Anda di halaman 1dari 3

Review Buku

Tata, Perubahan, dan Ketimpangan : Suatu Pengantar Sosiologi

Penulis Prof. Dr. L. Laeyendecker1

Buku Tata, Perubahan, dan Ketimpangan : Suatu Pengantar Sosiologi yang dituliskan
oleh Prof. Dr. L. Laeyendecker di bagi kedalam sepuluh bab, pada Bab Satu
(Perubahan Perubahan Sosial) Prof. Dr. L. Laeyendecker menjelaskan mengenai
kondisi masyarakat Jerman di jaman pertengahan kaitannya denga masyarakat agraris
dan feodalisme serta peran geraja dalam mendukung feodalisme, dan revolusi yang
dilhami dari kekecewaan masyarakat jerman terhadap tatanan tersebut.. Lalu, pada
Bab Dua (Sosiologi Sebagai Gejala Masyarakat) dibahas mengenai
perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat dan bagaimana melihat
sosiologi sebagai suatu gejala masyarakat, pada kedua bab ini juga penulis
menjelaskan mengenai kekhasan ilmu sosiologi dan bagaimana proses perkembangan
ilmu sosiologi.

Prof. Dr. L. Laeyendecker menjelaskan bahwa pengertian tentang masyarakat


akan memiliki makna yang berbeda-beda, seperti penafisran mengani masyarakat
aristokratakan berbeda dengan yang ditafsirkan oleh golongan menengah. Menurut
sudut pandangan golongan menengah bahwa negara berfungsi di dalam masyarakat
yang melingkupi segala-galanya. Negara, adalah kekuasaan tradisional yang dipegang
raja dan golongan bangsawan, harusnya merupakan hamba masyarakat atau civil
society.

Prof. Dr. L. Laeyendecker menjelaskanbahwa penggunaan statistik dalam ilmu


sosial bukanlah tanpa sebab, melainkan karena adanya keajekan dalam gejala-gejala
sosial seperti kelahiran dan kematian.dan oleh karena itu, merupakan bukti bahwa
kehidupan sosial bukan hanya serangkaian kebetulan yang tidak dapat diperhitungkan.
Adanya tatanan yang berarti bahwa individu dan masyarakat tidak dihadapkan satu
sama lain sebagai realitas-realitas yang berdiri sendir untuk selanjutnya dipertanyakan
hubungannya satu sama lain.

1 Diresensi oleh Maghfirah Sandi Pratama Putri (NRP I1353180161)


Lalu, pada Bab Tiga (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Tetang Masyarakat di
Inggris), Bab Empat (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Tetang Masyarakat di
Perancis), dan Bab Lima (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Tetang Masyarakat di
Jerman) membahas mengenai sejarah perkembangan ilmu pengethuan (tentang
masyarakat) yang mendasari ilmu sosiologi saat ini di berbagai negara, termasuk juga
membahas mengenai pemikir yang sosiologi yang tersohor saat itu. Pada Bab Anam
(Abad Kesembilan Belas, I : Pengaruh Biologi) dan Bab Tujuh (Abad Kesembilan
Belas, II : Sosialisme, Kritk Sosial yang Radikal)penulis menjelaskan mengenai
bidang-bidang keilmuan yang mempengaruhi perkembangan sosiologi. Pada Bab
Delapan (Emile Durkheim) dan Bab Sembilan (Max Weber dan Sosiologi Jerman)
membahas dan membandingkan mengenai pemikiran Emile Durkheim dan Max
Weber, dua ahli sosiologi. Pada Bab Sepuluh Prof. Dr. L. Laeyendecker menjabarkan
mengenai perkemabangan Sosiologi di Amerika dan Inggris, temasuk didalamnya
pembahasan mengenai Chicago School, membahas mengani evolusi dan perubahan
sosial, lalu membahas mengnai Teori Naluri (Behaviorisme) yang membedah sifat
manusia dan tata sosial Lalu, membandingkan tradisi penelitian empiris di Inggris dan
Amerika. Terkahir adalah penjelasn tentnag sejarah timbulnya fungsionalisme.

Prof. Dr. L. Laeyendecker dalam tulisannya menjelaskan bahwa hal yang paling
penting siingat oleh pemikir sosiologi adalah bagaimana memecahkan
masalah-masalah sosial yang nyata, dimanasa maasalah-masalah tersebut berbeda
setiap jamnnya. Penulis menyampaikan kritk mengenai bagaimana para ilmuwan
sosiolog seringkali melalaikan tugas mereka untuk melakukan studi tentang
permasalahan pada jaman mereka dengan tujuan untuk mnjawab pemasalahan sosial,
dan bahwa setiap cabang ilmu pengetahuan, yang terpentig adalah mengaplikasikan
pengetahuan yang didapat untuk menyelasaiakn masalah yang selalu timbul.

Prof. Dr. L. Laeyendecker juga membandingkan perbedaan mendasar antara ilmu


pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Dijelaskan bahwa, dalam ilmu
oengetahuan alam terdapat kesepakatan yang luas diantara para ahlinya tentang
hakekat dari bidang keilmuannya dan tentang cara mempelajarinya. Misalnya, jika
seluruh ahli ilmu pengetahuan alam bertemu, mereka tidak akan kesulitan
mementukan apa yang dimaksud dengan pengertian-pengertian daya, energi, gerak,
dll. Perbedaan-peredaan dalam tradisi kultural dan keyakinan politik, tidak
memainkan peranan penting. Berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial yang tidak
memiliki kesatuan pendapat tentang metose, titik-titik tolak teoritis, dan tentnang
pengertian. Setiap orang selalu memandang masyarkat di masa mereka hidup, bekerja,
dan di dalam sosiologi, dari sudut pandang tertentu. Sudut pandang ini berbeda sesuai
dengan perbedaan posisi yang didudukiya dalam masyarakat,
kepentingan-kepentingannya, tradisi pendidikan, keyakinan politi, dan keyakinan
keagamaannya.

Prof. Dr. L. Laeyendecker menjelaskan bahwa meskipun para sosiolog tidak


seharusnya terperangkap dalam pemikiran ahli-ahli sosiologi terdahulu, akan tetapi
sosiologi modern tidak dapat dipahami dengan baik jika seseorang tidak memahami
mengenai pemikiran hali sosiologi di masa lampau. Para ahli sosiologi seharusnya
memiliki visi , suatu perspektif teori yang merupakan titik tolak kerja mereka, dan
perlu disadari bahwa Studi sosiologi bukan hanya mengajukan pertanyaan dan
mengumpulkan fakta dikarenakan visi dan fakta, serta teori dan empiris tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, dan karenanya jika seseorang memandang fakta tanpa
mempunyai visi, hanya akan teerhenti dipermukaan.

Anda mungkin juga menyukai