Pendahuluan
1
Gambar 1 : Peta Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara (https://petatematikindo.files.wordpress.com).
2
di kota Manado. Sulawesi Utara atau Sulawesi Utara berbatasan dengan Laut
Maluku dan Samudera Pasifik di sebelah timur, Laut Maluku dan Teluk Tomini
di sebelah selatan, Laut Sulawesi dan provinsi Gorontalo di sebelah barat, dan
provinsi Davao del Sur (Filipina) di sebelah utara. Luas wilayah Provinsi
Sulawesi Utara adalah 15.069 km² dengan persentase 0,72% terhadap luas
Indonesia yang terdiri dari 11 (sebelas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota.
Sulawesi Utara terletak di jazirah utara Pulau Sulawesi atau tepatnya 0°LU –
3°LU dan 123°BT – 126°BT serta merupakan salah satu daerah yang terletak di
sebelah utara garis khatulistiwa. (Sulawesi Utara.BPS.go.id).
Berdasarkan publikasi data BPS Sulawesi Utara tahun 2000 – 2017, dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk Sulawesi Utara mengalami peningkatan.
Peningkatan jumlah penduduk ini selain karena faktor demografi alamiah
(kelahiran), juga dipengaruhi migrasi (transmigrasi) masuk ke Provinsi
Sulawesi Utara.
Grafik 1. Sumber : Sensus Penduduk 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 1995
3
Data Laju Pertumbuhan Penduduk di atas menunjukkan penurunan dari tahun
ke tahun, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : (1) Pada
tahun 1990 – 2000 menunjukkan penurunan kemungkinan dikarenakan
suksesnya program Keluarga Berencana yang dicanangkan pada tahun 1980-
an. (2) pada periode 2000 – 2010 ??
4
Gambar 1. Data Kepadatan Penduduk Sulawesi Utara
Kepadatan penduduk di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 sebesar 165,85 per
km2 , tertinggi terjadi di Kota Manado sebesar 2550,69 per km2 . Jumlah
penduduk Provinsi Sulawesi Utara bila dilihat menurut kelompok umur,
terbesar pada umur 10-14 tahun yaitu sebesar 206.622 orang, jumlah penduduk
laki-laki pada kelompok ini sebesar 106.623 orang sedangkan perempuan
99.999 orang.
5
Berdasarkan data Rasio Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Utara yang dikutip
dari Publikasi Statsitik Indonesia BPS RI, pada rentang tahun 1980- 2010.
Maka dapat diketahui bahwa Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan
perempuan yang disajikan pada data Rasio jenis kelamin penduduk Provinsi
Sulawesi Utara diatas adalah data rasio jenis kelamin secara keseluruhan, tidak
tersedia data spesifikasi yang lebih detil berdasarkan golongan umur. Terjadi
penurunan rasio jenis kelamin pada tahun 2005 diperkirakan oleh faktor tingkat
kelahiran bayi laki – laki yang lebih tinggi dibanding perempuan atau semakin
meningkatnya migran berjenis kelamin laki – laki yang masuk ke Provinsi
Sulawesi Utara.
101
100
1980 1990 1995 2000 2005 2010
Rasio jenis kelamin di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 sebesar 104,19
persen artinya diantara 100 orang wanita terdapat 104 orang lakilaki. Rasio
jenis kelamin tertinggi terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
sebesar 109,32 persen, diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan
Kab Bolaang Mongondow masing masing sebesar 108,64 persen dan 108,25
persen, sedangkan yang terendah terjadi di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
sebesar 97,63 persen.
6
Berdasarkan data Dependency Ratio Sulawesi Utara yang dikutip dari data
proyeksi Sulawesi Utara tahun 2010 – 2035 yang di publikasi oleh Badan
Pusat Statistik RI. Maka berikut penulis menyajikan grafik Rasio Beban
Tanggungan Sulawesi Utara,
Dependency Ratio
Tahun 2010 - 2035 Provinsi Sulawesi Utara
49
48.5
48
47.5
46
45.5
45
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Grafik diatas menunjukkan tren penurunan dati tahun ke tahun, hal ini karena
jumlah penduduk produktif terus meningkat dibandingkan penduduk tidak
produktif. Hal ini dapat berarti bahwa Sulawesi Utara memasuki masa bonus
demografi. Tren penurunan ini mengindikasikan adanya pertumbuhan
ekonomi. Kondisi inidapat berarti bahwa atau ada kemungkinan dimana
penghasilan masyarakat meningkat, sehingga memberikan peluang bagi
masyarakat untuk melakukan tabungan untuk pengembangan kualitas hidup
dan belanja masyarakat
7
persen jumlah penduduk lanjut usia, masuk ke dalam lima provinsi penduduk
yang berusia 65 tahun ke atas paling besar pada tahun 2035. 12,0 persen.
