus
ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa.

3) Pelaksanaan Penyemprotan

a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan


harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas•
batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.

b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis
untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang
semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

ST - 77
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal hams satu lajur
atau setengah lebar jalan dan hams ada bagian yang tumpang tindih (overlap)
selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan
memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup
oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang
bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah
disemprot hams lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan
dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan hams dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap. Penyemprotan hams dimulai dan dihentikan sampai seluruh
batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja
dengan benar pada sepanjang bidangjalan yang akan disemprot.
Distributor aspal hams mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang
akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan
sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan
kecepatan ini hams tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10
persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk
angin) dalam sistem penyemprotan.
f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan hams
segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan,
hams dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas
bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai
basil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang
digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai
harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal
6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini :
Toleransi I % dari volume tangki
takaran ± (4 % dari takaran yg diperintahkan + ---------------------------- )
pemakaian Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan


penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian
untuk penyemprotan berikutnya .
h) Penyemprotan harus segera dihentikan jika temyata ada ketidaksempumaan
peralatan semprot pada saat beroperasi.
i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan
aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot
harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau
alat penyapu dari karet.
j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menun•
jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap
(blotter material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.( 1 ).(b) dari Spesifikasi ini

ST - 78
sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material)
hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat.

k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus
dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar
yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.

6.1.5 PEMELIHARAAN DAN PEMBUKAAN BAGI LALU LINTAS

1) Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat

a) Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal
6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan
berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah meresap
sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras.
Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu
penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan
minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari
lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.

b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan
mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam
keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut,
tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap
Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang bersih, yang
sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1 ).(b) dari Spesifikasi ini harus dihampar
sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus disebar dari truk
sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal yang belum
tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada lajur yang sedang
dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan, sebuah
alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan
harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup harus dibuat
tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani,
agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) bahan aspal sesuai dengan
Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup harus
dilaksanakan seminimum mungkin.

2) Pemeliharaan dari Lapis Perekat


Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan lapis aspal
berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat. Pelapisan
lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang
kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau
lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus
melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu
lintas. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis
perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya.
Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan
menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum lapis beraspal
dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam. Pemberian kembali

6 - 11

ST - 79
lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat terkena hujan lebih
dari 4 jam.

6.1.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN

a) Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(6).(a)


dari Spesifikasi ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke
lapangan pekerjaan.
b) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari
distributor aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat
menjelang akhir penyemprotan.
c) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal
6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut:
i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak tersebut;
ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak
150.000 liter, dipilih yang lebih dulu tercapai;
iii) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu
dilakukan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.
d) Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut
digunakan.
e) Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan permukaan,
termasuk pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan
takaran pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar
1.10 seperti terdapat pada Gambar.

6.1.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran Untuk Pembayaran
a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai
terkecil di antara berikut ini : jumlah liter residu pada 15 °C menurut takaran
yang diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan,
atau jumlah liter residu aktual pada 15 °C yang terhampar dan diterima.
Gunakan Lampiran 6.1 untuk konversi suhu pelaksanaan di lapangan ke suhu
standard 15 °C. Pengukuran volume harus diambil saat bahan berada pada
temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara.
Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan
penyemprotan.
b) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap
termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat yang
memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.
c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi
Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 6.1.4.(a) dan

ST - 80
6.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus
diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.4 dari
Spesifikasi ini.

d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan
permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai
menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu
kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang
memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki

Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak
memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut
Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan,
kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh perbaikan ini.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini
dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk
bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja,
peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan
dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

NomorMata Uraian Satuan


Pembavaran Pengukuran

6.1.(la) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter

6.1.(lb) Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi Liter

6.l.(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair Liter

6.l.(2b) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Liter

6.1.(2c) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Modifikasi Liter


6 - 13

ST - 81
LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN
LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)

6.2.1 UMUM

1)

Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing)


yang dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat
aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping). Pelaburan aspal
(surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A
yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Pondasi Berbahan Pengikat Semen
atau Aspal, atau di atas suatu permukaan aspal lama.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
b) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
f) Bahu Jalan : Seksi 4.2
g) Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5.1
f) Lapis Pondasi Semen Tanah : Seksi 5.4
h) Lapis Pondasi Agregat dengan Cement Treated : Seksi 5.6
Base
i) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
j) Campuran Beraspal Panas : Seksi 6.3
k) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
l) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, : Seksi 10.1
Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus
DanKasar
SNI 2417: 2008 Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles
SNI 2432: 2011 Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI 2433: 2011 Cara Uji Pengujian Titik nyala dan Titik Bakar dengan alat
Cleveland Open Cup
SNI 2434: 2011 Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan Bola
(Ring and Ball)
SNI 2439: 2011 Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan Pada Campuran
Agregat-Aspal
SNI 2441 : 2011 Cara Uji Pengujian Berat Jenis Aspal Keras
SNI 2456: 2011 Cara Uji Penetrasi Aspal

