F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat
Judul laporan
Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
kesehatan perempuan. Tingkat kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang menarik
perhatian WHO. Fakta menunjukan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal setiap tahun
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World Health Organization
(WHO) pada tahun 2005 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara
penyumbang AKI terbesar di dunia dan di Asia Tenggara dengan AKI sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Thailand sebesar 129 per 100.000 KH, Malaysia jauh
lebih baik yaitu hanya sekitar 39 per 100.000 KH dan Singapura sudah sangat baiksebesar 6 per
100.000 KH. Hasil Survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 melaporkan
AKI sebesar 228 per 100.000 KH, namun laporan WHO yang dikutip oleh Depkes RI tahun
2008 AKI di Indonesia disebutkan mencapai 420 per 100.000 KH.Sebagian besar kematian ibu
terjadi selama melahirkan dan periode postpartum langsung, dengan penyebab utama akibat
komplikasi obstetric seperti perdarahan, sepsis, partus lama dan gangguan pada saat
sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13 persen ekslampsi atau
gangguan akibat tekanan darah tinggu saat kehamilan, 9 persen partus lama, 11 persen
komplikasi abprsi dan 10 persen akibat infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).
komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian
ibudisebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.Saat ini AKI berdasarkan SDKI 2007
masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.Angka Kematian Ibu
saat ini adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDGS 102 per 100.000 kelahiran
Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak langsungdari
kondisi “tiga terlambat” yaitu; terlambat dalam mengenal tanda bahayadan mengambil
Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tingginya kasus kematian ibu yang tidak
ibu hamil.
Pelaksana
Penyuluhan tentang menurunkan angka kematian ibu hamil dan anak di daerah Paruga wilayah
Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan bagapamana cara menurunkan angka
kematian ibu hamil dan anak, apa saja yang harus di lakukan dll itu sendiri dan Evaluasi di
lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan
respon yang baik beberapa dan audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
4. Dokter pedamping
5. Peserta PIDI
6. Masyarakat
Judul laporan
TINGGI
Latar belakang
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat
diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat
mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini.
Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat
merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan
terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada
trimester pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi
blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar,
sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu abortus,
kehamilan ektopik atau mola hidatidosa
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan
optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. kehamilan risiko tinggi adalah
beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan,
nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
Permasalahan
Penyuluhan dan membagi kuisoner tentang bagaimana upaya penangananan pada kehamilan
Pelaksana
Penyuluhan tentang upaya penangananan pada kehamilan yang beresiko tinggi di PKM
Monitoring yang dilakukan dengan membagikan kuisoner terhadap ibu hamil pre dan post test
untuk mengetaui pengetahuan sebelum dan setalah penyuluhan Evaluasi di lakukan di akhir
dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang baik
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
7. Dokter pedamping
8. Peserta PIDI
9. Masyarakat
Judul laporan
Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
menarik perhatian WHO. Fakta menunjukan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal
setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World Health
Organization (WHO) pada tahun 2005 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu
Negara penyumbang AKI terbesar di dunia dan di Asia Tenggara dengan AKI sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Thailand sebesar 129 per 100.000 KH,
Malaysia jauh lebih baik yaitu hanya sekitar 39 per 100.000 KH dan Singapura sudah sangat
baiksebesar 6 per 100.000 KH. Hasil Survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 melaporkan AKI sebesar 228 per 100.000 KH, namun laporan WHO yang dikutip oleh
Depkes RI tahun 2008 AKI di Indonesia disebutkan mencapai 420 per 100.000 KH.Sebagian
besar kematian ibu terjadi selama melahirkan dan periode postpartum langsung, dengan
penyebab utama akibat komplikasi obstetric seperti perdarahan, sepsis, partus lama dan
gangguan pada saat melahirkan, gangguan hipertensi dan komplikasi aborsi (Chowdhury,
2009). Di Indonesia, sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13 persen
ekslampsi atau gangguan akibat tekanan darah tinggu saat kehamilan, 9 persen partus lama, 11
persen komplikasi abprsi dan 10 persen akibat infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).
komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian
ibudisebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.Saat ini AKI berdasarkan SDKI 2007
masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.Angka Kematian Ibu
saat ini adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDGS 102 per 100.000 kelahiran
Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak langsungdari
kondisi “tiga terlambat” yaitu; terlambat dalam mengenal tanda bahayadan mengambil
Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tingginya kasus kematian ibu yang tidak
ibu hamil.
Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang menurunkan angka kematian ibu
Pelaksana
Penyuluhan tentang menurunkan angka kematian ibu hamil dan anak di daerah Paruga wilayah
Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan bagapamana cara menurunkan angka
kematian ibu hamil dan anak, apa saja yang harus di lakukan dll itu sendiri dan Evaluasi di
lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan
respon yang baik beberapa dan audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat
Judul laporan
PENYULUHAN TENTANG MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN KELAINAN KONGENITAL
Latar belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-
bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal
ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.
Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya.
Di samping pemeriksaan fisik, radiologik dan hboratorik untuk menegakkan diagnosis kelainan
kongenital setela6 bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosis pre/ante-natal kelainan kongenital
dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan
air keruban dan darah janin.
Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian bayi dalam bulan-
bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap
kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.Neonatus dengan kelainan bawaan yang meliputi
meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, hipospadia serta kelainan metabolic dan
endokrin.
Permasalahan
kongenital.
pencegahannya.
Penyuluhan dan menurunkan angka kejadian kelainan kongenital dan BBLR di wilayah kerja
Puskesmas Paruga
Pelaksana
Penyuluhan tentang menurunkan angka kejadian kelainan kongenital dan BBLR di daerah Sarae
menurunkan angka kejadian kelainan kongenital dan BBLR itu sendiri dan Evaluasi di lakukan
di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
4. Dokter pedamping
5. Peserta PIDI
6. Masyarakat
Judul laporan
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tahun 2010 hingga 2014 relatif cepat.
Jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk sebesar 877.437 jiwa. Sumatera Utara
berada di posisi ke empat jumlah penduduk tertinggi yaitu 13.527.937 jiwa pada tahun
Salah satu upaya penurunan jumlah penduduk adalah melalui upaya menekan angka
fertilitas yang instrument utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB). Kontrasepsi
merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur jarak kehamilan. Saat ini sebagian
besar WUS menggunakan kontrasepsi, yakni sebesar 59,7% dan 59,3% diantaranya
menggunakan kontrasepsi modern, dan hanya 0,4% lainnya menggunakan kontrasepsi cara
adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman
lainnya. MAL atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai
metode keluarga berencana alamiah (KBA) , apa bila tidak dikombinasikan dengan metode
menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah
kelahiran. Sementara itu menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), ASI eksklusif
30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di dunia setiap tahun bisa
dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama sejak kelahirannya
tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Prasetyono, 2013).
Capaian ASI eksklusif di Asia Tenggara menunjukkan angka yang tidak banyak
perbedaan. Cakupan ASI eksklusif di India sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di
Vietnam 27% dan di Myanmar 24% (Kemenkes RI, 2014). Sementara capaian ASI
eksklusif di Indonesia belum mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80%.
Laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013, cakupan ASI 0-6 bulan hanya 54,3%
(Pusdatin,2015). Data dari Kemenkes RI pada tahun 2014 menyebutkan persentase pola
menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah sebesar 39,8%, dan persentase menurun dengan
meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan persentase menyusui
Permasalahan
Penyuluhan tentang pemberian asi ekslusif sebagai metode kontasepsi atau KB alamiah pada ibu
menyusui di daerah Pasar Raya di wilayah kerja Puskesmas Paruga dengan jumlah peserta 41
orang
Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan bagaiamana pemberian asi ekslusif
sebagai metode kontasepsi atau KB alamiah pada ibu menyusui itu sendiri dan Evaluasi di
lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan
respon yang baik beberapa dan audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat
Judul laporan
Latar belakang
Saat ini Indonesia sedang mengalami problem kependudukan, salah
rakyat.
masyarakat masih memilih menggunakan KB jenis lama atau jangka pendek yaitu
seperti suntik, kondom, dan PIL. Padahal pemerintah dan BKKBN menganjurkan
Implant, MOW, MOP. Karena alat kontrasepsi ini di anggap lebih efektif untuk
menunda kehamilan hingga jangka 5tahun lebih atau metode KB jangka panjang
alat kontrasepsi jangka panjang bisa dikatakan lebih aman karena minim sekali
serviks.
Salah satu sebab hal itu terjadi adalah pernikahan dini. Dampak dari
pernikahan dini setelah menikah cenderung mengalami Drop Out (DO) dari
sekolah dan memperoleh tingkat pendidikan yang rendah pula, status sosial yang
otomatis juga akan menurun, hilangnya hak kesehatan reproduksi karena biasanya
belum siap atau belum begitu matang untuk digunakan. Tingginya peluang
kematian ibu akibat melahirkan di usia muda, dan juga hingga kekerasan dalam
Permasalahan
pemilihan kontrasepsi MKJP yang disebabkan karena alat reproduksi belum matang
Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan pemilihan alat kontasepsi MKJP terhadap
pasangan muda.
Pelaksana
Penyuluhan tentang pemilihan alat kontasepsi MKJP terhadap pasangan muda di daerah
sumbawa barat wilayah kerja PKM PARUGA dengan jumlah peserta 37 orang
Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan bagapamana cara pemilihan alat
kontasepsi MKJP terhadap pasangan muda apa saja yang harus di lakukan dll itu sendiri dan
Evaluasi di lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber
mendapatkan respon yang baik beberapa dan audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar
materi.
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
4. Dokter pedamping
5. Peserta PIDI
6. Masyarakat
Judul laporan
Latar belakang
Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kondisi gizi janin, rendahnya pengetahuan kesehatan
reproduksi, hingga sistem layanan kesehatan ibu hamil tak sesuai budaya yang
mengakibatkan tingginya angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir
Melakukan pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu hamil untuk memantau kesehatan
ibu, perkembangan janin serta mencegah dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat hamil
Melakukan pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu hamil di Kelurahan Dara dengan
- Pada anamnesis didapatkan keluhan terbanyak pada ibu hamil dengan usia kehamilan 1
sampai 20 minggu yaitu keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati serta nafsu makan
menurun.
- Pada pemeriksaan fisis sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam kehamilannya
dan bagi yang kami nyatakan memiliki resiko terhadap kehamilannya di anjurkan untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk diperiksa lebih lanjut misalnya
usg abdomen dll.
- Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis kegiatan ANC dilanjutkan dengan
pemberian tablet fe, vitamin dan imunisasi TT sesuai indikasi.
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
7. Dokter pedamping
8. Peserta PIDI
9. Masyarakat
Judul laporan
PENYULUHAN TENTANG ANEMIA PADA IBU HAMIL
Latar belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit)
yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi
untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Menurut WHO (2008), secara global
prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi anemia
pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa
25,1 %.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang
sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada
ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan
dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar
di dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita usia subur
(WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau
produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat
besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya.
Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia
kekurangan gizi dan kebanyakan anemia yang diderita oleh masyarakat salah satunya karena
kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, ibu hamil dengan pendidikan dan
tingkat sosial ekonomi yang rendah.
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child" (potensial
membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus,
persalinan pre¬maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan pada kala
nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi
puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang.
Permasalahan
Melakukan Penyuluhan tentang bahaya anemia pada ibu hamil di paruga dengan metode
Pelaksana
Melakukan penyuluhan tentang bahayanya anemia pada ibu hamil di paruga dengan jumlah
peserta 25 orang
Hampir sebagian besar warga yang hadir kurang mengetahui materi penyuluhan yang akan
disampaikan. Namun setelah penyuluhan, warga cukup antusias untuk berdiskusi terkait materi
penyuluhan
F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
1. Peserta hadir :
4. Dokter pedamping
5. Peserta PIDI
6. Masyarakat
Judul laporan
Latar belakang
Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak didalam
kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak mencukupi untuk melindungi anak
dari berbagai penyakit infeksi dan menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat
kekebalan buatan agar anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi adalah
suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar
kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu sehingga walaupun nantinya orang tersebut
mendapat infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan
terhindar dari ancaman penyakit yang ganas dan menular tanpa bantuan pengobatan
(Markum, 1997).
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai Indonesia Sehat
2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya 70% dari penduduk suatu daerah harus mendapat
imunisasi dasar yang meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di
Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan
imunisasi.
WHO (1991) melaporkan bahwa diperkirakan 1.7 juta bayi dan anak-anak meninggal
karena penyakit infeksi seperti, campak, difteri, pertusis, tetanus, dan TBC. Disamping itu
Indonesia di kelompokkan sebagai daerah endemik sedang sampai tinggi Hepatitis B di
dunia. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang
imunisasi dan pentingnya imunisasi bagi bayi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi untuk
meningkatkan pemahaman keluarga tentang pentingnya imuisasi dasar pada balita agar
keluarga mau mengimunisasikan anaknya.
Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang imunisasi dan pentingnya
2. Banyaknya ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang Imunisasi pada balita di desa Oi Ni’u
Pelaksana
Penyuluhan tentang tentang Imunisasi pada balita di desa Oi Ni’u dengan jumlah peserta 30
orang.