MELISA, S.Farm.
1106047190
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
MELISA, S.Farm.
1106047190
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)di
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) yang
telah dilaksanakan pada tanggal 1 – 30 April 2013, serta dapat menyelesaikan
laporan tugas umum ini dengan tepat waktu.
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan
keterampilan mahasiswa, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama perkuliahan. Pada kesempatan ini, dengan penuh ketulusan dan kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kolonel Ckm Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si, selaku Kepala Lembaga
Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yang telah memberikan izin
dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
2. Letnan Kolonel Ckm Tantri Murdoyo, S.Si., Apt., selaku Perwira Ahli
Manajemen Mutu Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat,
selaku Koordinator Praktek Kerja Mahasiswa di Lembaga Farmasi
Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
3. Letnan Kolonel Ckm (K) Dra. Nur Laila, Apt., M.Si., selaku Kepala Bagian
Administrasi dan Logistik Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat dan sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
4. Letnan Kolonel Ckm Drs. Junaedi, Apt., selaku Kepala Instalasi Produksi
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat dan sebagai
pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi
Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap Apt.,M.S. Selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
iv Universitas Indonesia
Penulis
2013
v Universitas Indonesia
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2013
Yang menyatakan
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bertujuan agar :
a. Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat secara langsung aktivitas yang
berlangsung dalam suatu industri farmasi.
2 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
TINJAUAN UMUM
4 Universitas Indonesia
Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri
farmasi tersebut berproduksi, sedangkan untuk industri farmasi Penanaman Modal
Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. I tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.
Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup, yaitu memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat
CPOB.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2006).
CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur
atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk
menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan "Good
Manufacturing Practices" dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi,
sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
Universitas Indonesia
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di
dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
Universitas Indonesia
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen
mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan)
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. CPOB adalah
bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang
ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek
penerapan CPOB, tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam
tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan
Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama
tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala
Universitas Indonesia
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu
harus independen satu terhadap yang lain.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang
kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap
Universitas Indonesia
produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia
sampai dengan pengemasan.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama
dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar
hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi.
Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh
karyawan yang melaksanakan tugas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi Inspeksi Diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap Inspeksi Diri.
Penyelenggaraan Audit Mutu berguna sebagai pelengkap Inspeksi Diri.
Audit Mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit Mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit Mutu juga dapat
diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
Universitas Indonesia
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari Pemastian Mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil penerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, Prosedur, Metode dan instruksi, Laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
sangat penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
15 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Kualifikasi Pendidikan Militer dan PNS LAFI DITKESAD per
Bulan Januari 2013
No Kualifikasi Pendidikan Militer PNS Jumlah
1 S2 Farmasi 4 1 5
2 S2 Managemen 1 0 1
3 Apoteker 6 3 9
4 S1 Kimia 3 2 5
Universitas Indonesia
5 S1 Farmasi
6 Sarjana Lain-lain
7 SM. Kimia 1 1 2
8 D.3 Analis Medis/Kesehatan/Komp 2 2 4
9 Asisten Apoteker 4 5 9
10 Analis 1 2 3
11 Perawat Umum/Bidan 2 0 2
12 STM alkes/ SMF 0 0 0
13 SLTA (SMA, SMEA, STM, MAN) 26 70 97
14 SLTP (SMP, ST, SMEP) 1 16 17
15 SD 0 3 3
Jumlah 51 105 156
Universitas Indonesia
Jemen In), Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi (Paahli Madya Tekfi), dan
Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Paahli Madya
AMDAL). Paahli merupakan pembantu Kalafi yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan di bidang keahlian Manajemen Mutu, Teknologi
Farmasi dan Analisa. Paahli Lafi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wakalafi.
ii. Bagian Administrasi Logistik (Bagminlog)
Kabagminlog dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm,
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 (dua) Kepala Seksi yang masing-
masing dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Mayor Ckm, yang terdiri dari:
1. Kepala Seksi Perencanaan Program dan Anggaran disingkat Kasirenprogar.
2. Kepala Seksi Pengendalian Materiil, disingkat Kasidalmat.
Kabagminlog dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari
bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wakalafi.
c. Eselon Pelayanan yakni Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Situud)
Kasituud dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Mayor Ckm, yang
dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh Perwira
Pertama (Pama) TNI AD berpangkat Kapten Ckm dan satu PNS Gol III serta satu
Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama TNI AD berpangkat Letnan Ckm, yang
terdiri dari:
i. Kepala Urusan Administrasi Personil dan Logistik (Kaurminperslog)
ii. Kepala Urusan Tata Usaha (Kaurtu)
iii. Kepala Urusan Dalam (Kaurdal)
iv. Perwira Urusan Pengamanan (Paurpam)
Situud dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab
kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh
Wakalafi.
Universitas Indonesia
d. Eselon pelaksana
Eselon pelaksana dijabat oleh lima Kepala Instalasi (Kainstal), yaitu :
i. Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Kainstallitbang)
Kainstallitbang dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kalafi.
Kainstallitbang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi
(Kasi) yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat
Mayor Ckm, yang terdiri dari Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan
Produksi (Kasilitbangprod) dan Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan
Sistem Metoda dan Personel (Kasilitbangsistodapers). Kainstallitbang dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
ii. Kepala Instalasi Produksi (Kainstalprod)
Kainstalprod dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel Ckm yang dibantu oleh empat kepala seksi yang masing-masing dijabat
oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm, dan satu PNS Golongan,
terdiri dari Kepala Seksi Sediaan Non Betalaktam (Kasidia Non Betalaktam),
Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin (Kasidia Sefalosporin), Kepala Seksi Sediaan
Betalaktam (Kasidia Betalaktam) dan Kepala Seksi Kemas (Kasi Kemas).
Kainstalprod dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab
kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tuga ssehari-hari dikoordinasikan oleh
Wakalafi.
iii. Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (Kainstalwastu)
Kainstalwistu dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel Ckm dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi. Kainstalwastu dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua
Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat
Mayor Ckm, terdiri dari Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi
(Kasiuji Kifis dan Mikro) dan Kepala Seksi Inspeksi (Kasiinspek). Kainstalwastu
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi,
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
menyusun laporan evaluasi tahunan, menyusun laporan jika ada inspeksi, serta
memberikan saran kepada Kalafi sesuai dengan bidang tugasnya.