Dengan kata lain, jumlah penduduk 65 tahun ke atas di provinsi ini telah
mencapai lebih dari 10 persen. pada tahun 2035 Sulawesi Utara bisa
dikategorikan sebagai provinsi penduduk tua (aging population), (BPS,
Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035).
Gambar 4. Parameter Hasil proyeksi Penduudk 2010 – 2035 (Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035)
Menurut data proyeksi tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia (65+) di
Sulawesi Utara berjumlah sebanyak 2.522.800 terdiri dari 1.289.100 laki-laki
dan 1.239.100 perempuan. Merujuk pada data BPS Proyeksi Pendudukan 2013.
persentase penduduk lansia pada tahun 2020 mencapai 7,20%. Persentase
tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk
lansia Laki-laki lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk lansia perempuan,
hal ini menunjukkan bahwa angka harapan hidup laki-laki usia lanjut lebih
tinggi dibandingkan perempua. usia lanjut.
Salah satu indikator untuk melihat kualitas penduduk usia kerja adalah dengan
melihat struktur pendidikan yang ditamatkan.
8
dapat dilihat bahwa kualitas PUK selama periode tiga tahun tersebut masih
menunjukkan kualitas yang rendah karena masih didominasi oleh PUK
9
bergizi yang membantu kualitas tenaga kerja. Selain itu adanya berbagai
kebijakan di bidang pendidikan daerah diantaranya dengan meningkatkan
anggaran bidang pendidikan sehingga menjadikan kualitas penduduk di
Provinsi Sulawesi Utara meningkat.
Berdasarkan pada angka fertilitas total di Provinsi Sulawesi Utara yang dikutip dari
Publikasi Statistik Indonesia BPS RI, dapat diketahui bahwa angka fertilitas total
Provinsi Sulawesi Utara cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Dari gambar 5
diketahui angka fertilitas tertinggi Provinsi Sulawesi Utara terjadi pada tahun 1980
yang menunjukkan angka 4,91, sedangkan angka fertilitas terendah terjadi pada tahun
2000 yaitu 2,1. Tidak ada penjelasan detail mengenai penyebab dari fluktuasi angka
fertilitas di Sulawesi Utara.
Table diatas menunjukkan angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Utara dari hasil
sensus penduduk tahun 1971-2010 menunjukkan tren penurunan. Demikian juga pada
data survey SDKI tahun 1994-2012 angka kematian bayi cenderung mengalami
penurunan. Akan tetapi, terdapat peningkatan kematian bayi pada tahun 2007 dan
10
tahun 2012. Penurunan angka angka kematian bayi dapat berarti meningkatnya
kualitas kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara. Faktor-faktor yang dapat mendukung
penurunan angka kematian bayi antara lain, semakin baiknya infrastruktur kesehatan
(RS,Posyandu), semakin baiknya akses jalan, ketersediaan pangan yang
mendukungpemenuhan gizi masyrakat, dan semakin banyak dan tersdianya tenaga
medis di pedesaan. Sedangkan, meningkatnya angka kematian bayi dapat disebabkan
oleh, rendahnya asupan gizi ibu, sulitnya akses di desa untuk menjangkau infrastruktur
pedesaan, rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan pada data estimasi angka harapan hidup di Provinsi Sulawesi Utara tahun
2002 – 2009 yang dikutip dari Website BPS RI (sumber : Publikasi Statistik Indonesia
BPS RI) dapat diketahui bahwa estimasi angka harapan hidup Provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan tren positif, dimana terjadi peningkatan angka harapan hidup dari tahun
ke tahun selama rentang waktu 2002 - 2009.
