Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

KAPITA SELEKTA FARMAKOTERAPI & FARMASI KLINIK


PEDIATRI

Disusun oleh :
Kelompok 1 FA3

1. Andika 201FF05101 10. Syahrul Umam 201FF05128


2. Hervina Hidayah R 201FF05101 11. Areta Evi W 201FF05131
3. Nurvika Septaria S 201FF05107 12. Ayuning Widiastuti 201FF05134
4. Rizki Apriyanto 201FF05110 13. Shintya Rofi’atul I 201FF05137
5. Suharjito Prasojo 201FF05113 14. Reformia Avianingsih 201FF05140
6. Adhia Dwi K 201FF05116 15. Wahyu Akbar A 201FF05143
7. Sany Yulianti 201FF05119 16. Fariz Haq F 201FF05146
8. Luk Luil Maknun 201FF05122 17. Siti Tasmiatul A 201FF05149
9. Nia Kurniati 201FF05125

PROGRAM PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENDAHULUAN

A. Definisi
1. Pediatri
Pediatri berasal dari bahasa Yunani yaitu pedos yang berarti anak dan iatrica yang
berarti pengobatan anak. Beberapa penyakit memerlukan penanganan khusus untuk
pasien pediatri. Untuk menentukan dosis obat, The British Paediatric Association (BPA)
mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan pada saat terjadinya perubahan –
perubahan biologis.
1. Neonatus : Awal kelahiran sampai usia 1 bulan ( dengan subseksi tersendiri untuk
bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam kandungan).
2. Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun
3. Anak : 2 sampai 12 tahun (dengan subseksi: anak di bawah usia 6 tahun memerlukan
bentuk sediaan yang sesuai)
4. Remaja : 12 sampai 18 tahun
Menurut The European Medicine Evaluation Agency :
1. Bayi baru lahir : 0 -27 hari
2. Bayi : 28 hari -23 bulan
3. Anak : 2 -11 tahun
4. Remaja : 12 – 16/18 tahun
(Sumber Ditjen Bina Kefarmasian, 2009, Hal-3)
2. Batuk Pilek
Batuk pilek merupakan penyakit yang menyerang baik anak maupun dewasa.
Pada anak, batuk pilek banyak terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Rata-rata setiap anak
mengalami 6 hingga 8 kali keluhan setiap tahunnya (Soepardi, dkk., 2013).
Obat batuk pilek over the counter (OTC) banyak digunakan secara luas oleh
orang tua untuk mengatasi keluhan batuk pilek pada anak. American Academy of
Pediatrics (AAP) merekomendasikan untuk tidak menggunakan obat batuk pilek yang
dijual bebas pada anak usia di bawah 6 tahun oleh karena belum sepenuhnya teruji
efektivitasnya pada anak, bahkan terdapat risiko efek samping berbahaya (Soepardi, dkk.,
2013).
3. Otitis Media
Otitis media, atau radang telinga tengah, adalah penyakit masa kanak-kanak
paling umum yang diobati dengan antibiotik. Biasanya terjadi akibat infeksi virus
nasofaring dan dapat disubklasifikasi sebagai otitis media akut (OMA) dan otitis media
efusi (OME). OMA adalah infeksi simtomatik yang cepat dengan efusi, atau cairan, di
telinga tengah. OME bukanlah penyakit akut tetapi ditandai dengan efusi telinga tengah.
Antibiotik hanya berguna untuk pengobatan OMA (Marie, 2016).
Faktor Resiko
 Abnormalitas anatomi : celah langit-langit mulut
 Musim dingin
 Pembesaran tonsil
 Down syndrome
 Infeksi saluran pernafasan