ST - 82
SNI 03-4137-1996 Metode Pengujian Tebal dan Panjang Rata-rata Agregat
SNI 03-4428-1997 Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir yang
Mengandung Bahan Plastis dengan Cara Setara Pasir
SNI 03-6441-2000 Metode Pengujian Viskositas Aspal Minyak dengan Alat
Brookfield Thermosel
SNI 03-6721-2002 Metode Pengujian Kekentalan Aspal cair dan Aspal Emulsi
dengan alat Saybolt
SNI 06-6890-2002 Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal

AASHTO:

AASHTO M20-70 (2004) Penetration Graded Asphalt Cement


AASHTO T44-03 Solubility of Bituminous Materials

4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Pelaburan aspal hams disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih, serta
tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
Pelaburan aspal hams dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan bilamana cuaca
diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan.

5) Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi
Ketentuan

Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan


dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan
dibersihkan sesuai ketentuan dalam Pasal 6.2.5.(1) dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa
tidak diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat izin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.

BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas
dari bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan.

Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan•
bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua
BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.

Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya hams terlihat
seragam, dan bentuknya menerus, terkunci rapat, hams kedap air tanpa ada lubang•
lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan
pekerjaan pelaburan aspal yang telah selesai harus dipelihara oleh Penyedia Jasa
paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat agregat yang lepas.

Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, hams diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan atau
penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan penggantian atau
pelaburan dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang
memenuhi ketentuan.

6 - 15

ST - 83
6) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap


pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam
Pasal 6.2.1.(5) di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan
rutin dari semua pelaburan aspal yang sudah selesai dikerjakan dan diterima selama
Periode Pelaksanaan.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal berikut ini :

a) 5 liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari pabrik
pembuatnya, dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal
1.11.1.(3 ).(c), harus diserahkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa bahan aspal tersebut sesuai
dengan Spesifikasi dan jenis yang disyaratkan untuk pelaburan aspal, seperti
diberikan dalam Pasal 6.2.2.(2) dari Spesifikasi ini;

b) Sertifikat Kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat
celup untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan Pasal
6.1.4.(4) dari Spesifikasi ini harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum
pelaksanaan dimulai. Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi
sampai toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal
6.1.3 .(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak
boleh melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai;

c) Grafik penyemprotan, harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari


Spesifikasi ini dan harus diserahkan sebelum pekerjaan pelaksanaan dimulai;

d) Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan


pelaburan aspal disertai lampiran daftar basil pengujian seperti ditunjukkan
pada Pasal 6.2.2.(1 ).(b) dari Spesifikasi ini, harus telah diserahkan paling
lambat 30 hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai;

e) Harns diserahkan pula laporan produksi, lokasi penumpukan bahan dan lokasi
semua jenis agregat yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil
pengujian atas agregat untuk pelaburan aspal, harus sesuai ketentuan Pasal
6.2.2.(1) dan 6.2.6 dari Spesifikasi ini dan harus diajukan minimum 5 hari
sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai;

f) Contoh-contoh bahan yang telah digunakan pada setiap hari kerja dan catatan
harian pekerjaan pelaburan aspal yang telah dilaksanakan dan takaran
penggunaan bahan harus memenuhi Pasal 6.2.6 dari Spesifikasi ini

8) Kondisi Tempat Kerja

a) Pohon, struktur atau bangunan yang berdekatan dengan pekerjaan pelaburan


harus dilindungi dari percikan aspal dan kerusakan lainnya.
b) Aspal atau bahan lainnya yang boleh dibuang ke semua selokan, saluran atau
bangunan yang berdekatan.

ST - 84
c) Penyedia Jasa harus melengkapi dan memelihara fasilitas pencegahan dan
pengendalian kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan serta pertolongan
pertama di tempat pemanasan aspal.

9) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan

a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8 dari Spesifikasi
ini dalam segala hal, dengan ketentuan tambahan yang harus diperhatikan
berikut ini.

b) Segala jenis lalu lintas tidak diperkenankan melewati permukaan yang baru
disemprot sampai permukaan tersebut telah terlapisi oleh agregat.

c) Lalu lintas umum tidak diijinkan melintasi permukaan yang baru diberi
agregat sampai seluruh lokasi telah digilas dengan alat pemadat yang cocok
(minimum 6 lintasan) dan bahan yang lepas telah disapu sampai bersih.
Rambu peringatan untuk membatasi kecepatan kendaraan sebesar 15 km/jam
harus dipasang bila diperlukan. Barikade harus disediakan untuk mencegah
terbawanya agregat penutup yang belum dipadatkan atau dilintasinya tempat
yang belum tertutup aspal.

d) Pengawasan pengendalian lalu lintas yang sebagaimana mestinya seperti yang


diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan sesuai dengan Pasal 1.8.3 dari
Spesifikasi ini, harus dilaksanakan selama 24 jam per hari, dari saat
dimulainya pekerjaan pelaburan untuk setiap ruas sampai minimum 72 jam
setelah pekerjaan pelaburan selesai. Bilamana hujan turun 48 jam setelah
selesainya pekerjaan pelaburan, pekerjaan yang baru selesai ini harus ditutup
untuk lalu lintas sampai permukaannya kering. Pengendalian penuh terhadap
lalu lintas harus dilanjutkan selama 48 jam pada cuaca baik, kecuali bilamana
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

e) Se lama periode tunggu yang ditentukan dalam (d) di atas, permukaan jalan
harus disapu bersih seluruhnya dari agregat yang lepas dan diawasi oleh
Direksi Pekerjaan. Jika Direksi Pekerjaan mendapatkan bahwa permukaan
tampak kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan.
Bilamana tidak, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh
dan seluruh perbaikan yang diperlukan telah dikerjakan.

6.2.2 BAHAN
1) Agregat Penutup

a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah
atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu atau
benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang menyeluruh oleh
aspal.

b) Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup harus


memenuhi ketentuan berikut

• Keausan dengan Mesin Los Angeles Maks. 30 %


(SNI 2417 : 2008)

ST - 85
• Kelekatan Agregat Terhadap Aspal Min. 95 %
(SNI 03-2439-1991)

c) Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas
dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut :

• Persentase berat kerikil pecah yang tertahan ayakan : Min. 90 %


4,75 mm yang mempunyai dua bidang pecah.

d) Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama
BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabet 6.2.2.(1) di
bawah ini.

Tabet 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat

Ukuran Ukuran Persentase ukuran terkecil Persentase


nominal terkecil rata- rata-rata dalam rentang ± maksimum lolos
(mm) rata(ALD) 2,5 mm dari ALD ayakan 4,75 mm

12,5 6,4 - 9,5 min. 65 2

Agregat harus berbentuk kubikal, sedemikian, bila diuji menurut Lampiran


6.2.A dari Spesifikasi ini, rasio ukuran terbesar rata-rata agregat (average
greatest dimension) terhadap ukuran terkecil rata-rata (Average Least
Dimension, ALD) tidak boleh melampaui angka 2,30.

e) Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6


mm, dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan dari Tabet
6.2.2.(2) di bawah, dan harus berbentuk kubikal.

Tabet 6.2.2.(2) Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua BURDA

Ukuran Avakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm)
3/8" 9,5 100
Yi" 6,35 95-100
No.8 2,36 0-15
No.200 0,075 0-8

f) Agregat lapis kedua untuk BURDA juga harus mempunyai ukuran yang
sesuai sehingga dapat saling mengunci ke dalam rongga-rongga permukaan
dalam agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan.

2) Bahan Aspal

a) Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100 memenuhi
ketentuan AASHTO M20-70 (2004) atau jenis Pen.60/70 atau aspal
modifikasi jenis elastomer sesuai Tabet 6.3.2.(5), diencerkan memakai
minyak tanah sesuai ketentuan Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus dipakai untuk
merancang bahan aspal.

ST - 86
Tabet 6.2.2.(3) Rancangan Bahan Aspal

Temperatur Udara Perbandingan Minyak Tanah Terhadap' Temperatur


(°C saat teduh )3 Aspal Pen. 80/100 Aspal Pen.60/70 Penyempr otan
{°C)2
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
Catatan:
1. pph = bagian minyak tanah per 100 bagian
volume aspal.
2. Temperatur penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam rentang
± 10° C dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam tahel di atas.
3. Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari kolom satu
di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur penyemprotan yang dipilih
haruslah temperatur yang terendah di antara keduanya. Perkiraan rentang
perubahan temperatur saat pengukuran dan penyemprotan harus
diperkirakan sebelumnya.

Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih


dari 10 jam pada temperatur penyemprotan seperti ditentukan pada Tabet
6.2.2.(3) di atas atau telah dipanaskan melebihi 200°C, harus ditolak.