Angka Harapan Hidup, 2002 - 2009 (METODE LAMA)
Kab. Kepulauan Sangihe 71.8 71.9 71.9 72.00 72.28 72.50 72.75
11
Gambar 8 : Estimasi Angka Harapan Hidup (https://Sulawesi Utara.bps.go.id)
Kenaikan AHH dapat dipengaruhi oleh peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana
kesehatan di Indonesia. Di negara - negara berkembang kenaikan AHH ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang meliputi kesehatan, pendidikan, sanitasi,
lingkungan, pendapatan, tingkat kemiskinan, akses air bersih, dan riwayat penyakit
(Kabir, 2008 dalam Alfana, Hanif, Iffani 2015). Faktor- faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi tren positif peningkatan AHH di Sulawesi Utara antara lain adalah
semakin baiknya sarana kesehatan di desa – desa, kesadaran masyarakat akan
pentningnya kesehatan semakin tinggi, semakin baiknya kesejahteraaan ekonomi
masyarakat (pengaruh tingkat pendapatan).
Berikut adalah data migrasi provinsi Sulawesi Utara yang dikutip Publikasi Statistik
Indonesia BPS RI yang bersumber dari hasil sensus penduduk tahun 1971- 2015
(sensus per lima tahun) dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 – 2015
(sensus per lima tahun).
Migrasi Migrasi (Jiwa)
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015
Migrasi Seumur Hidup Netto -29771 -75323 -64370 -142156 -4235 -468 -11635 -7408
Migrasi Seumur Hidup Keluar 121231 150142 153466 218240 151326 166157 217774 195544
Migrasi Seumur Hidup Masuk 91460 74819 89096 76084 147091 165689 206139 188136
Migrasi Risen Netto 7239 -15447 -16536 -26290 15674 -2950 2569 -2292
Migrasi Risen Keluar 38259 30230 51272 48142 38830 31813 45473 35851
Migrasi Risen Masuk 45498 14783 34736 21852 54504 28863 48042 33559
Gambar 9 : Migrasi Seumur Hidup Provinsi Sulawesi Utara (Sumber :BPS 2016)
Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa angka migrasi seumur hidup mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun. Dari table diatas diketahui angka migrasi keluar di provinsi
Sulawesi Utara lebih tinggi dibandingkan angka migrasi masuk. Tingginya tingkat
migrasi keluar dapat disebabkan oleh keinginan masyarakat untk mendapatkan mata
pencaharian lain atau dapat dikarenakan dari tahun ke tahun tingkat pendidikan
masyarakat di Sulawesi tenggara semakin baik, sehingga hal itu yang mendorong
peningkatan angka migrasi keluarg sebagaimana dikatakan oleh Todaro (2000) bahwa
keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatan yang
12
diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di desa. ada korelasi yang positif
terhadap kesempatan memperoleh pendidikan dan migrasi. Orang yang berpendidikan
lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrasi daripada yang pendidikannya
lebih rendah.
13
orde baru, kecenderungan membentuk keluarga kecil sudah kuat. Hasilnya, setelah
tahun 1980, atau setelah introduksi program KB, warga Sulawesi Utara mengatur
angka kelahiran secara mandiri. Dalam dua dasawarsa, penduduk Sulawesi Utara
hanya bertumbuh 0,36% per tahun.
Di tahun 2010 Manado memiliki penduduk terbanyak di Sulawesi Utara, yakni
407.470 jiwa. Disusul Kabupaten Minahasa (309.460), Bolmong (234.480, Minahasa
Selatan (195.380), Minut (188.890), dan Bitung (186.340). Pada periode 2000-2010,
pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Bitung, 2,91%. Disusul Minut (2,51%),
Kotamobagu (2,12%), Tomohon (1,87%), Bolmong (1,78%), Bolsel (1,77%), dan
Boltim (1,56%). Total penduduk Sulawesi Utara di tahun 2010 mencapai 2.263.980,
dengan tingkat pertumbuhan pada periode 2000-2010 rata-rata 1,40%. Pada periode
sebelumnya, 1990-2000, penduduk Sulawesi Utara rata-rata bertumbuh 1,14%.
Rendahnya pertumbuhan penduduk di Sulawesi utara memang seperti menjadi tren di
Sulawesi Utara. Keberhasilan program KB dan migrasi keluar daerah kemungkinan
menjadi penyebab penurunan jumlah penduduk di Sangihe dan stagnasi di Talaud dan
Sitaro. Sementara pertumbuhan di atas 2% di Bitung, Kotamobagu, Minut dan
Tomohon kemungkinan lebih diakibatkan oleh urbanisasi dan migrasi penduduk dari
daerah lain. Secara statistik, penduduk Manado hanya bertumbuh 0,90% pada periode
2000-2010.