B. Etiologi dan Epidemiologi


1. Batuk Pilek
Batuk pilek sebagian besar disebabkan oleh rhinovirus, adenovirus, virus influenza,
enterovirus, RSV, dan coronavirus (Soepardi, dkk., 2013).
2. Otitis Media
OMA terjadi pada semua usia tetapi paling sering terjadi antara 6 bulan dan usia 2
tahun. Pada usia 3 tahun, lebih dari 80% anak mengalami setidaknya satu episode, dan
hingga 65% berulang infeksi pada usia 5 tahun. Sedangkan penggunaan antibiotik untuk
otitis media mengalami penurunan sejak pertengahan 1990-an, proporsinya kunjungan
perawatan kesehatan menghasilkan resep antibiotik tetap mendekati 60%.
Meskipun OMA sering terjadi dengan URI virus, bakteri diisolasi dari cairan
telinga tengah pada hingga 90% anak-anak dengan AOM. Streptococcus pneumoniae
adalah yang paling banyak organisme umum, bertanggung jawab hingga setengah dari
kasus bakteri. Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis menyebabkan hingga
30% dan 20% kasus. Vaksinasi pneumokokus rutin pada anak telah mengubah
mikrobiologi sedemikian rupaprevalensi H. influenzae dan S. pneumoniae sekarang
hampir mendekati equal (Marie, 2016).
C. Patofisiologi Otitis Media
OMA disebabkan oleh faktor yang saling mempengaruhi. Virus URI merusak fungsi tuba
eustachius dan menyebabkan peradangan mukosa, mengganggu pembersihan mukosiliar,
serta mendorong proliferasi dan infeksi bakteri. Kecenderungan anak-anak karena mereka
memiliki saluran eustachius yang lebih pendek, lebih lembek, dan lebih horizontal daripada
orang dewasa, yang kurang berfungsi untuk drainase dan perlindungan telinga tengah.
Manifestasi klinis OMA terjadi akibat respon imun tubuh dan kerusakan sel akibat mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh bakteri. Efusi kental yang disebabkan oleh alergi atau
paparan iritan berkontribusi pada gangguan pembersihan mukosiliar dan OMA pada
individu yang rentan. Efusi dapat bertahan hingga 6 bulan setelah episode OMA. Anak-anak
atopik mengalami OME kronis yang mungkin memerlukan penempatan tabung
timpanostomi untuk mengurangi komplikasi seperti gangguan pendengaran dan bicara dan
OMA berulang (Marie, 2016).
D. Farmakologi
1. Batuk Pilek
Dari berbagai jurnal penelitian seperti (Soepardi, dkk., 2013) dan (Darmawan,
2014) pemberian obat batuk tidak efektif di berikan pada anak dibawah 6 tahun, jika
batuk yg di derita masih ringan dan frekuensi batuk belum lama alangkah lebih baik di
berikan pengobatan non farmakologi terlebih dahulu dan dipantau perkembangannya.
Rekomendasi obat batuk pada anak dapat di berikan obat
 Mukolitik : obat yang dapat mengenerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum
Obat : Bromhexine 2-5 tahun : ½ tablet atau 5ml sirup 2 kali sehari
Ambroxol untuk anak : 1,2 – 1,6 mg/kgBB/Hari.
2. Otitis Media

E. Non Farmakologi Batuk Pilek dan Otitis Media


 Dapat diberikan pelega tenggorokan seperti minuman hangat
 Bersihkan sekret/lender hidung anak dengan lap basah yang di pelintir menyerupai
sumbu, sebelum memberi makan
 Jika ada nanah mengalir dari dalam telinga, tunjukan kepada ibu cara mengeringkannya
dengan wicking (membuat sumbu dari kain atau tisu kering yang dipluntir lancip)
Nasihati ibu untuk membersihkan telinga 3 kali sehari hingga tidak ada nanah yang
keluar.
 Nasihati ibu untuk tidak memasukan apa pun kedalam telinga anak, kecuali jika terjadi
penggumpalan cairan di liang telinga, yang dapat dilunakan dengan meneteskan larutan
garam normal. Larang anak untuk berenang atau memasukan air ke dalam telinga.
PEMBAHASAN KASUS
PEDIATRIK

A. Kasus
Seorang anak 5 tahun dengan batuk pilek dan infeksi telinga.

B. Collect (Pengumpulan Data)


Informasi apa yang akan anda tanyakan untuk mengetahui kondisi pasien ?
 Keluhan atau gejala lain yang dirasakan
Apakah keluhan dan gejala lain selain batuk pilek dan infeksi telinga ?
Apakah keluhan batuk kering atau batuk berdahak ?
 Durasi merasakan gejala
Sudah berapa lama gejala penyakit yang dialami ?
 Riwayat penyakit lain
Apakah pasien memiliki riwayat penyakit lain ?
 Pengobatan dan perawatan selama gejala berlangsung
Apakah sudah menggunakan obat sebelumnya ? Jenis obatnya apa dan dengan dosis
berapa ?
 Kondisi setelah pengobatan sebelumnya
Bagaimana kondisi pasien setelah menggunakan obat tersebut ?

