Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan semua
komponen masyarakat di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
diwujudkan melalui program pemerintah yaitu Program Indonesia Sehat
dengan menegakkan tiga pilar utama meliputi penerapan paradigma sehat,
penguatan pelayanan masyarakat dan pelaksanaan jaminan kesehatan
nasional. Salah satu penerapan paradigma sehat adalah dengan upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak. Fokus utama dari peningkatan
kesehatan ibu dan anak berada pada masa kehamilan dan menyusui
(Kemenkes RI, 2016).
Kehamilan adalah suatu kondisi dimana dalam rahim seorang
wanita terdapat janin yang sedang berkembang selama kurang lebih
sembilan bulan. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi
yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu merupakan suatu faktor yang penting
bagi perkembangan janin dan kesehatan ibu sendiri (Depkes RI, 2006).
Menyusui menurut World Health Organization (WHO, 2002)
merupakan suatu proses yang normal untuk bayi karena Air Susu Ibu
(ASI) mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Kandungan nutrisi dalam ASI, terdiri atas laktosa
sebesar 77 g/L, lemak 45 g/L, dan protein 11 g/L. WHO telah mengkaji
bahwa waktu optimal pemberian ASI eksklusif adalah sejak bayi lahir
sampai berusia 6 bulan. Saat menjalani masa ASI ekslusif, bayi hanya
menerima ASI tanpa cairan lain atau zat padat bahkan air putih (WHO,
2011). Pemberian ASI pada bayi dapat memberikan manfaat yaitu dapat
melindungi bayi dari berbagai infeksi seperti otitis media, infeksi saluran
pernapasan, infeksi saluran pencernaan, dan infeksi saluran kemih
(Schaefer, 2015).
Pada saat seorang ibu sedang berada dalam masa menyusui melalui
pemberian ASI, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau
gangguan kesehatan yang membutuhkan penggunaan obat. Sehingga,
banyak ibu yang sedang menyusui menggunakan obat yang dapat
memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang
disusui (Depkes RI, 2006). Beberapa obat dengan karakteristik tertentu
dapat bercampur ke dalam ASI. Karakteristik yang dimaksud antara lain
adalah obat yang mudah larut dalam lemak, obat yang memiliki berat
molekul (BM) kecil, obat yang terionisasi, dan obat yang berikatan lemah
dengan protein plasma (Lee, 2007).
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai
rangsangan yang ada dan refleks fisiologis yang melindungi paru dari
trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk menjadi patologis bila dirasakan
sebagai gangguan. Batuk seperti itu sering merupakan tanda suatu
penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang berupa gejala awal dari
suatu penyakit. Batuk merupakan gejala tersering penyakit pernapasan dan
masalah yang sering kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-hari
(Tamaweol et al., 2016).
Batuk adalah tindakan refleks dari saluran pernapasan yang
digunakan untuk membersihkan saluran napas atas. Batuk yang
berlangsung selama lebih dari 8 minggu disebut batuk kronis. Penyebab
batuk bisa berasal dari kebiasaan merokok, paparan asap rokok, dan
paparan polusi lingkungan (Pavort et al., 2008). Penelitian berskala besar
menemukan bahwa prevalensi batuk pada negara USA sebanyak (18%)
dari 1109 orang batuk kronis yang disebabkan kebiasaan merokok. Survei
berskala besar juga dilaporkan di negara Sweden sebanyak (11%) batuk
tidak produktif; (8%) batuk produktif; (38%) batuk yang terjadi malam
hari, dari ketiga hal tersebut diperoleh sebanyak 623 orang (usia 31 tahun)
yang disebabkan asma, rhinitis alergi, relux lambung, dan merokok
(Chung and Pavord, 2008). Data survey European Respiratory Society
terhadap 18.277 subyek dengan usia 20-48 tahun, dimana dilaporkan batuk
nokturnal sebanyak 30%, batuk produktif 10% dan batuk non produktif
10%.
Refleks batuk terjadi akibat terangsangnya reseptor batuk yang
terdapat di saluran nafas ataupun di luar saluran nafas,oleh rangsangan
yang bersifat kimiawi maupun mekanis. Reseptor batuk yang merupakan
ujung nervus vagus terdapat diantara sel-sel telinga dan selaput gendang,
pleura, lambung, pericard dan diafragma (Lubis, 2005). Batuk kronis
seringnya disebabkan oleh kekurangan gizi dan alergi terhadap makanan
atau bahan kimia. Alergi merupakan keadaan yang disebabkan oleh reaksi
imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen. Reaksi alergi terjadi
akibat peran mediator-mediator alergi. Mediator tersebut adalah histamin,
newly synthesized mediator, ECF-A, PAF, dan heparin (Uthari, 2015).
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang hubungan antara batuk
kronis dengan polusi udara. Batuk kronis menjadi perhatian utama di
negara berkembang, sebagai tanda gangguan saluran pernafasaan, seperti
tuberkolosis paru (TB). Gejala batuk terus menerus yang berlangsung
selama 2-3 minggu dapat diduga sebagai indikasi penyakit TB di beberapa
negara Asia Tenggara (Song et al., 2015).
Terapi simptomatik umumnya terdiri dari obatobatan seperti
ekspektoran, antitusif, mukolitik, dan antihistamin (Lubis, 2005). Oleh
karena itu perlu adanya pemilihan obat yang tepat untuk ibu hamil dan
menyusui untuk menjamin pasien menerima obat dan pengobatan dengan
baik, aman, dan efektif, sesuai dengan tujuan terapi.