Di beberapa daerah di Sulawesi Utara, penduduk masih bertumbuh rata-rata di atas
1,5% pada periode 2000-2010. Sementara di Minahasa, Mitra dan Minsel di bawah
rata-rata Sulawesi Utara. Ada kecenderungan, penduduk di Minahasa, Mitra, Minsel,
Manado, Sitaro dan Talaud mendekati stagnasi. Pertumbuhan yang moderat terjadi di
Bolmong, Bolmut, Bolsel dan Boltim. Sementara pertumbuhan tinggi terjadi di Bitung,
Kotamobagu, Tomohon, dan Minut. Di Sangihe terus mengalami pertumbuhan negatif.
Kecenderungan arah pembangunan yang sedang terjadi, dalam 50 tahun mendatang
penduduk akan memusat di Manado, Bitung, Minut dan Tomohon
14
para pekerja di Sulawesi Utara termasuk bonus demografi yang merupakan keadaan di
mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk non produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun). Periode
2015-2020 merupakan puncak bonus demografi Sulawesi Utara. Penduduk usia
produktif 15 sampai 65 tahun, lebih banyak dari kelompok 0-15 tahun dan 65 tahun ke
atas. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Sulawesi Utara telah masuk
masa bonus demografi sejak tahun 2003 Dan puncaknya pada 2015-2020. Di masa ini,
penduduk usia produktif Sulawesi Utara melimpah jumlahnya. Beberapa hal yang
dapat dilakukan agar bonus demografi bisa dimanfaatkan sengan baik. (1) dengan
tingginya angka angkatan kerja yang produktif maka Sulawesi Utara berpotensi untuk
memiliki suplai tenaga kerja yang besar dan berkualitas untuk itu pemerintah daerah
sebaiknya berupaya untuk meningkatakan kualitas SDM masyarakatnya sehingga akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. (2) Harus ada upaya untul
meningkatakan kapabilitas perempuan untuk memasuki pasar kerja, dengan begitu
perempuan dapat menjadi tenaga kerja produktif meningkatkan pendapatan keluarga.
(3) masyarakat harus di dorong untuk berinvestasi secara produktif, (4) Pemerintah dan
investor swasta harus berfikir untuk membuka lapangan kerja sehingga dapat
menyerap tenaga kerja produktif yang lebih banyak dan dengan begitu dapat
meningkatkan perekonomian daerah.
15
Tekanan Kependudukan terhadap Daya Dukung Lingkungan di Sulawesi Utara.
Di dalam beberapa wacana Sulawesi Utara tampak lebih banyak mengandalkan sektor
pariwisata sebagai salah satu penopang perekonomian daerah. Hal tersebut dapat
terlihat dari tingginya angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara.
Kondisi tersebut perlu diimbangi dengan turut melibatkan masyarakat lokal dalam
sektor pariwisata. Periwisata tentu memiliki dampak lain dari mengingkatnya
perekonomian warga, pariwisata juga dapat berdampak buruk bagi lingkungan di
daerah – daerah sekitar pariwisata. Kerusakan lingkungan di kawasan atau daerah yang
menjadi destinasi pariwisata dunia (seperti Bunaken yang merupakan bagian dari
Sulawesi Utara), merupakan dampak dari mass tourism yang terjadi ketika daya
dukung alam tidak lagi mampu menopang jumlah wisatawan yang terus meningkat,
mengingat alam membutuhkan waktu untuk melakukan regenerasi. Untuk itu ide untuk
menjalankan model pariwisata yang ramah lingkungan atau disebut dengan ekowisata
serta bentuk pariwisata alternative lainnya menjadi salah satu cara untuk menekan
dampak lingkungan akibat pariwisata massal (mass tourism).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Oktober 2018, kunjungan
wisatawan mancanegara yang masuk melalui pintu bandara Sam Ratulangi sebanyak
8.342 orang. hingga Oktober 2018, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi
Utara berjumlah 107.520 orang. Angka ini meningkat dibanding pada kurun yang
sama tahun 2017, yaitu 64.357 orang. Angka tersebut dapat berarti adanya
kemungkinan penumpukan wisatawan pada destinasi wisata unggulan daerah. Salah
satunya terjadi di Taman Nasional Bunaken, yang karenanya dapat berdampak buruk
bagi lingkungan karena tidak memperhatikan daya dukung lingkungan.
Selain dari masalah jumlah wisatawan yang benyak, permasalahan juga dapat muncul
karena masalah SDM untuk melakukan pengelolaan dan manajeman kepariwisataan.