Sumber : 1. Depkes RI, 2006, Pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana Kesehatan.
Jakarta
2. Soedibyo Soepardi., Yulianto Arie., dan Wardhana. 2013. Profil Penggunaan Obat
Batuk Pilek Bebas pada Pasien Anak di Bawah Umur 6 Tahun. Jakarta, Universitas
Indonesia

C. Plan (Rencana)
1. Apa yang akan anda rekomendasikan untuk terapi pasien, mengapa?
Dari berbagai jurnal penelitian seperti (Soepardi, dkk., 2013) dan (Darmawan, 2004)
pemberian obat batuk tidak efektif di berikan pada anak dibawah 6 tahun, jika batuk yg di
derita masih ringan dan frekuensi batuk belum lama alangkah lebih baik di berikan
pengobatan non farmakologi terlebih dahulu dan dipantau perkembangannya.
Rekomendasi obat batuk pada anak dapat di berikan obat
 Mukolitik : obat yang dapat mengenerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum
Obat : Bromhexine 2-5 tahun : ½ tablet atau 5ml sirup 2 kali sehari
Ambroxol untuk anak : 1,2 – 1,6 mg/kgBB/Hari
(sumber : Basic Pharmacology & Drug Notes, 2017)
Penatalaksanaan untuk terapi otitis media
 Tujuan Pengobatan: Tujuannya adalah manajemen nyeri, penggunaan antibiotik yang
bijaksana, dan pencegahan penyakit sekunder. Otitis media akut pertama-tama harus
dibedakan dari otitis media dengan efusi atau otitis media kronis.
 Nyeri otitis media harus diatasi dengan analgesik oral seperti Acetaminophen/
paracetamol atau antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen harus diberikan lebih
awal.
 Terapi antimikroba digunakan untuk mengobati otitis media; namun, persentase yang
tinggi dari anak-anak akan sembuh hanya dengan pengobatan simtomatik.

(sumber : Chisholm-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone P.M.,


Kolesar J.M. and Dipiro J.T., 2016, Pharmacotherapy Principles and Practice, Mc Graw-
Hill Companies, New York)
Pada anak yang mengalami otitis media, First line terapi pengobatan dapat di
berikan antibiotik Amoxicillin (80/90mg/kg/hari) namun jika selama 30 hari kedaan
belum membaik maka dapat diberikan Amoxicillin-clavulanat, jika pasien tersebut
mengalami alergi golongan penisilin dapat diberikan antibiotic Cefdinir, cefuroxime,
cefpodoxime, atau ceftriaxone. Namun jika pasien alergi golongan penisilin dan
mengalami anaphylaxis dapat diberikan cephalosporins atau alternatif lain golongan
makrolida yaitu clindamycin.
(Sumber : DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris)

2. Rekomendasi terapi non farmakologi


 Dapat diberikan pelega tenggorokan seperti minuman hangat
 Bersihkan sekret/lender hidung anak dengan lap basah yang di pelintir menyerupai
sumbu, sebelum memberi makan
 Jika ada nanah mengalir dari dalam telinga, tunjukan kepada ibu cara
mengeringkannya dengan wicking (membuat sumbu dari kain atau tisu kering yang
dipluntir lancip) Nasihati ibu untuk membersihkan telinga 3 kali sehari hingga tidak
ada nanah yang keluar.
 Nasihati ibu untuk tidak memasukan apa pun kedalam telinga anak, kecuali jika
terjadi penggumpalan cairan di liang telinga, yang dapat dilunakan dengan
meneteskan larutan garam normal. Larang anak untuk berenang atau memasukan air
ke dalam telinga.
(sumber : Tim Adaptasi Indonesia 2009)