Penyimpanan barang dilaksanakan oleh Instalasi Penyimpanan Lafi
Ditkesad. Barang-barang yang diterima di Instalsimpan, disimpan berdasarkan
jenis dan sifat barang, sedangkan pengeluarannya sesuai jadwal produksi, dengan
menerapkan pula sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out
(FEFO) dan First Unstable First Out (FUFO).
3.5.2 Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)
Pengawasan Mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat.
Instalwastu bertanggung jawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas
bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk ruah,
dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah
didistribusikan (dengan standar waktu kadaluarsa). Instalwastu juga bertanggung
jawab terhadap kualitas lingkungan kerja seperti pengawasan bangunan, ruangan
dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti pemeriksaan kualitas udara,
pengendalian mutu air dan pemeriksaan limbah. Pelaksanaan kegiatan di
Instalwastu ditunjang oleh fasilitas instrumen seperti spektrofotometer UV-Vis
dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air Flow,Read Biotic (pembaca
hambatan bakteri), Climatic Chamber, Dissolution Tester serta berbagai fasilitas
penunjang lainnya.
Kegiatan Instalwastu tersebut dilaksanakan sejak bahan baku diterima Lafi
Ditkesad sampai obat jadi didistribusikan. Beberapa kegiatan Instalwastu
diantaranya:
a. Menyiapkan metoda pemeriksaan, pengujian dan validasi metoda analisa
yang sesuai dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia.
b. Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan
pengujian, dimana setiap sampel yang diambil dicatat dan
didokumentasikan.
c. Menyiapkan dan menyimpan baku pembanding kerja untuk pengujian.
d. Menyimpan contoh pertinggal produk jadi dan Catatan Pengujian atau
pemeriksaan.
Universitas Indonesia
e. Meluluskan (label hijau) atau menolak (label merah) bahan yang akan
digunakan dalam produksi meliputi bahan baku obat, bahan baku
pembantu dan bahan pengemas (embalage). Hasilnya dicatat pada Catatan
Pengujian.
f. Melaksanakan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan
memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap
produksi sampai hasil produk akhirnya.
g. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan yang diperoleh.
Dicatat pada Catatan Pengujian sediaan jadi.
h. Melaksanakan uji stabilitas untuk menetapkan kondisi penyimpanan dan
masa edar suatu produk.
i. Membantu pelaksanaan validasi proses produksi.
j. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau
didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas kadaluarsa terutama
untuk sediaan antibiotika.
k. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan
didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian
(dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3).
3.5.3 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang)
Dalam menjalankan tugasnya Installitbang melakukan penelitian terhadap
produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh kualitas yang
lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian
dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi:
a. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan
pengemas (embalage).
b. Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk
Lafi Ditkesad.
c. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi
perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.
d. Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian.
e. Penelitian dan Pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,
pengadaan bahan, penelitian skala lab dan penelitian skala produksi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kemudian akan mengeluarkan obat jadi yang telah diluluskan oleh kepala
Pemastian Mutu ke Gupus II untuk didistribusikan ke seluruh Kesdam di
Indonesia.
Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing
seksi yang ada di Instalasi Produksi:
a. Seksi Sediaan Non Beta Laktam
Kasi Sediaan Non Beta Laktam adalah seorang Apoteker. Seksi ini
melakukan kegiatan produksi tablet, kapsul, sirup kering Non Beta Laktam, sirup
basah, sediaan salep, dan sediaan cairan obat luar.
i. Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang mucilago, ruang pencampuran,
ruang granulasi, ruang pengeringan dengan oven, ruang pengeringan dengan FBD
(Fluid Bed Dryer), ruang Supermixer, ruang pengayakan, ruang cetak yang terdiri
dari empat ruang cetak dengan satu mesin cetak di masing-masing ruangan, ruang
penyalutan, ruang stripping, ruang IPC (In Process Control), ruang karantina
produk antara dan produk ruah, ruang penyimpanan peralatan dan ruang cuci alat.
Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai, AHU,
ventilator dengan penghisap debu, dan lapisan epoksi pada dinding dan lantai.
Peralatan yang digunakan untuk sediaan padat pada proses pembuatan
tablet diantaranya adalah timbangan elektrik, mesin pembuat mucilago dengan
energi panas dari uap (Double Jacket), mesin pencampur, alat pengering berupa
oven dan FBD (Fluid Bed Dryer), granulator, mesin cetak tablet yang terdiri dari
dua tipe mesin cetak yaitu tipe “B” tooling dan tipe”D” tooling, mesin salut film,
dan mesin strip tablet.
Metode pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah metode cetak
langsung dan metode granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa,
tablet kunyah, dan tablet salut film. Ukuran diameter tablet yang diproduksi 6,5;
7,5; 10; 12; 13 dan 15 mm.
Alur Proses Produksi Sediaan Tablet dapat di lihat pada Lampiran
4.Proses pembuatan tablet di Lafi Ditkesad sebagian besar menggunakan metode
granulasi basah dimulai dengan urutan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Seksi Sefalosporin
Seksi Sefalosporin sampai saat ini belum berproduksi. Tetapi fasilitas dan
prasarananya sudah siap dan sekarang sedang dalam persiapan untuk pengajuan
sertifikat. Ruang untuk produksi sediaan serbuk steril injeksi terdiri dari:
1) Ruang kelas A (ruang di dalam cubical untuk pengisian serbuk) yang
dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dan HEPA filter, serta
terdapat juga ruang antara berupa airlock in dan air lock out.
2) Ruang kelas B (ruang di bawah LAF untuk menempatkan material
sebelum dimasukkan ke dalam cubical) yang merupakan latar belakang
kelas A.
3) Ruang kelas C (ruang antara locker).
4) Ruangkelas D (ruang pencucian alat dan ruang visual).