Bila digunakan aspal modifikasi maka persyaratan aspal modifikasi yang


digunakan harus berjenis elastomer sesuai dengan Tabet 6.2.2.(3) dengan
temperatur penyemprotan 170 °C.

b) Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi


yang kurang menguntungkan, atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-
2439-1991) dalam kondisi tanggung Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent)
untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal. Bahan tambah (additive)
yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan
proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai merata
sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam
distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk
memperoleh campuran yang homogen.

c) Bila digunakan agregat precoated (precoated chip) maka aspal yang


digunakan untuk precoated chip harus berupa aspal cair atau aspal emulsi
sesuai dengan sifat aspal lapis perekat Seksi 6.1. Kuantitas Aspal emulsi atau
aspal cair yang digunakan precoated harus dalam rentang 1,00% - 1,75%
terhadap berat chip dan harus diaduk merata dengan menggunakan beton
molen hingga seluruh permukaan chip terselimuti aspal. Precoated chip harus
disimpan minimum selama satu hari sebelum digunakan. Pekerjaan pelaburan
baru dapat dimulai bila telah tersedia precoated chip minimal untuk 100 meter
panjang pekerjaan pelaburan.

d) BURTU/BURDA yang menggunakan aspal modifikasi harus menggunakan


precoated chip aspal emulsi modifikasi. BURTU/BURDA yang
menggunakan aspal keras modifikasi dapat menggunakan precoated chip dari
aspal emulsi atau aspal cair.

ST - 87
6.2.3 JENIS PEKERJAAN PELABURAN

Jenis pekerjaan pelaburan yang akan dipakai pada setiap ruas pekerjaan diperlihatkan
pada Gambar dan istilahnya disingkat dalam Tabel 6.2.3.(1) di bawah ini.

Tabel 6.2.3.(1) Jenis Pekerjaan Pelaburan

Jenis Laburan Sin�katan Istilahnya


Laburan Aspal Satu Lapis BURTU
Laburan Aspal Dua Lapis BURDA

6.2.4 PERALATAN

1) Ketentuan Umum

Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin
penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling sedikit 2
(dua) dump truck, sikat mekanis, sapu lidi, sikat dan perlengkapan untuk menuangkan
drum dan untuk memanaskan bahan aspal.

2) Distributor Aspal

Distributor aspal harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini. Tangki
distributor harus benar-benar tersekat sempuma dalam menahan aliran panas, dengan
demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal, turunnya panas tidak boleh melampaui
2,5 °C per jam dalam kondisi tidak sirkulasi.

3) Alat Pemadat

Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter, dan
harus mempunyai mesin penggerak sendiri.

4) Alat Penghampar Agregat

Peralatan penghampar agregat harus dilengkapi dengan ulir pembagi (auger) dan
harus mampu menghampar agregat secara merata dalam takaran yang terkendali
dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus
dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan alat
penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga
menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada permukaan yang telah disemprot
aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk penghampar agregat atau paling tidak
disiapkan satu alat penghampar agregat berupa mesin penebar agregat dengan
penggerak empat roda (four wheel drive belt spreader). Penebaran agregat secara
manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan peralatan sikat hela.

5) Sapu dan Sikat Mekanis

Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat hela atau
mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.

ST - 88
6) Peralatan Lain

Peralata.n lain yang boleh dipakai oleh Penyedia Jasa untuk meningkatkan kinerja
dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Pekerjaan.

6.2.5 PELAKSANAANPEKERJAAN
1) Kuantitas dari Bahan Yang Akan Dipakai

a) Takaran pemakaian bahan aspal, untuk setiap lapis pelaburan aspal dan untuk
setiap mas jalan, hams ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tergantung pada
ukuran terkecil rata-rata agregat penutup, jenis atau komposisi aspal, kondisi
dan tekstur dari permukaan aspal lama dan jenis serta kepadatan dari lalu
lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam
Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi Pekerjaan dapat
memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada basil percobaan di
lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.

b) Takaran hamparan agregat hams cukup untuk menutupi permukaan, tanpa


terlihat adanya kelebihan bahan setelah pemadata.n, sesuai dengan standar
Spesifikasi dalam Pasal 6.2.1.(5). Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi memuat
tata cara menghitung perkiraan takaran hamparan agregat.

2) Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama

a) Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan tidak
dikehendaki lainnya hams dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau
kompresor atau kedua-duanya.Bilamana hasil pembersihan tidak memberikan
basil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih hams dibersihkan
secara manual dengan sapu yang lebih kaku.

b) Pembersihan permukaan hams dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari


tiap-tiap tepi yang akan disemprot.

c) Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki hams


disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang
disetujui dan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang
telah digaru hams dicuci dengan air dan disikat secara manual.

d) Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan


diterima oleh Direksi Pekerjaan.

e) Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau
BURDA hams terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan
dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah
diberi Lapis Resap Pengikat, hams diperiksa kembali kesempumaannya.
Bilamana ditemui adanya lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap
Pengikat hams dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan
semacam ini hams dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan Seksi
6.1 dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat hams dibiarkan sampai kering
seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.