3. Apakah pasien boleh menggunakan kloramfenikol


Kloramfenikol boleh digunakan jika infeksi yang di derita oleh pasien sudah berbahaya
bagi pasien atau sampai mengancam jiwa pasien tersebut (pionas.pom.go.id)
D. Implementasi
Batuk Pilek
Tatalaksana
 Anak cukup rawat jalan.
 Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan obat yang aman, seperti minuman
hangat manis.
 Redakan demam yang tinggi (≥ 39º C) dengan parasetamol, apabila demam menyebabkan
distres pada anak.
 Bersihkan sekret/lendir hidung anak dengan lap basah yang dipelintir menyerupai sumbu,
sebelum memberi makan.
 Jangan memberi:
- Antibiotik (tidak efektif dan tidak mencegah pneumonia)
- Obat yang mengandung atropin, kodein atau derivatnya, atau alkohol (obat ini
mungkin membahayakan)
- Obat tetes hidung.
Sumber : (Tim Adaptasi Indonesia,2009, hal-94)
Infeksi Telinga
1. Otitis media akut
Tatalaksana
Berikan pengobatan rawat jalan kepada anak :
- Berhubung penyebab tersering adalah Streptococus pneumonia, Hemophilus influenzae
dan Moraxella catharrhalis, diberikan Amoksisilin (15 mg/kgBB/kali 3 kali sehari) atau
Kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB/kali dua kali sehari) selama 7–10 hari.
- Jika ada nanah mengalir dari dalam telinga, tunjukkan pada ibu cara mengeringkannya
dengan wicking (membuat sumbu dari kain atau tisyu kering yang dipluntir lancip).
Nasihati ibu untuk membersihkan telinga 3 kali sehari hingga tidak ada lagi nanah yang
keluar.
- Nasihati ibu untuk tidak memasukkan apa pun ke dalam telinga anak, kecuali jika terjadi
penggumpalan cairan di liang telinga, yang dapat dilunakkan dengan meneteskan larutan
garam normal. Larang anak untuk berenang atau memasukkan air ke dalam telinga.
- Jika anak mengalami nyeri telinga atau demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan
anak gelisah, berikan parasetamol.
- Antihistamin tidak diperlukan untuk pengobatan OMA, kecuali jika terdapat juga
rinosinusitis alergi.
Sumber : (Tim Adaptasi Indonesia, 2009, hal-184)

2. Otitis media supuratif kronik (OMSK)


Tatalaksana
 Berikan pengobatan rawat jalan.
 Jaga telinga anak agar tetap kering dengan cara wicking.
 Sebagai pengobatan lini pertama dapat diberikan hanya obat tetes telinga yang
mengandung antiseptik (asam asetat 2% atau larutan povidon yang diencerkan 1:2) atau
antibiotik, pilihan obat tetes antibiotik terbaik adalah golongan fluor
kuinolon (ofloksasin, siprofloksasin) karena tidak ototoksik. Obat topikal ini diberikan
sekali sehari selama 2 minggu.
Sumber : (Tim Adaptasi Indonesia,2009, hal-187)

3. Otitis media efusi


Tatalaksana
 Obat yang dapat diberikan adalah antibiotik dan dekongestan serta mukolitik ditambah
dengan perasat Valsalva.
 Antihistamin diberikan bila ada tanda rinitis alergi.
 Miringotomi dan pemasangan grommet bila penyakit menetap lebih dari 2 bulan. Karena
evaluasi penyakit ini memerlukan keterampilan spesialistis, pasien sebaiknya dirujuk ke
THT sejak diagnosis pertama.
Sumber : (Tim Adaptasi Indonesia, 2009, hal-188)