Sistem tata udara (Air Handling System / AHS) untuk ruang kelas A dan B
adalah dengan sistem tertutup (closed system). Untuk ruang B, C dan D hampir
sama dengan kelas A, namun ada penambahan udara segar (fresh air) sebanyak
10-20% untuk udara yang masuk ke kelas-kelas tersebut. Pertimbangannya adalah
karena pada ruangan kelas B, C, dan D terdapat personil yang bekerja dan
membutuhkan udara segar. Secara umum udara kotor di ruangan disedot lewat
grill outlet, kemudian disaring dengan beberapa filter seperti pre-filter, médium
filter, dan untuk kelas A dan B biasanya ditambahkan HEPA filter. Begitupun
dengan udara segar (freshair) dari luar mengalami proses yang sama. Sebelum
Universitas Indonesia
masuk kedalam ruangan, udara segar yang telah disaring, dan udara yang berasal
dari grill outlet yang juga telah disaring, bercampur, dan melewati filter lagi
sebelum akhirnya masuk ke ruangan melewati grill inlet.
d. Seksi Kemas
Kasi kemas adalah seorang Apoteker yang bertanggung jawab kepada
Kainstalprod. Pengemasan dilakukan pada produk ruah tablet, kapsul, sirup, dan
salep. Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang sudah
distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam zak plastik dan diberi
identitas berupa brosur kemudian di-seal, setiap zak plastik berisi 25 strip, tiap-
tiap strip berisi 10 tablet. Hasil seal dimasukkan ke dalam dus di mana setiap dus
isinya berbeda sesuai dengan ukuran diameter tablet. Untuk tablet dengan
diameter 6,5-7,5 mm, setiap dus berisi 50 zak plastik. Untuk tablet dengan
diameter 10-13 mm, setiap dus berisi 30 zak plastik. Untuk tablet dengan diameter
15 mm, kaplet dan kapsul, setiap dus berisi 20 zak plastik.
Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping. Kapsul yang
sudah distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam zak plastik dan
diberi identitas berupa brosur lalu di-seal. Hasil seal kemudian dimasukkan ke
dalam dus di mana tiap dus berisi 20 zak plastik, setiap zak plastik berisi 25 strip,
dan setiap strip berisi 10 kapsul. Untuk sirup dimasukkan ke dalam dus. Tiap dus
berisi 25 botol untuk volume 100 ml dan dus isi 36 botol untuk volume 60 ml
yang dilengkapi dengan sendok, brosur serta slep pak.
Pemeriksaan QC dilakukan terhadap hasil pengemasan oleh Instalwastu,
setelah diperiksa maka hasil pengemasan akan diberi label ”diluluskan” pada
kemasan sekundernya. Seksi kemas akan membuat laporan administrasi yang
terdiri dari laporan bulanan hasil kemas untuk dilaporkan ke Kepala Lembaga
Farmasi dan bukti penyerahan obat jadi untuk Kepala Instalasi Penyimpanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sudah ditimbang, dan ruang sampling. Kelas G terdiri dari ruang administrasi,
gudang bahan baku, gudang bahan pendukung, gudang bahan kemas, gudang
cairan, gudang sejuk untuk menyimpan bahan baku obat dan bahan pendukung
yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus dan gudang obat jadi. Instal
simpan tidak memiliki gudang karantina bahan baku obat dan gudang karantina
obat jadi, akan tetapi proses karantina bahan baku maupun obat jadi tetap
dilaksanakan. Karantina bahan baku dilakukan oleh Gupus II sedangkan karantina
obat jadi dilakukan oleh Instalwastu dan obat jadi yang dikarantina disimpan di
seksi kemas.
Material untuk produksi Beta Laktam dan Sefalosporin disimpan tersendiri
masing-masing di gedung produksi Betalaktam dan Sefalosporin. Daerah instalasi
penyimpanan dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas E (ruang timbang dan ruang
stagging) dan kelas G (ruang sejuk, ruang bahan baku zat aktif, ruang bahan
pendukung dan ruang obat jadi).
Peralatan yang digunakan di Instalsimpan yaitu:
a. Timbangan dengan kapasitas 1 kg, 10 kg dan 30 kg.
b. Timbangan digital ber-printer dengan kapasitas maksimal 60 kg.
c. Alat pengusir serangga.
d. Alat pengusir tikus.
e. Alat pemadam kebakaran.
f. Alat pengambilan sampel.
Kegiatan yang dilakukan oleh Instal simpan meliputi:
a. Menerima bahan baku, bahan pengemas, reagensia, dan bahan lain serta
peralatan produksi dari Gudang Pusat II.
b. Menyerahkan bahan baku, bahan pengemas, reagensia, dan bahan lain
serta peralatan kepada bagian dan instalasi yang membutuhkan.
c. Menerima obat jadi dari Instalasi Produksi.
d. Menyerahkan obat jadi ke Gudang Pusat II
3.5.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Instalhar
dan Sisjang)
Instalasi pemeliharaan dan sistem penunjang merupakan pelaksana fungsi
pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan produksi dan laboratorium,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Penanganan Limbah
Limbah industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar
industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses
pengujian, yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair.
Produksi obat Non Beta Laktam, pengolahan limbah padat dilakukan
dengan menggunakan dust collector yaitu limbah (debu) disedot dari ruang
produksi dengan vakum kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan
dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah
dengan air washer, sedangkan limbah cair produksi Non Beta Laktam langsung
dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Pengolahan limbah produksi Beta Laktam, terlebih dahulu diolah melalui
air washer, dimana limbah padat (debu-debu) disedot oleh vakum dari ruangan
yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang
isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu
akan jatuh di bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi
dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin
Beta Laktam dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara
otomatis sampai diperoleh pH 9, kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl,
sedangkan limbah cair produksi obat Non Beta Laktam tidak melalui air washer,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.5.7 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dari
sebuah organisasi perusahaan. Dokumentasi di Lafi Ditkesad meliputi:
a. Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktifitas Lafi
Ditkesad dengan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga produksi obat
yang dituangkan dalam Prosedur Tetap (Protap) yang meliputi bidang
personalia, administrasi dan logistik, operasional peralatan dan instalasi
umum, sanitasi dan higiene, prosedur operasional dan perawatan alat,
prosedur pembersihan alat atau ruangan, kalibrasi dan validasi, spesifikasi
bahan, prosedur pengolahan dan pengujian, metode dan instruksi serta
protap-protap lain yang diperlukan.
b. Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam dokumen
produksi meliputi spesifikasi, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan
laporan selama proses produksi berlangsung dari mulai penimbangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
45 Universitas Indonesia
persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan
resiko yang membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah atau
tidak efektif. Manajemen Mutu terdiri dari Pemastian Mutu dan bagian
Pengawasan Mutu. Kedua bagian itu memiliki tugas yang berbeda namun
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menjamin mutu produk. Tugas bagian
Pemastian Mutu dalam sistem Manajemen Mutu yaitu dalam memastikan bahwa
produk telah diproses dengan benar, pelulusan obat jadi dengan cara
mengeluarkan sertifikat analisis (Certificate of Analysis), menyetujui spesifikasi
obat baru, dan evaluasi produk jadi Bagian Pemastian Mutu di Lafi Ditkesad
mulai Januari 2013 sudah melaksanakan tugas dan wewenangnya sehingga
Manajemen Mutu di Lafi Ditkesad sesuai dengan yang dipersyaratkan CPOB.
4.2 Personalia
Lafi Ditkesad telah memiliki struktur organisasi dengan tugas dan
tanggung jawab yang jelas dan terbagi antara instalasi dan bagianya, sehingga
setiap personil yang bekerja mengetahui tugas, wewenang, dan tangung jawabnya
masing-masing.
Posisi Kepala Instalasi Produksi, Kepala Instalasi Pengawasan Mutu dan
Kepala Pemastian mutu telah dijabat oleh Apoteker dengan orang yang
berbeda,serta masing-masing memiliki tanggung jawab dan wewenang sendiri
sesuai aturan CPOB sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih tugas dan
tanggung jawab serta dapat saling melakukan proses pengawasan dan perbaikan.
Secara umum pelatihan CPOB bagi personil Lafi Ditkesad telah
dilaksanakan sesuai dengan teori dasar sebuah pelatihan maupun pedoman CPOB
yang ditetapkan pemerintah dan prosedur tetap yang dibuat oleh Lafi Ditkesad
sendiri. Pelatihan CPOB bagi personil Lafi Ditkesad merupakan salah satu wujud
komitmen Lafi Ditkesad dalam melaksanakan fungsinya untuk memproduksi obat
yang terjamin mutu dan khasiatnya. Misalnya, untuk para personil yang terlibat
dalam proses produksi, setiap 6 bulan atau setahun sekali dilakukan pelatihan
untuk meningkatkan kinerja sehingga mutu produk akan senantiasa terjamin.
Selain itu untuk personil yang ada di Laboratorium dan seluruh pihak, minimal
setiap 1 bulan sekali dilakukan pelatihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Instalasi Penyimpanan
Ruang penyimpanan di Lafi Ditkesad menjadi satu bangunan dengan ruang
produksi Non Betalaktam. Ruang karantina bahan baku obat hanya terdapat di
Gupus II, sedangkan Lafi belum memiliki gudang karantina. Hal ini ditujukan
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Lafi Ditkesad memiliki rancang bangun dan konstruksi peralatan yang
tepat dengan ukuran yang memadai dan ditempatkan pada tempat yang sesuai
akan menghasilkan suatu mutu obat yang baik karena memudahkan dalam
pembersihan dan perawatannya. Mesin-mesin produksi dan peralatan penunjang
dalam proses produksi non beta laktam, produksi beta laktam, produksi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
obat, peralatan, dan lingkungan kerja, serta kesehatan karyawan itu sendiri. Dalam
setiap produksi, karyawan menggunakan pakaian khusus untuk produksi yang
dilengkapi dengan masker, penutup kepala, alas kaki, dan sarung tangan. Untuk
pakaian yang dipakai di ruang Non Betalaktam dan Betalaktam karyawan telah
menggunakan pakaian khusus lengkap di ruang produksi sehingga memenuhi
persyaratan CPOB.
b. Sanitasi Bangunan dan Fasilitas
Gedung produksi Betalaktam dan Non Betalaktam telah memiliki sanitasi
yang baik dan selalu dibersihkan secara berkala sesuai dengan prosedur tetap
pembersihan yang telah ditetapkan. Sarana untuk penyimpanan pakaian personil
dan milik pribadinya masih menggunakan suatu lemari terbuka untuk menyimpan
pakaiannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan tempat untuk penyimpanan
dibandingkan dengan jumlah karyawan yang ada. Tetapi lebih baik jika dibuatkan
suatu tempat khusus seperti locker untuk penyimpanan pakaian dan barang-barang
milik pribadi mereka. Selain lebih efisien, penggunaan locker juga lebih aman
karena locker bersifat tertutup dan ruangan dapat tertata lebih baik, sehingga
terjadinya kontaminasi silang dapat diminimalkan. Penanganan limbah produksi
di Lafi Ditkesad telah memenuhi persyaratan CPOB. Pengolahan limbah
dilakukan melalui proses fisika, kimia, dan mikrobiologi.
4.6 Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang meliputi pengolahan bahan baku
menjadi produk ruahan dan pengemasan produk ruahan menjadi produk jadi.
Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir,
melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi sejak
pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia, bangunan,
peralatan, kebersihan dan hygiene sampai dengan pengemasan. Pada setiap
produksi dilakukan proses IPC untuk memantau mutu obat pada setiap proses
produksi oleh personil produksi. Bahan awal yang digunakan dalam proses
produksi dicatat dalam buku tertentu yang meliputi pencatatan semua pemasukan
dan pengeluaran, keterangan persediaan, nomor bets, tanggal kadaluarsa, serta
keterangan pemasoknya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mendapatkan hasil penilaian yang objektif. Audit mutu biasanya dilakukan oleh
BPOM dan juga dilakukan oleh pihak luar yang melakukan Toll di Lafi Ditkesad.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dari sebuah
organisasi perusahaan dan merupakan bagian yang sangat esensial dari pemastian
mutu. Sistem dokumentasi di Lafi Ditkesad sudah cukup baik dilihat dari
Dokumen Produksi Induk yaitu Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi pengolahan dan Instruksi
Pengemasan), dokumen batch record, protap untuk produksi, operasional,
perawatan gedung, perawatan alat dan penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan
produk, metode dan prosedur analisa, penyimpanan dan sebagainya. Namun
Universitas Indonesia
masih perlu dilakukan penanganan dokumen secara teratur dan sistematis dan
secara komputerisasi sehingga dapat dijaga kerapian, keaslian, kerahasiaan,
keamanan, serta kemudahan dalam penelusurannya, karena sistem dokumentasi
akan sangat menunjang dalam manajemen sistem informasi dalam sebuah
organisasi atau perusahaan. Dalam penulisan dokumen tidak boleh di tipe-x, jika
terjadi kesalahan dicoret sekali kemudian di paraf dan di ganti yang benar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
sudah mulai menerapkan aspek-aspek yang dipersyaratkan oleh CPOB
diseluruh proses produksinya. Hal tersebut dapat dilihat dari upaya
pembangunan bangunan baru, memperbarui dan melengkapi peralatan,
validasi metode dan prosedur pengawasan mutu serta dilengkapi dengan
dokumentasi yang baik dan benar.
b. Peran Apoteker dalam industri farmasi tidak hanya dalam produksi dan
pengawasan mutu, tetapi juga bisa di bagian pengadaan, pemeliharaan,
penyimpanan, serta riset dan pengembangan.
c. Dokumen di Lafi Ditkesad masih dilakukan secara manual.
d. Instalasi pengawasan mutu belum mempunyai HPLC
5.2 Saran
a. Perlu menjalankan sistem komputerisasi secara menyeluruh, sehingga
pemantauan, pencarian data, dan penelusuran informasi menjadi lebih
mudah.
b. Perlunya pembinaan dan pelatihan tenaga kerja mengenai pentingnya
sanitasi dan higiene yang dilakukan secara berkesinambungan.
c. Perlu diadakan HPLC untuk menunjang kerja dari Instalwastu Lafi
Ditkesad.
58 Universitas Indonesia
59 Universitas Indonesia
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
NOMOR KEP / 28 / IX / 2006
DITKESAD
POKPIMP IT
SESDITKESAD INFOLAHTA
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI LAFI DITKESAD,
BERDASARKAN PERATURAN KASAD NO : Perkasad 219 / XII / 2007
KALAFI
WAKALAFI
Eselon Pimpinan
PAAHLI KABAGMINLOG
KASITUUD
Eselon Pelayanan
Eselon Pelaksana
Keterangan :
KALAFI : Kepala Lembaga Farmasi
WAKALAFI : Wakil kepala Lembaga Farmasi
PA AHLI : Perwira Ahli
KABAG MINLOG : Kepala Bagian Administrasi dan Logistik
KASI TUUD : Kepala Seksi Tata Usaha Urusan Dalam
KAINSTALPROD : Kepala Instalasi Produksi
KAINSTALWASTU : Kepala Instalasi Pengawasan Mutu
KAINTALHAR DAN SISJANG : Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem
Penunjang
KAINSTAL LITBANG : Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan
KAINSTALSIMPAN : Kepala Instalasi Penyimpanan
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 3
SISTEM PENGAWASAN MUTU LAFI DITKESAD
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 4
BLANKO CATATAN PENGUJIAN BAHAN BAKU
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 5
BLANKO HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM
LEMBAGA FARMASI
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
INSTALASI PENGAWASAN MUTU
NOMOR : / /20
18. PEMERIKSA :
BANDUNG, 20
KA. INS. WASTU
( )
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 6
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 7
BLANKO CATATAN PENGUJIAN
LARUTAN / SIRUP / INJEKSI / SALEP / KRIM
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 8
LABEL KARANTINA, DILULUSKAN, DAN DITOLAK
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 9
ALUR PROSES PRODUKSI SEDIAAN TABLET
IPC:
IPC:
Homogenitas,
Kadar zataktif
IPC:
Kekerasan, kerapuhan, dan
keseragaman bobot
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 10
ALUR PROSES PRODUKSI SEDIAAN KAPSUL
Penimbangan
Mixer
Pencampuran Homogen
IPC
Homogenitas massa kapsul
Karantina Penetapan kadar bahan aktif
Wastu/IPC
Pengisian Kapsul
Polishing
IPC
Karantina
Keseragaman bobot kapsul
Wastu/IPC
IPC
Jumlah setiap Pengemasan QC
strip Pemeriksaan
Kebocoran strip kelengkapan obat jadi
(pemberian label,
Karantina stempel, nomor batch, Gudang Obat Jadi
exipired date, brosur)
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 11
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 12
ALUR PROSES PRODUKSI SIRUP KERING
Penimbangan Botol
Pencampuran Pencucian
Pengeringan
Pencampuran
Pengisian/Penutupan
/Labeling
Wastu/IPC
Pengemasan Sekunder
Wastu/IPC
Obat Jadi
Wastu/IPC
Instalsimpan
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 13
Bak III
SAND CARBON
FILTER FILTER
Bak II
PENUKAR KATION
DAN ANION
Bak I
Purified Water
GROUND TANK
FILTER 0,3 µm
Raw Material
(PDAM)
FILTER 0,2 µm
DESTILASI
STERILISASI
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 14
DENAH INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Pump
BAK BIDANG MIRING
BAK PE-
NAMPUNGAN
Dosing Pump
BAK SEDIMENTASI 2
(CLARIFIER) BAK SEDIMENTASI
AWAL
BAK AERASI
Difuser
Pengaduk Aerator
BAK EKUALISASI
Pump
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 15
INSTALASI AHU LAFI DITKESAD
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 16
ALUR PROSES PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BARANG DI
INSTALASI PENYIMPANAN
Program
- SKB
Card deck Produksi Batch
- BP Tim komisi
record
BA
- Dasar = NPM
Proses Produksi
- Penimbangan
- Pemotongan kartu barang
- Pembuatan BP intern LAFI
(setelah selesai timbang 1 item
BA PPn obat)
Tim komisi
Wastu
HPL
BP dari produksi
Karantina Obat Jadi
Keterangan :
Gudang Obat
PPM - SKB Jadi PPM : Perintah Pengeluaran
- BP Materil
distribus
PPnM : Perintah Penerimaan
Materil
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 17
SERTIFIKAT CARA PEMBUATAN OBAT
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 18
PRODUK LAFI DITKESAD
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 19
DAFTAR PRODUK OBAT LAFI DITKESAD
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
Melisa, S.Farm.
1106047190
APOTEKER LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii Universitas Indonesia
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
dahulu perlu disusun protokol validasi. Protokol validasi adalah suatu rencana
tertulis dimulai dari bagaimana validasi akan dilaksanakan termasuk parameter
pengujian, karakteristik produk, peralatan dan batas pengambilan keputusan
terhadap hasil uji yang dapat diterima. Pada kesempatan ini, akan disusun
protokol validasi metode analisis penetapan kadar tablet parasetamol. Validasi
metode analisis penetapan kadar tablet parasetamol penting dilakukan untuk
menjamin bahwa metode analisis yang digunakan memenuhi akurasi, presisi yang
baik serta memenuhi parameter-parameter validasi lainnya. Tablet Parasetamol
yang digunakan hanya sebagai model salah satu obat yang diproduksi oleh
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) untuk
protokol validasi metode analisis yang ada.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan membuat protokol validasi metode
analisis penetapan kadar tablet parasetamol.
Universitas Indonesia
2.1.2 Indikasi
3 Universitas Indonesia
2.1.3 Farmakodinamik
2.1.4 Farmakokinetik
2.2 Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet merupakan sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Selain bahan pengisi,
bahan tambahan lain yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet adalah bahan
pengikat, penghancur, pembasah, pelicin atau bahan lainnya yang cocok.
Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet cetak
atau tablet kempa.
Suatu tablet, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan,
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil,
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik,
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan,
Universitas Indonesia
10000C(rU/rS)
Dimana C merupakan konsentrasi, dalam mg per mL, parasetamol RS
pada larutan standard; rU dan rS adalah respons puncak parasetamol dalam larutan
assay dan larutan standar.
Universitas Indonesia
Limit
Kuantitasi - + - -
Linearitas - + - +
Rentang - + - +
[Sumber: ICH, 1994]
Tiap parameter validasi tersebut merupakan parameter terpenting untuk
validasi berbagai jenis prosedur analisis yang berbeda. Robustness (kekuatan)
tidak dicantumkan di dalam tabel tetapi perlu dipertimbangkan pada tahap yang
sesuai dalam pengembangan prosedur analisis (ICH, 1994).
2.4.1 Kecermatan atau Akurasi
Kecermatan adalah kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil
sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai hasil perolehan kembali dari analit
yang ditambahkan. Cara penentuan kecermatan atau akurasi dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu metode absolut (spike-placebo recovery) dan metode
adisi (standard addition method) (Harmita, 2006). Persyaratan akurasi dijelaskan
seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Kriteria penerimaan perolehan kembali (akurasi)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berdasarkan waktu dan sumber daya, metode dapat diuji pada banyak hari, analis,
instrumen, dan lain-lain.
c. Reproducibility (ketertiruan)
Ketertiruan adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang
berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang
berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula.
Universitas Indonesia
Batas deteksi dan kuantitasi dapatdihitung secara statistik melalui garis regresi
linier dari kurva kalibrasi. (Harmita, 2006).
a) Batas deteksi (Limit Of Detection / LOD)
k X Sb
𝐿𝑂𝐷 = k=3
SI
Universitas Indonesia
Dimana T merupakan faktor ikutan, W0,05 merupakan jarak tepi muka sampai tepi
belakang puncak dan f merupakan jarak dari maksimum puncak sampai tepi muka
puncak.
tR 2 (2.3)
N = 16
W
Dimana N merupakan jumlah lempeng teoritis, tR adalah waktu retensi dan
W adalah luas puncak. Jumlah lempeng teoritis ditentukan oleh konstruksi kolom,
sifat sampel, laju alir, temperatur, dan cara memasukkan sampel. Semakin besar
jumlah lempeng teoritis, maka puncak makin sempit sehingga resolusi makin baik
dan keadaan kromatografi yang ideal makin dipenuhi (jumlah lempeng
teoritis lebih dari 2500). Kemampuan seluruh kolom labih baik dinilai dengan
menghitung panjang kolom yang sesuai dengan sebuah lempeng teoritis (HETP
= Height Equivalent to a Theaoritical Plate).
Efisiensi kolom menunjukkan kemampuan kolom untuk menghasilkan
puncak sempit dan perbaikan pemisahan. Efisiensi kolom dapat diukur sebagai
jumlah plat teoritis atau HETP. HETP yaitu panjang kolom yang diperlukan untuk
tercapainya keseimbangan komponen sampel antara eluen dengan kolom
(Harmita, 2006).
𝐿 (2.4)
𝐻𝐸𝑇𝑃 =
𝑁
Dimana HETP (Height Equivalent to A Theoretical Plate) merupakan
panjang lempeng teoritis, L (Length) adalah panjang kolom dan N adalah jumlah
plat teoritis. HETP semakin kecil berarti kolom semakin efisien. Kolom yang baik
mempunyai HETP yang kecil dan N yang besar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan fase gerak hingga garis batas. Kemudian larutan tersebut dipipet 5,0 mL,
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL dan ditambahkan pelarut sampai garis
batas hingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 0,01 mg per mL, berdasarkan
yang tertera pada etiket. Kemudian saring larutan dengan menggunakan vakum
dan membran filter 0,5 µm dan ambil bagian supernatan yang bersih (U.S.
Pharmacopeia 30, 2007).
e. Larutan Plasebo
Timbang seksama sejumlah 100,0 mg serbuk eksipien lalu dimasukkan
kedalam labu ukur 100,0 mL, dilarutkan dengan fase gerak campuran air -
metanol (3:1) sebanyak 20,0 mL, disonicate selama 5 menit kemudian
volumenya dicukupkan dengan fase gerak hingga garis batas.
larutan dengan menggunakan vakum dan membran filter 0,45 µm dan ambil
bagian supernatan yang bersih (U.S. Pharmacopeia 30, 2007).
3) Larutan sampel 120%
Pipet 5,0 mL dari larutan uji, dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL dan
ditambahkan pelarut sampai garis batas hingga dihasilkan larutan dengan
konsentrasi 0,6 mg/mL, berdasarkan yang tertera pada etiket. Kemudian saring
larutan dengan menggunakan vakum dan membran filter 0,45 µm dan ambil
bagian supernatan yang bersih (U.S. Pharmacopeia 30, 2007).
3.5.7.2 Pengukuran Akurasi
a. Disuntikkan larutan standar dan masing-masing larutan sampel sebanyak 10,0
µl secara bergantian pada KCKT dengan:
Fase diam : kolom L1 (oktadesil silana) 3,9 mm x 30 cm
Fase gerak : air - metanol (3:1)
Laju alir : 1,5 ml/menit
Temperatur : Temperatur kolom dijaga pada 40ºC
Detektor : UV
Panjang gelombang : 243 nm
b. Akurasi dihitung berdasarkan nilai perolehan kembali untuk tiap pengukuran.
3.5.7.3 Perhitungan persen perolehan kembali
𝐵
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = x 100 %
𝐴
Keterangan :
B = Konsentrasi hasil penyuntikan setelah area diplotkan pada kurva kalibrasi
A = Konsentrasi sampel yang ditimbang
3.5.7.4 Syarat
Perolehan kembali (recovery) atau akurasinya berada pada rentang
98%-102%.