ST - 89
f) Semua lubang-lubang hams ditambal terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa
sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal
dimulai.

3) Pemakaian Bahan Aspal

a) Penyemprotan bahan aspal hams dilaksanakan merata pada semua titik.


Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan
hams dilakukan dengan menggunakan peralatan batang semprot dari
distributor aspal kecuali pada lokasi yang sempit dimana distributor aspal
tidak praktis digunakan, maka Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
perlengkapan semprot tangan.

Distributor aspal hams dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah


disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan
kedudukan nosel hams disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

b) Temperatur pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak boleh
bervariasi melebihi 10 °C dari temperatur harga-harga yang telah diberikan
dalam Tabet 6.2.2.(3).

c) Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan


bahan aspal selebar satu lajur atau kurang maka hams terdapat bagian yang
tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang
bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini hams dibiarkan
terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup sampai lintasan penyemprotan
di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan
agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini mendapat semprotan
dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang sama seperti
permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai sambungan
yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis pertama.

d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan hams dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap (kertas kerja). Penyemprotan hams dimulai dan dihentikan
sampai seluruh-bahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua nosel
bekerja dengan benar pada seluruh panjangjalan yang akan dilabur.

e) Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang
akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan
kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir. Bahan
pelindung atas percikan aspal harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian
hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

f) Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga
tidak boleh kurang dari 10% dari kapasitas tangki atau sebesar yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara
(masuk angin) pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya
takaran penyemprotan.

g) Jumlah bahan aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan


penyemprotan, atau jumlah yang disemprot secara manual hams diukur
dengan cara memasukkan tongkat celup ke dalam tangki distributor aspal

ST - 90
segera sebelum dan sesudah setiap lintasan penyemprotan atau setiap
pemakaian secara manual.

h) Lokasi yang telah disemprot aspal oleh lintasan penyemprotan, termasuk


lokasi yang telah dilabur secara manual, didefinisikan sebagai basil kali
panjang lintasan penyemprotan yang dibatasi oleh bahan pelindung pada
lokasi awal dan akhir penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan.
Lehar efektif penyemprotan didefinisikan sebagai basil kali dari jumlah nosel
yang bekerja danjarak antara nosel yang bersebelahan,

i) Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya
dihitung segera setelah penyemprotan selesai.

j) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan


atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan
aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya
harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan Pasal 6.2.5.(1).(a) dari Spesifikasi ini, dengan toleransi sebagai
berikut:
Toleransi 1 % dari volume tangki
takaran ± (4 % dari takaran yg diperintahkan + ·······-···················· )
pemakaian Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyem•


protan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu
diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.

k) Penyemprotan harus segera dihentikan jika temyata terdapat kerusakan pada


alat semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan
tersebut diperbaiki.

1) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran bahan aspal harus
dilabur dengan bahan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.)
dengan takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitamya.

4) Menghampar Agregat Penutup

a) Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di lapangan
harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang
akan ditebar dengan agregat. Agregat tersebut barns bersih dan dalam kondisi
sedemikian sehingga dijamin akan melekat ke bahan aspal dalam waktu 5
menit setelah penyemprotan aspal. Penghamparan agregat tersebut harus
dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus
diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya
penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai
perintah Direksi Pekerjaan.

b) Agregat baik precoted ataupun tidak harus dihampar merata di atas


permukaan yang telah disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap tempat yang tidak tertutup agregat
harus segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh permukaan
tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang melebihi
jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus dihamparkan dan
didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan dengan sapu

ST - 91
hela, atau disingkirkan dengan cara Jain dan ditumpuk sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.

5) Penyapuan dan Penggilasan

a) Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi


Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut hams digilas dengan alat pemadat
roda karet, bila dipandang perlu untuk mempercepat proses pemadatan,
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan lebih dari satu alat
pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh pennukaan
telah mengalami penggilasan sebanyak enam kali.

b) Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan,


sesuai dengan ketentuan dari Pasal 6.2.1.(9).(e) dari Spesifikasi ini.

6.2.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN LAPANGAN

a) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.1.(6).(a)


dari Spesifikasi ini, hams disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke
lapangan.

b) Dua liter contoh aspal yang akan dihampar hams diambil dari distributor,
masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir
penyemprotan.

c) Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu
sumber bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti
disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini dengan minimum
tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih sedemikian
hingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari sumber
bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat penutup,
selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan, bilamana menurut basil pengamatan terdapat perubahan mutu pada
bahan atau sumbemya.

d) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.3.(6) dari
Spesifikasi ini sebagai berikut :

i) Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan;

ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak


150.000 liter, dipilih yang mana lebih <lulu tercapai;

iii) Bilamana distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu


diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.

e) Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat tercantum dalam tabel
Pasal 6.2.2.(1).(c), (d) dan (e) dari Spesifikasi ini hams dilakukan pada setiap
tumpukan persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum
satu contoh hams diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di
dalam tumpukan persediaan bahan.

f) Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan,


termasuk pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran

ST - 92
pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.

6.2.7 PENGUKURANDANPEMBAYARAN
l) Pengukuran Bahan Aspal dan Bahan Anti Pengelupasan untuk Pembayaran

a) Untuk pembayaran, bahan aspal precoated harus diukur dalam satuan liter
sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima, dikoreksi
terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu
15 °C.

b) Untuk pembayaran, bahan aspal pelababuran harus diukur dalam satuan liter
sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap
lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, dikoreksi terhadap
pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 °C.

c) Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah


disemprot dengan aspal, diukur sesuai dengan Pasal 6.2.5.(3).(g) dan Pasal
6.2.5.(3).(h) dari Spesifikasi ini, dikalikan takaran pemakaian nominal aspal.
Untuk pembayaran, takaran pemakaian nominal aspal untuk setiap lintasan
penyemprotan atau penyemprotan secara manual, harus diambil yang lebih
kecil dari ketentuan di bawah ini:

i) Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan,


ditambah toleransi yang diperkenankan dalam Pasal 6.2.5.(3).(i) dari
Spesifikasi ini.

ii) Takaran rata-rata pemakaian yang telah disemprot dan diukur sesuai
dengan Pasal 6.2.5.(3).(t) sampai 6.2.5.(3).(i) dari Spesifikasi ini.

d) Bahan anti pengelupasan diukur dalam satuan liter bahan yang terpakai

2) Pengukuran Agregat BURTU untuk Pembayaran

Agregat BURTU yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi
permukaan jalan yang telah diberi BURTU, dan telah selesai dan diterima sesuai
Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak.

3) Pengukuran Agregat BURDA untuk Pembayaran

Agregat BURDA yang diukur untuk pembayaran harus dalam satuan meter persegi
permukaan jalan yang telah diberi BURDA dan telah selesai dan diterima sesuai
Spesifikasi ini dan Gambar dalam Dokumen Kontrak.

4) Pengukuran dari Perbaikan Pekerjaan

Bila perbaikan pekerjaan pelaburan yang tidak memenuhi ketentuan telah


dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.2.1.(5) di atas maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang
seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran
tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau pengujian
ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut.

ST - 93
5) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak
per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus merupakan kompensasi
penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan, termasuk seluruh pekerja,
peralatan, perlengkapan, dan biaya tidak terduga yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini.

NomorMata Uraian Satuan


Pembayaran Pene:ukuran

6.2.(l) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi

6.2.(2) Agregat Penutup BURDA Meter Persegi

6.2.(3a) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan Liter

6.2.(3b) Bahan Aspal Modifikasi untuk Pekerjaan Liter


Pelaburan

6.2.(4a) Aspal Cair untuk Precoated Liter

6.2.(4b) Aspal Emulsi untuk Precoated Liter

6.2.(4c) Aspal Emulsi Modifikasi untuk Precoated Liter

6.2.(4d) Bahan Anti Pengelupasan Kg

ST - 94
SEKSI 6.3

CAMPURAN BERASPAL PANAS

6.3.1 UMUM

1)
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata, lapis
pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan
aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar
dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah
disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan
memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan
dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.

2) Jenis Campuran Beraspal


Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar
Rencana.

a) Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B

Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua
jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada
tebal nominal minimum. Sand Sheet biasanya memerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

b) Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)

Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari
dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus
(HRSWearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing•
masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi
agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang


sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua
kunci utama adalah :

i) Gradasi yang benar-benar senjang.


Agar diperoleh gradasi yang benar - benar senjang, maka selalu
dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin.

ii) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) hams
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.