4. Mastoiditis akut
Tatalaksana
 Anak harus dirawat di rumah sakit
 Beri ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, paling sedikit selama 14 hari.
 Jika hipersensitif terhadap ampisilin, dapat diberikan eritromisin ditambah sulfa
kotrimoksazol sampai tanda dan gejalanya hilang.
 Pasien dengan mastoiditis (apalagi jika ada tanda iritasi susunan syaraf pusat) sebaiknya
dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan tindakan insisi dan drainase abses
mastoid atau mastoidektomi atau tatalaksana komplikasi intrakranial otogenik. Bila tidak
ada spesialis THT, insisi abses dapat dilakukan oleh dokter lain.
 Jika anak demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan anak gelisah atau rewel, berikan
parasetamol.
Sumber : (Tim Adaptasi Indonesia,2009, hal-189)

1. Hal-hal apa saja yang disiapkan sebagai point-point konseling untuk pasien tersebut?
Pertanyaan untuk konseling
 Selain batuk pilek gejala apa saja yang dirasakan pasien?
 Sudah berapa lama gejala yang dirasakan?
 Apakah yang sudah dilakukan pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut?
 Apakah pasien sudah minum obat sebelumnya?
 Obat apa yang digunakan?
 Sudah berapa lama obat digunakan?
 Apakah gejalanya membaik?
 Bagaimana cara ibu memberikan obat tersebut?
 Apakah anak ibu memiliki alergi

Informasi saat konseling


 Untuk meredakan gejala batuk diberikan pelega tenggorokan dan minuman hangat
manis
 Untuk gejala pilek diberikan inhaler atau balsam supaya melegakan hidung tersumbat
 Untuk obat antibiotik diberikan informasi harus “HABISKAN”
 Pemberian informasi kebiasaan anak saat minum diusahakan untuk duduk atau
setengah duduk
 Pastikan anak mendapatkan vaksinasi lengkap
2. Hal-hal apa saja yang disiapkan sebagai point utama konseling mengenai alasan terapi
pasien tidak efektif?
 Merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter
 Merekombinasikan obat antibiotik golongan lain

E. Follow Up (Tindak Lanjut)


1. Apa tujuan terapi pasien ?
 Untuk mengurangi gejala batuk dan pilek pada anak
 Untuk mengurangi tanda – tanda dan gejala infeksi telinga pada anak agar tidak terjadi
komplikasi
 Menghindari penggunaan antibiotik yang tidak diperukan
 Menghindari penggunaan obat yang tidak tepat sasaran pada keluhan pasien
 Mendapatkan dosis yang tepat

2. Pemeriksaan apa saja yang menunjukkan progres capaian target terapi pasien?
 Gejalanya sudah berkurang pada pasien (tepat diagnosis)
 Tidak mengeluarkan cairan dari telinga
 Tidak ada efek samping yang berbahaya
 Obat yang dipilih harus sesuai dengan penyakit sehingga dapat memenuhi target terapi
(tepat pemilihan obat)
 Menganjurkan ibu untuk bersedia membawa anaknya untuk control ulang Kembali
(Depkes RI, 2008)

Sumber : Soedibyo Soepardi., Yulianto Arie., dan Wardhana. 2013. Profil Penggunaan Obat
Batuk Pilek Bebas pada Pasien Anak di Bawah Umur 6 Tahun. Jakarta, Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Chisholm-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone P.M., Kolesar J.M. and
Dipiro J.T., 2016, Pharmacotherapy Principles and Practice, Mc Graw-Hill Companies,
New York
Depkes RI, 2006, Pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI. (2008). Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih
Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Ditjen Bina Kefarmasian, 2009, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Pasien Pediatri.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris
Setyanto, Darmawan B. 2014. Batuk Kronik Pada Anak Masalah dan Tatalaksana. Sari Pediatri,
Vol.6. Jakarta, Universitas Indonesia
Soedibyo Soepardi., Yulianto Arie., dan Wardhana. 2013. Profil Penggunaan Obat Batuk Pilek
Bebas pada Pasien Anak di Bawah Umur 6 Tahun. Jakarta, Universitas Indonesia
Tambunan, taralan. dkk (2012). Formularium spesialistik ilmu kesehatan anak. Jakarta : ikatan
dokter anak indonesia
Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes. Makasar : Medical Mini
Notes Publishing
Tim Adaptasi Indonesia, 2009, Pelayaan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota, Jakarta; Penerbit WHO
Indonesia dan Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai