Anda di halaman 1dari 21

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping

2. Peserta PIDI

3. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU HAMIL DAN ANAK DI

WILAYAH PUSKESMAS PARUGA  

Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur   derajat  

kesehatan   perempuan. Tingkat   kematian   ibu merupakan masalah kesehatan yang menarik

perhatian WHO. Fakta menunjukan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal setiap tahun

akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World Health Organization

(WHO) pada tahun 2005 menyatakan bahwa Indonesia  merupakan  salah  satu  Negara 

penyumbang  AKI  terbesar  di dunia  dan  di  Asia  Tenggara  dengan  AKI  sebesar  307  per 

100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Thailand sebesar 129 per 100.000 KH, Malaysia jauh

lebih baik yaitu hanya sekitar 39 per 100.000 KH dan Singapura sudah sangat baiksebesar 6 per

100.000 KH.    Hasil Survei demografi  dan  Kesehatan  Indonesia  (SDKI)  2007  melaporkan 

AKI sebesar 228 per 100.000 KH, namun laporan WHO yang dikutip oleh Depkes RI tahun

2008 AKI di Indonesia disebutkan mencapai 420 per 100.000 KH.Sebagian besar kematian ibu

terjadi selama melahirkan dan periode postpartum langsung, dengan penyebab utama akibat
komplikasi obstetric seperti   perdarahan,   sepsis,   partus   lama   dan   gangguan   pada   saat

melahirkan,  gangguan  hipertensi  dan  komplikasi  aborsi  (Chowdhury, 2009).  Di Indonesia,

sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13 persen ekslampsi atau

gangguan akibat tekanan darah tinggu saat kehamilan, 9 persen partus lama, 11 persen

komplikasi abprsi dan 10 persen akibat infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).

Menurut World Health Organization AKI ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena

komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian

ibudisebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.Saat ini AKI berdasarkan SDKI 2007

masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.Angka Kematian Ibu

saat ini adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDGS 102 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2011).

Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak langsungdari

kondisi “tiga terlambat” yaitu; terlambat dalam mengenal tanda bahayadan mengambil

keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai tempat pelayanan, dan terlambat

mendapatkan pertolongan medis yang memadai (Depkes, 2008).

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tingginya kasus kematian ibu yang tidak

mnegtahui tanda-tanda mengambil keputusan tingkat keluarga.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara bagaimana pencegahan dari kematian

ibu hamil.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang menurunkan angka kematian ibu

hamil dan anak di wilayah Puskesmas Paruga 

Pelaksana

Penyuluhan tentang menurunkan angka kematian ibu hamil dan anak di daerah Paruga wilayah

kerja PKM PARUGA dengan jumlah peserta 49 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  bagapamana cara menurunkan angka

kematian ibu hamil dan anak, apa saja yang harus di lakukan dll itu sendiri dan Evaluasi di

lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan

respon yang baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

4. Dokter pedamping

5. Peserta PIDI

6. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG UPAYA PENANGANAN PADA KEHAMILAN YANG BERESIKO

TINGGI   
Latar belakang
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat
diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat
mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini.
Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat
merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan
terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada
trimester pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi
blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar,
sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu abortus,
kehamilan ektopik atau mola hidatidosa
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan
optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. kehamilan risiko tinggi adalah
beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan,
nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat kehamilan yang beresiko tinggi seperti apa 

2. Bagaimana akibat terhadap kehamilan yang beresiko tinggi.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan dan membagi kuisoner tentang bagaimana upaya penangananan pada kehamilan

yang beresiko tinggi. 

Pelaksana

Penyuluhan tentang upaya penangananan pada kehamilan yang beresiko tinggi di  PKM

PARUGA dengan jumlah peserta 15 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan membagikan kuisoner terhadap ibu hamil pre dan post test

untuk mengetaui pengetahuan sebelum dan setalah penyuluhan Evaluasi di lakukan di akhir
dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang baik

beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

7. Dokter pedamping

8. Peserta PIDI

9. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU HAMIL DAN ANAK DI

WILAYAH PUSKESMAS PARUGA  

Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur   derajat  

kesehatan   perempuan.       Tingkat   kematian   ibu merupakan masalah kesehatan yang

menarik perhatian WHO. Fakta menunjukan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal

setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World Health

Organization (WHO) pada tahun 2005 menyatakan bahwa Indonesia  merupakan  salah  satu 

Negara  penyumbang  AKI  terbesar  di dunia  dan  di  Asia  Tenggara  dengan  AKI  sebesar 

307  per  100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Thailand sebesar 129 per 100.000 KH,

Malaysia jauh lebih baik yaitu hanya sekitar 39 per 100.000 KH dan Singapura sudah sangat

baiksebesar 6 per 100.000 KH.    Hasil Survei demografi  dan  Kesehatan  Indonesia  (SDKI) 
2007  melaporkan  AKI sebesar 228 per 100.000 KH, namun laporan WHO yang dikutip oleh

Depkes RI tahun 2008 AKI di Indonesia disebutkan mencapai 420 per 100.000 KH.Sebagian

besar kematian ibu terjadi selama melahirkan dan periode postpartum langsung, dengan

penyebab utama akibat komplikasi obstetric seperti   perdarahan,   sepsis,   partus   lama   dan  

gangguan   pada   saat melahirkan,  gangguan  hipertensi  dan  komplikasi  aborsi  (Chowdhury,

2009).  Di Indonesia, sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13 persen

ekslampsi atau gangguan akibat tekanan darah tinggu saat kehamilan, 9 persen partus lama, 11

persen komplikasi abprsi dan 10 persen akibat infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).

Menurut World Health Organization AKI ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena

komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian

ibudisebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.Saat ini AKI berdasarkan SDKI 2007

masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.Angka Kematian Ibu

saat ini adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDGS 102 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2011).

Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak langsungdari

kondisi “tiga terlambat” yaitu; terlambat dalam mengenal tanda bahayadan mengambil

keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai tempat pelayanan, dan terlambat

mendapatkan pertolongan medis yang memadai (Depkes, 2008).

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tingginya kasus kematian ibu yang tidak

mnegtahui tanda-tanda mengambil keputusan tingkat keluarga.


2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara bagaimana pencegahan dari kematian

ibu hamil.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang menurunkan angka kematian ibu

hamil dan anak di wilayah Puskesmas Paruga 

Pelaksana

Penyuluhan tentang menurunkan angka kematian ibu hamil dan anak di daerah Paruga wilayah

kerja PKM PARUGA dengan jumlah peserta 49 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  bagapamana cara menurunkan angka

kematian ibu hamil dan anak, apa saja yang harus di lakukan dll itu sendiri dan Evaluasi di

lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan

respon yang baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping

2. Peserta PIDI

3. Masyarakat

Judul laporan
PENYULUHAN TENTANG MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN KELAINAN KONGENITAL

DAN BBLR DI DAERAH SARAE WILAYAH PUSKESMAS PARUGA

Latar belakang

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-
bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal
ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.
Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya.

Di samping pemeriksaan fisik, radiologik dan hboratorik untuk menegakkan diagnosis kelainan
kongenital setela6 bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosis pre/ante-natal kelainan kongenital
dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan
air keruban dan darah janin.

Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian bayi dalam bulan-
bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap
kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.Neonatus dengan kelainan bawaan yang meliputi
meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, hipospadia serta kelainan metabolic dan
endokrin.

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang mengakibatkan kelainan

kongenital.

2. Kurangnya pengetahuan tentang jenis-jenis kelainan kongenital dan bagaimana

pencegahannya.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan dan menurunkan angka kejadian kelainan kongenital dan BBLR di wilayah kerja

Puskesmas Paruga

Pelaksana
Penyuluhan tentang menurunkan angka kejadian kelainan kongenital dan BBLR di daerah Sarae

di wilayah kerja Puskesmas Paruga dengan jumlah peserta 36 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  bagaiamana cara menurunkan

menurunkan angka kejadian kelainan kongenital dan BBLR itu sendiri dan Evaluasi di lakukan

di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang

baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

4. Dokter pedamping

5. Peserta PIDI
6. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF SEBAGAI METODE


KONTRASEPSI ATAU KB ALAMIAH PADA IBU MENYUSUI 
Latar belakang

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tahun 2010 hingga 2014 relatif cepat.

Jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah

penduduk sebesar  46.300.543 jiwa,  sedangkan  jumlah  penduduk terendah terdapat di

Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk sebesar 877.437 jiwa. Sumatera  Utara 

berada  di  posisi  ke  empat  jumlah  penduduk  tertinggi  yaitu 13.527.937 jiwa pada tahun

2014 (Kemenkes RI,2015).

Salah satu upaya penurunan jumlah penduduk adalah melalui upaya menekan angka

fertilitas yang instrument utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB). Kontrasepsi

merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur jarak kehamilan. Saat ini sebagian

besar WUS menggunakan   kontrasepsi, yakni sebesar 59,7% dan 59,3% diantaranya

menggunakan kontrasepsi modern, dan hanya 0,4% lainnya menggunakan kontrasepsi cara

tradisional (Kemenkes RI,2015).

Metode Amenorea Laktasi (MAL)    atau Lactational    Amenorrhea    Method (LAM)

adalah  metode  kontrasepsi sementara  yang  mengandalkan  pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan  dan  minuman 

lainnya. MAL  atau   Lactational   Amenorrhea    Method (LAM)   dapat  dikatakan sebagai  
metode keluarga berencana alamiah  (KBA) , apa bila tidak  dikombinasikan  dengan metode 

kontrasepsi  lain (Proverawati, 2010).

Sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat

menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah

kelahiran. Sementara itu menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), ASI   eksklusif

dapat   menekan   angka   kematian   bayi   di   Indonesia.   UNICEF menyatakan bahwa

30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di dunia setiap tahun bisa

dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama sejak kelahirannya

tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Prasetyono, 2013).

Capaian ASI eksklusif di Asia Tenggara   menunjukkan angka  yang tidak banyak

perbedaan. Cakupan ASI eksklusif di India sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di

Vietnam 27% dan di Myanmar 24%     (Kemenkes RI, 2014). Sementara  capaian  ASI 

eksklusif  di   Indonesia  belum  mencapai  angka  yang diharapkan yaitu sebesar 80%.

Laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013, cakupan ASI 0-6 bulan hanya 54,3%

(Pusdatin,2015). Data dari Kemenkes RI pada tahun 2014 menyebutkan persentase pola

menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah sebesar 39,8%, dan persentase menurun dengan

meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan persentase menyusui

eksklusif hanya 15,3% (Kemenkes RI,2014).

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan tentang pemberian asi ekslusif sebagai metode kontrasepsi


alamiah terhadap ibu menyusui 
2. Kurangnya pengetahuan tentang jenis-jenis KB yang cocok untuk ibu menyusui

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan tentang pemberian asi ekslusif sebagai metode kontasepsi atau KB alamiah pada ibu
menyusui. 
Pelaksana

Penyuluhan tentang pemberian asi ekslusif sebagai metode kontasepsi atau KB alamiah pada ibu

menyusui di daerah Pasar Raya di wilayah kerja Puskesmas Paruga dengan jumlah peserta 41

orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  bagaiamana pemberian asi ekslusif

sebagai metode kontasepsi atau KB alamiah pada ibu menyusui itu sendiri dan Evaluasi di

lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan

respon yang baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping

2. Peserta PIDI

3. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG PEMILIHAN KONTRASEPSI MKJP TERHADAP PASANGAN MUDA 

Latar belakang
Saat  ini  Indonesia  sedang  mengalami  problem  kependudukan, salah

satu diantaranya terjadi ledakan penduduk atau terus meningkatnya volume

penduduk di Indonesia yang signifikan, di lain pihak jumlah penyebaran penduduk

tidak merata. Pertambahan penduduk yang tinggi akan   menimbulkan   dampak  

kemiskian,   turunnya   kesejahteraan   dan semakin terbatasnya lapangan

pekerjaan yang akan menimbulkan semakin banyaknya pengangguran.

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat

dianggap mengkhawatirkan karena tidak di imbangi dengan kesejahteraan

rakyat. 