Seperti misalnya, guide –guide lokal professional yang jumlahnya masih sangat
minim, sehingga bermunculan guide- guide yang tidak memiliki dasar pengetahuan
yang cukup untuk menjelaskan mengenai pentingnya mengedukasi wisatawan agar
tetap menja lingkungan. Selain itu, dengan tingginya jumlah wisatawan yang masuk
maka bermunculan homestay atau resort penginapan yang kemungkinan tidak
memiliki ijin lingkungan.
16
Kesimpulan
Ada beberapa hal yang menarik perhatian menulis berdasarkan analisis data – data
sekunder Provinsi Sulawesi Utara. Meihat Sulut merupakan provinsi yang masuk
kedalam kategori mendapatkan bonus demografi dan merupakan provinsi yang
menjadi salah satu destinasi pariwisata baik lokal maupun mancanegara, maka
sebaiknya ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengantisipasi
dampak buruk dari tingginya jumlah penduduk usia produktif yang tidak
teroptimalkan. Selain itu, untuk menghindari ketimpangan sosial dan ekonomi serta
masalah lingkungan yang dapat terjadi akibat dari pariwisata yang tidak dikelola
dengan baik, maka perlu dilakukan kajian mendalam sehingga dapat menerapkan
analisis resiko dalam pembuatan kebijakan di Sulawesi Utara.
Beberapa hal yang dapat dilakukan agar bonus demografi bisa dimanfaatkan sengan
baik. (1) dengan tingginya angka angkatan kerja yang produktif maka Sulawesi Utara
berpotensi untuk memiliki suplai tenaga kerja yang besar dan berkualitas untuk itu
pemerintah daerah sebaiknya berupaya untuk meningkatakan kualitas SDM
masyarakatnya sehingga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. (2) Harus ada upaya untul meningkatakan kapabilitas perempuan untuk
memasuki pasar kerja, dengan begitu perempuan dapat menjadi tenaga kerja produktif
meningkatkan pendapatan keluarga. (3) masyarakat harus di dorong untuk berinvestasi
secara produktif, (4) Pemerintah dan investor swasta harus berfikir untuk membuka
lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja produktif yang lebih banyak dan
dengan begitu dapat meningkatkan perekonomian daerah.
17
Referensi
BPS Sulut. 2018. JUmlah Penduduk Mneurut Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara.
Diakses pada laman:
https://sulut.bps.go.id/dynamictable/2018/01/18/180/jumlah-penduduk-
menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-sulawesi-utara-2000---2017.html
BPS Sulut. 2016. Indikator Migrasi Penduduk di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 1980
- 2015. Diakses pada laman:
https://sulut.bps.go.id/dynamictable/2016/12/19/25/indikator-migrasi-
penduduk-di-provinsi-sulawesi-utara-1980---2015.html
BPS Sulut. 2016. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten dan Kota di Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2002 -2009. Diakses pada laman:
https://SulawesiUtara.bps.go.id/statictable/2018/04/30/177/angka-harapan-
hidup-menurut-kabupaten-kota-di-sulawesi-utara-2002---2009-metode-lama-
.html
BPS Sulut. 2016. Indikator Fertilitas Penduduk di Provinsi Sulawesi Utara 1980 -
2012. Diakses pada
lamanhttps://sulut.bps.go.id/dynamictable/2016/12/19/27/indikator-fertilitas-
penduduk-di-provinsi-sulawesi-utara-1980---2012.html
BPS RI. 2019. Rasio Jenis Kelamin menurut Provinsi 1971-2015. Diakses pada laman
: https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/07/844/rasio-jenis-kelamin-
menurut-provinsi-1971-1980-1990-1995-2000-2005-2010-2014-2015.html
BPS RI. 2014. Angka Fertilitas menurut Provinsi 1971-2012. Diakses pada laman :
https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1271/angka-fertilitas-total-
menurut-provinsi-1971-1980-1985-1990-1991-1994-1997-1998-1999-2000-
2002-2007-2010-dan-2012.html
BPS RI. 2014. Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971-2012. Diakses pada
laman : https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1270/angka-kematian-
bayi-menurut-provinsi-1971-1980-1990-1994-1997-2000-2002-2007-2010-
18
2012-dan-kematian-dibawah-usia-lima-tahun-menurut-provinsi-1971-1980-
1990-1994-1997-1999-2007-dan-2012
BPS.2016. Data Migrasi Seumur Hidup Menurut Provinsi 1971-2015. Diakses pada
lama : https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/07/855/migrasi-seumur-
hidup-menurut-
provinsi-1971-2015.html
19