ST - 95
c) Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)

Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga
jenis campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder
Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum
agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap
jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal
dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing•
masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini.


a) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8
c) Kajian Teknis Lapangan Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan Seksi I.I I
e) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
f) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
g) Bahu Jalan Seksi 4.2
h) Perkerasan Berbutir Seksi 5
i) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Seksi 6.1
j) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama Seksi 8.1
Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Seksi 10.1
Perlengkapan Jalan dan Jembatan

4) Tebal Lapisan dan Toleransi

a) Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji
"inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan.

b) Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai


tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.

c) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi
AMP.

d) Tebal aktual hamparan lapis beraspal, hams sama atau lebih besar dari tebal
rancangan yang ditentukan dalam Gambar [untuk keperluan desain tebal
perkerasan]. Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan
menerima tebal aktual hamparan lapis pertama yang kurang dari tebal
rancangan yang ditentukan dalam Gambar karena adanya perbaikan bentuk.

e) Tebal individu masing-masing jenis campuran beraspal tidak boleh kurang


dari tebal rancangan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dengan toleransi
masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f).
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis dan tebal
individu salah satu jenis campuran tidak memenuhi toleransi jenis campuran
yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f), maka seluruh tebal campuran aspal
tidak boleh kurang dari jumlah tebal rancangan dari masing-masing jenis
campuran yang ditunjukkan dalam Gambar dengan mempertimbangkan
toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal
6.3.1.(4).(f).

ST - 96
f) Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal:
• Latasir tidak lebih dari 2,0 mm,
• Lataston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm
• Lataston Lapis Pondasi tidak lebih dari 3,0 mm
• Laston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm
• Laston Lapis Antara tidak lebih dari 4,0 mm
• Laston Lapis Pondasi tidak lebih dari 5,0 mm

Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

Tebal Nominal
Jenis Campuran Simbol
Minimum (cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
Lapis Antara AC-BC 6,0
Lapis Pondasi AC-Base 7,5

Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal
campuran aspal tidak boleh kurang jumlah tebal rancangan yang ditunjukan
dalam Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang
disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).(a).

g) Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang


dihampar hams dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan
yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang
dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat
yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi
Pekerjaan hams mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya
selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar.
Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
hal-hal berikut ini :

i) Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau


lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti
(core);
ii) Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan
prosedur pengujian di laboratorium
iii) Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan
pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di lapangan.
iv) Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara
terinci.

Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan


benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian
laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang
dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab dilampauinya
toleransi berat hams ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri.

ST - 97
ST - 98
ST - 99
ST - 100
ST - 101
ST - 102
ST - 103
ST - 104
ST - 105
ST - 106
ST - 107
ST - 108
ST - 109
ST - 110
ST - 111
ST - 112
ST - 113
ST - 114
ST - 115
ST - 116
ST - 117
ST - 118
ST - 119
ST - 120
ST - 121
ST - 122
ST - 123
ST - 124
ST - 125
ST - 126
ST - 127
ST - 128
ST - 129
ST - 130
ST - 131
ST - 132
ST - 133
ST - 134
ST - 135
ST - 136
ST - 137
ST - 138
ST - 139
ST - 140
ST - 141
ST - 142
ST - 143
ST - 144
ST - 145
ST - 146
ST - 147
ST - 148
ST - 149
ST - 150
ST - 151
ST - 152
XII. PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PEDESTRIAN
I. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan meliputi pembongkaran paving lama, urugan pasir dengan tinggi sesuai
gambar, pemadatan, rabat beton K100, pemasangan wiremesh, pemasangan batu andesit,
batu alam, dan kerb, dengan warna dan pola yang sudah ditentukan sesuai gambar kerja.
Jalan dan pedestrian adalah jalur lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki yang yang
diperkeras dengan rabat beton, pemasangan wiremesh, pemasangan batu andesit.

II. PERSYARATAN BAHAN


a. Sand Bedding (Pasir dibawah adukan spesi/pasangan Batu andesit) Bahan yang
digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan, penghamparan, pemadatan
dan jaminan mutu. Pasir untuk laying course harus merupakan pasir yang tajam dan
bersih Kadar tanah atau silt tidak lebih dari 3 % (berat) dan tidak lebih dari 10 %
yang tertahan pada sieve 5 mm. Pasir yang digunakan pada waktu pemasangan harus
benar-benar kering.
b. Batu andesit
Terbuat dari batu andesit ukuran 30x30 cm, 15x30 cm
Ketahanan aus : 0,09 mm / menit
Tebal minimal : 6 cm dan 2 cm
Warna : abu-abu (natural) dan hitam atau sesuai dengan gambar
kerja
Finishing : coating.
c. Guiding Blok / Ubin pengarah difable
Guiding blok untuk perkerasan pedestrian dengan derajat mutu perkerasan yang
saling mengunci (interlocking) sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar dan harus
merupakan mutu terbaik yang dapat diperoleh secara lokal dan menurut suatu pola
yang dapat diterima oleh Konsultan Perencana/ Direksi Pekerjaan.
Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No.03-0691-1989
Kuat tekan : 300 kg/cm2
Ketahanan aus : 0,09 mm / menit
Penyerapan air : 3%
Ukuran : 30 x 30 cm
Tebal : 4,5 cm atau sesuai dengan gambar kerja
Tebal warna permukaan : 0,5 cm
Motif dan warna : sesuai gambar kerja
Standart kualitas : setara produksi Aldas, PT. Diamond Baru
d. Kerb
Terbuat dari beton cetak yang memenuhi persyaratan mutu SII No.03-0691-1989
Kuat tekan : 300 kg/cm2
Warna : abu-abu (natural)
Ukuran : 8/10 x 22 x 33
Standart kualitas : setara produksi Aldas, PT. Diamond Baru