Universitas Indonesia
SD = [ ∑ (x- )2 ]
n-1
dengan : SD = standar deviasi
x = luas puncak
= luas puncak rata-rata
N = jumlah penyuntikkan
3.5.8.3 Syarat
a. Keterulangan (repeatability)
Universitas Indonesia
SD = [ ∑ (x- )2 ]
n-1
dengan : SD = standar deviasi
x = luas puncak
= luas puncak rata-rata
n = jumlah penyuntikan
b. Faktor ikutan (T) = W 0,05
2f
dengan : W0,05 = jarak tepi muka sampai tepi belakang puncak
f = jarak dari maksimum puncak sampai tepi muka puncak
3.5.10.3 Syarat
a. Standar deviasi relatif tidak lebih dari 2%.
b. Tailing factor (T) kurang dari atau sama dengan 2.
3.6 Penutup
Berisi kolom pengesahan dari personil pembuat protokol, pemeriksa
protokol dan personil yang menyetujui isi dari protokol yang bersangkutan, serta
tanggal dimana protokol tersebut disahkan.
Universitas Indonesia
adalah tablet parasetamol yang digunakan hanya sebagai model salah satu obat
untuk protokol validasi metode analisis yang ada.
Tablet parasetamol mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0% parasetamol (C8H9NO2) dari jumlah yang tertera pada etiket.
Metode analisis kombinasi parasetamol dalam sediaan tablet dipilih metode
analisis dari United States Pharmacopeia 30 yang menggunakan alat
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kondisi kromatografi yang digunakan
untuk penetapan kadar metronidazol terdiri dari fase gerak berupa air-metanol
(3:1), fase diam berupa kolom L1 (3,9 mm x 30 cm) dengan laju alir 1,5
ml/menit dan volume injeksi 10 µl, serta detektor berupa detektor UV dengan
panjang gelombang 243 nm.
Uji kesesuaian sistem yang perlu dilakukan sebelum dilakukannya validasi
metode analisis untuk menjamin dan memverifikasi bahwa resolusi dan
reproduktifitas dari sistem kromatografi memadai untuk analisis yang akan
dilakukan. Parameter yang harus dipenuhi dalam uji kesesuaian sistem adalah
resolusi (R), faktor ikutan (T), jumlah lempeng teoritis (HETP) dan efisiensi dari
kolom (N), dan faktor kapasitas (k’). Di USP 30 tercantum kriteria untuk
parasetamol dalam tablet, yaitu resolusi tidak kurang dari 2.
Setelah dilaksanakan uji kesesuaian sistem, validasi metode analisis tablet
parasetamol dapat dijalankan sesuai parameter-parameternya, yaitu kecermatan
(accuracy), keseksamaan (precision), selektivitas (specificity), linearitas
(linearity), rentang (range), batas kuantitasi (LOQ) dan batas deteksi (LOD),
ketangguhan (ruggedness) dan kekuatan (robustness) (Harmita, 2006).
Tahap pertama yang dilakukan dalam validasi metode analisis adalah
pembuatan kurva kalibrasi larutan standar. Kurva kalibrasi menggambarkan
hubungan antara respon detektor dengan konsentrasi analit yang diketahui. Kurva
kalibrasi didapat dengan menyuntik seri konsentrasi standar kemudian dibuat
persamaan regresi linier antara konsentrasi dengan respon detektor. Ditimbang
dengan seksama kurang lebih sebanyak 20 mg standar parasetamol kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 200,0 mL. Zat dilarutkan dengan fase gerak
ampuran air dan metanol (3:1), dan dicukupkan volumenya hingga batas.
Kemudian larutan tersebut diencerkan dengan fase gerak hingga didapatkan seri
Universitas Indonesia
konsentrasi 0,04; 0,03; 0,02; 0,01; 0,009; 0,008; dan 0,007 mg/mL. Sebanyak
10,0 μL aliquot masing-masing larutan dengan seri konsentrasi tersebut
disuntikkan ke alat KCKT sebanyak dua kali dan dihitung nilai rata ratanya. Data
area pada kromatogram yang dihasilkan diplot ke persamaan regresi linear y
= a + bx. Persamaan regresi linear tersebut dapat digunakan untuk menghitung
koefisien korelasi (r), batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ).
Uji selektivitas dilakukan untuk melihat kemampuan metode analisis yang
mampu mengukur larutan standar parasetamol dan larutan sampel secara cermat
dan seksama dengan adanya komponen lain berupa eksipien tablet yang ada
dalam sampel. Sebagai persyaratan minimal, metode harus mampu
memisahkan zat aktif dengan bahan tambahan atau produk degradasinya.
Kromatogram plasebo tidak boleh muncul pada waktu retensi (tR) analit dalam
matriks sampel.
Uji Stres dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kestabilan
intrinsik zat aktif akibat adanya hidrolisis oleh asam atau basa, fotolisis, oksidasi
dan lainnya (Center of Drug Evaluation and Research, 1994). Pengujian dilakukan
terhadap empat kondisi yaitu kondisi panas, asam, basa, dan oksidasi. Dibuat dari
larutan standar dan larutan sampel parasetamol dengan konsentrasi 0,01 mg/mL,
masing-masing dalam kondisi panas, HCl 0,1 N; NaOH 0,1 N; H2O2 3%. Larutan
tersebut disimpan selama 24 jam pada temperatur kamar kemudian disuntikkan
sebanyak 10,0 μL ke alat KCKT dengan fase gerak metanol : air (1:3) dan laju
alir 1,5ml/menit. Hasil kromatogram dibandingkan dengan kromatogram sebelum
penyimpanan selama 24 jam.Dari hasil kromatogram dilihat waktu retensinya.
Jika terdapat puncak baru yang muncul namun dengan waktu retensi berbeda,
kemungkinan hasil itu menunjukkan hasil degradasi dari analit, maka dapat
disimpulkan bahwa metode yang digunakan selektif terhadap hasil degradasi
analit.
Pada uji akurasi, ditentukan nilai perolehan kembali (recovery) dari tiga
konsentrasi, yaitu konsentrasi rendah (80%), konsentrasi sedang (100%) dan
konsentrasi tinggi (120%). Dalam pedoman AOAC yang diterbitkan tahun 1998,
disebutkan bahwa analit yang berada pada matriks sampel dengan konsentrasi 10-
100% memiliki batas perolehan kembali antara 98% hingga 102%, dapat dilihat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Validasi metode analisis tablet parasetamol dengan kromatografi cair
kinerja tinggi disusun berdasarkan referensi dari United States Pharmacopeia
edisi 30. Sistem kromatografi cair kinerja tinggi yang digunakan untuk
penetapan kadar metronidazol terdiri dari fase gerak berupa air-metanol (3:1),
fase diam berupa kolom L1 (3,9 mm x 30 cm) dengan laju alir 1,5 ml/menit,
dan volume injeksi 10 µl, serta detektor berupa detektor UV dengan panjang
gelombang 243 nm. Parameter validasi metode analisis parasetamol secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) terdiri dari kecermatan (akurasi);
keseksamaan (presisi); selektivitas (spesifisitas); linearitas dan rentang; batas
deteksi dan batas kuantitasi; serta kekuatan (robustness).