Secara kualitas program KB belum dikatakan sukses karena mayoritas

masyarakat masih memilih menggunakan KB jenis lama atau jangka pendek yaitu

seperti suntik, kondom, dan PIL. Padahal pemerintah dan BKKBN menganjurkan

agar masyarakat lebih memilih menggunakan KB jangka panjang seperti IUD,

Implant, MOW, MOP. Karena alat kontrasepsi ini di anggap lebih efektif untuk

menunda kehamilan hingga jangka 5tahun lebih atau metode KB jangka panjang

dalam program KB disebut MKJP, MKJP sendiri singkatan dari (Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang). Sebenarnya dibanding kontrasepsi jangka pendek,

alat kontrasepsi jangka panjang bisa dikatakan lebih aman karena minim sekali

mempunyai efek samping. Apabila menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek

berpotensi akan menimbulkan berbagai penyakit salah satunya seperti kanker

serviks.

Salah satu sebab hal itu terjadi adalah pernikahan dini. Dampak dari

pernikahan dini ini sendiri sangat berdampak dengan kesejahteraan perempuan-


perempuan muda yang mengalaminya. Biasanya mereka yang mengalami

pernikahan dini setelah menikah cenderung mengalami Drop Out (DO) dari

sekolah dan memperoleh tingkat pendidikan yang rendah pula, status sosial yang

otomatis juga akan menurun, hilangnya hak kesehatan reproduksi karena biasanya

pernikahan dini akan menimbulkan berbagai penyakit sebab  alat reproduksi

belum siap atau belum begitu matang untuk digunakan. Tingginya peluang

kematian ibu akibat melahirkan di usia muda, dan juga hingga kekerasan dalam

rumah tangga akan rentan terjadi.

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pernikahan dini sehingga mengakibatkan

pemilihan kontrasepsi MKJP yang disebabkan karena alat reproduksi belum matang 

2. Memberi pengetahuan masyarakat tentang MKJP untuk pasangan muda 

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan pemilihan alat kontasepsi MKJP terhadap

pasangan muda.

Pelaksana

Penyuluhan tentang pemilihan alat kontasepsi MKJP terhadap pasangan muda di daerah

sumbawa barat wilayah kerja PKM PARUGA dengan jumlah peserta 37 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  bagapamana cara pemilihan alat

kontasepsi MKJP terhadap pasangan muda apa saja yang harus di lakukan dll itu sendiri dan
Evaluasi di lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber

mendapatkan respon yang baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar

materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

4. Dokter pedamping

5. Peserta PIDI

6. Masyarakat

Judul laporan

PELAKSANAAN KEGIATAN ANTENATAL CARE TERPADU

Latar belakang

Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di


bidang kesehatan. Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia memiliki Rencana
Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah (RPKJM) dimana program kerja tersebut
merupakan upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan balita, meningkatkan status
gizi masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular masih menjadi
prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan. Salah satu program
dalam RPKJM adalah menyelenggarakan Antenatal Care terpadu. ANC terpadu adalah
pelayanan pemeriksaan pada ibu hamil secara komprehensif dan terpadu, mencakup
upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan
KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit
menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,
bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu, setiap ibu
hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapat
pelayanan sesuai standar ANC terpadu, seperti menimbang berat badan, mengukur
lingkar lengan atas, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, menghitung
denyut jantung janin, menentukan presentasi janin, memberikan imunisasi tetanus
toksoid, memberi tablet besi, serta melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium dapat berupa pemeriksaan rutin berupa pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein dalam urin, pemeriksaan hepatitis B, serta HIV.
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya masalah/penyakit tersebut dapat
dideteksi dan ditangani secara dini. Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil
akan mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak
reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kondisi gizi janin, rendahnya pengetahuan kesehatan

reproduksi, hingga sistem layanan kesehatan ibu hamil tak sesuai budaya yang

mengakibatkan tingginya angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir

2. Memberikan pelayanan terhadap ibu hamil di wilayah kerja puskesmas paruga

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Melakukan pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu hamil untuk memantau kesehatan

ibu, perkembangan janin serta mencegah dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat hamil

dan berisiko terhadap kehamilannya..


Pelaksana

Melakukan pemeriksaan antenatal care terpadu pada setiap ibu hamil di Kelurahan Dara dengan

jumlah peserta 40 orang

Monitoring dan evaluasi

- Pada anamnesis didapatkan keluhan terbanyak pada ibu hamil dengan usia kehamilan 1
sampai 20 minggu yaitu keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati serta nafsu makan
menurun.
- Pada pemeriksaan fisis sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam kehamilannya
dan bagi yang kami nyatakan memiliki resiko terhadap kehamilannya di anjurkan untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk diperiksa lebih lanjut misalnya
usg abdomen dll.
- Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis kegiatan ANC dilanjutkan dengan
pemberian tablet fe, vitamin dan imunisasi TT sesuai indikasi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

7. Dokter pedamping

8. Peserta PIDI

9. Masyarakat

Judul laporan
PENYULUHAN TENTANG ANEMIA PADA IBU HAMIL

Latar belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit)
yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi
untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Menurut WHO (2008), secara global
prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi anemia
pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa
25,1 %.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang
sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada
ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan
dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar
di dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita usia subur
(WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau
produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat
besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya.
Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia
kekurangan gizi dan kebanyakan anemia yang diderita oleh masyarakat salah satunya karena
kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, ibu hamil dengan pendidikan dan
tingkat sosial ekonomi yang rendah.
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child" (potensial
membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus,
persalinan pre¬maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan pada kala
nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi
puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang.
Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak anemia pada ibu hamil

2. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan dan pengobatan anemia

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Melakukan Penyuluhan tentang bahaya anemia pada ibu hamil di paruga dengan metode

ceramah dan diskusi.

Pelaksana

Melakukan penyuluhan tentang bahayanya anemia pada ibu hamil di paruga dengan jumlah

peserta 25 orang

Monitoring dan evaluasi

Hampir sebagian besar warga yang hadir kurang mengetahui materi penyuluhan yang akan
disampaikan. Namun setelah penyuluhan, warga cukup antusias untuk berdiskusi terkait materi
penyuluhan

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)  

1. Peserta hadir : 

4. Dokter pedamping

5. Peserta PIDI

6. Masyarakat
Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG IMUNISASI PADA BALITA  

Latar belakang

Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak didalam
kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak mencukupi untuk melindungi anak
dari berbagai penyakit infeksi dan menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat
kekebalan buatan agar anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi adalah
suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar
kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu sehingga walaupun nantinya orang tersebut
mendapat infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan
terhindar dari ancaman penyakit yang ganas dan menular tanpa bantuan pengobatan
(Markum, 1997).
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai Indonesia Sehat
2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya 70% dari penduduk suatu daerah harus mendapat
imunisasi dasar yang meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di
Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan
imunisasi.
WHO (1991) melaporkan bahwa diperkirakan 1.7 juta bayi dan anak-anak meninggal
karena penyakit infeksi seperti, campak, difteri, pertusis, tetanus, dan TBC. Disamping itu
Indonesia di kelompokkan sebagai daerah endemik sedang sampai tinggi Hepatitis B di
dunia. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang
imunisasi dan pentingnya imunisasi bagi bayi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi untuk
meningkatkan pemahaman keluarga tentang pentingnya imuisasi dasar pada balita agar
keluarga mau mengimunisasikan anaknya.

Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang imunisasi dan pentingnya

imunisasi bagi bayi.

2. Banyaknya ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang Imunisasi pada balita di desa Oi Ni’u 

Pelaksana

Penyuluhan tentang tentang Imunisasi pada balita di desa Oi Ni’u dengan jumlah peserta 30

orang.

Monitoring dan evaluasi

Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi balita di posyandu berjalan dengan


lancar dan baik. Semua balita yang datang untuk imunisasi diberikan imunisasi kecuali bagi
balita yang tidak sesuai jadwal (usianya belum sesuai dengan jadwal pemberian).
Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu mengikuti penyuluhan
sampai selesai. Penyuluhan dilakukan dengan metode diskusi agar lebih akrab dan memudahkan
peserta yang hadir untuk memahami materi. Respons peserta cukup baik yang ditunjukkan
dengan memperhatikan, memberi tanggapan, dan mengajukan pertanyaan.

Anda mungkin juga menyukai