Bab I Gagal Nafas
Bab I Gagal Nafas
PENDAHULUAN
Gagal napas pada anak, dua pertiga kasusnya akan bermanifestasi pada
tahun pertama kehidupan dan separuhnya terjadi pada masa neonatus. Diperlukan
pada anak maupun neonatus dengan gagal napas (WHO,2009). Menurut PECARN
(pediatric emergency care applied research network) tahun 2014 gagal napas
merupakan kegawatan yang paling sering terjadi di Instalasi Gawat Darurat dan pada
setelah kelahiran, dan 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama dengan
penyebab utama kematian diantaranya adalah infeksi pernafasan akut dan komplikasi
perinatal. Pada suatu studi mengenai tingkat mortalitas di daerah Cirebon tahun 2006
pernapasan meliputi asfiksia bayi baru lahir (38%), respiratory distress 4%, dan
telah mencapai tujuan keempat dari MDG, yaitu mengurangi tingkat kematian anak.
Dengan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat, serta sistem rujukan yang
seperti retraksi dinding dada, yang merupakan upaya untuk mempertahankan fungsi
tersebut saat terjadi gangguan sistem pernapasan. Takipneu merupakan tanda yang
paling sering dijumpai pada gawat napas. Sedangkan gagal napas adalah
gawat napas, terjadi perburukan fungsi napas dan kompensasi usaha napas tidak
mampu mempertahankan fungsi, maka akan terjadi gagal napas (Pope dan McBride,
2004).
Manajemen saluran napas yang tepat waktu, efektif, dan tepat dalam keadaan
darurat dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati atau antara kesehatan atau
kecacatan. Oleh karena itu, tatalaksana kasus kegawatan pada respirasi anak yang
tidak tepat dapat berakibat kematian pada anak, sehingga kami menyusun referat
1.3. Tujuan
anak
1.4. Manfaat
anak
2. Dapat menjadi referensi untuk mendiagnosis serta melakukan