5.2 Saran
Agar validasi metode analisis dapat terlaksana sesuai dengan persyaratan
CPOB, maka diharapkan agar alat yang dipergunakan di Lafi Ditkesad
diperbaharui seperti alat KCKT sehingga hasil yang didapat lebih selektif dan
peka.
34 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
Center for Drug Evaluation and Research (CDER). (1994). Reviewer guidance:
Validation Of chromatographic methods, 1-33. 18 April 2013.
http://www.fda.gov/downloads/Drugs/GuidanceComplianceRegulatoryInfor
mation/Guidances/UCM134409.pdf
Sweetman, Sean C. (2009). Martindale, the Complit Drug Reference (36th ed.).
London: The Pharmaceutical Press.
35 Universitas Indonesia
Halaman 1 dari 18
Universitas Indonesia
2. Ruang Lingkup:
Metode analisis yang divalidasi adalah metode analisis dengan alat KCKT untuk
penetapan kadar Tablet Parasetamol No. : ........
3. Referensi: Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006
4. Tanggung Jawab:
Universitas Indonesia
Halaman 3 dari 18
5. Parameter Pengujian
Parameter pengujian yang dipakai untuk validasi adalah:
a. Uji Kesesuaian Sistem
b. Selektifitas
c. Spesifisitas
d. Akurasi
e. Presisi
f. Linearitas dan Rentang
g. Uji Batas Deteksi dan Batas kuantitasi (LOD dan LOQ)
h. Uji Kekuatan (Robustness)
6. Prosedur Pelaksanaan
a.Verifikasi
1) Lakukan verifikasi dokumen yang terkait dengan validasi.
2) Lakukan verifikasi status kualifikasi dan kalibrasi dari semua peralatan yang
dipakai.
3) Lakukan verifikasi pelatihan karyawan yang terkait dengan pelaksanaan validasi.
b. Pembuatan larutan
1) Pelarut
Campuran dari aquades dan metanol (3:1)
2) Fase Gerak:
Fase gerak dibuat dengan komposisi campuran aquades dan metanol (3:1),
Campurkan 125 mL metanol dengan 375 mL aquades. Sebelum digunakan,
fase gerak disaring melalui membran filter 0,5 µm dengan menggunakan vakum
(Ditjen POM,1995).
3) Larutan Standar Parasetamol
Ditimbang seksama ± 10,0 mg parasetamol working standard (WS), masukan
ke dalam labu ukur 100,0 mL, dilarutkan dengan fase gerak campuran aquades-
metanol (3:1) sebanyak 20,0 mL, kemudian volumenya dicukupkan dengan fase
gerak hingga garis batas, hingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi0,1mg/mL
Universitas Indonesia
Halaman 4 dari 18
Universitas Indonesia
Halaman 5 dari 18
Halaman 6 dari 18
4) Syarat
a. Resolusi (R) parasetamol terkait senyawa A (cemaran) tidak kurang dari 2,0.
b. Jumlah lempeng teoritis (N) tidak dari 5000.
c. Faktor ikutan (T) adalah kurang dari atau sama dengan 2.
d. Faktor kapasitas (k’) adalah lebih dari 2.
2 2 5000 2,0
Kesimpulan :
Universitas Indonesia
Halaman 7 dari 18
Halaman 8 dari 18
Universitas Indonesia
Halaman 9 dari 18
f. Uji Stres
1) Pengukuran Stres
a) Siapkan larutan standar parasetamol dan larutan sampel.
b) Ambil masing-masing 5,0 mL larutan standar parasetamol dan larutan sampel
kemudian masing-masing larutan tersebut simpan di oven pada suhu 60ºC
selama 24 jam.
c) Ambil masing-masing 5,0 mL larutan standar parasetamol dan larutan sampel
tambahkan 5,0 mL HCl 0,1N larutan tersebut disimpan selama 24 jam.
Universitas Indonesia
Halaman 10 dari 18
Universitas Indonesia
Halaman 11 dari 18
Halaman 12 dari 18
1 80 %
2 100 % 98 – 102 %
3 120 %
Kesimpulan:
Perolehan Kembali: %
Universitas Indonesia
Halaman 13 dari 18
Universitas Indonesia
Halaman 14 dari 18
Area Terdetaeksi
No. Lar Sampel Persyaratan
Analis 1 Analis 2 Rata-Rata RSD
1.
2.
3.
4.
5. RSD ≤ 2,0 %
6.
7.
8.
9.
10.
Kesimpulan :
Universitas Indonesia
Halaman 15 dari 18
Halaman 16 dari 18
Universitas Indonesia
Halaman 17 dari 18
SD = [ ∑ (x- )2 ]
n-1
dengan : SD = standar deviasi
x = luas puncak
= luas puncak rata-rata
n = jumlah penyuntikan
b. Faktor ikutan (T) = W 0,05
2f
dengan : W0,05 = jarak tepi muka sampai tepi belakang puncak
f = jarak dari maksimum puncak sampai tepi muka puncak
5) Syarat
a) Standar deviasi relatif tidak lebih dari 2,0 %.
b) Tailing factor (T) kurang dari atau sama dengan 2,0.
1 Fase gerak
2:1
( air : metanol)
2. Laju alir fase
gerak 1,4
(mL/menit)
3. Suhu kolom (◦C) 38
Kriteria Penerimaan: RSD ≤ 2,0 %
T ≤ 2,0
Universitas Indonesia
Halaman 18 dari 18
Metode analisa penetapan kadar tablet parasetamol dianggap valid apabila seluruh
parameter pengujian pada metode analisa telah dilaksanakan dan hasilnya memenuhi
spesifikasi meliputi spesifitas, akurasi, persisi antara, linieritas dan rentang yang telah
ditetapkan. Hasil pengujian yang melampaui persyaratan yang telah ditetapkan, perlu
dilakukan kaji ulang dan diperbaiki untuk direvalidasi sebelum prosedur tetap validasi
penetapan kadar tablet parasetamol tersebut dinyatakan layak untuk digunakan.
Universitas Indonesia