B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan apa saja klasifikasi batuk pada ibu hamil dan menyusui?
2. Apa terapi farmakologi dan non farmakologi batuk pada ibu hamil dan
menyusui?
3. Bagaimana pencegahan batuk pada ibu hamil dan menyusui?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya batuk pada ibu hamil dan
menyusui?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui klasifikasi batuk pada ibu hamil dan menyusui.
2. Untuk mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi batuk pada
ibu hamil dan menyusui.
3. Untuk mengetahui pencegahan batuk pada ibu hamil dan menyusui.
4. Untuk mengatahui patofisiologi sehingga terjadinya batuk pada ibu
hamil dan menyusui.

D. Manfaat Penulisan Makalah


1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan informasi bagi penulis tentang
penatalaksanaan terapi batuk pada ibu hamil dan menyusui.
b. Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
acuan untuk penulisan selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat dapat mengetahui informasi tentang penatalaksanaan
terapi batuk pada ibu hamil dan menyusui.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi dan dapat digunakan bahan informasi untuk
dikembangkan selanjutnya.

Sumber
Chung, K.F., Pavord, I.D. 2008. Prevalence, pathogenesis, and causes of
chronic cough. Experimental Studies Airway Disease Section. 371:
1364 – 74.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Farmasi
untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik; 2006.
Kemenkes RI, 2016. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Lee KG. Lactation and drugs. Paediatrics and Child Health. 2007 Feb;
17(2): 68-71.
Lubis, H.M. 2005. Batuk Kronik Dan Berulang (BKB) Pada Anak. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,Universitas Sumatra
Utara.
Pavord, I.D., Klan, F.C. 2008. Management of Chronic Cough. Vol. 371.
pp.1375-1384.
Schaefer C. & Lawrence RA. Drugs during pregnancy and lactation
(treatment options and risk assessment). Third Edition. United
Kingdom: Academic Press; 2015.
Song, W.J., Faruqi, S., Klaewsongkram, J., Lee, S.E., Chang, Y.S. 2015.
Chronic Cough: an Asian Perspective. Part 1: Epidemiology. Asia
Pacific allergy. Vol.5. pp.136-144
Tamaweol, D., Ali, R.H., Simanjuntak, M.L. 2016. Gambaran Foto
Toraks Pada Penderita Batuk Kronis di Bagian/SMF Radiologi
FK Unsrat/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic
(eCl).Vol. 4, No.1
Uthari, L.P. 2015. Hubungan Metode Persalinan Dengan Angka Kejadian
Alergi Pada Bayi. Disertasi (Tidak diterbitkan). Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro.
World Health Organization. 2002. Infant and young child nutrition global
strategy on infant and young child feeding. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization. 2011. Exclusive breastfeeding for six months
best for babies everywhere. Geneva: World Health Organization.
Yanfu, Z. 2000. Internal Medicine Of Tradtional Chinese Medicine.
Shanghai. House Of Shanghai University Of Traditional Chinese
Medicine.

Anda mungkin juga menyukai