III. PELAKSANAAN
a. Pembentukan badan Pedestrian
Lapisan badan jalan baru. Untuk muka perkerasan jalan yang tidak sesuai dengan
rencana kemiringan muka Pedestrian dibentuk sesuai gambar rencana, dipadatkan.
Lapisan teratas harus mempunyai kemiringan yang sama , dengan kemiringan 1 % sesuai
gambar rencana
b. Lapisan Batu Andesit
Diatas lapisan pembentuk permukaan jalan dan pedestrian dipasang lapisan pasir dan
rabat beton. Profil dari permukaan pasir yang belum dipadatkan harus sama dengan profil
permukaan yang dikehendaki dengan kemiringan 3 % atau sesuai gambar rencana
Perataan permukaan pasir harus menggunakan papan yang diserut rata (screed board)
Diatas urugan pasir dipasang lantai kerja tanpa penulangan. Pasang Batu andesit
kemudian dipasang diatas lantai kerja dengan spesi. Pasang benang lurus melintang di
area yang akna dipasang batu andesit dengan tinggi sesuai dengan ketinggian batu andesit
ST - 153
dan beri ruang untuk tinggi adukan semen guna melekatkan batu andesit tersebut. Batu
andesit perlu direndam dahulu agar memberikan kelekatan yang kuat saat pemasangan.
Beri adukan semen yang penuh untuk area yang akan dipasang batu andesit, ketuk tidak
terlalu keras untuk merekatkan, memadatkan dan selanjutnya untuk meratakan dengan
pemasangan selanjutnya. Bila pada saat pelaksanaan terdapat batu yang harus di potong,
pemotongan menggunakan pisau pemotong (Circle Blide). Permukaan lantai yang sudah
terpasang pasangan batu andesit dan batu lainnya diharapkan diberi waktu sekitar 2- 3
hari sebelum digunakan atau diinjak.

ST - 154
XIII. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penumpukan sisa-sisa pekerjaan ke suatu tempat yang ditentukan oleh Pengelola
Proyek/Direksi.
b. Pengangkutan sisa pekerjaan dan kotoran-kotoran atau bekas pembersihan halaman
site.
c. Pembersihan bangunan keseluruhan dari noda-noda atau kotoran-kotoran sampai
saat serah terima, seperti :
1) Pembersihan lantai
2) Pembersihan dinding
3) Dan lain yang nyata harus tetap dalam keadaan bersih.

2. Bahan-bahan Dalam hal ini tidak dijelaskan, karena merupakan peralatan kerja.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sisa bahan bangunan agar dibersihkan dari site dan diangkut/dibuang keluar site,
sehingga site kelihatan rapi, bersih dan siap untuk dihuni dengan nyaman.
b. Kebersihan dalam bangunan harus dijaga dan dipelihara sampai habis masa
pemeliharaan sehingga penghuni bangunan betul-betul nyaman dan sehat.
c. Saluran-saluran harus dibersihkan dari kotoran-kotoran atau sampah-sampah
sehingga jalannya air lancar dan tidak terjadi genangan air yang mengganggu
kesehatan.

XIV. P E N U T U P
1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang, terlebih dahulu
harus diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Direksi pada saat didatangkan di
lapangan.
3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling
lama adalan 2x24 jam. Bila Kontraktor tidak mengindahkan, Direksi berhak
menyelenggarakan atas biaya Kontraktor.
4. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan
didalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor.
5. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan didalam RKS
dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor dan pelaksanaannya akan
ditentukan lebih lanjut oleh Direksi
6. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk lingkup
dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan, sesuai dengan petunjuk, Perintah
Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, baik sesudah atau selama berjalannya pekerjaan,
serta perubahan-perubahan di dalam Berita Acara Aanwijzing.
7. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas, dengan dibuat Berita Acara yang disyahkan
oleh Pemberi Tugas.

ST - 155

Anda mungkin juga menyukai